Masyarakat Desa Watu Mentade Siap Dukung Penuh Proker Mahasiswa KKN IAIN Kendari

Bombana, Objektif.Id – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, Posko 114 Desa Watu Mentade, Kecamatan Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana, sukses melaksanakan seminar Program Kerja (Proker) yang diselenggarakan di balai Desa Watu Mentade pada Jum’at, (14/7/2023).

Koordinator Desa (Kordes) Watu Mentade, Abdul Haris mengatakan pelaksanaan seminar proker ini bertujuan sebagai langkah awal dari program kerja yang akan dilaksanakan dalam kegiatan KKN ini.

“Seminar Program kerja ini bertujuan sebagai jalan untuk kami melakukan kegiatan KKN sehingga dapat memudahkan kami dalam menjalankan program kerja ini,” katanya.

Dia juga mengatakan bahwa masyarakat memberikan respon yang baik dan mendukung penuh terhadap program kerja yang direncanakan mahasiswa KKN IAIN Kendari di desa ini.

“Alhamdulillah masyarakat mendukung penuh terhadap program yang telah kami susun sehingga kami mahasiswa KKN IAIN Kendari sangat bersemangat karena dukungan tersebut,” sambungnya.

Di samping itu, sekretaris desa Watu Mentade, Husain Efendi mengapresiasi kegiatan ini karena sebagai langkah awal untuk menciptakan komunikasi yang baik antara mahasiswa KKN dan pemerintah desa serta transparansi rencana program kerja kepada masyarakat.

“Kegiatan ini cukup bagus supaya diawal ada komunikasi dengan pemerintah setempat terkait hal-hal yang akan di lakukan adik-adik KKN supaya program kerjanya nampak dan dapat di selaraskan dengan program kerja yang ada di desa,” ungkapnya.

Dia juga berharap agar nantinya mahasiswa KKN IAIN Kendari di Desa Watu Mentade dapat memberikan kesan positif kepada masyarakat selama berada di desa ini.

“Saya berharap semoga anak-anak KKN dapat memberikan kesan yang baik dan semoga kedepannya akan ada lagi anak KKN dari IAIN Kendari yang di tempatkan di desa ini,” harapnya.

Reporter : Rina

Kolaborasi Dengan Masyarakat, Mahasiswa KKN IAIN Kendari Gelar Seminar Proker dan Persiapan Lomba PHBS

Bombana, Objektif.id – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari posko 115 Desa Lantowua, Kecamatan Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana, menyelenggarakan Seminar Program Kerja (Proker) pada Jum’at, 14 Juli 2023.

Seminar Proker ini diselenggarakan di balai Desa Lantowua dan juga dirangkaikan dengan pembahasan persiapan lomba Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) yang akan dilaksanakan di desa tersebut dengan mengusung tema “Bersama Masyarakat Sukseskan Lomba Perilaku Hidup Bersih Sehat dan Membangun Masyarakat Peduli Lingkungan”.

Untuk diketahui bahwa Desa Lantowua terpilih menjadi perwakilan dari Kecamatan Rarowatu Utara untuk mengikuti lomba PHBS di tingkat Kabupaten Bombana.

Koordinator Desa (Kordes) Lantowua, Nur Muslimin Rias mengatakan bahwa kegiatan ini dilaksanakan karena melihat kepentingan masyarakat Desa Lantowua yang saat ini sedang persiapan menghadapi lomba PHBS, sehingga proker yang di rencanakan akan lebih fokus pada aspek lingkungan guna turut menyukseskan kegiatan tersebut.

“Karena Desa Lantowua menjadi perwakilan Kecamatan Rarowatu Utara untuk Lomba PHBS, maka saya bersama teman-teman KKN melalui proker yang sudah kami susun akan bersinergi bersama masyarakat agar dapat mengsukseskan Lomba PHBS ini dan berharap desa Lantowua keluar sebagai pemenang,” ungkapnya.

Selain itu dia juga berharap kepada masyarakat Desa Lantowua untuk selalu peduli terhadap lingkungan dan menerapkan perilaku hidup sehat secara konsisten kedepannya.

“Saya sangat berharap agar kiranya masyarakat tidak hanya memperhatikan lingkungan pada saat lomba saja, tetap tetap konsisten menerapkan perilaku hidup bersih sehat walaupun lomba PHBS tersebut sudah berakhir nantinya,” harapnya.

Sementara itu, Kepala Desa Lantowua, Irwan juga berharap kepada mahasiswa KKN IAIN Kendari agar bisa bersosialisasi dengan baik bersama masyarakat dan ikut berkontribusi dalam menyukseskan lomba PHBS mendatang.

“Saya berharap Mahasiwa KKN IAIN Kendari dapat berbaur dengan baik bersama masyarakat Desa Lantowua, juga melalui proker yang sudah disusun dapat membantu Desa Lantowua terutama untuk lomba PHBS yang akan dilaksanakan ini,” pungkasnya.

Reporter : Dila Lestari

Kebijakan Marketplace Guru, Bagaimana Nasib Mahasiswa?

Objektif.id – Marketplace guru adalah sebuah konsep yang ditawarkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk memenuhi kebutuhan guru di Indonesia.

Konsep ini bertujuan untuk membuat sebuah database atau pangkalan data yang berisi semua guru yang boleh mengajar dan bisa diakses oleh semua sekolah di Indonesia.

Dengan demikian, sekolah-sekolah dapat merekrut guru kapan saja sesuai dengan formasi yang ditentukan oleh pemerintah pusat, konsep ini diharapkan menjadi solusi permanen yang akan diimplementasikan pada tahun 2024.

Namun, konsep marketplace guru ini tidak lepas dari pro dan kontra, terutama bagi mahasiswa yang menempuh kuliah di jurusan pendidikan, yang memang akan disiapkan untuk menjadi seorang guru.

Hal tersebut juga ditanggapi oleh salah satu alumni Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) IAIN Kendari, Iwan Husein yang mengatakan bahwa sebelum pemerintah akan benar-benar menjalankan program ini, mereka juga harus memikirkan nasib mahasiswa jurusan pendidikan dan para guru yang berada di daerah tertinggal yang akan terdampak dengan adanya kebijakan ini.

“Saya pikir ketika program ini kemudian dijalankan pemerintah pusat harus memikirkan nasib mahasiswa yang baru lulus dijurusan pendidikan, dan guru guru yang dipelosok daerah 3T jaringan sangat sulit mereka dapatkan, otomatis mereka tidak akan terdata di sistem aplikasi tersebut,” katanya saat ditemui objektif.id.

Selain itu, dia juga mengatakan bahwa program ini bisa saja menurunkan wibawa dan marwah dari seorang guru yang seharusnya menjadi profesi yang mulia.

“Disisi lain wibawa guru dan kehormatan akan hilang, sebab guru akan berusaha mencari langganan sekolah mana yang akan kerjasama dengan guru, mestinya berharap guru ini dijaga kewibawaannya dan kehormatannya yang selama ini guru masih dipandang kelas terendah dalam staritifikasi sosial masyarakat Indonesia,” sambungnya.

Iwan Husein juga mengatakan bahwa program ini mendapat respon yang kurang baik dari masyarakat dikarenakan mereka menganggap bahwa dalam kebijakan ini, para guru diperlakukan seperti barang jual beli.

“Sebagian masyarakat menanggapi secara negatif dimana mereka menganggap dengan hadirnya kebijakan ini guru dianggap hampir sama dengan barang aplikasi atau bahan perjual belian,” tambahnya.

Di samping itu, salah satu alumni PGMI IAIN Kendari lainnya, Muhammad Fajar yang juga mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) berpendapat bahwa kebijakan ini akan berdampak positif terhadap pihak sekolah, namun akan cukup menyulitkan untuk para guru honorer dan mahasiswa jurusan pendidikan yang baru lulus.

“Untuk pro akan lebih memudahkan para pemangku kepentingan sekolah untuk mencari SDM guru untuk mengisi formasi yang dibutuhkan. Untuk kontranya kemungkinan saja banyak guru honorer dan mahasiswa lulusan S1 yang belum bisa tercover untuk masuk dalam disistem marketplace karena di prioritaskan ialah PPPK dan mahasiswa PPG,” pungkasnya.

Reporter : Muh Iqbal Ramadhan
Editor: Redaksi

Upaya Menciptakan Sinergi Dengan Warga Desa, Mahasiswa KKN IAIN Kendari Gelar Sosialisasi Proker

Konsel, Objektif.id – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari posko 45 Desa Ombu-Ombu Jaya, Kecamatan Laeya, Kabupaten Konawe Selatan, menyelenggarakan kegiatan sosialisasi Program Kerja (Proker) sekaligus perkenalan mahasiswa KKN pada Selasa, (11/07/2023).

Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Desa Ombu-Ombu Jaya dan dihadiri oleh Kepala Desa beserta aparat desa lainnya.

Koordinator Desa (Kordes) Ombu-Ombu Jaya, Elsa Alfionita mengatakan tujuan diadakannya kegiatan ini adalah agar terbentuk koneksi yang baik antara mahasiswa KKN dan warga desa untuk memperlancar pelaksanaan program kerja yang akan dilakukan nantinya.

“Kerjasama antar semua pihak dalam hal ini sangat kami harapkan, sehingga program kami nanti dapat berjalan dengan baik dan maksimal, serta kami sangat menyadari sebaik apapun program kerja kami pasti memiliki kekurangan. Oleh karenanya, kritik dan saran sangat kami harapkan, sebagai masukan bagi kami, agar kami bisa menjadi lebih baik,” katanya.

Selain itu, dia juga mengatakan bahwa masyarakat Desa Ombu-Ombu Jaya sangat antusias dan memberikan sambutan yang baik terhadap hadirnya mahasiswa KKN IAIN Kendari.

“Tanggapan masyarakat dan aparat desa yang ada menyambut dan menerima kami dengan sangat baik dan ramah, disamping itu pula mereka sangat bersyukur jika ada anak KKN yang hadir di tengah masyarakat karena desa ini dari dulu menjadi langganan KKN dari kampus yang ada di Sulawesi Tenggara,” sambungnya.

Elsa Alfionita berharap, program kerja yang nantinya akan terlaksana dapat memberikan dampak positif terhadap warga desa dan mahasiswa KKN.

“Insya Allah kami berharap program kerja yang kami buat dapat bermanfaat bagi masyarakat desa ini pada umumya dan pembelajaran bagi kami pada khususnya,” harapnya.

Sementara itu, Kepala Desa Ombu-Ombu Jaya, Purwo juga berharap mahasiswa KKN di desa ini bisa memperlihatkan perilaku yang baik dan juga menerapkan ilmu yang bermanfaat bagi warga desa.

“Saya berharap agar kedatangan KKN dari IAIN kendari dapat membawa akhlak yang baik dan dapat mengimplementasikan ilmu internal dan non internal bagi masyarakat setempat,” pungkasnya.

Reporter: Dilla
Editor : Slamet Fadilah

Tiba di Lokasi KKN, Mahasiswa IAIN Kendari Posko 124 Pantau Potensi SDA Desa Moramo

Konsel, Objektif.id – Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah bentuk kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan seluruh mahasiswa di suatu perguruan tinggi. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat secara lansung serta sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan di suatu kampus.

Pengabdian kepada masyarakat juga dilaksanakan oleh kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari. Pada 7 Juli 2023 lalu telah melepaskan 1116 mahasiswa di beberapa lokasi yakni Kabupaten Konawe Utara (Konut) Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) dan Kabupaten Bombana mahasiswa untuk melaksanakan program pengabdian tersebut.

Kegiatan pengabdian itu sendiri dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat (LP2M). KKN yang dilaksanakan ada 3 macam, yaitu ada KKN Reguler, KKN Nusantara Moderasi Beragama, dan KKN Kolabarasi, seluruh kegiatan yang dilaksanakan mulai pemberangkatan tanggal 7 juli hingga penarikan 30 Agustus 2023 mendatang.

Seperti halnya yang dilakukan mahasiswa KKN Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari posko 124 yang ada di Desa Moramo Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), pada Senin, (10/7/2023).

Muh Iqbal Ramadhan, selaku Koordinator Desa (Kordes) mengatakan tindakan pengabdian yang dilakukan di Moramo akan dilaksanakan secara baik dan diawali dengan kegiatan observasi desa kurang lebih selama seminggu.

“In syaa allah kami akan melaksanakan tindakan pengabdian masyarakat ini dengan nawaitu yang baik dan kami akan melakukan observasi desa dulu selama seminggu, setelah itu merancang proker” Katanya, Senin (10/07/2023).

Rahman, selaku Kepala Desa Moramo, menuturkan bahwa di desa yang beliau pimpin memiliki berbagai macam potensi yang dimiliki antara lain persawahan, perkebunan, dan potensi kelapa yang banyak.

“Aset desa kami ini ada beberapa yang menjadi potensi, yaitu ada persawahan, perkebunan, dan kelapa yang melimpah ruah, saya juga memiliki lahan untuk di lestarikan menjadi olahan, tentunya bisa kalian maksimalkan menjadi proker yang akan diselesaikan” Katanya, Senin (10/07/2023).

Reporter : Muh. Iqbal Ramadhan
Editor: Redaksi

Rektor IAIN Kendari Pantau Pelaksanaan UM-PTKIN Jalur Mandiri Lokal Tahap I

Kendari, Objektif.id – Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, Dr. Husain Insawan, M.Ag memantau langsung pelaksanaan Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN) jalur mandiri lokal tahap satu di Gedung Lab Komputer IAIN Kendari pada Senin, (10/7/2023).

Dalam pantauannya, Rektor IAIN Kendari meninjau langsung ruangan tempat lokasi pelaksanan ujian dan juga berinteraksi dengan beberapa peserta ujian dan juga menyapa panitia pengawas ujian.

“Perhatikan baik-baik soalnya sebelum menjawab,” pesannya saat menyapa salah satu peserta ujian.

Selain itu ia juga mengatakan, pelaksanaan UM-PTKIN jalur mandiri tahap satu ini digelar selama dua hari yang diikuti sebanyak 459 calon mahasiswa baru yang telah dinyatakan lulus pada tahap seleksi berkas.

“Ujian penerimaan mahasiswa baru untuk jalur mandiri ini, kita laksanakan mulai hari tanggal 10 sampai 11 Juli 2023. Setelah itu akan diumumkan  hasilnya pada 12 Juli 2023 lalu dilakukan pendaftaran ulang oleh calon mahasiswa yang dinyatakan lulus,” ungkapnya.

Orang nomor satu di IAIN Kendari itu berharap, usaha serta doa dari para calon mahasiswa baru yang mengikuti UM-PTKIN jalur mandiri ini bisa membuahkan hasil yang maksimal.

“Saya berharap peserta yang mengikuti tes ini pasingretnya terpenuhi supaya bisa lulus semua,” harapnya.

Salah satu peserta ujian, Nova Sari juga berharap bisa diterima menjadi salah satu mahasiswa di Kampus IAIN Kendari.

“Mudah-mudahan dari 45 nomor bisa benar semua supaya saya diterima jadi mahasiswa di kampus Ini,” harapnya.

Untuk diketahui, setelah pelaksanaan Ujian Mandiri Lokal Tahap I, IAIN Kendari akan membuka pendaftaran Ujian Mandiri tahap II mulai tanggal 13 Juli 2023 mendatang.

Reporter: Rizal
Editor: Redaksi

SEMA dan DEMA IAIN Kendari Periode 2023-2024 Resmi Dilantik

Kendari, Objektif.id – Senat Mahasiswa (SEMA) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari Periode 2023-2024 secara resmi dilantik langsung oleh Rektor IAIN Kendari, Dr. Husain Insawan, M.Ag, pada Senin, (10/7/2023).

Dalam Sambutannya, Rektor IAIN Kendari Ini  berpesan kepada pengurus SEMA dan DEMA IAIN Kendari yang baru saja terlantik agar melakukan upgrading terhadap para anggotanya sebagai upaya peningkatan pemahaman terhadap tugas dan tanggung jawab yang mereka miliki.

“Sehubungan dengan pelantikan ini kami dari jajaran Rektor IAIN Kendari berharap bahwa selesai pelantikan ini, para pengurus lembaga bisa melakukan upgrading pelatihan pengawalan agar bisa mengetahui fungsi dan tanggung jawab pengurus kelembagaan baik itu Senat Mahasiswa maupun Dewan Eksekutif mahasiswa,” katanya.

Selain itu dia juga berharap kepada para pengurus lembaga kemahasiswaan yang baru ini untuk bisa terus belajar terhadap aturan-aturan lembaga dan bisa berkolaborasi dengan pihak birokrasi IAIN Kendari untuk menciptakan lembaga kemahasiswaan yang lebih baik lagi.

“Jangan malu untuk belajar jangan malu untuk mempelajari terkait dengan aturan-aturan lembaga kemahasiswaan,
oleh karena itu kami selaku pimpinan Rektor IAIN Kendari berharap bahwa kedepan nanti kita akan berkolaborasi mewujudkan lembaga kemahasiswaan yang maju dan keren,” harapnya.

Ketua DEMA IAIN Kendari terpilih, Ashabul Akram mengatakan dirinya akan memprioritaskan hak-hak mahasiswa serta pengawalan terhadap aspirasi para mahasiswa dan peningkatan partisipasi mahasiswa terhadap kelembagaan dan oraganisasi di kampus IAIN Kendari.

“Yang menjadi target saya itu pertama memperjuangkan kepentingan mahasiswa yang nantinya kalau ada aspirasi mahasiswa yang ingin di sampaikan bahwasanya kita akan mengawal adanya aspirasi tersebut sampai pada Rektor IAIN Kendari, yang kedua meningkatkan partisipasi mahasiswa artinya sekarang banyak mahasiswa yang apatis terhadap organisasi atau lembaga maka dari itu setelah ini dibarengi dengan kawan-kawan kita bersinergi membangun iklim bermahasiswa yang baik serta meningkatkan transparansi artinya didalam semua kegiatan DEMA terkait anggaran semua harus jelas,” jelasnya.

Selain itu, dirinya juga berharap agar lembaga kemahasiswaan dan pihak birokrasi IAIN Kendari bisa bersama-sama bersinergi dalam membangun kampus IAIN Kendari untuk berkembang lebih baik.

“Harapan saya ingin bahwa semua pengurus lembaga dan pimpinan Institut bersama-sama membangun kampus tercinta kita untuk menuju IAIN yang transdisipliner,” pungkasnya.

Reporter : Fitri
Editor: Redaksi

Puisi: Tentang Rumah Itu

“Tentang Rumah Itu”

Rumah itu
Masih berdiri kokoh dan
Masih berpenghuni

Rumah itu
Tempat menampung dan mendidik,
Tempat bertemu untuk saling berbagi,
Tempat memberikan kenyamanan serta keamanan melakukan segala sesuatu

Tetapi,
Kini rumah itu berubah
Menjadi pencetak penguasa,
Menjadi tempat kepentingan politik

Masih pantaskah ini disebut rumah???

Sebab
Hanya mendengar kegaduhan dan,
Berisiknya suara yang berseteru demi kepentingan.

Juni, 2023

Penulis: Muh. Aksan

Upaya Tingkatkan Softskill Mahasiswa, GenBI IAIN Kendari Gelar Pelatihan Desain Grafis dan World Environment Day

Kendari, Objektif.id – Generasi Baru Indonesia (GenBI) Sulawesi Tenggara (Sultra) Komisariat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari menggelar kegiatan pelatihan Desain Grafis dan World Environment Day dengan tema “Mengembangkan Kreativitas Desain Grafis dan Menciptakan Lingkungan yang Sehat di Era Digital” yang diselenggarakan selama dua hari yaitu pada tanggal 24-25 Juni 2023.


Kegiatan ini diselenggarakan di Aula Mini Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Kendari dan Kolam Retensi Boulevard, dengan memiliki beberapa rangkaian kegiatan diantaranya yaitu sosialisasi QRIS, pelatihan desain grafis, lomba desain grafis dan juga aksi membersihkan lingkungan bersama para peserta.

Ketua Umum GenBI Sultra Komisariat IAIN Kendari, Alif Ahdi Rohman mengungkapkan bahwa, tujuan diadakan kegiatan ini yaitu agar mahasiswa dapat belajar terkait dengan desain grafis dan juga mahasiswa dapat memahami mengenai cara penggunaan QRIS yang merupakan alternatif pembayaran digital dari Bank Indonesia.

“Saya harapkan output dari kegiatan ini yaitu para peserta dapat mengambil pelajaran, ilmu serta membuka cakrawala pemahaman dari para peserta terkait pelatihan desain grafis karena akan menambah poin plus bagi diri sendiri atau usaha yang kita jalani dan di masa yang akan datang. Sosialisasi QRIS saya harapkan mahasiswa dapat mengimplementasikan terkait dengan penggunaan QRIS ke merchant-merchant yang ada disekitar kita,” katanya.

Selain itu, Wakil Dekan III FEBI IAIN Kendari, Sodiman, juga berharap kepada para peserta agar ilmu yang didapatkan pada kegiatan kali ini dapat di implementasikan dengan baik sehingga bisa bermanfaat kedepannya.

“Bagi mahasiswa, peserta yang sudah dilatih, jangan hanya diteori saja, tetapi ilmu yang sudah didapatkan harus dimanfaatkan. Sebagai kreator desain atau kreator konten contohnya, hingga memberikan nilai ekonomis dari ilmu yang sudah didapatkannya. Dari segi kelembagaan juga dapat memberikan nilai guna dengan mempromosikan lembaganya, ikut serta dalam lomba hingga bisa punya prestasi. Bagi yang benar-benar memanfaatkan ini, tentunya memberikan nilai ekonomi,” harapnya.

Salah satu peserta kegiatan, Muh. Rijal Al-Mahdi mengungkapkan bahwa dengan mengikuti kegiatan ini menjadikannya lebih paham mengenai cara penggunaan QRIS dan juga meningkatkam pengetahuannya mengenai desain grafis.

“Pastinya senang, karena telah banyak menambah wawasan tentang transaksi digital dan pastinya mendapat ilmu baru dalam desain grafis,” pungkasnya.

Reporter : Febyona Galuh Damayanti
Editor : Rina

Prodi Bimbingan Penyuluhan Islam IAIN Kendari Gelar Program Desa Binaan

Kendari, Objektif.id – Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari menggelar program Desa Binaan di desa Tapulaga, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe pada sabtu, (17/7/2023).

Kegiatan ini diawali dengan diadakannya Fokus Grub Discussion (FGD) dan akan dilanjutkan dengan kegiatan pemetaan masalah yang dihadapi oleh masyarakat desa mulai dari orang tua maupun anak-anak yang berasal dari 3 dusun yang ada di desa Tapulaga.

Kegiatan ini tidak hanya di ikuti oleh Dosen, Mahasiswa ataupun Masyarakat saja, akan tetapi semua Anggota Pemerintah Desa dan Tokoh-Tokoh Masyarakat yang ada di sana juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Kaprodi Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI), Dr. Ni’matuz Zuhraj Lc., M.Th.I mengatakan kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengimplementasikan ilmu yang dimiliki ke masyarakat, agar masyarakat dapat merasakan manfaat dari adanya  program studi Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)

“Kegiatan ini diselenggarakan bertujuan untuk mahasiswa bisa mengimplementasikan ilmunya ke masyarakat dan Desa itu juga bisa merasakan manfaat dari keberadaan program studi” katanya.

Dia juga berharap agar kedepannya mahasiswa mampu melanjutkan kegiatan ini dan mereka juga mampu untuk mengurus kegiatan ini dengan baik.

“Harapan saya kedepannga mahasiswa dapat melanjutkan kegiatan Desa binaan ini, dan mahasiswa juga dapat meng-handle kegiatan tersebut” harapnya

Selain itu, Kepala Desa Tapulaga,
Bapak Marhabang mengungkapkan rasa antusiasmenya dengan adanya kegiatan Desa binaan ini.

“Alhamdulillah dek Saya sebagai perwakilan kepala desa pemerintah masyarakat Tapulaga saya sangat antusias dalam rangka  masuknya Desa binaan dari fakultas STAIN apalagi menyangkut di bidang keagamaan yaitu saya ucapkan terima kasih banyak atas partisipasi ibu-ibu dosen apalagi khususnya nanti dari adik-adik mahasiswa saya sangat antusias untuk bekerjasama di desa binaan ini.” Ungkapnya.

Reporter : Mulki Alwali
Editor : Rina

UKM Pers IAIN Kendari sebagai Pilar Kebenaran dan Aspirasi Mahasiswa 

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pers merupakan salah satu entitas penting dalam kehidupan kampus IAIN Kendari yang tidak dapat diabaikan. Pada perayaan ulang tahunnya yang ke XXV ini, harus mengakui peran penting yang telah dimainkan oleh organisasi ini dalam menyuarakan kebenaran dan aspirasi mahasiswa.

Di tengah gejolak dunia media saat ini, di mana berita hoax dan narasi yang terdistorsi dengan mudah menyebar, UKM Pers IAIN Kendari diharapkan hadir sebagai pilar penjaga kebenaran yang berfungsi sebagai pengawal yang berani dan jujur, memberikan sudut pandang yang berbeda dan memperjuangkan isu-isu penting yang terkadang terabaikan oleh media mainstream.

Melalui tulisan-tulisan dan liputan UKM Pers IAIN Kendari diharapkan terus memperjuangkan keadilan, membawa isu-isu sosial ke permukaan, dan memberikan suara kepada mahasiswa yang sering kali tidak didengar.

UKM Pers semoga senantiasa tampil sebagai sumber inspirasi dan motivasi bagi mahasiswa lainnya untuk berani berbicara, bertindak, dan berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Namun, tentu saja hal itu tidaklah mudah, beragam tantangan akan dihadapi oleh UKM Pers IAIN Kendari. Dalam era digital yang serba cepat ini, media sosial menjadi platform utama dalam menyebarkan informasi.

Meskipun memiliki potensi besar untuk menjadi alat yang kuat dalam menyuarakan aspirasi, media sosial juga dapat menjadi sarang hoaks, berita palsu, dan retorika yang membawa polarisasi.

Oleh karena itu, UKM Pers IAIN Kendari harus mampu menjaga integritas dan kebenaran sebagai pilar utama dalam karyanya.

UKM Pers IAIN Kendari harus mampu menyaring informasi, memverifikasi fakta, dan menyajikan berita yang akurat dan berimbang. Dalam menghadapi gelombang informasi yang meluas, UKM Pers harus tetap menjadi tolok ukur kebenaran dan menjadi pelopor dalam memerangi disinformasi.

Ulang tahun ke XXV ini adalah momen yang penting bagi UKM Pers IAIN Kendari untuk merenung dan melihat kembali perjalanan yang telah dilalui. Pada saat yang sama, ini adalah kesempatan untuk menatap masa depan dengan semangat baru, memperkuat komitmen mereka dalam menyuarakan kebenaran, keadilan, dan keterbukaan.

Selamat ulang tahun UKM Pers IAIN Kendari! Teruslah menjadi sumber kebenaran dan penjaga aspirasi mahasiswa. Semoga semangat dan dedikasinya terus membara, dan senantiasa membentuk opini publik yang berpihak pada kebenaran dan keadilan.

Penulis Irma Irayanti, S.HI., M. Pd adalah Dewan Pembina Unit Kegiatan Mahasiswa Pers (UKM-Pers) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari.

Perpisahan Sekolah dan Kehidupan Hedonis: Mengapa Kita Harus Berubah?

Objektif.id – Acara perpisahan dan penamatan sekolah telah menjadi fenomena baru saat ini mulai dari tingkatan TK hingga SMA, anak-anak dikondisikan merasakan momen wisuda. Namun, di balik perayaan ini, sekolah-sekolah tanpa disadari mengajarkan anak-anak untuk hidup hedonis dan memberatkan orang tua.

Banyak orang tua yang mengeluhkan kesulitan dalam mengikuti kegiatan perpisahan ini. Keterbatasan dana menjadi alasan utama, karena mereka memiliki kebutuhan mendesak lain yang harus dipenuhi. Ironisnya, ada cerita tentang orang tua yang bahkan tidak mendapatkan bagian makanan dalam acara perpisahan setelah membayar mahal. Fenomena ini mengungkap pergeseran pola pikir dan pola hidup di sekolah-sekolah kita.

Bukankah karakter itu juga berasal dari keteladanan yang bukan hanya di dapat di rumah namun juga di sekolah dan masyarakat. Jangan sampai tanpa disadari kita lah yang merubah anak-anak kita menjadi tidak lebih baik.

Colby dan Damon (1992) mengungkap bahwa komitmen terhadap nilai dan prinsip moral, mampu menginspirasi orang lain untuk melakukan tindakan moral. Hal ini akan berbahaya jika berlangsung secara terus menerus dan konsisten sehingga menjadi budaya.

Sekolah-sekolah tampaknya berlomba-lomba untuk tampil lebih hebat dan lebih baik daripada sekolah lainnya dengan menjadikan perpisahan dan penamatan sebagai ajang kehebohan dan kemewahan. Namun, apakah tidak lebih baik jika anggaran yang dikumpulkan oleh pihak sekolah digunakan untuk melatih kebajikan bagi anak-anak, terutama mereka yang masih berada di tingkat PAUD dan sekolah dasar, untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan orang-orang di sekitarnya?

Menanam pohon, memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, atau melakukan kegiatan bersih-bersih lingkungan akan membentuk karakter anak-anak sedari dini. Pilihan ini jauh lebih bermanfaat daripada menyuguhkan gaya hidup hedonis yang tidak menguntungkan bagi perkembangan psikologis dan mental mereka.

Meskipun hal ini terlihat sederhana, namun jika dilakukan secara berkelanjutan dan menjadi keharusan, akan menambah beban bagi orang tua yang seharusnya mendapatkan pendidikan gratis, yang hanyalah sebuah harapan tanpa kenyataan.

Lebih lanjut, gaya hidup perpisahan yang membutuhkan kemampuan finansial juga akan menciptakan kesenjangan di antara siswa-siswa, baik dari segi ekonomi maupun rasa percaya diri. Anak-anak yang tidak mampu secara ekonomi akan merasa rendah diri karena tidak dapat membeli atau menyewa pakaian sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh sekolah.

Upaya maksimal yang dilakukan oleh orang tua untuk memenuhi tuntutan ini, bahkan dengan berhutang, jauh dari prinsip hidup sederhana yang seharusnya diajarkan dan diterapkan.

Sekolah seharusnya menjadi salah satu tiang pembentuk karakter moral siswa. Karakter moral tidak hanya ditentukan oleh keluarga dan masyarakat, tetapi juga oleh sekolah. Jika sekolah mengajarkan anak-anak untuk hidup mewah dan hedonis, maka perilaku siswa di masa depan akan terbentuk sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Oleh karena itu, perlu ada refleksi terhadap fenomena perpisahan yang terjadi saat ini.

Pada masa lalu, perpisahan sekolah dilakukan secara sederhana, dengan membawa makanan yang dimasak oleh ibunda tercinta atau nasi kuning yang dibeli pada tetangga ke sekolah, atau bahkan diadakan di tempat wisata sebagai ajang silaturahmi antara orang tua, anak, dan guru. Namun, saat ini, fenomena baru muncul, terutama di Kota Kendari, di mana perpisahan dilakukan di hotel dengan nuansa glamor dan hedonis.

Lain lagi dengan acara di tingkat SMP dan SMA yang diadakan dalam bentuk Promp Night yang jelas di adopsi dari budaya luar, hal ini memberikan nostalgia bagi mereka yang mampu, tetapi menjadi nostalgila bagi mereka yang tidak memiliki dana cukup untuk mengikuti kegiatan tersebut.

Sekaranglah saatnya kita mengubah paradigma. Kita perlu lebih empati terhadap mereka yang jauh dari gaya hidup hedonis. Pendidikan harus menjadi landasan dalam membentuk karakter moral anak-anak kita. Biaya yang dikeluarkan untuk perpisahan sebaiknya digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat, seperti membantu siswa-siswa yang membutuhkan seragam sekolah atau perlengkapan lainnya, atau bahkan membantu mereka dalam memasuki sekolah baru.

Kita harus mengajarkan anak-anak untuk hidup sederhana, menghargai lingkungan, dan memiliki rasa kepedulian sosial serta semangat gotong royong.

Dalam menghadapi perkembangan zaman, kita harus menjadi penentu arah yang akan dibawa anak-anak kita dan menentukan masa depan karakter mereka. Saatnya menghentikan tren gaya hidup hedonis dalam perpisahan sekolah, dan memprioritaskan nilai-nilai yang lebih penting bagi pembentukan karakter moral yang kuat dan berdaya.

Melalui tulisan ini, saya berharap fenomena perpisahan dan penamatan sekolah saat ini dapat menjadi bahan refleksi bagi kita semua. Mari kita perbaiki arah pendidikan di Indonesia dan menumbuhkan anak-anak yang memiliki karakter moral yang kokoh, peduli terhadap lingkungan, dan mampu berempati terhadap sesama.

Penulis adalah salah satu Dosen Iinstitut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari dan Cand. Doctor PKN.

Penulis: Irma Irayanti, S.HI., M. Pd
Editor: Redaksi

Polemik Muka Putih dan Leher Hitam

Objektif.id – Perguruan tinggi adalah wadah atau tempat seseorang menempuh pendidikan untuk mendapatkan ijazah, tidak dapat dipungkiri label kampus ternama akan banyak diminati oleh para mahasiswa saat ini. Faktor utamanya adalah mengenai peluang kerja dari program studi yang diinginkan.

Mahasiswa sering disebut “Agen Of Chainge” artinya artinya agen pembawa perubahan, katanya. Dari stigma ini tentunya menjadi beban berat bagi kalangan mahasiswa yang tentunya harus menjadi suri teladan bagi dirinya, keluarga, masyarakat, terutama bangsa dan negara.

Kali ini kita akan membahas perihal Muka Putih dan Leher Hitam. Tentunya jika kita mendengar ungkapan tersebut pasti dalam pikiran kita terlintas tentang kecantikan/ketampanan, skin care, perawatan, dan istilah glowing lainnya. Tentunya penulis bukan membahas konteks itu, canda ji.

Istilah Muka Putih dan Leher Hitam ini mencerminkan tentang sistem pendidikan kita saat ini. Penulis mengibaratkan Muka Putih sebagai sistem pendidikan yang bermakna positif yaitu suci dan terjauh dari bentuk korupsi dan intervensi. Menurut pandangan penulis istilah Muka Putih ini mewakili gambaran pendidikan yang terjadi saat ini. Sebab berbicara tentang era pendidikan saat ini penulis mengakui ditunggangi oleh orang yang tepat, mulai dari menterinya dan jajarannya, sehingga sampa saat ini pendidikan berjalan stabil.

Sedangkan istilah Leher Hitam ini bermakna negatif yaitu kebijakan pendidikan yang kurang tepat saat ini. Ini mencerminkan kecelakaan berpikir dari kebijakan pendidikan saat ini. Dapat kita lihat banyak kebijakan dikampus saat ini yang kurang tepat, contohnya program kampus merdeka, seakan program ini yang terjadi dilapangan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Terbukti didalam dunia kampus mahasiswa kebanyakan diberikan tugas makalah dan tidak diberikan kebebasan berekspresi.

Sebenarnya didalam kampus kita diberikan teori dan dibarengi dengan tindakan nyata atau praktek lapangan langsung, karena saat kita dihadapkan dengan dunia kerja teori saja tidak cukup untuk menghidupi keluarga tanpa adanya tindakan nyata.

Selain itu, ada kebijakan yang akan dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu dihilangkannya seleksi CPNS diganti dengan PPPK (Guru Kontrak).

Memang tujuannya memberikan kesempatan bagi guru honor agar mendapatkan posisi yang lebih layak, tetapi bagaimana nasib kami sebagai mahasiswa yang belum memiliki riwayat mengajar disekolah.

Maka dari itu, mulai sekarang mari kita pikirkan masa depan pendidikan apabila kebijakan tidak tepat, apalagi kita sebagai mahasiswa.

Penulis: Muh Iqbal Ramadhan
Editor: Redaksi

Paradoks Asmara Pelajar dan Urgensinya

Oleh: IH

Kujunjung perempuan tinggi-tinggi…
Aku bersimpuh dihadapan mereka,
Dan layaknya tiap pemuja sejati,
aku merasa diriku tak layak di hadapan objek yang kupuja. (NIKOLA TESLA)

Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga begitulah untaian kalimat dari lagu yang termuat dalam syair lagu bang haji Rhoma irama. Namun sebagian orang menafsirkan kata cinta dan mengaplikasikan dalam kehidupan nyata menjadi dengan cinta kita rusak taman berbunga itu. Pelajar menjadi Aktor utama setiap sinopsis Cinta yang berujung malapetaka. Berdasarkan data, banyak pelajar di luar sana yang mengalami hamil di luar nikah, akibat dari menjalin asmara di momen yang belum tepat . Menurut data Komnas perempuan jumlah perempuan yang dispensasi perkawinan anak meningkat 7 kali lipat sejak 2016. Total permohonan dispensasi pada 2021 mencapai 59.709 . Hemat penulis sebagian anak muda Indonesia, menikah hanya modal cinta, nafsu. Dan kurangnya pemahaman definisi cinta secara universal, cinta di maknai hanya pada pasangan semata. Cinta identik dengan Seks. Itulah mispersepsi tentang cinta.

Opini ini bermaksud untuk menguraikan dan menjelaskan tentang Kontroversi dan pelajar yang menjalin asmara secara tidak sah di mata hukum dan agama, serta apa urgensi nya. Pelajar yang dimaksud Mahasiswa, siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menegah Pertama (SMP). Sedangkan Asmara menurut KBBI adalah perasaan senang kepada lawan jenis.

Cinta Dan Fitra Manusia.

Rasaya kurang elok jika tak membahas asmara namun kita membicarakan cinta. Sebab cinta dan asmara satu kesatuan yang tak dapat terpisahkan. Sejarah mencatat awal mula manusia berbuat dosa, dan manusia mendapat sanksi oleh tuhanya atas perbuatan tersebut adalah dampak dari menuruti hawa nafsunya yang didorong atas nama cinta. Dalam perspektif agama samawi kejatuhan manusia di muka bumi ini di awali dari cinta. Adam dan Hawa dua sosok yang sedang jatuh cinta menikmati Surya-Nya. Adam Mengikuti langkah Iblis atas dasar perintah kekasihnya Hawa. Cinta menjadi pokok dan sumber masalah jika salah di pahami dan di aplikasikan dalam kehidupan nyata. Banyak pandangan para ahli tentang cinta namun penulis lebih sependapat dengan Ibnu Qayyim bahwa cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan bila didefinisikan tidak menghasilkan sesuatu melainkan menambah kabur atau tidak jelas berarti definisinya adalah cinta itu sendiri

Dalam buku The Art Of Loving karya Erich Fromm mengklasifikasikan 5 objek cinta
yaitu :Cinta persaudaraan: cinta terhadap sesama manusia, cinta terhadap orang miskin, menderita, terancam. cinta keibuan: hakikat cinta keibuan adalah pemeliharaan dan pertumbuhan anak, dan keharusan untuk keterpisahan berbeda pada cinta erotis, dua orang yang berpisah menjadi satu dalam keibuan dua orang yang bersatu lalu berpisah. Cinta erotis: mendambakan peleburan, penyatuan dengan pribadi lain serta eksulisif, tidak universal, mudah terpedaya oleh keinginan seksual serta berawal dari impresi jatuh cinta, runtuhnya batas diantara dua orang yang semula asing, selanjutnnya yang asing itu menjadi intim . Cinta diri: cintailah sesamamu sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri menunjukan bahwa sebelum mencintai sesama harus punya cinta terhadap diri sendiri. Adapun Cinta Tuhan seperti kebutuhan akan keteropisahan,dambaan akan pengalaman penyatuan, anugrah dan inayah, yang kemudian disebut manusia iman.

Cinta yang dipahami oleh sebagian anak muda adalah tentang cinta erotis. Cinta lawan jenis (Heteroseksual). Ataupun sesama jenis (guy, lesbian).

Sebagai makhluk tuhan yang di ciptakan dengan kesempurnaan di antara makhluk ciptaan di bumi lainya, dengan standard paripurna atas ciptaan itu adalah akal, akal inilah kemudian yang menafsirkan atas persepsi yang ia lihat dari realitas kehidupan ini . maka dalam konteks cinta perasaanlah yang menghadirkan cinta. Akal hanyalah pemicu dalam menghadirkan cinta, peran hati atau perasaan sangat besar sehingga tidak salah kemudian pepatah mengatakan “cinta datangnya dari mana, dari mata turun ke hati”

Perempuan Adalah Malapetaka

Jika kita membaca cerita metafor seperti yang di gambarkan manusia pertama kali melakukan dosa pertama dengan menerima konsekuensi atas perbuatan itu lalu nabi adam di usir dari surga dan diturunkan ke bumi. Skenario itu perempuan berperan penting proses turunya manusia di bumi. Maka seandainya perempuan siti hawa dapat menolak ajakan Adam yang berasal dari skema politisasi iblis untuk memakan buah khuldi, mungkin saja manusia hari ini masih berada di surga-Nya. Namun sekali lagi cerita itu hanyalah metafor dan penganalogian. Nah menurut hemat penulis di sini awal mula perempuan menjadi malapetaka. Pada sisi lain bible juga berbicara tentang perempuan kaitanya dengan sejarah Hawa (eva) sebagai sosok yang merayu adam untuk berbuat dosa . Bahkan dalam perspektif hukum setiap kejahatan perempuan terdapat peran di belakangnya.

Lanjut, Dalam konteks seorang pelajar penulis menganggap perempuan itu sebuah malapetaka, penghambat. jika berbicara ingin mengembangkan setiap potensi diri kita dan berproses di kampus/sekolah. Akan menjadi masaalah di kemudian hari apa bila pacar kita ini mengintervensi untuk membagi meluangkan waktu kita. Bagaimana rumitnya mendapat pacar yang posesif, selalu mempertanyakan keadaan kita di setiap saat. Juga ada hubungan yang sifatnya hanyalah candaan dan mempermainkan perasaan.Penulis mempelajari pada setiap lembaga kampus yang menduduki ketua-ketua lembaga kemahasiswaan, mahasiswa berprestasi di akademik dan non akademik, mempunyai karya adalah mereka yang fokus mengasah diri, mengembangkan potensi diri dan mengexplore bakat mereka, dan tentunya mereka bukan penganut paham bucinisme.

Bagi seorang pelajar, Pisau analisis kita sehingga perempuan tidak menjadi malapetaka dalam meraih cita cita, maka perempuan harus posisikan dia, apakah ia sesuatu yang mendesak atau penting jika status nya seorang pelajar. Juga, menempatkan perempuan dalam konteks asmara apakah ia sesuatu hal mendesak atau penting. Di mulai pertanyaan sederhana ini membaca opini ini penting atau mendesak? Tentunya membaca adalah hal yang penting namun tidak mendesak. Membaca dapat kita jadwalkan di waktu yang lain, dan boleh kita jadwalkan di setiap waktu kosong kita.Kondisi dimana aktivitas tersebut kita kategorikan mendesak, yaitu jika kita tidak melakukan aktivitas tersebut mempunyai konskuensi logis yang tak dapat di ulangi lagi” contohnya seorang pekerja pemadam kebakaran, dan menjenguk orang tua yang sedang sekarat.

Perempuan apakah mendesak atau penting jika statusnya pelajar?
Berangkat dari kerangka berfikir di atas maka asmara bukanlah hal yang mendesak bagi seorang pelajar. Artinya pada fase ini, sebagai pelajar masih dapat kita ulangi pada momen momen tertentu dalam mencari pasangan asmara kita.

Satu keharusan bagi pelajar untuk menyelesaikan misi yang diberikan oleh orang tuanya sebagai harapan keluarga.
Begitu pula perempuan laki-laki bukanlah sesuatu yang mendesak namun penting untuk disuruh-suruh dan manfaatkan tenaga mereka yang kuat.
Di sisi lain perempuan tidak selamanya menjadi malapetaka itu hanya oknum hawa saja sebab manusia di ciptakan begitu sempurna oleh sang pencipta. Namun jika perempuan adalah sumber masaalah. Penulis sepakat.!

Menggugat Asmara Pelajar

Seperti di jelaskan di awal cinta adalah fitra manusia sehingga sulit untuk di pisahkan dari kehidupan kita. bukan bermaksud untuk menjadi anti terhadap dunia kasmaran, namun harus di kurangi, mengefesienkan waktu yang ada untuk memahami dan mempersiapkan diri menjemput Cinta Sejati, bukan menghilangkan cinta dari kehidupan ini. Sebab segala sesuatu diciptakan didunia didasari atas nama cinta. Ingatlah ketika kita lahir di dunia ini adalah hasil kerja sama dari orang tua kita yang saling mencintai dengan cinta yang tulus dan ikhlas. Asmara yang berlandaskan Nilai kemanusiaan dan Kehormatan.

Mirisnya, Asmara yang yang kita lihat adalah asmara yang melahirkan aborsi, asmara menciptakan kemiskinan, asmara yang disahkan secara paksa dispensasi KUA, nyata adalah kecerobohan, asmara yang melahirkan kebencian. Ironinya sepotong kata cinta dapat memperkosa perempuan. Kita tidak lagi melihat asmara seperti di gambarkan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra, Asmara Romeo Juliet, Qais dan Layla.

Realitas hari ini kampus dijadikan wadah kontak jodoh. Dari berbagai sudut Penjuru wilayah, kampung, suku, ras, agama, terhimpun di dalam kampus. Tidak jarang terjalin hubungan asmara praktis kurun waktu 4 tahun itu dan cinta di obral dengan kalimat sebagai penyemangat, alasan di lontarkan : batu loncatan, sampingan, hiburan, lebih mengerikan tempat makan bagi laki-laki perokok mati sambung. Rokonya surya. Hingga puncaknya simulasi pernikahan yaitu kawin mawin. Namun Ketika telah berakhir Kaleidoskop perkuliahan kurun waktu 4 tahun maka tibalah masa berakhirnya asmara yang palsu itu. Puncaknya adalah Perpisahan dan kehilangan. Masing-masing sepasang kekasih hilang kontak, putus komunikasi sadar bahwa kehidupan ini bukan hanya persoalan lendir, klimaks, namun jauh lebih penting dari itu adalah kebahagian orang tua, adik, dan meniti karir menata masa depan yang cemerlang. Kampus di jadikan sandiwara asmara untuk menunda perpisahan.

Dalam diri manusia diumur 18-25 adalah proses pencarian jati diri kita dan mengembangkan potensi diri kita. Ketika asmara merasuki di kehidupan seorang pelajar, harus dipahami ada dikotomi konsentrasi antara cinta dan cita-cita lebih dulu mana yang diprioritaskan. Munafik jika dapat berjalan dengan seirama dalam konteks pelajar.

Juga,Terlalu Naif bagi setiap kalangan mahasiswa (i) membenarkan argumentasi mereka bahwa dengan menjalin hubungan asmara yang tak terhormat (berpacaran) akan menjadi penyemangat (Dorongan Motivasi belajar) kita dalam menjalani aktivitas kampus. Dampak negatifnya adalah ketika putus maka mereka semangat bermahasiswa mereka kurang bahkan galau berhari-hari hanya persoalan romantisme.

Itulah mengapa para ulama islam dan filsuf barat jarang yang ingin melakukan hubungan asmara dengan ikatan yang sah (Nikah). Deretan nama seperti Imam Al-Ghazali, Ibnu Taimiyah, Imam An-Nawawi, Isaac Newton, Immanuel Kant, Spinoza, David Hume,Nicholas Copernicus. Kemungkinan besar mengurus rumah tangga akan menyumbat daya kritis dan dapat menyebabkan minim karya di tengah kesibukan mengurus istri, anak, sandang pangan dan papan. Asumsi penulis jatuh cinta adalah kehilangan daya berpikir kritis, kondisi akal dijadikan babu oleh perasaan demi memikirkan masa depan bersama yang abstrak. Orang jatuh cinta membuat seseorang bodoh. Sosok yang dicintainya mendominasi dalam pikiran akal sehatnya.Jatuh cinta pada seseorang dapat lahirkan cinta namun lebih besar melahirkan kebencian. Aneh tapi sulit dirasionalisasi, logika tak mampu menguraikan. Sehingga jatuh cinta kepada pasangan itu satu kekonyolan yang nikmat dan bahagia. Lebih tepatnya cinta itu gila. Gila dimana kondisi akal sehat hilang. Pelajar mengalami gejala kegilaan ringan akibat cinta yang disebut galau dan bucin (budaknya Cinta). Maka jatuh cinta bagi menyandang status pelajar hanyalah menambah masaalah dari masaalah yang bertumpuk-tumpuk.

masalah diantaranya menurunkan daya kognitif pada pelajar, Contoh yang lebih Reel dalam masyarakat kita jika hafalan tak kuat maka mereka mengatakan “ susah juga kalau sudah berkeluarga banyak beban fikiran, susahmi untuk menghafal, mulai turun daya ingatan ta”. Ini pemikiran ikatan yang sah dimata agama dan hukum. Bagaimana dengan asmara pelajar yang tak sah (pacaran) namun selalu mengahantui was-was dan ketakutan akan menimbulkan abrasi ilmu pengetahuan pada diri seorang pelajar. lupa dan lenyap ilmu pengetahuan itu pada akhirnya.

Kemudian jika status mahasiswa yang minim karya dan prestasi menjalani hubungan pacaran boleh jadi Skiripsinya pun ia sulit untuk selesaikan lalu memutuskan Resepsi. Tentunya dampak yang didapatkan oleh seorang pelajar ketika menjalin hubungan pacaran secara garis besar: pengekangan dan hilangnya kemerdekaan pribadi, prestasi menurun, tuduhan berzina, pergaulan terbatas, waktu dan uang terbuang sia-sia, tekanan batin.

Penulis ingin menggugat asmara dari para pelajar (Mahasiswa, sma, smp) itu. Asmara pelajar yang dilakukan dalam bentuk perilaku pacaran, tentu menjadi hal yang wajar jika pegangan tangan, ciuman, healing di gunung, dilaut,puncaknya berhubungan seks dan efek negatifnya dari semua itu bagi pelajar yang notabenenya sedang meggeluti pendidikan akan mengalami dikotomi pikiran dan waktu maka konsentrasi minat belajar akan menurun fase mereka jauh dari makna sebagai harapan keluarga, bangsa dan Negara.
.

Pada binatang, Hewan jantan akan melakukan segala cara memikat hewan betinanya agar bisa kawin kawin. Contohnya burung Cendrawasih jantan akan memamerkan bulu cantik nya dengan tujuan menarik perhatian burung cenderawasih betina lalu kawin mawin. Pada manusia pun demikian, motivasi sebagian mahasiswa untuk bisa menyelesaikan skripsi agar segera resepsi. yaitu menikah dengan orang yang dicintainya, kadang kala syarat untuk diterima adalah dengan menyelesaikan studi sebagai daya tarik kepada keluarga salah satunya. Maka untuk memperjuangkan cinta agar bisa hidup bersama dengan orang yang ia cintai nya,ia harus menyelesaikan studi Sarjana. sadar atau tidak sadar dorongan hasrat seksual (Menikah lalu kawin) akan menjadi motivasi dalam menyelesaikan studi.Bagaimana pun dengan menikah rasa penasaran mendalam terhadap pasangan akan terkuak. Beda halnya jika pasangan pelajar telah melakukan hubungan intim (Bercinta) dengan pasangan nya, sulit untuk mengkonversikan menjadi semangat dalam menyelesaikan studi. Hilanglah semangat meraih cita-cita karena bercinta telah kita lalui. Sebaliknya, proses penyelesaian studi selesai bagi yang menjalani asmara berharap putus dengan pasangan nya sebab rasa penasaran itu telah lama ia rasakan dan temukan. Agak mirip dengan binatang, namun bercinta sebelum cita-cita diraih lebih binatang dari binatang.

Sebagian besar orang menganggap fungsi pacaran adalah sebuah bentuk rekreasi, orang yang berpacaran akan menikmatinya dan menganggap pacaran sebagai sumber kesenangan dan rekreasi. Sebuah penelitian menunjukan responden laki-laki lebih memaknai fungsi pacaran sebagai sumber kesenangan dibanding perempuan. Istilah cinta main-main memiliki presentasi lebih tinggi laki-laki dibanding perempuan. Hal ini menunjukan bahwasanya laki-laki lebih memaknai pacaran dengan sumber kesenangan, sedangka, perempuan lebih memaknai pacaran dengan pencarian status.

Tragedi asmara yang lebih mengerikan pada tingkat perguruan tinggi ditataran kampus adalah Senior berkarat menjalin pacarnisasi dengan junior (perempuan) kampusnya ataupun sesama organisasi, umumnya junior yang polos nan suci dengan niat belajar ke senior tersebut yang di anggap mampu membuka cakrawala wawasan berpikirnya sesuai cita-cita keinginan luhurnya, namun takdir berkata lain senior tipe demikian menafsirkan bukan hanya wawasan yang ia buka namun selangkangan pun akan didekonstruksi, lagi-lagi dibalut sepotong kata suci yaitu CINTA. Demikianlah cinta seringkali terlafadzkan agar cumbu-mesra dapat terealisasikan.

Miskonsepsi Pacaran.

Pacaran sebagai praktik sosial merupakan fenomena baru muncul pada belakangan ini.
Dalam tradisi masyarakat Indonesia telah memiliki budaya tersendiri sebelum Pra-pernikahan. Di Sulawesi tenggara perkawinan adat suku tolaki dimana ada prosesi atas insiatif secara kolektif secara ideal dan normative dilakukan bagian dari prosesi perkawinan yang disebut tahap metiro yang bermakna mengintip, meninjau calon istri. jika kita mencoba memaknai prosesi ini mempunyai kemiripan pacaran (Pra-pernikahan) sebagai mana belum terkontaminasi oleh modernisasi.

Begitu pula pada masyarakat melayu kuno mempunyai kebudayaan tersendiri dalam melangsungkan pra-pernikahan. Pacaran diambil dari kata Pacar. Tumbuhan daun pacar. Pacaran adalah suatu kondisi yang menerangkan bahwa sudah adanya itikad menuju jenjang yang lebih serius antara sepasang laki-laki dan perempuan yang kelak menjadi pasangan sah secara agama maupun Negara. Keduaya ditandai pada jari tangan mereka dengan olahan daun pacar berwarna merah. Dengan tanda kode yang berada tangan sepasang mereka guna memudahkan dilingkungan mereka bahwa sedang pacaran. Lanjut, sang lelaki akan diberikan waktu 3 bulan untuk mempersiapkan diri, belajar ilmu pernikahan, wawasan membina rumah tangga, mencari materi dll.

Istilah pacaran, muncul pada zaman revolusi industri. Dalam buku the whole art Sopan Courtship:Or ladies & Gentlmen’s Love Letter Writer membahas tentang tips membuat surat cinta pada pacar, terbit tahun 1849 dan diketahui menjadi buku pertama denan teman ini. Buku ini menjelaskan secara pasti bahwa tujuan pacaran adalah persiapan pernikahan.

Pada tahub 1920-an pacaran terbentuk dari fungsi utamanya adalah untuk memilih dan mendapatkan seseorang pasangan, sebelum periode ini pacaran hanya bertujuan untuk menyeleksi pasangan, dan pacaran diawasi oleh ketat orang tua, yang sepenuhnya mengendalikan kebersamaan setiap relasi hetereoseksual .

Penulis berpendapat bahwa Pacaran hanyalah metode dalam mengetahui identitas pasangan kita secara Lahiriah. Pendekatan Pra-Pernikahan. Mengetahui karakter, pola pikir, serta asal usul nasab keturunan si pasangan kita.

Pergeseran makna pacaran sangatlah tajam. Pada era modern ini, pacaran menjadi sebuah tradisi pada memasuki usia remaja dan terus dilakukan secara berulang-ulang. SMP punya pacar, SMA punya pacar, Kuliah Play Boy/play girls.

pacaran zaman dulu telah memiliki aturan main sebelum menuju hari H pernikahan dengan tujuan terciptanya keluarga yang bahagia serta mempunyai turunan yang diidamkan. Hal ini jika diibaratkan pada sistem pemilu, KPU telah menetapkan waktu berdasarkan kesepakatan bersama sebagaimana aturan yang ada untuk mencoblos pasangan calon. Begitu pula dalam pernikahan si laki laki mencoblos sesuai aturan waktu yang telah ditentukan, beda halnya zaman sekarang si laki-laki mencoblos sebelum hari H dan bukan atas kesepakatan bersama. Akibatnya menikah bulan januari melahirkan dibulan juli, sebab mengambil panjar memang. Artinya pernikahan tak dapat tercipta keluarga yang harmonis sebab menyalahi aturan main yang ada.

Pacaran zaman sekarang bertolak belakang dengan zaman dulu. Zaman dulu pacaran biasanya hanya dilakukan sekali dalam seumur hidup dalam rangka mempersiapkan diri ke jenjang pernikahan dalam waktu dekat dan didalamnya terdapat rambu-rambu sosial sehingga terlihat bernilai dan terhormat dihadapan masyarakat . Sedangkan, zaman sekarang pacaran dilakukan secara berulang-ulang dan waktunya belum ditentukan serta dilakukan secara bebas tanpa adanya rambu-rambu sosial dan terlihat tak bermoral dihadapan masyrakat bahkan diusir oleh masyarakat jika kedapatan pacaran.

Tepatnya pacaran zaman sekarang semacam gaya hidup. Pacaran bukan hanya dilakukan oleh orang yang belum menikah namun sepasang kekasih yang menjalin hubungan asmara secara gelap tetap disebut pacaran.

Tidak seperti dulu pacaran adalah pengenalan pra-nikah didalamnya terdapat bimbingan wawasan keilmuan perkawinan sebagai modal mengarungi bahtera rumah tangga . Akan tetapi pacaran saat ini hanya sebatas pengenalan intim pasangan tanpa adanya upaya menetapkan waktu ke jenjang pernikahan sertaa tak ada bimbingan dari siapa pun belajar secara otodidak tentang pernikahan sehingga putus di tengah jalan. Sekalipun lanjut ke tahap pernikahan biasanya cerai disebabkan kurangnya pemahaman membina rumah tangga yang baik.

Jadi di era ini, pacaran berfungsi melabeli sepasang pelajar yang sedang menjalin asmara mencari kesenangan palsu dan belum dipastikan menuju jenjang pernikahan serta membutuhkan waktu yang lama sampai ke jenjang ke pernikahan bahkan tidak sampai pada jenjang pernikahan. Contoh:Pacaran yang dilakukan oleh anak SMP sama sekali tidak seperti pacaran makna sesungguhnya karena pacaran mereka tidak mempunyai hubungan dengan pernikahan. Dari kacamata agama islam pacaran sesuatu yang haram, di benci oleh pemuka agama karena tidak diajarkan dalam Islam. Taa’ruf adalah metode pra-nikah sesuai ajaran islam. Apa pun namanya entah itu pacaran dan taaruf tergantung siapa yang menjalinya ataupun individunya. Apakah ia telah bersikap dewasa dan punya batasan dalam mengenali sesama jenisnya.

Remaja hari in memahami pacaran dilatar belakangi oleh rasa penasaran yang tinggi terhadap organ lawan jenis dan bertujuan dapat merasakan hubungan seksual. Serta pacaran menjadi lifestyle oleh sebab itu kurang dianggap gaul jika tak mempunyai pacar.

Mencari Titik Temu

Perspektif penulis, tidah mencari pembenaran atau menyalahkan kepada pelajar baik tingkat SMP, SMA, atau tingkat perguruan tingggi untuk mengenal cinta. Yang salah adalah bercinta (berhubungan badan) tanpa ikatan yang sah di mata agama dan Negara. Bagi pelajar fokuslah untuk meraih cita-cita, cinta akan mengikut dengan sendiri nya.Jika telah terhormat status dan kedudukan anda. Di era ini perempuan sangatlah materialis. Karna dunia yang mendefiniskan cantik haruslah glowing, badan di lumuri dengan perhiasan yang mahal. Yang perlu dipahami perbedaan laki-laki dan perempuan, laki laki jika telah mendapatkan harta berlimpah mereka mencari perempuan, sebaliknya perempuan jika banyak materi dia tak lagi membutuhkan seorang laki-laki. Tamparan keras bagi kita seorang lelaki bahwa definisi kemandirian perempuan dan lelaki itu berbeda. Maka tepat jika seorang pelajar mengahbiskan waktunya, memeras keringatnya, untuk dapat sukses mempunyai status dan kedudukan yang terhormat dan bermanfaat di masyarakat.

Seorang pelajar yang sedang fokus pada keilmuan harus mempunyai pantangan, pantangan diantaranya adalah perempuan. Sebab nasihat ulama Imam Bisyrun Al-Hafi yang di nukil oleh Imam Ali al-Qari dalam kitabnya “Al-Mashnu’ fi Ma’rifah Al-Hadis Al-Maudlu’ bahwa
Ilmu akan tersiakan di dalam selangkangan wanita. Berbeda dengan jargon masyhur dari Imam As-Suyuthi sendiri;”Ilmu akan hidup di antara selangkangan wanita.”
Yang Jelas tipu daya wanita sangatlah dahsyat. (Q.s.Yusuf: 28) Silahkan anda cari Tafsiran tersebut.

Kehidupan yang palsu ini, sebagi pelajar sulit untuk mengidentifikasi perasaan yang serius dari seseorang. Laki dan perempuan sama saja suka mengotori makna cinta dengan menjalani hubungan yang palsu sering kali mengutarakan cinta untuk mempermainkan perasaan seseorang. Menurut hemat penulis kita harus dapat membedakan agar dapat terhindar dari hubungan asmara yang sia-sia. Apalagi bagi kalangan pelajar, mendapatkan kenyamanan dari sosok lawan jenis sangatlah sering kita temui. Kenyamanan itu bukanlah parameter utama dari memilih pasangan sehingga dilanjutkan pada tahap keseriusan. Pengakuan perasaan seseorang kita temukan di balut dengan retorika yang melululantahkan perasaan. Namun secara substansi semuanya hanyalah rayuan yang sifatnya dongeng semata.

Perbanyak referensi tentang pendidikan seks di mulai dari lingkunga keluarga, bergaul pada lingkungan yang sehat, aktif pada kegiatan tertentu, mengenal definisi cinta dengan baik dan benar,
serta teruntuk kaum adam, walaupun tabiat seorang lelaki libido seks lebih kuat dibanding dengan perempun sebab pria punya dorongan untuk melestarikan spesiesnya haruslah akal selalu tetap siaga dibanding dorongan hawa nafsu seksual. Artinya menumpahkan hasrat dorongan seksual kepada lawan jenis harus pada posisi yang mulia dan terhormat, sebab itulah yang membedakan kita dengan binatang.

Indonesia darurat pendidikan sex sehingga dampaknya Sex bebas merajalela. Pendidikan seks bagi pelajar harus senantiasa di bicarakan dimulai pada lingkungan keluarga, juga pada lingkungan pendidikan dititik beratkan namun jangan berharap tentang pendidikan seks sebab lembaga pendidikan formal kita masih menganggap hal yang tabu beda halnya pada lingkungan keluarga. Kedua orang tua harus mendiskusikan ke anak laki-laki dan perempuan. Masyarakat Indonesia masih menganggap membicarakan seks dikhalayak ramai adalah hal paradoks. Apakah enggan membicarakan sex karena kita menjadi bagian dari pelaku dan mempunyai pengalaman yang gelap terhadap sex? Munafik. namun memahami seks sesuatu yang suci. Demikian pula tulisan ini harus menembus isi kepala bagi setiap pelajar yang kesadaranya kurang tentang urgensi Asmara bagi pelajar.

Mahasiswi Perempuan harus dibekali pada pemahaman feminisme radikal, sehingga ini bekal dalam menjalani aktivitas akademisi di kampus ± selama 4 tahun. Penulis berasumsi masuk ke organisasi seperti Himpunan mahasiswa Islam perempuan akan dibekali senjata ampuh yang dimiliki buaya darat spesies predator seks yaitu Retorika dan Filsafat cinta pemahaman titik kelemahan perempuan. Cinta palsu sangatlah alergi dengan Rasionalitas Kritis, serta membungkam lelaki jika perempuan lebih lihai dalam memahami filsafat cinta. Dengan memahami kelemahan perempuan ada yang ada pada dirinya kemungkinan besar tidak terjebak pada Instrumen Irama cinta palsu yang dimainkan oleh laki-laki hiyperseks dan Nafsuan.

Penulis pernah ditanya “perempuan seperti bagaimana istri tipekal yang anda cari? Saya jawab perempuan cerdas pandai beretorika sehingga ketika saya bersama dia bukan hanya jadi suami takut istri tapi jadi filsuf sejati serangkaian sinopsis percintaan kami akan diselengi Dialetika seperti konsep Filsuf Hegel. auuw meledak….

Penutup,Perempuan telah diberikan 9 nafsu, dan satu akal. Sedangkan pria diberikan 9 akal dan satu nafsu. (Rabiatul Al-Adawiyah) Pahami renungi dan maknai terdapat pelajaran

Penulis merupakan Penganut Paham Maskulinitas Radikal.

Pengetahuan 30 Detik (Singkat) Lahirnya Filsuf Karbitan

Objektif.id – 30 detik jangan salah kaprah, bukan persoalan bokep sebagai mana yang mewabah belakangan ini. ini fenomena urgent dan aneh dari kebengisan teknologi yang kita sebut era disrupsi, postmodern, Revolusi industri 4.0. Polemiknya adalah meledak nya jumlah informasi yang dikemas melalui konten video lalu disebarkan di berbagai macam platform media sosial (You Tube, facebook, Ig, twitter, tik tok) hampir sebagian informasi yang menjelaskan secara tidak detail, singkat (30 detik).

Konsekuensinya disinformasi yang terjadi, Hoaks mewabah, kegaduhan terjadi, budaya berkomentar di medsos yang sifatnya membuly, lebih tepatnya preman media sosial dan pemecah persatuan bangsa. Serta membuat narasi-narasi menyesatkan pada setiap kolom komentar diberbagai macam platform media sosial.

Platform media sosial yang mendominasi seluruh aspek kehidupan manusia di era ini dengan niat untuk mengembangkan kualitas manusia sebagai peradaban baru namun dimanfaatkan oleh orang yang mencari keuntungan, namun tak disangka menurunkan harkat dan martabat manusia dan lahirnya proses Dehumanisasi.

Dalam konteks hari ini, internet tak seperti ubahnya mesin cetak Johannes gutenburtg disekitar abad 15 yang mengambil alih otoritas keagamaan pada saat itu. Karena al kitab akhirnya bebas di cetak dan dimilki oleh siapa pun yang mampu membaca sehingga tafsiran kalam ilahiah tak lagi dimonopoli. Artinya ini menjadi titik awal para ahli yang dibidangnya kehilangan legitimasi kepakaran. Jika kita korelasikan dengan realitas hari ini para kaum terdidik yang ahli pada bidangnya kehilangan sebagian legitimasi pengaruh dan kepercayaan diakibatkan hadirnya berbagai sumber informasi dan pengetahuan yang baru yang berasal media sosial. Media sosial hari ini didominasi oleh masyrakat awam dan mengendalikan kebenaran berdasarkan jumlah like, share, dan followers

Merebaknya pengetahuan singkat hari ini melalui kontenisasi dalam bentuk video lalu diedit menjadi singkat dan hanya mengambil poin poin tertentu dianggap bukanlah satu keilmuan namun pengetahuan. Secara sederhana, pengetahuan adalah sesuatu yang di ketahui , pengetahuan belum tentu sebuah ilmu. Ilmulah yang menjelaskan secara rinci tentang pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah. Olehnya itu, konten-konten yang di edit dari platform media sosial bukanlah satu pengetahuan yang utuh. Contoh memposting di status wa, berdurasi singkat, penjelasan dalam video konten telah dipangkas.

Penulis menganggap dewasa ini, kita seolah di paksa untuk memahami pengetahuan sebatas durasi 30 detik . pengetahuan singkat kemudian dengan cepat mengambil kesimpulan lalu menjadi Sok Bijak (Filsuf Karbitan). Karbitan merupakan kata tidak baku yang memiliki arti dipaksakan tanpa melaui proses. Jadi fisuf karbitan adalah kondisi setiap orang mengalami kebijaksanaan dipaksakan dan merasa sok tahu serta terbentuk bukan dari proses berpikir yang kritis. Filsuf karbitan tercipta menjadikan platform media sosial sebagai media yang sempurna dalam pembelajaran.

Benang merah dari polemik diatas adalah masyarakat Indonesia daya baca yang kurang. Juga didukung oleh kecanduan bersenggama dengan gadget. Menurut data wearesocial pada tahun 2021 waktu yang dihabiskan oleh orang Indonesia untuk mengakses internet perhari rata-rata yaitu 8 jam 52 menit . Menurut hemat penulis, berawal dari setiap reels, tik-tok, shorts, selalu menjamin penggunanya dapat menyenangkan akibatnya tubuh kita akan memproduksi hormone dopamine. Kondisi ini menyebabkan perasaan eufhoria sementara. Walaupun singkat, umumnya durasi 30 detik setiap video. Namun Jangan anggap remeh 30 detik ini kita dapat terhipnotis sampai 3 jam dan berjam jam.

Kegelisahan penulis berawal dari melihat realitas sekeling kita dan teruntuk mahasiswa yang menjadi penikmat pengetahuan 30 detik ini. Menurunkan marwah bagi pelajar yang menyandang MAHA. Ironis, seolah mahasiswa kehilangan ke-Maha-anya.

Proses lahirnya Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia, kata berangkai dari kata philein yang berarti mencitai, dan sophia berarti kebijaksanaan. Philosophia berarti: Cinta atau kebijaksanaan (Inggeris: Love of wisdom, Belanda Wijsbegeerte. Arab: Muhibbu al- Hikmah). Orang yang berfilsafat atau orang yang melakukan filsafat disebut “filsuf” atau “filosof”, artinya pencinta kebijaksanaan Berfilsafat berarti berpikir. Namun, tidak semua orang yang berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh sungguh. Sebuah semboyang mengatakan bahwa: setiap manusia adalah filosuf.

Semboyang ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi, secara umum semboyang ini tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filosuf. Berdasarkan uraian di atas di pahami bahwa filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam sampai keakar-akarnya.

Pada aplikasi Whatsapp itu hanya 30 detik memberikan informasi, tik tok 5 menit, reels Instagram maksimal 90 detik, shorts YouTube 60 detik, praktik kontennisasi jadi hobi dan konsumsi kita.

Filsuf karbitan ini lahir adalah pengguna smartphone yang memahami secara praktis dan singkat setiap konten video yang berdurasi pendek lalu mengomentari kalimat bijak dengan konklusi baru. Seakan-akan mereka memahami baik konten makna dari ungkapan di video tersebut.Sebagian menikmati dengan khusyuk dominan pada durasi 30 detik.

Sulit di zaman ini menilai seseorang apakah bijak atau tidak, jika paramaternya adalah melihat aktivitas medsos di ig, wa, fb, twitter, tik-tok ,setiap harinya selalu memposting video bermanfaat ataupun rajin menshare setiap konten tersebut , lalu melegitimasi orang tersebut mempunyai moralitas yang baik. Bahkan ada beberapa teman-teman yang storynya di medsos jauh dari panggang api dengan perilaku dan perbuatan hari-harinya yang bejat. Story malaikat perbuatan iblis.

Seperti yang kita ketahui bersama algoritma di setiap smartphone akan menyesuaikan sesuai dengan keinginan kamu, mendeteksi kesukaan kamu, dan karakter kamu maka penampilan di beranda kamu adalah sesuai yang kamu lakukan pada laman pencarian, follow, like, share. Sebagian orang yang sedang menggeluti ilmu untuk menambah wawasan pengetahuan, seringkali terlena dan kecanduan dalam menscroll konten-konten yang berhubugan dengan ilmu pengetahuan walaupun singkat.

Padahal konten tersebut hanya bertujuan untuk memberikan kenyamanan. Menciptakan dopamine yang menyebabkan berjam-jam menscroll. Bukan memperkaya khazanah intelektual kita. Jika memang niat kita untuk mengetahui dalamya dan luasnya ilmu, maka habiskan waktu untuk memperkuat literasi (membaca, menulis, berbicara, menganalisi). Terasa elit bersama smarthphone selama 3 jam, namun sulit bersama buku selama 3 jam.

Belajar secara otodidak melalui konten di platform media sosial mengandung banyak pelajaran namun tak bisa di sebagai proses pembelajaran. Secara garis besar pembelajaran adalah terjadinya dialog dua arah (guru-murid) secara interaktif yang didalamnya terdapat edukasi. Walaupun konten video yang menjelaskan berupa pengetahuan, kata-kata bijak itu dibawakan secara menarik (disisipkan suara music biar nyaman) dengan statement padat dan berbobot tetaplah tidak memberikan efek rangsangan yang mengupgrade kecerdasan kita. Malah sebaliknya yang ada hanya memiliki cara berpikir skeptisme yaitu mempercayai segala sesuatu tanpa alasan. Dogma-dogma pengetahuan di setiap konten singkat itu membentuk gaya berfikir ejakulasi, serta miskin daya critical thingking. Juga, candu konten tersebut bukanlah semangat mencari esensi ilmu melainkan agar merasakan sensasi. Kita terhipnotis bahwa platform media sosial telah merangkum komposisi ilmu pengetahuan yang ada. Seolah referensi google menjadi kebenaran absolute, dan terlegitimasi kebenaranya. Namun kita tidak pernah mengira bahwa yang menulis tulisan kebenaran di google adalah mereka yang bukan akadamisi tulen hanya yang menulis di internet semata untuk mencari keuntungan atau uang. Banyak kekeliruan didalamnya. Kita selalu berdebat jika mengalami frustasi pikiran maka google menjadi pembantu, bahkan sering seringkali mendengar “tanya saja google”. Penulis sepakat jika mengakses referensi google untuk bahan bacaam dan diskusi itu buku jurnal atau blog, website yang menuliskan referensinya dengan jelas.

Sehinga sekali lagi untuk tidak menjadi seorang filsuf karbitan hindari dan kurangi platform medsos sebagai kiblat dari sumber keilmuan , maka belajarlah dengan secara sistematis dan rerefensi yang jelas serta bimbingan secara offline. sebab jika bimbingan online bukan proses pembelajaran, sebab pembelajaran itu interaksi dua arah yang bukan hanya transfer ilmu namun jauh dari lebih dari itu: mentransfer adab dan nilai. Tidak heran karakter peserta didik kurang ajar, miskin akhlak, sebab dengan masifnya kita belajar secara online di media sosial dalam proses interaksi tersebut kita kurang mendapatkan nilai nilai kesopanan. Di sisi lain jika berguru atau belajar pada media sosial ataupun Artifcial intelgence lainya, efek negatifnya adalah manusia kekeringan rasa kepekaan, kehalusan perasaan keindahan budi pekerti, kepekaan empati, dan solidarits sosial. Oleh sebab itu dalam mencari ilmu sumber ilmu haruslah jelas, istilah sanad keilmuan dalam dunia pesantren memang sangatlah penting disana mengjarkan memperhalus perasaan dengan mengormati guru, tabe-tabe dalam mengambil keilmuanya serta budaya saling menghormati dalam batas kewajaran. Sekarang dapat kita dapat membedakan filsuf orginal dan filsuf karbitan. Filsuf original terlahir dari proses tempaan yang keras, secara sistematis dan membutuhkan waktu yang lama, sedangkan filsuf karbitan menjadi bijak dengan modal paket data.

kategori filsuf karbitan adalah mereka manusia yang tanpa berpikir panjang, aksiologi yamg tak jelas dan berkhutbah di medsos dan dipercaya setiap omomganya mengalahkan dari para pakar. Mereka terlegitimasi kepercayaan public disebabkan mempunya followers yang banyak di media sosial serta dekat dengan penguasa. Contoh kecil filsuf karbitan adalah para buzzer, para artis yang baru hijrah dan tampil di medsos memonopoli kebenaran. Maka dizaman ini dapat kita sebut era matinya kepakaran. Jika seorang pakar berdebat di ruang media sosial pada kolom komentar tak akan menyelesaikan pokok permasalahan, hilang nilai kepakaranya yang ada hanya saling berbantah-bantahan , mispersepsi contoh berdebat di group wa, walaupun dengan seribu argumentasi yang rasional tak akan mempan untuk bisa membuat satu kesimpulan yang terjadi hanyalah kegaduhan dalam grup

Meningkatkan Daya Baca.

Harus diakui masyarakat indonsia adalah bangsa suka membaca namun daya baya yang rendah . Kita gemar membaca berita sebatas judul, lalu menyimpulkan. gemar mengkonsumsi fakta subtansi pada koneten video tik, tok, reels ig, shorts YouTube yang 30 detik lalu menyimpulkan.
kita suka membaca status wa, info grup, baca status, suka membaca diskon pada satu tempat perbelanjaan. Doyan baca tinggi namun daya baca sangat lah rendah. Dengan budaya demikian maka tidak heran kita (warga +62) daya baca tumpul, budaya komentar tajam.

Membaca bukan hanya sekedar membunyikan kata dalam teks. Membaca adalah memahami dan memaknai setiap peristiwa yang terjadi dan setiap peristiwa itu terdapat pelajaran bagi orang orang yang berpikir. Dalam peristiwa itu ada hukum kausalitas (Sebab dan akibat). Karena adanya sebab dan akibat maka terdapat campur tangan yang sifatnya sulit untuk di jelaskan secara rasional, disinilah Tuhan berperan penting dalam peristiwa yang sulit dirasionalisasi. Maka membaca secara hakikat akan menghindari kita menjadi Filsuf Karbitan menuju Filsuf (orang yang bijaksana) sesungguhnya.

Lanjut, dalam konteks dunia pendidikan membaca adalah keharusan bagi seorang pelajar dengan mengandalkan berbagai macam sumber yang baik di buku maupun media platform.

Sekararang kita mengalami era disrupsi informasi dan pengetahuan, sehingga memudahkan kesamaan orang berpikir, berbicara, berpendapat. Pengetahuan ada di berbagai macam jendela media platform. Orang tidak mengunakanya dan memadukan menjadi satu ilmu pengetahuan, malah menjadi pengetahuan yang di dapatkan tidak secara sistematis, dan pengambilan kesimpulan dengan melompati, atau memperepat konten pengetahuan yang berasal dari platform media sosial.

Dan dengan menguatnya minat baca kita, kegaduhan, hoaks yang merajalela akan mulai berkurang, sehingga membaca akan membawa kita pada fase menjadi filsuf yang sesungguhnya. Serta ini tanggung jawab bersama perlu secara radikan dalam membumikan minat baca baik pemerintah, akademisi, mahasiswa, dan yang paling penting di mulai keluarga sehingga kita dapatkan mewujudkan manusia-manusia yang terdidik.
Serta penulis sarankan untuk menonton secara khatam Film The Social Dilemma disutradari oleh jeff Orlowski. Biar kamu paham ada yang lebih mengerikan dari kisah cintamu yaitu lahirnya platform media sosial, hehehe

Terakhir penulis berpandangan Jika filsuf Rene Descartes berteori cogitu ergo sum (aku berpikir maka aku ada) maka berbeda dengan zaman sekarang penulis berteori Je suis en ligne (aku online maka aku ada).

Penulis: IH
Editor: Redaksi

“Penulis adalah Demisoner pengurus AFK (Aliansi Filsuf Karbitan Dunia)”