Drama di Balik Jemput Laundry: Antara Hujan, Kost Putri, dan Nomor WA Misterius

Objektif.Id-Pagi itu langit tampak murung. Hujan turun seakan ingin mengguyur semua niat baik manusia, termasuk niat mulia seorang kurir laundry kami. Jam menunjukkan pukul 10.00 WITA, waktu yang biasanya cocok untuk rebahan sambil ngopi, tapi tidak bagi tim Sahabat Laundry. Kami sedang sibuk membalas pesan masuk dari nomor WhatsApp baru. Seperti biasa, pelanggan datang dengan segudang pertanyaan khas netizen +62: “Berapa harganya, Kak?” “Bisa jemput sekarang?” “Gratis antar, kan?”

Tentu saja kami jawab dengan sepenuh hati. Meski hujan deras dan langit mendung seperti masa depan cinta yang tidak direstui, semangat kami tetap cerah. Pada akhirnya, si pengirim pesan ingin melaundry pakaian dan minta dijemput. Kami balas, “Boleh, kirim lokasinya ya, Kak.”

Lokasi dikirim. Kurir kami langsung bersiap, lengkap dengan jas hujan dan semangat pelayanan 5 bintang. Motor dinyalakan, dan meluncurlah dia menerobos badai demi cucian pelanggan tercinta.

Namun siapa sangka, medan tempurnya kali ini tidak biasa: kost putri. Yup, lokasi penjemputan ternyata sebuah asrama khusus perempuan.

Kurir kami—yang jelas-jelas laki-laki dan bukan karakter sinetron dengan seribu nyawa—melangkah dengan hati-hati. Ia tidak sedang menyamar jadi ojek cinta, melainkan murni ingin menjemput baju kotor.

Belum sempat sampai ke pintu depan, muncul sesosok ibu-ibu dengan aura ketegasan setara Kepala Dinas Ketertiban. Seperti ninja, ibu itu tiba-tiba muncul dari balik jemuran, lengkap dengan tatapan curiga dan nada suara yang bisa mengguncang iman.

“Mau ngapain di sini?” tanyanya sambil pasang posisi bertahan.

Kurir kami—yang jelas bukan pelanggar protokol asrama—menjawab polos, “Saya mau jemput laundry, Bu.”

“Oh ya? Buktinya mana?”

Dengan gemetar ringan karena hujan (dan mungkin karena tatapan ibu kos), kurir kami memperlihatkan isi chat pelanggan. Semua terlihat normal… sampai nomor pelanggan yang sebelumnya aktif, mendadak tidak bisa dihubungi. Offline. Hilang. Seperti mantan yang ngilang setelah bilang, “Aku serius kok sama kamu.”

Ibu kos makin curiga. Kurir makin bingung. Situasi semakin dramatis. Akhirnya, kurir kami mengambil keputusan bijak: cabut dari TKP. Biarlah cucian itu tetap tinggal di sana, mungkin belum jodoh dengan mesin Sahabat Londry hari ini.

Dan begitulah, teman-teman. Di balik layanan laundry antar-jemput, ada kisah haru, lucu, dan sedikit mistis. Hujan bisa kami hadapi, banjir kami terjang, tapi masuk kost putri tanpa restu? Wah, itu levelnya beda.

Semoga pelanggan misterius itu baik-baik saja. Dan nomor WhatsApp-nya semoga kembali aktif, agar kami bisa menjemput cucian yang katanya “butuh segera”.

Kami Sahabat Londry, bukan agen rahasia. Tapi demi kebersihan pakaian Anda, kami siap menerobos hujan… Asal bukan larangan dari ibu kos.

Cerita Aan Kurniawan Koordinator Kurir Sahabat Londry

Hujan

Objektif.id

Jikalau hanya soal basah,
mengapa harus ada kenangan?

Lima puluh lima hari setelah pertemuan itu
Dan kau, masih tergambar jelas.

Dibawah hujan lebat itu, kau dan aku menciptakan sebuah istana.
Sambil meramu kata dengan begitu indah,
Meletakan hati disebuah angan.

hingga,,,
tercipta sebuah gambaran nan indah.
Menjelma menjadi harap.

Sekali lagi, telah ku sematkan rasa ini.
Dengan sebuah janji yang telah ku ikrarkan.
Mungkin ini terlihat ambigu?

Aku tahu!
Kau datang padaku lewat rintik. sore yang tiba-tiba memberontak,
Rintik yang tiada lain, hanya mengantar senja dan malam dalam waktu bersamaan.

Aku tak pernah menyalahkan siapapun!
Juga menyesalinya…
Aku hanya menyayangkannya,
Saat tiba-tiba angin meliuk tajam ke rongga pori-pori
Memutus urat tangan, kaki dan bahkan nyaris hatiku.

Hah…
Baru juga rintik,
Tetapi guntur juga petir sudah datang saja.
Menyayat perih menegur jiwaku, untuk segera melangkah dan pergi.

Bau-bau, 3 February 2024

 

Penulis: Ran
Editor: Melvi Widya