Dari PHK ke Sukses: Kisah Inspiratif Pasangan Lansia Yang Bangkit Lewat Usaha Mie Rumahan

Objektif.id – Sebuah kisah inspiratif datang dari sepasang suami istri, suaminya yang bernama La Manise (60) dan Istrinya yang kerap dipanggil Bude (52) oleh orang-orang sekitar kini sukses dalam bisnis mie rumahan yang bertempat di Btn Pesona, Jl. Salomo, Baruga, Kec. Baruga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara 93116.

Awal mula perjalanan mereka dimulai sejak tahun 2021 lalu ketika sang istri terpaksa dirumahkan dari pekerjaannya di sebuah perusahaan mie akibat dampak pandemi COVID-19 yang melanda.

“Daripada menganggur di rumah, saya membeli mesin mie dan mulai berproduksi,” ungkapnya mengenai awal mula usaha mandirinya yang kini telah bertahan selama tiga tahun.

Pada awalnya, semangat untuk memulai usaha sempat terkendala oleh keterbatasan lokasi. Namun, berkat dukungan keluarga yang menawarkan lahan belakang rumah, pasangan suami istri yang telah beranak cucu tersebut akhirnya bisa mewujudkan mimpinya.

“Kami dulu mulai produksinya di rumah yang berada di Puuwatu akan tetapi akhirnya kami menyadari ruangnya terbatas, kemudian saya punya keluarga bilang datang saja di rumah sana belakang luas, dan berdirilah pabrik mie kami di sini sampai sekarang,” tuturnya

Berangkat dari pengalaman kerja yang telah bude lalui di perusahaan mie sejak tahun 1983 memberikannya modal pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usaha. Hingga kini, menghasilkan keuntungan bersih sekitar 15 juta rupiah setiap bulannya. Berkat usahanya itulah telah memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya.

La Manise, sang suami, turut berbagi cerita. Ia mengungkapkan bahwa modal awal usaha ini merupakan hasil dari jerih payah menabung selama bertahun-tahun. Dengan modal sekitar 100 juta rupiah yang terkumpul, mereka akhirnya bisa membeli mesin dan memulai bisnis ini.

“Modalnya itu sekitar kurang lebih 100 juta, hasil dari menyisihkan sedikit-sedikit dari gaji istri saya dulu juga pendapatan tambahan dari hasil saya kerja serabutan,” jelasnya

Ketgam: La Manise ketika proses produksi mienya. Foto: Tesa/Objektif.id

Dalam hal perpajakan, beliau mengaku bahwa usahanya belum mencapai pendapatan yang mewajibkan membayar NPWP, namun tetap mewajibkannya untuk melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan setiap tahun.

“Kepemilikan NPWP kami belum ke tahap wajib bayar karena penghasilan kami belum mencukupi Rp 50 juta ke atas jadi, saat ini, hanya terus melapor setiap tahun,” bebernya

Selain itu, dalam hal pemasaran, suami istri itu memanfaatkan jaringan yang sudah terbangun sejak dulu ketika bude masih bekerja di perusahaan sebelumnya.

“Saya beruntung memiliki istri sepertinya yang telah berupaya tanpa lelah mempromosikan mie buatan kami kepada orang-orang,” ujarnya tersenyum

Selanjutnya, mie buatan sepasang lansia harmonis itu telah merambah ke beberapa kota di Sulawesi Tenggara, seperti Bau-Bau, Kolaka, dan Raha. Bahkan, produksi mie mereka dapat dijumpai di beberapa warung makan sekitar kota Kendari khususnya pada wilayah Baruga.

Ketekunan dan kemandirian dalam menjalankan usaha membuat mereka lebih memilih bekerja sendiri dari pada harus bekerja untuk orang lain. Meskipun demikian,

Meski demikian, mereka selalu khawatir jika ponsel tersebut hilang, karena itu berarti mereka akan kehilangan akses ke banyak pelanggannya.

Informasi tambahan, lokasi pabrik mie mereka telah tertera di google maps dan selalu mendapatkan rating tinggi yakni bintang 5 di ulasan konsumen.

 

Penulis: Rachma Alya Ramadhan 
Editor: Redaksi

Penuh Perjuangan! Kisah Dibalik Suksesnya 3 Brand Lokal Indonesia 

Objektif.id – Teman-teman tahukah kalian? beberapa dari produk-produk yang kita kenal seperti Aqua, SilverQueen, dan teh botol Sosro terdapat sebuah perjuangan yang panjang yang dilakukan oleh para foundernya (pemilik usaha) tersebut. Siapa sajakah mereka? diantaranya sebagai berikut :

1. Teh Botol Sosro (Soegiharto Sosrodjojo) 

Teh Botol Sosro merupakan sebuah produk olahan minuman yang didirikan oleh Soegiharto Sosrodjojo. Teman-teman tahu tidak, sebelum memproduksi teh ke dalam botol, perusahaan PT. Sinar Sosro dulunya hanyalah kedai kecil teh seduh biasa yang berada di sebuah kampung bernama Slawi, Jawa Tengah.

Cerita bermula di tahun 1960 kepindahan keluarga Sosrodjojo dari Jawa Tengah ke DKI Jakarta dengan harapan bisnis keluarga teh mereka sukses di ibu kota. Harapan tidak sesuai kenyataan. Ternyata, teh seduh mereka yang diberi label Teh Cap Botol itu kurang diminati masyarakat ibu kota kala itu. Meskipun begitu keluarga Sosrodjojo tidak pantang semangat, mereka terus menjajakan teh seduh mereka kepada masyarakat ibu kota.

percobaan pertama, teh-nya disuguhkan di depan umum sambil berkeliling di berbagai pasar-pasar tradisional di Jakarta sayangnya tidak berhasil, percobaan kedua, inisiatif membuat teh-nya dari rumah dan dibawa ke dalam panci menggunakan mobil open cup malah menimbulkan kerugian besar dikarenakan tumpah di jalanan, Hingga akhirnya karena sudah lelah dan usahanya tidak laku-laku Soegiharto Sosrodjojo sebagai percobaan terakhir ia memasukkan teh seduhnya dalam botol kaca bekas limun yang telah dicuci.

Tidak disangka saat dipasarkan, teh seduh dalam botol itu laris manis terjual. Dari situlah Soegiharto Sosrodjojo mulai memproduksi banyak teh kemasan dalam botol yang diberi label Teh Botol Sosro. Pada Tahun 1970 PT. Sinar Sosro pun didirikan dan telah memiliki sebanyak 14 cabang pabrik yang tersebar di seluruh dunia. Yang paling melegenda dari produk ini terdapat pada slogannya yang berbunyi “Apapun Makanannya, Minumnya Teh Botol Sosro”.

2. SilverQueen (Ming Chee Chuang)

SilverQueen adalah cokelat sejuta umat yang sering dijadikan bingkisan hadiah untuk diberikan kepada orang tersayang. Hayo, siapa yang mengira SilverQueen produk luar negeri? nyatanya SilverQueen adalah produk lokal Indonesia loh, dan siapa sangka dibalik suksesnya cokelat favorit kita ternyata dibumbui kisah yang menyedihkan pada awal ia dirintis.

Cerita bermula di tahun 1950 seorang pengusaha asal Burma keturunan Tionghoa Ming Chee Chuang, memutuskan pindah ke Indonesia tepatnya di Jawa Barat, Bandung. Ia memulai bisnisnya dengan membeli sebuah perusahaan cokelat NV Ceres dari orang Belanda di Garut. Kemudian, ia pun mengubah nama perusahaan itu menjadi PT. Perusahaan Industri Ceres. Lalu, memproduksi cokelat batang yang diberi label SilverQueen. Berhubung kala itu Indonesia masih suasana pasca perang dan krisis bahan pangan jadi, cokelat tidak terlalu dibutuhkan oleh masyarakat ditambah suhu kala itu juga yang meningkat membuat cokelat yang diproduksi oleh Ming Chee Chuang mudah cair dan akibatnya cokelatnya tidak laku.

Beberapa Kali ia menawarkan cokelatnya, beberapa kali juga ia mengalami kerugian karena tidak ada satupun cokelatnya yang laku. Hingga di suatu hari, saat ia beristirahat dibawah pohon sambil memakan kacang mete tiba-tiba terbesit sebuah ide untuk mencampurkan kacang mete dengan cokelatnya agar cokelatnya tahan lama berada di suhu yang tinggi. Cokelat SilverQueen kacang mete pun diproduksi, sayangnya lagi dan lagi mendapat penolakan disertai ejekan dari teman-temannya yang menganggap cokelat dengan kacang mete itu adalah paduan yang tidak masuk akal.

Namun, siapa yang mengira setelah ia menitipkan cokelatnya di salah satu toko untuk dijual ternyata cokelat tersebut ludes habis terjual. Disinilah kejayaan SilverQueen dimulai dari produk yang tidak laku menjadi banyak dicari bahkan sampai masuk Top Brand Kategori cokelat batangan terfavorit di kalangan remaja. Hingga saat ini SilverQueen telah diproduksi di berbagai negara di dunia.

3. Aqua (Tirto Utomo)

Saat menyebut air mineral pasti yang terlintas dalam pikiran teman-teman yaitu Aqua. Fyi, Aqua ini, merupakan air mineral dalam kemasan pertama di Indonesia yang dipelopori oleh Tirto Utomo pria kelahiran 1930 keturunan Tionghoa, dan inilah lika-liku penjualan Aqua yang tidak dianggap sama sekali keberadaannya oleh masyarakat pada masa itu.

Sebelum memulai karir bisnisnya, Tirto Utomo sempat menjadi Jurnalis di Harian Sin Po hindia Belanda sambil ia juga kuliah di Universitas Indonesia (UI). Setelah sarjana, ia bekerja di salah satu perusahaan minyak Nasional yang sekarang dikenal dengan Pertamina. Suatu hari, ada seorang pekerja pendatang yang mengeluhkan diare akibat air putih yang mereka minum. Dari peristiwa itu, ia berpikir untuk membuat air putih kemasan yang higienis, sehat, serta dapat diminum oleh siapa saja. Karena ingin fokus terhadap bisnisnya, Tirto Utomo mengundurkan diri dari tempat kerjanya.

Pada tahun 1973 Tirto Utomo memulai bisnis Air putih mineralnya dengan membeli salah satu pabrik di Bekasi kemudian pabrik itu ia beri nama PT. Golden Misissipi. Tahun 1974 Aqua mulai diproduksi dengan mengemasnya ke dalam botol kaca kala itu. Sayang seribu sayang, pemasaran yang dilakukan Tirto Utomo mendapat berbagai kecaman dari masyarakat hingga dianggap gila karena menjual air putih kala itu. Hal itu terjadi selama 3 tahun berturut-turut.

Sebagai langkah akhir karena produknya tidak ada satupun yang laku dan menyisakan kerugian semata, ia pun menaikkan harga produknya tiga kali lipat dari harga aslinya dengan menargetkan para pekerja pendatang. Dan Boom! produk tersebut laku keras. Sesaat kemudian, masyarakat setempat akhirnya mulai menyadari pentingnya hidup sehat dan menerima Aqua sebagai air putih dalam kemasan. Setelah wafatnya Tirto Utomo, pada tahun 1998 Group Danone asal Perancis membeli saham Aqua. Setelah itu, produksi Aqua terus meningkat dan berada di urutan pertama penjualan terbesar di dunia untuk kategori air mineral.

Itulah beberapa kisah inspiratif dari para Entrepreneur lokal kita yang pantang menyerah dan semoga kisah mereka dapat menjadi motivasi teman-teman jika ingin memulai sebuah bisnis. Seperti yang Henry Ford katakan bahwa “Saat kamu gagal, kamu hanya perlu memulai lagi dengan cara yang lebih cerdas”.

Melalui Kisah ini juga, mengajarkan kita untuk tetap mencintai produk-produk Indonesia. Dan alangkah baiknya jika kita dapat menjadi sang pelopor itu sendiri.

Penulis: Tesa Ayu Sri Natari 

Editor: Melvi Widya

5 Pokok Utama Dalam Bisnis

Objektif.id – Hola! sobat bisnis dan para penggiat pengejar lowongan kerja atau yang lagi sedang/berproses membangun usahanya saat ini. Dan mungkin ingin terhindar dari kejahatan gelap bisnis atau biasa disebut dengan monopoli bisnis yang bisa saja dapat menghancurkan bisnis orang lain maupun bisnis sendiri.

Nah sobat Bisniskers, Ada 5 pokok utama dalam bisnis yakni ; hukum (LAW),ekonomi (EKONOMIC),masyarakat (SOCIETY),politik (POLITICAL),dan etika (ETHICS). Kelima pokok tersebut telah banyak digunakan oleh para pelaku ekonomi di eropa diantaranya :

1. Hukum (LAW)
disini hukum menjadi yang paling utama dari kelima pokok dalam bisnis. Bisa dikatakan hukum merupakan suatu pondasi/dasar/alas dari bangunan bisnis itu sendiri. Artinya, adanya hukum dalam bisnis dapat membuat bisnis itu terbangun secara terstruktur dan sistematis. Sebaliknya, tanpa adanya hukum yang mengayomi suatu bisnis maka sama layaknya sebuah bangunan tanpa pondasi sekali angin berhembus dapat merobohkan bangunan tersebut.

2. Ekonomi (EKONOMIC)
di bawah hukum ada ekonomi. Hukum dan ekonomi sangat erat kaitannya antara satu sama lain yang dimana hukum disini bertindak sebagai dasar daripada ekonomi itu sendiri dan ekonomi disini ialah kegiatan bisnisnya. Kegiatan bisnis yang baik adalah kegiatan yang memiliki dasar/landasan.

3. Masyarakat (SOCIETY)
Nah, sekiranya sobat bisniskers sudah pada tahu ya masyarakat dikatakan sebagai apa. Mengulang kembali masyarakat dalam bisnis ialah orang/pelaku yang mendirikan bisnis itu. Berawal dari melihat/membeli produk,menemukan inspirasi, dan menciptakan bisnis begitu seterusnya. Hal ini disebut juga dengan siklus Bisnis.

4. Politik (POLITICAL)
Politik berkaitan dengan pemerintah, sobat bisniskers tau gak sih? bahwa meski bisnis sifatnya bebas. Namun, tetap ada campur tangan pemerintah jika masih bagian dari negara itu. Hal ini bertujuan agar terjadi keseimbangan dalam pemasaran produk dalam negeri dan luar negeri. Bisnis tidak bisa berdiri sendiri, karena dalam pemasarannya harus berhubungan dengan pemerintah terutama dalam skala internasional.

5. Etika (ETHICS)
disini etika menjadi urutan terakhir dari lima pokok berbisnis. kenapa? karena etika dapat dikatakan satu kesatuan dari keempat pokok diatasnya. Artinya, jika keempat pokok diatas adalah pancasila maka etika adalah undang-undang dasarnya. Pentingnya etika dalam bisnis, bisnis tanpa standar etik pasti membunuh bisnis yang lain.

Segitulah pemaparan dari lima pokok utama dalam berbisnis semoga bermanfaat dan dapat menjadi rujukan oleh sobat bisniskers. Dimanapun sobat bisniskers berada ingatlah selalu sebelum kalian membangun bisnis carilah sebuah bisnis yang tidak memiliki pesaing. Nah, peran kalian disini adalah menjadi daripada pesaing mereka. Hal ini dapat merontokkan sifat kekuasaan yang mereka miliki. Bisnis yang sehat dan beretika itu adalah bisnis yang memiliki pesaing agar terhindar dari monopoli bisnis.

Penulis : Tesa ASN