Penulis : Irga Ranca’bana.
Halo para intelektual dan masyarakat Indonesia, saya Irga menyapa semogah hati ini baik-baik dan puasanya lancar yaa!
Irga ingin bercerita soal aksi demontrasi serta kejanggalan dan yang aneh di Negara kita ini.
11 April 2022 adalah salah satu bukti sejarah bagi mahasiswa Indonesia yang bergabung berbagai Aliansi gabungan BEM Dan SENAT/MPM yang jarang di post oleh beberapa media nasional.
Sejak periode ke-2 bapak presiden Jokowi Dodo bersama dengan bapak Ma’ruf Amin sering banyak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat masyarakat hampir tidak mempercayai lagi kepemimpinan beliau.
Bagaimana tidak mulai dari impor ekspor pangan, tenaga kerja asing, infrastruktur, harga bahan pokok, pemindahan ibu kota yang baru-baru ini, Minyak goreng yang tiba-tiba langkah, kelangkaan bahan bakar minyak yang bersubsidi, naiknya harga bahan bakar minyak non Subsidi serta kenaikan Pajak Pertambahan Nilai naik 11%.
Sehingga, masyarakat sejagat raya Indonesia menjerit atas kejadian yang menimpa bangsa Indonesia saat ini. Menurut survey 65% masyarakat enggan menyuarakan akibat ketakutan, bagaimana mereka tidak takut berbagai macam sumber serta pengalaman masyarakat yang menyuarakan penolakan terhadap kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap masyarakat akan di jadikan bulan-bulanan (Target) untuk di bungkam dan diintimidasi.
Hal serupa, bisa kita lihat pada beberapa para aktivis Hak Asasi Manusia. Seperti Haris Azhar dan Faria, Ruslan Buton Bahkan Habib yang di incar bahkan dibuatkan Undang-undang agar mereka bersalah dan atas dasar melawan negara dan membuat kegaduhan di tengah Masyarakat.
Ditambah lagi saat kampanye presiden terpilih saat ini hampir menghianati janji-janjinya yang lagi-lagi membuat rakyat merasa sesal yang mendalam namun semua itu tak ada gunanya.
Saat inipun banyak berita yang hampir menggiring untuk menyalahkan bahkan tidak menyalahkan sekalipun pemerintahan hari ini, sehingga di publik tercipta sebuah asumsi belaka berdasarkan giringan berita tersebut, yang saat ini menjadi konsumsi bagi kami sehingga hampir termakan dengan fikiran dari masing-masing penafsiran.
Pada tanggal 7 April 2022 kelompok BEM se-Indonesia melakukan konsolidasi Akbar terhadap Bem-bem di setiap wilayah untuk melakukan Aksi demontrasi pada tanggal 11 April 2022 secara serentak, Namun ajakan tersebut tidak diindahkan oleh salah satu BEM ternama di salah-satu Universitas. Menolak ajakan tersebut karena mereka memandang ada hal yang belum terselesaikan di tingkat pemikiran pemimpin lembaga (BEM), sehingga BEM tersebut menunda ajakan tersebut.
Irga kembali melihat aksi 11 April kemarin, itu hanya bagian dari propokasi belaka (Solidaritas) bukan aksi kesadaran (Pemikiran dan narasi), Bagaimna tidak ciri khas seorang mahasiswa itu adalah pemikiran yang inteltual, kajian hukum harus jelas, sebab akibat, tuntutan harus melahirkan apa.? Jika terabaikan mau gimana? (Saya nyakin itu tdk ada dalam aksi kemarin) terkhusus di wilayah Sultra.
Aneh tapi nyata, salah satu Presiden Mahasiswa tidak mengetahui pokok permasalahan yang mereka tuntut, kata Yasonna H. Laoly Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam sebuah acara tv pada tahun 2019.
“Saya juga dulu Aktifis jalanan, dulu kalau kami ingin demo maka yang kita lakukan mengkaji dulu persoalan yang ada sehingga melahirkan tuntutan yang kita inginkan, serang heheheh (tertawa) mohon maaf kalian hanya terpropokasi oleh oknum tertentu nyatanya ungkap tadi setelah host memberikan anda kesempatan berbicara ternyata tidak tau ternyata apa-apa, kalian ini BEM di undang di sini untuk bicara data bukan omong kosong,” kata mantan Menteri Hukum dan HAM di Kabinet Kerja 2014-2019.
Yang lebih aneh salah satu tuntutan mahasiswa adalah menolak presiden 3 periode atau penundaan pilkada serentak. Padahal soal 3 periode itu sudah selasai diskusinya di tataran DPR RI dan pemerintah. menurut data dan survey, menyuarakan hal yang tidak jelas asal usulnya membuat kawan-kawan rugi, kata senior saya “Sekarang Ade-ade atau petinggi lembaga Jago Tapi substantif kosong, Di nasional banyak Hae aktor intelektual yang desain dan tumpangi itu isu-isu,” ucapnya kala itu.
Dengan demikian, isu yang begitu cepat tersampaikan di telingah serta di mata mahasiswa dan masyarakat pada umumnya begitu cepat dan membakar semangat teman-teman mahasiswa sehingga apapun desain isu tersebut tak terpedulikan oleh mahasiswa yang pasti mahasiswa ikut berpartisipasi dalam aksi Akbar tersebut.
Namun disayangkan, prilaku sebagian mahasiswa bersikap prontal dan anarkis dalam proses penyaluran aspirasi padahal dalam undung-undang kita tidak ada himbauan ataupun kewajiban bagi orang yang menyalurkan aspiranya harus merusak, anarkis, prontal, dan bertingkah preman. Sehingga banyak kejadian yang tidak diinginkan oleh pendemo maupun pihak keamanan dan pemerintah.
Ada juga poster buatan mahasiswa (i) yang tidak baik di pandang sebagai masyarakat intelektual, bertuliskan (Dari pada BBM naik mending ayang yang naik #69, Jangan minta 3 Ronde 2 ronde aja udah ngos-ngosan, Mending 3 Ronde di ranjang dari pada 3 periode).
Nauzubillah bahkan sebagian mahasiswa membela hal tersebut dengan dalil mereka rela panas-panasan ketimbang yang kritik tidak turun di jalan, padahal dalam Asas fiqih mengatakan Bersekutu dengan jahat, jahat pula hukumnya.
Padahal kerab aktivis perempuan membela atau menyuarakan tetang pelecehan seksual di kalangan perempuan, agar semua perempuan bisa dihargai dan di jaga lantas gimana dengan mahasiswi yang memegang poster tersebut.
Dengan demikian ungkapan tulisan saya sebagai masyarakat biasa, tetap memberi hormat terhadap mahasiswa(i) yang telah berjuang di atas jalan duniawi meski tidak banyak bisa berjuang mempertahakan puasanya. Heheheh.
Semogah perjuangan teman-teman mahasiswa ketua-ketua lembaga yg konon, di beri kekuatan dan kecerdasan yang biak agar bisa menjadi manusia yang lebih baik dan berguna bagi sesamanya.
Kolaka, 12 April 2022
Pukul, 12:46 WITA