Wajib Dibahas, Ini Tiga Rekomendasi Peserta LK III BADKO HMI SULTRA Untuk Kongres HMI Ke-XXXII di Pontianak

Kendari, Objektif.id

Peserta Latihan Kader III (Advance Training) Badan Koordinasi (BADKO) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sultra merekomendasikan tiga poin krusial untuk dibahas pada kongres Kongres HMI Ke-XXXII Pontianak mendatang.

Rekomendasis pertama adalah soal kebijakan pengesahan Cabang yang harus dirubah dan diberikan ruang kewenangan untuk BADKO HMI dengan beberapa variabel alasannya, sebagai berikut:

1. Banyaknya jumlah cabang HMI di seluruh Indonesia membuat konsen Pengurus Besar HMI hanya terfokus pada pembahasan cabang-cabang yang dualisme sehingga mengesampingkan banyak hal baik program kerja bidang maupun issue issue nasional dan internasional. Maksudnya adalah rekomendasi ini membantu PB HMI untuk mengurangi beban kerja.

2. Formatur Ketua Umum di cabang-cabang pelosok banyak mendapatkan kesulitan dalam mengurus SK Cabang karena harus berangkat ke Jakarta untuk menyerahkan hasil-hasil konferensi, apalagi Formaturnya yang belum mengetahui lika-liku ibu kota Jakarta ditambah soal finansial yang tidak semua formatur mempunyai kecukupan finansial untuk menetap berbulan-bulan di Jakarta.

3. Berdasarkan pengalaman dan informasi dari PB HMI sendiri, bahwa jika dalam rapat-rapat harian dan presidium yang membahas soal pengesahan cabang, seringkali terjadi konflik (chaos) sesama pengurus besar yang tidak memiliki pandangan yang sama.

4. Pengurus Besar HMI tidak tahu menahu terkait keakuratan informasi konferensi cabang jika terjadi dualisme kepengurusan, sehingga peran BADKO HMI dibutuhkan sebagai perpanjangan tangan PB HMI yang berkedudukan di tiap-tiap Provinsi, maka dari itu BADKO HMI bisa diusulkan menjadi pengawas jalannya konferensi Cabang agar tidak terjadi lagi dualisme dan mengikuti aturan AD/ART pada konferensi tersebut.

Rekomendasi kedua adalah soal kewenangan MPK PB HMI yang harus dikembalikan dalam mengatasi beberapa sengketa dan persoalan yang ada di internal HMI. Alasannya adalah sebagai berikut:

1. Beberapa masalah yang ada di PB HMI dianggap tidak mampu diselesaikan karena seringkali muncul ego sekte dan gerbong yang berbeda-beda.

2. MPK PB HMI dianggap meringankan kerja-kerja PB HMI terkait sengketa dan permasalahan lainnya apalagi menuju kongres masih banyak permasalahan yang belum selesai. Hal itu kemudian agar PB HMI lebih terfokus pada pelaksanaan kongres daripada berlarut-larut dalam pembahasan sengeketa dan permasalahan lainnya.

Rekomendasi ketiga adalah soal materi pada perkaderan yang ada di HMI lebih spesifiknya materi Kepemimpinan Manajemen Organisasi yang ada di HMI.

Karena Organisasi HMI dianggap sebagai organisasi yang menjadi lumbung untuk menyiapkan calon pemimpin-pemimpin bangsa ke depan tetapi justru materi Kepemimpinan yang ada di HMI tidak memiliki acuan yang komprehensif terkait bagaimana Kepemimpinan yang sebenarnya menurut prespektif HMI itu sendiri sehingga perlunya merekomendasikan PB HMI membuat tim penyusun silabus materi Kepemimpinan Manajemen Organisasi yang lebih komprehensif yang terlahir dari pemikiran asli kader HMI.

Tiga rekomendasi tersebut merupakan buah pemikiran dari Kelompok 1 Peserta bidang internal HMI yang dipresentasikan dan dibahas secara objektif di forum LK III (Advance Training) BADKO HMI SULTRA yang digelar sejak 19-26 Agustus 2023 di salah satu hotel di Kota Kendari.

Berikut nama-nama kelompok 1 bidang internal HMI

1. Enggi Indra Syahputra (Ketua Kelompok asal BADKO SULTRA.

2. Syahrido Alexander asal BADKO JABODETABEKA BANTEN

3. Hendra Amarullah asal BADKO SULTRA

4. Muh. Anugrah Panji Suara asal BADKO SULTRA

5. Asrawan Sumardin asal BADKO JABODETABEKA BANTEN

6. Sarlan Lario asal BADKO SULTRA

7. Nabusfanando asal BADKO SUMBAR

 

Membunuh tuhan Karena Tuhan

Oleh : Wahyudin Wahid

Sebelum kehadiran agama, fenomena tentang kepercayaan yang dianut oleh manusia sangat bervariatif, baik dianut secara individu maupun secara kelompok pada satu wilayah tertentu. Kepercayaan tersebut merupakan warisan leluhur yang kemudian dilakukan secara kontinu sehingga melahirkan tata nilai yang melembaga dalam tradisi masyarakat, salah satunya ialah sakralisasi terhadap pohon, gunung, ataupun benda-benda yang dianggap mempunyai satu kekuatan ghaib untuk mementukan nasib manusia.

Dalam konteks Nilai-Nilai Dasar Kepercayaan (NDP) HMI, Kepercayaan-kepercayaan itu akan menghambat kemajuan sebuah peradaban, sehingga dianggap bertentangan dengan fitrah manusia sebagai khalifah di bumi yang mempunyai value tertinggi diantara entitas makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Maka, sangat tidak logis ketika manusia yang cenderung kepada kebenaran dan kebaikan serta hasrat untuk mencari kebenaran dan keparipurnaan hidup itu menghamba kepada sesama ciptaan Tuhan yang memiliki nilai dibawah manusia itu sendiri.

Pada periode arab pra islam, dimasa jahiliah, penghambaan masyarakat kembali ditujukan kepada berhala-berhala. Berhala-berhala itu mereka anggap mampu untuk menentukan nasib, memberi rejeki, kekuatan, dan pengobatan kepada manusia. Jauh sebelum mereka melakukan itu, Nabi Ibrahim As dalam eksperimen theologisnya telah membantah akan adanya kuasa dari berhala berhala yang disembah oleh masyarakat pada saat itu.

Dalam eksperimen theologis itu, Nabi Ibrahim As telah membuat raja namrud mengakui bahwa berhala tidak mempunyai kuasa untuk menghancurkan berhala lain, apalagi untuk menentukan nasib manusia serta menunjukkan kekuasaan Allah SWT dengan fenomena keluarnya nabi ibrahim dari kobaran api saat hendak dibakar oleh raja namrud.

Melihat kebiasaan masyarakat itu, Rasulullah SAW, merasa gelisah kemudian berkhalwat di Gua Hira selama beberapa hari, kemudian diberikan wahyu hingga perintah menyebarluaskan agama islam.

Proses islamisasi ditandai dengan mengucapkan kalimat syahadat, yakni persaksian bahwa tiada tuhan selan Tuhan (syahadat tauhid) dan persaksian bahwa Rasulullah SAW adalah utusan Allah.

Syahadat tauhid, terbagi menjadi dua, yaitu kalimat pengecualian (negasi) dan kalimat penegasan (afirmasi). Kalimat negasi dalam hal ini ialah kata “tidak ada tuhan,” sedangkan kalimat afirmasi ialah kata “selain Allah SWT.

Dalam implementasinya, syahadat mengarahkan manusia untuk kemudian membunuh dan mengharamkan tuhan-tuhan lain dan mengecualikan satu Allah yang merupakan kebenaran mutlaq, asal dari segala asal, sebab dari segala sebab, dan tujuan dari segala kenyataan alam semesta yang luas ini.

Hal tersebut juga sebagaimana yang dijelaskan dalam surah Al-An’am (6 : 19), Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

قُلْ اَيُّ شَيْءٍ اَكْبَرُ شَهَا دَةً ۗ قُلِ اللّٰهُ ۗ شَهِيْدٌۢ بَيْنِيْ وَبَيْنَكُمْ ۗ وَاُ وْحِيَ اِلَيَّ هٰذَا الْـقُرْاٰ نُ لِاُ نْذِرَكُمْ بِهٖ وَمَنْۢ بَلَغَ ۗ اَئِنَّكُمْ لَـتَشْهَدُوْنَ اَنَّ مَعَ اللّٰهِ اٰلِهَةً اُخْرٰى ۗ قُلْ لَّاۤ اَشْهَدُ ۚ قُلْ اِنَّمَا هُوَ اِلٰـهٌ وَّا حِدٌ وَّاِنَّنِيْ بَرِيْٓءٌ مِّمَّا تُشْرِكُوْنَ

“Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang lebih kuat kesaksiannya?” Katakanlah, “Allah, Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Al-Qur’an ini diwahyukan kepadaku agar dengan itu aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang yang sampai (Al-Qur’an kepadanya). Dapatkah kamu benar-benar bersaksi bahwa ada tuhan-tuhan lain bersama Allah?” Katakanlah, “Aku tidak dapat bersaksi.” Katakanlah, “Sesungguhnya hanya Dialah Tuhan Yang Maha Esa dan aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah).”

Penegasan selanjutnya, terkait mengapa kemudian Rasulullah begitu berani untuk bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah SWT, dijelaskan dalam surah Al-Ikhlas (112 : 1-4):

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ

“Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha Esa.”

اَللّٰهُ الصَّمَدُ

“Allah tempat meminta segala sesuatu.”

لَمْ يَلِدْ ۙ وَلَمْ يُوْلَدْ

“(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.”

وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ

“Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”

Q.S Al-ikhlas (112 : 1-4) isi selanjutnya dijelaskan dalam Q.S Asy-Syura (42 : 11), bahwa mengapa kita sebagai manusia harus membunuh atau meniadakan tuhan-tuhan lain selain Allah SWT, karena secara sosio historis belum ada fakta yang menunjukkan bahwa ada sesuatu yang setara dengan Allah, dengan indikator kesetaraan sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an.

Sehingga sebagai umat muslim, kita dituntut untuk kemudian melepaskan diri dari tuhan-tuhan lain selain Allah SWT. Secara umum, tuhan-tuhan kecil bukan hanya dalam bentuk berhala yang nampak oleh mata, akan tetapi segala bentuk kepercayaan-kepercayaan yang berpotensi menurunkan kadar keimanan kita terhadap Allah SWT, Tetlebih kepada kepercayaan yang didasarkan kepada laqlid semata.

Sebagai penguatan dan penutup dari tulisan ini, kami kami sertakan Q.S Al-Isra’ (17 : 36), Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَلَا تَقْفُ مَا لَـيْسَ لَـكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗ اِنَّ السَّمْعَ وَا لْبَصَرَ وَا لْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰٓئِكَ كَا نَ عَنْهُ مَسْئُوْلًا

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.”
(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 36)

Sebagai kesimpulan, bahwa dalam setiap aktifitas yang kita lakukan sebagai umat muslim, baik itu yang berkaitan dengan theologi, humanitas, maupun kosmologi, hendaklah selalu kita sandarkan kepada Allah. Tidak ada pengharapan lain dari apa yang kita lakukan dalam perjalanan menciptakan sejarahinj, selain dari ridha Allah SWT.

Billahitaufiq Wal Hidayah,
Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.

Badko HMI Sultra Komitmen Membangun Kader Pemimpin

Kendari, Objektif.id – Pemuda adalah ujung tombak suatu bangsa. Pemuda adalah tongkat estafet kepemimpinan masa depan bangsa. Kalimat tersebut nilai sepadan apa bila dialamatkan pada kerja-kerja yang dilakukan oleh Pengurus Badan Koordinasi (Badko) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sulawesi Tenggara.

Tak kurang dari 20 peserta dengan perwakilan 11 Badko HMI se Indonesia yang mewakili provinsi masing-masing mampu didatangkan pada kegiatan Latihan Kader III Tingkat Nasional Tahun 2023. “Kita ingin minat perkaderan Sultra itu meningkat,” kata Ketua Badko HMI Sultra Irfan Karim saat ditemui disalah satu hotel di Kendari, Sabtu (20/8/23).

Didalam tradisi HMI Latihan Kader III atau yang sering dikenal Advence Training merupakan proses kaderisasi formal yang terakhir. Setelah melalu Latihan Kader II (Intermediate Training) dan Latihan Kader I (Basic Training).

Kegiatan yang akan berlangsung sampai 28 Agustus 2023 ini, pemuda asal Kabupaten Konawe Utara itu menginginkan para peserta menjadi pribadi yang bermanfaat untuk agama, bangsa dan negara.

Kompleksnya dinamika keorganisasian di HMI tentunya dibutuhkan kader-kader yang secara kepemimpinan telah matang. Sehingga mempu memberikan solusi atas setiap problematika keumatan dan kebangsaan.

“Para peserta ini adalah cikal bakal pelanjut dari pada kepengurusan PB HMI,” imbuhnya.

Pentingnya Suport KAHMI

Presiden Jokowi mengklaim HMI sebagai organisasi kemahasiswaan Islam terbesar dan tertua di Indonesia. Tertunya telah memiliki puluhan atau bahkan ratusan ribu alumni yang tersebar dengan berbagai macam profesi.

KAHMI yang merupakan organisasi kekeluargaan alumni HMI dianggap paling memiliki peran sentral dalam mensuport ekosistem proses kaderisasi di HMI.

Salah satu Presidium MW KAHMI Sultra Abdurahman Saleh menilai Latihan Kader III merupakan bentuk kontribisi HMI kepada negeri dengan melahirkan kader pemimpin yang mampu terjun ke masyarakat secara nyata sesuai dengan cita-cita bangsa.

Ia optimis para peserta yang mengikuti kegiatan Latihan Lader III tersebut kedepannya akan menjadi generasi berkualitas penerus estafet kepemimpinan bangsa.

“Saya kira ini adalah bagian dari persiapan untuk memajukan HMI agar lebih baik. Dan yang ikut juga bisa lebih konpetitif,” tandasnya.

Repoerter : Zul

Editor : Tim Redaksi