Oleh: Novia Arnila Damayanti
Ini hanya sebuah tulisan yang muncul dari keresahan pikiran dan berkecamuk di ruang rasa yang saya sebut perasaan. Tulisan ini saya harap dapat merekontruksi kembali pemikiran pembaca, terutama yang bergerak dalam ranah perjuangan, aksi demontrasi maupun hal lainnya. Tetapi ini hanya menyangkut sebuah “ketulusan”.
Saya hanya menyampaikan sebuah ketidak sukaan terhadap manusia yang bersifat hewani tak terkendalikan, dengan sebuah dalih perjuangan tetapi dengan tega memanfaatkan orang lain demi kepentingan dirinya sendiri. Sebenarnya itu masalah dia, tetapi ini akan berhimbas kepada generasi selanjutnya atau kaderisasi selanjutnya. Yang dengan dalih berjuang bersama melakukan konsolidasi massa dan memanfaatkan mereka, demi kepentingan individual atau kelompoknya sendiri.
Persoalan aksi massa atau massa aksi itu sendiri yang berjuang turun dijalanan dengan panas-panasan disertai kelaparan dengan dalih memperjuangkan, baik itu aspirasi rakyat maupun lainnya. ketika diperhadapkan dengan manusia yang bersifat hewani tak terkendalikan akan dengan mudah mengambil kesempatan dalam aksi itu. Ketika seperti ini terus-menerus aksi yang dibangun hari ini, akan menimbulkan persepsi orang, bahwa aksi atau perjuangan tersebut dapat dengan mudah untuk dibeli dan orang tersebut dapat dengan mudah dikendalikan.
Mahasiswa atau pemuda yang dengan perannya sebagai agent of change, social control, dan iron stock yang pada subtansinya adalah menjadi manusia yang bermanfaat.
Rosulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”
(HR. Ahmad, ath- Thabrani, ad- Dauqutni. Hadist yang dihasankan oleh al- Albani di dalam shahihul jami’ no:3289).
Pemuda, sadarilah bahwa di pundakmu masa depan bangsa dipertaruhkan. Karena, pemuda memiliki keistimewaan sendiri. Baik dari segi keberanian, semangat, kecerdasan, maupun dari kekuatan jasmaninya.
Pepatah arab mengatakan: “syubhanul yaom, rijalul ghod” artinya bahwa pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan.
Sekarang permasalahannya adalah bagaimana mau mendapatkan seorang pemimpin yang baik dan mempunyai kapabilitas serta akhlak yang mulia, jikalau setiap tindak tanduknya adalah kepentingan pribadi atau kelompoknya saja, yang expertisenya atau keahliannya yaitu cari uang.
Kembali ke pokok pembahasan, sebenarnya ini hanya sebuah keresahan yang timbul dari gerakan mahasiswa atau pemuda hari ini yang dengan tega menjual sebuah gerakan masa aksi dengan berdalih gerakan yang di bangun atas dasar ketulusan dalam berjuang.
“Tiadakah mereka mengembara di muka bumi sehingga mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka mengerti, dan mempunyai telinga yang dengan itu mereka mendengar? Sungguh bukanlah matanya yang buta, tetapi yang buta ialah hatinya, yang ada dalam rongga dadanya. Qs Al-Hajj ( 22:46).
Ini adalah pukulan sebuah surah ke 22: 46 yang pada umumnya, hati mereka telah buta. Dengan pandainya mereka mengolah kata, dengan lantangnya mereka teriakkan keadilan, Padahal diri mereka tidak lain adalah sebagai penjilat yang pada hari ini, sedang mengusai megaphone.
Apakah sudah tidak ada lagi sosok seperti Mahatma Gandhi, Nelson Mandela atau kita tengok ke Indonesia ada sosok Munir Said Thalib yang sampai akhir hayatnya betul-betul tulus dalam memperjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM) dan pejuang-pejuang tulus lainnya yang dengan ketulusan dalam berjuang?
Saya yakin masih “ADA”. tetapi sayangnya mereka hanya minoritas yang termarginalkan. saya berharap akan lahir sosok-sosok pejuang lainnya yang benar-benar tulus dalam berjuang. Baik itu menyampaikan aspirasi rakyat, berjuang untuk kepentingan rakyat atapun mengawal pemerintahan.
Note:
Novia Arnila Damayanti adalah mahasiswa aktif IAIN Kendari Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.