Puisi: Perjalanan Menembus Waktu

Objektif.id –

Di perjalanan menembus waktu yang tak terhingga,
Berjalan melalui lorong-lorong kenangan yang sunyi.
Mengingat masa lalu yang kini jauh terpisah,
Di antara detik-detik yang terus berlalu tanpa henti.

Di sela-sela kabut waktu yang menyelimuti langit,
Merenung tentang kehidupan yang telah terlewati.
Bagaikan melintasi sungai-sungai yang mengalir deras,
Perjalanan ini mengajarkan arti sejati tentang kehidupan.

Di balik senyum yang terukir di wajah yang semakin pudar,
Tersembunyi cerita-cerita pilu yang tak terucapkan.
Hati yang rapuh terasa hampa oleh kekosongan waktu,
Menghadapi kenyataan akan perubahan yang tak terhindarkan.

Di bawah cahaya remang yang redup di senja yang meredup,
Merenung tentang arti keberadaan dan tujuan hidup.
Pada setiap helaian waktu yang terus berputar tanpa henti,
Kita mencari makna dari setiap detik yang kita jalani.

Di sudut-sudut hati yang terluka oleh kenangan yang menghantui,
Menemukan kekuatan untuk melangkah ke depan.
Meski waktu terus berubah dan mengikis jejak-jejak,
Namun keberanian untuk terus melangkah tetap menggelora.

Di tengah gemuruh waktu yang menggemparkan jiwa yang rapuh,
Mencari ketenangan dalam pelukan waktu yang tak terbatas.
Menggenggam erat harapan dan impian di tengah badai yang mendera,
Menyadari bahwa perjalanan ini adalah bagian dari takdir kita.

Di ujung perjalanan menembus waktu yang tak terduga,
Menemukan kebenaran tentang arti sejati dari kehidupan.
Meski air mata mengalir deras mengiringi langkah-langkah,
Namun, keberanian untuk terus berjalan tetap membakar semangat kita.

Di tengah hening malam yang sunyi dan penuh dengan kerinduan,
Kita merenung tentang keberanian untuk melangkah ke depan.
Meski waktu terus berputar tanpa henti, kita tetap tegar,
Menembus waktu dengan keyakinan bahwa setiap detik berharga.

 

Penulis: Rachma Alya Ramadhan
Editor: Andi Tendri

Lorong Sunyi Kampung Halaman  

Objektif.id -

Di lorong sunyi kampung halaman,
Berdiri sebuah rumah yang penuh dengan kenangan,
Tempat bermain, tempat tertawa,
Tempat menangis, tempat bercerita.

Di lorong sunyi kampung halaman,
Ada rumah yang selalu ramai dan hangat,
Dengan suara-suara riang dan tawa,
Dan aroma masakan yang selalu menggoda.

Di lorong sunyi kampung halaman,
Rumah dengan halaman yang luas,
Tempat bermain petak umpet dan galah asin,
Tempat berlari dan berkejaran hingga senja.

Di lorong sunyi kampung halaman,
Rumah dengan pohon mangga tua,
Tempat bermain, tempat berteduh,
Tempat bercerita, dan tempat bermimpi.

Di lorong sunyi kampung halaman,
Rumah dengan kamar yang selalu terbuka,
Tempat beristirahat, tempat bermimpi,
Tempat merindukan, dan tempat menanti.

Di lorong sunyi kampung halaman,
Rumah dengan dapur yang selalu hangat,
Dengan aroma masakan yang selalu menggoda,
Dan cerita-cerita yang selalu menarik.

Di lorong sunyi kampung halaman,
Rumah dengan serambi yang luas,
Tempat berkumpul, tempat bercerita,
Tempat tertawa, dan tempat berbagi.

Di lorong sunyi kampung halaman,
Rumah dengan jendela yang selalu terbuka,
Tempat memandang, tempat merenung,
Tempat bermimpi, dan tempat menanti.

Di lorong sunyi kampung halaman,
Rumah dengan pintu yang selalu terbuka,
Tempat masuk, tempat keluar,
Tempat datang, dan tempat pergi.

Di lorong sunyi kampung halaman,
Rumah dengan atap yang selalu melindungi,
Tempat berteduh, tempat berlindung,
Tempat merasa aman, dan tempat merasa nyaman.

Di lorong sunyi kampung halaman,
Rumah dengan dinding yang selalu berdiri tegak,
Tempat bersandar, tempat berpegangan,
Tempat merasa kuat, dan tempat merasa teguh.

Di lorong sunyi kampung halaman,
Rumah dengan lantai yang selalu bersih,
Tempat berjalan, tempat berlari,
Tempat bermain, dan tempat beristirahat. 

Di lorong sunyi kampung halaman,
Rumah dengan kenangan yang selalu abadi,
Tempat mengenang, tempat merindukan,
Tempat menanti, dan tempat kembali.

Penulis: Rachma Alya Ramadhan
Editor: Melvi Widya

Tawa Pahit Kenangan Seseorang

Objektif.id 
Di balik tawa yang riang dan gembira, 
Ada seorang yang hatinya penuh luka. 
Dia tertawa, tapi matanya berbicara, 
Tentang rasa sakit yang tersembunyi di balik senyum.

Dia adalah penopang harapan, 
Tapi di balik senyumnya, ada duka yang mendalam. 
Dia berbagi tawa, tapi dia sendiri yang menangis, 
Menyembunyikan air mata di balik wajah yang riang.

Dia adalah mentor, guru, dan teman,
Tapi dia juga manusia, dengan hati yang bisa terluka. 
Dia berbagi pengetahuan, tapi dia sendiri belajar, 
Tentang kehidupan, cinta, dan rasa sakit yang tak terkira.

Dia adalah seseorang yang selalu ada, 
Tapi dia juga merindukan masa lalu yang telah pergi. 
Dia berbagi cerita, tapi dia sendiri merenung, 
Tentang kenangan yang telah lama berlalu.

Dia adalah pemandu, yang menunjukkan jalan, 
Tapi dia juga merasa tersesat di tengah hutan. 
Dia berbagi petunjuk, tapi dia sendiri mencari, 
Jalan pulang ke masa lalu yang telah hilang.

Dia adalah seseorang, yang selalu tersenyum, 
Tapi di balik senyumnya, ada rasa sakit yang mendalam. 
Dia berbagi tawa, tapi dia sendiri menangis, 
Menyembunyikan air mata di balik tawa yang manis.

Dia adalah pejuang, yang selalu berjuang, 
Tapi dia juga merasa lelah dan ingin beristirahat. 
Dia berbagi semangat, tapi dia sendiri merasa lemah, 
Menyembunyikan kelelahan di balik semangat yang teguh.

Dia adalah seseorang yang selalu berbagi, 
Tapi dia juga merindukan masa lalu yang telah pergi. 
Dia berbagi kenangan, tapi dia sendiri merenung, 
Tentang masa lalu yang telah lama berlalu.

Dia adalah seseorang, yang selalu memberi, 
Tapi dia juga merasa kehilangan dan ingin menerima. 
Dia berbagi kasih, tapi dia sendiri merasa sepi, 
Menyembunyikan kesepian di balik kasih yang tulus.

Penulis: Rachma Alya Ramadhan 
Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan