Penuh Perjuangan! Kisah Dibalik Suksesnya 3 Brand Lokal Indonesia 

Objektif.id – Teman-teman tahukah kalian? beberapa dari produk-produk yang kita kenal seperti Aqua, SilverQueen, dan teh botol Sosro terdapat sebuah perjuangan yang panjang yang dilakukan oleh para foundernya (pemilik usaha) tersebut. Siapa sajakah mereka? diantaranya sebagai berikut :

1. Teh Botol Sosro (Soegiharto Sosrodjojo) 

Teh Botol Sosro merupakan sebuah produk olahan minuman yang didirikan oleh Soegiharto Sosrodjojo. Teman-teman tahu tidak, sebelum memproduksi teh ke dalam botol, perusahaan PT. Sinar Sosro dulunya hanyalah kedai kecil teh seduh biasa yang berada di sebuah kampung bernama Slawi, Jawa Tengah.

Cerita bermula di tahun 1960 kepindahan keluarga Sosrodjojo dari Jawa Tengah ke DKI Jakarta dengan harapan bisnis keluarga teh mereka sukses di ibu kota. Harapan tidak sesuai kenyataan. Ternyata, teh seduh mereka yang diberi label Teh Cap Botol itu kurang diminati masyarakat ibu kota kala itu. Meskipun begitu keluarga Sosrodjojo tidak pantang semangat, mereka terus menjajakan teh seduh mereka kepada masyarakat ibu kota.

percobaan pertama, teh-nya disuguhkan di depan umum sambil berkeliling di berbagai pasar-pasar tradisional di Jakarta sayangnya tidak berhasil, percobaan kedua, inisiatif membuat teh-nya dari rumah dan dibawa ke dalam panci menggunakan mobil open cup malah menimbulkan kerugian besar dikarenakan tumpah di jalanan, Hingga akhirnya karena sudah lelah dan usahanya tidak laku-laku Soegiharto Sosrodjojo sebagai percobaan terakhir ia memasukkan teh seduhnya dalam botol kaca bekas limun yang telah dicuci.

Tidak disangka saat dipasarkan, teh seduh dalam botol itu laris manis terjual. Dari situlah Soegiharto Sosrodjojo mulai memproduksi banyak teh kemasan dalam botol yang diberi label Teh Botol Sosro. Pada Tahun 1970 PT. Sinar Sosro pun didirikan dan telah memiliki sebanyak 14 cabang pabrik yang tersebar di seluruh dunia. Yang paling melegenda dari produk ini terdapat pada slogannya yang berbunyi “Apapun Makanannya, Minumnya Teh Botol Sosro”.

2. SilverQueen (Ming Chee Chuang)

SilverQueen adalah cokelat sejuta umat yang sering dijadikan bingkisan hadiah untuk diberikan kepada orang tersayang. Hayo, siapa yang mengira SilverQueen produk luar negeri? nyatanya SilverQueen adalah produk lokal Indonesia loh, dan siapa sangka dibalik suksesnya cokelat favorit kita ternyata dibumbui kisah yang menyedihkan pada awal ia dirintis.

Cerita bermula di tahun 1950 seorang pengusaha asal Burma keturunan Tionghoa Ming Chee Chuang, memutuskan pindah ke Indonesia tepatnya di Jawa Barat, Bandung. Ia memulai bisnisnya dengan membeli sebuah perusahaan cokelat NV Ceres dari orang Belanda di Garut. Kemudian, ia pun mengubah nama perusahaan itu menjadi PT. Perusahaan Industri Ceres. Lalu, memproduksi cokelat batang yang diberi label SilverQueen. Berhubung kala itu Indonesia masih suasana pasca perang dan krisis bahan pangan jadi, cokelat tidak terlalu dibutuhkan oleh masyarakat ditambah suhu kala itu juga yang meningkat membuat cokelat yang diproduksi oleh Ming Chee Chuang mudah cair dan akibatnya cokelatnya tidak laku.

Beberapa Kali ia menawarkan cokelatnya, beberapa kali juga ia mengalami kerugian karena tidak ada satupun cokelatnya yang laku. Hingga di suatu hari, saat ia beristirahat dibawah pohon sambil memakan kacang mete tiba-tiba terbesit sebuah ide untuk mencampurkan kacang mete dengan cokelatnya agar cokelatnya tahan lama berada di suhu yang tinggi. Cokelat SilverQueen kacang mete pun diproduksi, sayangnya lagi dan lagi mendapat penolakan disertai ejekan dari teman-temannya yang menganggap cokelat dengan kacang mete itu adalah paduan yang tidak masuk akal.

Namun, siapa yang mengira setelah ia menitipkan cokelatnya di salah satu toko untuk dijual ternyata cokelat tersebut ludes habis terjual. Disinilah kejayaan SilverQueen dimulai dari produk yang tidak laku menjadi banyak dicari bahkan sampai masuk Top Brand Kategori cokelat batangan terfavorit di kalangan remaja. Hingga saat ini SilverQueen telah diproduksi di berbagai negara di dunia.

3. Aqua (Tirto Utomo)

Saat menyebut air mineral pasti yang terlintas dalam pikiran teman-teman yaitu Aqua. Fyi, Aqua ini, merupakan air mineral dalam kemasan pertama di Indonesia yang dipelopori oleh Tirto Utomo pria kelahiran 1930 keturunan Tionghoa, dan inilah lika-liku penjualan Aqua yang tidak dianggap sama sekali keberadaannya oleh masyarakat pada masa itu.

Sebelum memulai karir bisnisnya, Tirto Utomo sempat menjadi Jurnalis di Harian Sin Po hindia Belanda sambil ia juga kuliah di Universitas Indonesia (UI). Setelah sarjana, ia bekerja di salah satu perusahaan minyak Nasional yang sekarang dikenal dengan Pertamina. Suatu hari, ada seorang pekerja pendatang yang mengeluhkan diare akibat air putih yang mereka minum. Dari peristiwa itu, ia berpikir untuk membuat air putih kemasan yang higienis, sehat, serta dapat diminum oleh siapa saja. Karena ingin fokus terhadap bisnisnya, Tirto Utomo mengundurkan diri dari tempat kerjanya.

Pada tahun 1973 Tirto Utomo memulai bisnis Air putih mineralnya dengan membeli salah satu pabrik di Bekasi kemudian pabrik itu ia beri nama PT. Golden Misissipi. Tahun 1974 Aqua mulai diproduksi dengan mengemasnya ke dalam botol kaca kala itu. Sayang seribu sayang, pemasaran yang dilakukan Tirto Utomo mendapat berbagai kecaman dari masyarakat hingga dianggap gila karena menjual air putih kala itu. Hal itu terjadi selama 3 tahun berturut-turut.

Sebagai langkah akhir karena produknya tidak ada satupun yang laku dan menyisakan kerugian semata, ia pun menaikkan harga produknya tiga kali lipat dari harga aslinya dengan menargetkan para pekerja pendatang. Dan Boom! produk tersebut laku keras. Sesaat kemudian, masyarakat setempat akhirnya mulai menyadari pentingnya hidup sehat dan menerima Aqua sebagai air putih dalam kemasan. Setelah wafatnya Tirto Utomo, pada tahun 1998 Group Danone asal Perancis membeli saham Aqua. Setelah itu, produksi Aqua terus meningkat dan berada di urutan pertama penjualan terbesar di dunia untuk kategori air mineral.

Itulah beberapa kisah inspiratif dari para Entrepreneur lokal kita yang pantang menyerah dan semoga kisah mereka dapat menjadi motivasi teman-teman jika ingin memulai sebuah bisnis. Seperti yang Henry Ford katakan bahwa “Saat kamu gagal, kamu hanya perlu memulai lagi dengan cara yang lebih cerdas”.

Melalui Kisah ini juga, mengajarkan kita untuk tetap mencintai produk-produk Indonesia. Dan alangkah baiknya jika kita dapat menjadi sang pelopor itu sendiri.

Penulis: Tesa Ayu Sri Natari 

Editor: Melvi Widya

Kesalahan Lucu Masyarakat Indonesia Mengucap Nama Suatu Produk

Merek atau Brand adalah sebuah tanda pengenal dari perusahaan penciptanya baik berupa gambar, kata-kata, huruf, angka, maupun kombinasi dari unsur-unsur tersebut. Lalu, kemudian merek itu dipasang pada sebuah produk yang akan dipasarkan.

Tanpa kita sadari ada beberapa produk yang sering kita salah kaprahkan sehingga menimbulkan kesalahpahaman dalam hal ini penyebutan nama atas suatu produk. Apa saja contohnya? sebagai berikut :

Pasta Gigi Disebut Odol

Teman-teman tahukah kalian? bahwa sebenarnya pasta gigi yang sering kita sebut Odol adalah sebuah nama merek. Odol pertama kali didirikan pada tahun 1892 oleh pengusaha asal kota Dresden,Jerman, Karl August Lingner. Pada tahun 1930 Odol telah diproduksi lebih dari 20 negara termasuk Indonesia dan merupakan produk pasta gigi pertama di Indonesia. Sayangnya, perusahaan Odol GlaxoSmithKline Consumer Healthcare menarik produknya dari Indonesia karena kalah saing dengan merek Pepsodent, Colgate, Close Up dan lainnya. Namun, karena saking terbiasanya masyarakat mengucap pasta gigi menjadi Odol jadi, apapun merek pasta giginya akan tetap disebut dengan Odol.

Deterjen Disebut Rinso

Rinso yang terkenal dengan slogannya “Berani Kotor Itu Baik” juga merupakan merek deterjen atau sabun cuci pertama di Indonesia yang diluncurkan oleh PT. Unilever Indonesia pada tahun 1970. Rinso telah menjadi nomor satu di pasar deterjen Indonesia. Sama seperti Odol saking melekatnya nama Rinso dalam benak masyarakat jadi, deterjen lainnya pun juga disebut Rinso padahal jelas beda merek.

Pembalut Disebut Softex

Teman-teman Wanita pasti sudah tidak asing dengan yang namanya Softex. Softex adalah merek pembalut wanita dari sebuah perusahaan yang bernama PT. Softex Indonesia dan berdiri sejak tahun 1981. Namun, produk pembalut dengan merek lain seperti Charm, Laurier, Whisper, Hers, dan lainnya, tetap disebut dengan Softex.

Popok Bayi Disebut Pampers

Pampers adalah sebuah merek produk bayi dan balita dari perusahaan Procter & Gamble (P&G) Amerika Serikat. Pampers dikenalkan pada tahun 1961. Di Indonesia Pampers kasusnya sama seperti Odol sudah tidak diproduksi lagi tapi namanya masih populer hingga kini di kalangan masyarakat terkhususnya para ibu rumah tangga.

Cat Semprot Disebut Pylox

Grafiti Lovers, kalian tahu tidak? bahwa cat semprot yang sering kalian pakai untuk melukis dan menyebutnya Pylox sejatinya merupakan nama merek dari sebuah perusahaan asal negeri Sakura, Jepang yaitu Nippon Paint. Nippon Paint sendiri adalah perusahaan yang memproduksi Cat sejak tahun 1969.

Proyektor Disebut Infocus

Satu lagi kasus salah kaprah penyebutan produk yaitu merek-merek proyektor seperti; Epson, Sony, Panasonic, BenQ, tetap akan disebut dengan InFocus. InFocus sendiri adalah sebuah merek proyektor dari perusahaan yang bernama sama juga yaitu InFocus Corporation asal Amerika Serikat dan berdiri sejak tahun 1986.

Semoga kedepannya kita tidak lagi keliru dalam menyebutnya ya.

Penulis : Tesa. ASN