Penulis : Tesa ASN.
Aktivis dalam segi bahasa adalah sekelompok orang yang menggerakkan sebuah organisasi atau kegiatan. Aktivis biasanya dikenal dalam masyarakat ialah orang-orang yang menyuarakan aksi tuntutan terkait suatu hal yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan, adat dan budaya.
Dalam sebuah forum seorang aktivis pemuda Sulawesi Tenggara (Sultra) mengatakan bahwa gerakan pemuda di era ini, mereka belum mampu memberikan bukti nyata pada setiap gerakan yang dilakukan dengan saling memisahkan diri dan terjadinya perbedaan tujuan antara gerakan satu dengan yang lainnya.
Keterkaitan dengan hal ini, mahasiswa seringkali kita dijumpai turun ke jalan menyuarakan aksi demonstrasi. Dari berbagai aksi yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut tak jarang menimbulkan radikalisme di dalamnya. Badan Intelijen Negara (BIN) pada 2017 menyebutkan 39% mahasiswa dari berbagai PT di Indonesia telah terpapar paham-paham radikal. Sebanyak 24% mahasiswa dan 23,3% pelajar tingkat SMA juga. mereka ini, menyebarkan pahamnya dengan ikut serta dalam gerakan aksi demonstrasi yang kemudian adanya penghasutan untuk melakukan pengrusakan seperti contoh ; pemecahan kaca, coret-coret bangunan dengan gambar tak pantas dan lain lain. hal ini disebut dengan anarkis.
Jauh di masa orde lama, orde baru, dan masa menjelang reformasi gerakan aktivis pada masa itu membentuk satuan kelompok dan memiliki tujuan yang sama yaitu sama-sama menuntut hak keadilan masyarakat. Bisa dikatakan pada masa itu gerakannya dilakukan betul-betul dengan penuh niat, tekun dan berani. Bahkan pada masa itu mereka sampai berhari-hari di jalan dengan semangat juang yang tak gentar didukung juga oleh poster sarat akan kata-kata inspirasi nasionalisme. Tentunya demikian kita tidak lagi menemukan hal itu pada gerakan aktivis di zaman generasi Z ini yang setiap tindakan yang dilakukan harus viral dulu baru diperhatikan oleh khalayak umum.
Sayangnya, yang viral dan jadi perhatian umum bukan terletak pada gerakan yang dilakukan oleh para aktivis tersebut. Namun, sejumlah poster-poster yang mana seharusnya diisi dengan kata-kata aksi tapi yang ada malah diisi dengan kata-kata tak pantas dan tidak ada sama sekali keterkaitan dengan aksi yang dilakukan. Menganggap sesuatu itu adalah hal yang unik, menarik dan berbeda namun nyatanya menjadi tonggak kemunduran gerakan aktivis daripada pemuda-pemudi itu sendiri.
Adakala dan masanya kita tidak perlu menjadi yang berbeda apalagi jika disangkut pautkan dengan gerakan aktivis yang sejatinya merupakan gerakan nasionalis yang bertujuan meluruskan bangsa kembali kepada hakikatnya. Meski zaman telah berganti namun jiwa nasionalisme tetap ada untuk diri sendiri, bangsa dan negara.
Penulis adalah salah satu mahasiswa aktif Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, yang juga anggota aktif dari Unit Kegiatan Mahasiswa Pers (UKM-Pers) IAIN Kendari.