Sejak Banjir Bandang, Warga Butuhkan Air Bersih

Seorang warga sedang menjemur pakaian kotor yang dipenuhi lumpur akibat banjir bandang luapan Sungai Ulu Wolo, Kecamatan Samaturu, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (23/01/2024). Sejak bencana banjir bandang diwilayah tersebut,warga mengaku butuh air bersih dari pemerintah setempat. Foto : Andika/Objectif.id

Warga sedang mencuci pakaian di air keruh dari aliran sungai Ulu Wolo akibat banjir bandang di Kecamatan Samaturu, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (23/01/2024). Sejak bencana banjir bandang diwilayah tersebut,warga mengaku butuh air bersih dari pemerintah setempat. Foto : Andika/Objectif.id

Kapan Selesai?

Objektif.id 

Di sudut kampus yang ramai, duduk seorang mahasiswa akhir,
Mengais kenangan, merajut mimpi, dalam keheningan diri.
“Kapan selesai?” begitu pertanyaan yang sering terdengar.
Menyayat hati, meruntuhkan semangat, namun harus dihadapi dengan tegar.

Setiap hari menjadi perjuangan, tiap malam menjadi pertempuran,
Menaklukkan tugas dan deadline, dengan harapan dapat menyelesaikan.
“Kapan selesai?” suara itu kembali menggema.
Menyentak jantung, menggetarkan jiwa, namun harus tetap berjalan.

Dia berjalan di koridor waktu, menatap masa depan yang luas,
Membayangkan hari ketika dia bisa menjawab, “Akhirnya telah selesai.”
“Kapan selesai?” suara itu kembali memburu.
Menimbulkan keraguan, menumbuhkan ketakutan, namun dia tak boleh menyerah.

Dia menghadapi setiap tantangan dengan keberanian,
Menyambut setiap kesulitan dengan kegigihan, berharap suatu hari nanti bisa tersenyum.
“Kapan selesai?” suara itu kembali menyerang.
Namun dia berdiri teguh, dengan tekad yang kuat, menjawab, “Saya akan selesai.”

Dia adalah mahasiswa akhir, dengan pertanyaan yang ditakuti,
Namun dia tahu, setiap pertanyaan pasti ada jawabannya, dan dia akan menemukannya.
“Kapan selesai?” suara itu akan terus ada.
Namun, dia akan terus berjuang. Sampai suatu hari dia bisa menjawab, “Saya telah selesai, dan saya bangga dengan diri saya.”

 

Penulis: Rachma Alya Ramadhan
Editor: Melvi Widya

Pulang

Objektif.id

Aku kembali kepada Rabb-Ku,
Aku menemukan-Nya di satu jalan.
Di persimpangan panjang yang takku ketahui sebelumnya,
Aku akhirnya pulang kepada-Nya.

Jika kau tanya kenapa akhirnya aku bisa menemukan-Nya,
Aku pun juga tidak tahu.
Tapi hari demi hari, langkah demi langkah, tanpa aba-aba.
Jiwaku akhirnya kembali menemukan-Nya, Di satu jalan kegelapan.

Aku tersesat sudah lama, bahkan jauh hari sebelum kegelapan yang membuat lupa akan semua.
Aku sudah lebih dulu, pergi dan tak ingin kembali pada-Nya
Tiada hal yang dapat disesali. atas semua yang terjadi,
Kembali dan menemukan tujuanku bukanlah hal cuma-cuma.

Menemukan separuh dari diriku yang telah lama hilang,
Hingga akhirnya sesuatu hal yang besar menghampiriku.
Aku ingin pulang,
Aku ingin kembali,
Aku bahagia pada akhirnya, aku menemukan tujuanku yang lain, yang takkan pernah menjadi kesia-siaan.

 

Kendari, 4 Desember 2023

Penulis: Elfirawati
Editor: Melvi Widya

Pendapat Rasa 

Objektif.id

Siapa yang lebih angkuh dari pujangga yang menolak tunduk terhadap cinta?

Dirimu, yang belum sadar bahwa kesendirian adalah kesombongan yang nyata, karena beranggapan semua bisa diselesaikan tanpa melibatkan elemen lain.

Apakah benar semua asmara berawal dari hubungan yang tidak mesra?

Mengapa kita tidak berhenti dari huru-hara perasaan, kemudian menyusun batu bata rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah.

Ibarat lukisan, dirimu indah dipandang dari sudut manapun.

Aku selalu ingin memandang mu berulang kali.

Tapi sayang, aku berhenti sebab ada satu sudut dimana aku tak ada dalam pandanganmu.

Kita adalah dua orang yang baik, yang mungkin belum cocok.

Namun yang pasti, tujuan cinta harus bahagia bagaimanapun jalannya, termasuk menikah ataupun berpisah.

Rumit tapi aku mencintaimu.

Kisah kita itu seperti mawar, memiliki keindahan sekaligus bisa menimbulkan luka.

Diantara banyak hari untuk menjelajah, Kemana rindumu hari ini mengarah?

Bahkan jika rindumu tak menemukan arah pada diriku, maka izinkan hamba yang penuh dosa ini abadi menjelajah dalam kenanganmu.

Panjang umur ketulusan.

 

Penulis: Hajar

Editor: Melvi Widya

Lorong Sunyi Kampung Halaman  

Objektif.id -

Di lorong sunyi kampung halaman,
Berdiri sebuah rumah yang penuh dengan kenangan,
Tempat bermain, tempat tertawa,
Tempat menangis, tempat bercerita.

Di lorong sunyi kampung halaman,
Ada rumah yang selalu ramai dan hangat,
Dengan suara-suara riang dan tawa,
Dan aroma masakan yang selalu menggoda.

Di lorong sunyi kampung halaman,
Rumah dengan halaman yang luas,
Tempat bermain petak umpet dan galah asin,
Tempat berlari dan berkejaran hingga senja.

Di lorong sunyi kampung halaman,
Rumah dengan pohon mangga tua,
Tempat bermain, tempat berteduh,
Tempat bercerita, dan tempat bermimpi.

Di lorong sunyi kampung halaman,
Rumah dengan kamar yang selalu terbuka,
Tempat beristirahat, tempat bermimpi,
Tempat merindukan, dan tempat menanti.

Di lorong sunyi kampung halaman,
Rumah dengan dapur yang selalu hangat,
Dengan aroma masakan yang selalu menggoda,
Dan cerita-cerita yang selalu menarik.

Di lorong sunyi kampung halaman,
Rumah dengan serambi yang luas,
Tempat berkumpul, tempat bercerita,
Tempat tertawa, dan tempat berbagi.

Di lorong sunyi kampung halaman,
Rumah dengan jendela yang selalu terbuka,
Tempat memandang, tempat merenung,
Tempat bermimpi, dan tempat menanti.

Di lorong sunyi kampung halaman,
Rumah dengan pintu yang selalu terbuka,
Tempat masuk, tempat keluar,
Tempat datang, dan tempat pergi.

Di lorong sunyi kampung halaman,
Rumah dengan atap yang selalu melindungi,
Tempat berteduh, tempat berlindung,
Tempat merasa aman, dan tempat merasa nyaman.

Di lorong sunyi kampung halaman,
Rumah dengan dinding yang selalu berdiri tegak,
Tempat bersandar, tempat berpegangan,
Tempat merasa kuat, dan tempat merasa teguh.

Di lorong sunyi kampung halaman,
Rumah dengan lantai yang selalu bersih,
Tempat berjalan, tempat berlari,
Tempat bermain, dan tempat beristirahat. 

Di lorong sunyi kampung halaman,
Rumah dengan kenangan yang selalu abadi,
Tempat mengenang, tempat merindukan,
Tempat menanti, dan tempat kembali.

Penulis: Rachma Alya Ramadhan
Editor: Melvi Widya

Suara Hati di Kota besar

Objektif.id – Di sebuah kota besar yang penuh dengan gemerlap dan kehidupan yang serba cepat, ada seorang pria bernama Aman. Aman adalah seorang penulis dengan magnum opus tentang kritik sosial. Ketika dia masih muda, dia melihat banyak ketidakadilan dan kekurangan dalam sistem sosial yang ada di kota ini. Dia berusaha untuk menyampaikan pesan-pesannya melalui tulisan-tulisannya.

Namun, kebanyakan orang hanya melihat Aman sebagai tokoh kontroversial dan tidak ada yang menganggapnya serius. Mereka lebih suka memandang Aman sebagai sosok aneh yang hanya mencari sensasi semata. Meskipun orang-orang tahu ada kebenaran dalam kata-kata Aman, mereka lebih memilih mengabaikan daripada bertindak untuk mengubah keadaan.

Setiap hari, Aman berkeliaran di jalan-jalan kota besar ini. Dia melihat anak-anak jalanan yang kelaparan, pekerja bawah tanah yang lelah, dan keluarga miskin yang berjuang untuk bertahan hidup. Aman menghadapinya dengan perasaan yang campur aduk. Dia merasa kesedihan yang mendalam dan juga kemarahan yang tak terkendali.

Suatu hari, Aman melihat sebuah aksi pementasan teater di pusat kota. Aksi panggung ini menggambarkan sebuah keluarga miskin yang berjuang untuk mengatasi ancaman dari pihak industri besar yang ingin merebut tanah mereka. Aman terinspirasi oleh keberanian para pemain teater ini dan menyadari bahwa dia perlu menemukan cara baru untuk menyampaikan pesan kritisnya kepada masyarakat.

Aman kemudian memutuskan untuk memulai aksi protes yang dramatis. Dia menyewa megafon dan berdiri di tengah-tengah jalan utama di kota. Mengenakan kostum sepertinya adalah keberanian yang baru ia temukan. Dia mulai berteriak tentang ketidakadilan dan ketidaksetaraan sosial yang ada di kota ini. Banyak orang yang mengelilinginya, tapi sebagian besar hanya tertawa dan menganggapnya sebagai hiburan semata.

Namun, ada beberapa orang yang menyadari ketulusan dan kebenaran dari kata-kata Aman. Mereka mulai bergabung dengannya, dan kerumunan yang semakin besar mulai mengerubungi mereka. Mereka mulai menyuarakan tuntutan mereka untuk perubahan sosial.

Tak lama kemudian, media mulai meliput aksi protes Aman. Pesan yang ingin dia sampaikan akhirnya terdengar oleh masyarakat yang lebih luas. Orang-orang mulai mempertanyakan keadaan sosial yang ada, dan gerakan protes semakin meluas.

Aman menyadari bahwa ia telah mencapai tujuannya. Meskipun awalnya ia dianggap sebagai orang aneh, dia telah mampu mengubah pandangan dan menyadarkan banyak orang akan masalah sosial yang ada. Tidak hanya itu, ia mampu mendapatkan dukungan dan keterlibatan dari aktivis sosial lainnya, akhirnya terbentuklah gerakan yang bertujuan untuk membawa perubahan positif.

Cerita Aman mengingatkan kita bahwa untuk membuat perubahan dalam masyarakat, kita perlu berani menyuarakan kritik sosial. Meskipun awalnya kita mungkin diabaikan atau dianggap aneh, ketulusan dan kebenaran kita akan mencapai orang-orang yang benar-benar peduli dan bersedia berjuang bersama untuk mengatasi ketidakadilan sosial. Bersama-sama, kita dapat menciptakan perubahan dan membawa keadilan bagi semua orang.

Penulis: Kusmawati

Editor: Melvi Widya

Penuh Perjuangan! Kisah Dibalik Suksesnya 3 Brand Lokal Indonesia 

Objektif.id – Teman-teman tahukah kalian? beberapa dari produk-produk yang kita kenal seperti Aqua, SilverQueen, dan teh botol Sosro terdapat sebuah perjuangan yang panjang yang dilakukan oleh para foundernya (pemilik usaha) tersebut. Siapa sajakah mereka? diantaranya sebagai berikut :

1. Teh Botol Sosro (Soegiharto Sosrodjojo) 

Teh Botol Sosro merupakan sebuah produk olahan minuman yang didirikan oleh Soegiharto Sosrodjojo. Teman-teman tahu tidak, sebelum memproduksi teh ke dalam botol, perusahaan PT. Sinar Sosro dulunya hanyalah kedai kecil teh seduh biasa yang berada di sebuah kampung bernama Slawi, Jawa Tengah.

Cerita bermula di tahun 1960 kepindahan keluarga Sosrodjojo dari Jawa Tengah ke DKI Jakarta dengan harapan bisnis keluarga teh mereka sukses di ibu kota. Harapan tidak sesuai kenyataan. Ternyata, teh seduh mereka yang diberi label Teh Cap Botol itu kurang diminati masyarakat ibu kota kala itu. Meskipun begitu keluarga Sosrodjojo tidak pantang semangat, mereka terus menjajakan teh seduh mereka kepada masyarakat ibu kota.

percobaan pertama, teh-nya disuguhkan di depan umum sambil berkeliling di berbagai pasar-pasar tradisional di Jakarta sayangnya tidak berhasil, percobaan kedua, inisiatif membuat teh-nya dari rumah dan dibawa ke dalam panci menggunakan mobil open cup malah menimbulkan kerugian besar dikarenakan tumpah di jalanan, Hingga akhirnya karena sudah lelah dan usahanya tidak laku-laku Soegiharto Sosrodjojo sebagai percobaan terakhir ia memasukkan teh seduhnya dalam botol kaca bekas limun yang telah dicuci.

Tidak disangka saat dipasarkan, teh seduh dalam botol itu laris manis terjual. Dari situlah Soegiharto Sosrodjojo mulai memproduksi banyak teh kemasan dalam botol yang diberi label Teh Botol Sosro. Pada Tahun 1970 PT. Sinar Sosro pun didirikan dan telah memiliki sebanyak 14 cabang pabrik yang tersebar di seluruh dunia. Yang paling melegenda dari produk ini terdapat pada slogannya yang berbunyi “Apapun Makanannya, Minumnya Teh Botol Sosro”.

2. SilverQueen (Ming Chee Chuang)

SilverQueen adalah cokelat sejuta umat yang sering dijadikan bingkisan hadiah untuk diberikan kepada orang tersayang. Hayo, siapa yang mengira SilverQueen produk luar negeri? nyatanya SilverQueen adalah produk lokal Indonesia loh, dan siapa sangka dibalik suksesnya cokelat favorit kita ternyata dibumbui kisah yang menyedihkan pada awal ia dirintis.

Cerita bermula di tahun 1950 seorang pengusaha asal Burma keturunan Tionghoa Ming Chee Chuang, memutuskan pindah ke Indonesia tepatnya di Jawa Barat, Bandung. Ia memulai bisnisnya dengan membeli sebuah perusahaan cokelat NV Ceres dari orang Belanda di Garut. Kemudian, ia pun mengubah nama perusahaan itu menjadi PT. Perusahaan Industri Ceres. Lalu, memproduksi cokelat batang yang diberi label SilverQueen. Berhubung kala itu Indonesia masih suasana pasca perang dan krisis bahan pangan jadi, cokelat tidak terlalu dibutuhkan oleh masyarakat ditambah suhu kala itu juga yang meningkat membuat cokelat yang diproduksi oleh Ming Chee Chuang mudah cair dan akibatnya cokelatnya tidak laku.

Beberapa Kali ia menawarkan cokelatnya, beberapa kali juga ia mengalami kerugian karena tidak ada satupun cokelatnya yang laku. Hingga di suatu hari, saat ia beristirahat dibawah pohon sambil memakan kacang mete tiba-tiba terbesit sebuah ide untuk mencampurkan kacang mete dengan cokelatnya agar cokelatnya tahan lama berada di suhu yang tinggi. Cokelat SilverQueen kacang mete pun diproduksi, sayangnya lagi dan lagi mendapat penolakan disertai ejekan dari teman-temannya yang menganggap cokelat dengan kacang mete itu adalah paduan yang tidak masuk akal.

Namun, siapa yang mengira setelah ia menitipkan cokelatnya di salah satu toko untuk dijual ternyata cokelat tersebut ludes habis terjual. Disinilah kejayaan SilverQueen dimulai dari produk yang tidak laku menjadi banyak dicari bahkan sampai masuk Top Brand Kategori cokelat batangan terfavorit di kalangan remaja. Hingga saat ini SilverQueen telah diproduksi di berbagai negara di dunia.

3. Aqua (Tirto Utomo)

Saat menyebut air mineral pasti yang terlintas dalam pikiran teman-teman yaitu Aqua. Fyi, Aqua ini, merupakan air mineral dalam kemasan pertama di Indonesia yang dipelopori oleh Tirto Utomo pria kelahiran 1930 keturunan Tionghoa, dan inilah lika-liku penjualan Aqua yang tidak dianggap sama sekali keberadaannya oleh masyarakat pada masa itu.

Sebelum memulai karir bisnisnya, Tirto Utomo sempat menjadi Jurnalis di Harian Sin Po hindia Belanda sambil ia juga kuliah di Universitas Indonesia (UI). Setelah sarjana, ia bekerja di salah satu perusahaan minyak Nasional yang sekarang dikenal dengan Pertamina. Suatu hari, ada seorang pekerja pendatang yang mengeluhkan diare akibat air putih yang mereka minum. Dari peristiwa itu, ia berpikir untuk membuat air putih kemasan yang higienis, sehat, serta dapat diminum oleh siapa saja. Karena ingin fokus terhadap bisnisnya, Tirto Utomo mengundurkan diri dari tempat kerjanya.

Pada tahun 1973 Tirto Utomo memulai bisnis Air putih mineralnya dengan membeli salah satu pabrik di Bekasi kemudian pabrik itu ia beri nama PT. Golden Misissipi. Tahun 1974 Aqua mulai diproduksi dengan mengemasnya ke dalam botol kaca kala itu. Sayang seribu sayang, pemasaran yang dilakukan Tirto Utomo mendapat berbagai kecaman dari masyarakat hingga dianggap gila karena menjual air putih kala itu. Hal itu terjadi selama 3 tahun berturut-turut.

Sebagai langkah akhir karena produknya tidak ada satupun yang laku dan menyisakan kerugian semata, ia pun menaikkan harga produknya tiga kali lipat dari harga aslinya dengan menargetkan para pekerja pendatang. Dan Boom! produk tersebut laku keras. Sesaat kemudian, masyarakat setempat akhirnya mulai menyadari pentingnya hidup sehat dan menerima Aqua sebagai air putih dalam kemasan. Setelah wafatnya Tirto Utomo, pada tahun 1998 Group Danone asal Perancis membeli saham Aqua. Setelah itu, produksi Aqua terus meningkat dan berada di urutan pertama penjualan terbesar di dunia untuk kategori air mineral.

Itulah beberapa kisah inspiratif dari para Entrepreneur lokal kita yang pantang menyerah dan semoga kisah mereka dapat menjadi motivasi teman-teman jika ingin memulai sebuah bisnis. Seperti yang Henry Ford katakan bahwa “Saat kamu gagal, kamu hanya perlu memulai lagi dengan cara yang lebih cerdas”.

Melalui Kisah ini juga, mengajarkan kita untuk tetap mencintai produk-produk Indonesia. Dan alangkah baiknya jika kita dapat menjadi sang pelopor itu sendiri.

Penulis: Tesa Ayu Sri Natari 

Editor: Melvi Widya

Perkembangan Bank Syariah : Arah Perkembangan dan Respon Masyarakat Pada Bank Syariah

Objektif.id – Konsep teoritis mengenai Bank Islam muncul pertama kali pada tahun 1940-an, dengan gagasan mengenai perbankan yang berdasarkan bagi hasil. Berkenaan dengan ini dapat disebutkan pemikiran-pemikiran dari penulis antara lain Anwar Qureshi (1946), Naiem Siddiqi (1948) dan Mahmud Ahmad (1952). Uraian yang lebih terperinci mengenai gagasan pendahuluan mengenai perbankan Islam ditulis oleh ulama besar Pakistan, yakni Abul A’la Al-Mawdudi (1961) serta Muhammad Hamidullah (1944-1962).

Usaha modern pertama untuk mendirikan Bank tanpa bunga dimulai di Pakistan yang mengelola dana haji pada pertengahan tahun 1940-an. Masa kejayaan perkembangan Bank Syariah yakni pada tahun 1963 di negara Mesir dengan berdirinya Mit Ghamr Lokal Bank dengan begitu sistem perbankan syariah diterima dikalangan masyarakat luas.

Cikal bakal dikembangkannya Bank-bank Syariah di Indonesia itu sendiri karena pesatnya sistem keuangan global di Barat dan Asia, dengan demikian keuangan islam belum memperlihatkan kemajuan yang signifikan, dibanding dengan kemajuan keuangan bank konvensional yang berdiri di kota hingga ke pelosok desa.

Jika dilihat dari sejarah perkembangan bank syariah di indonesia, pada tahun 1990 pemerintah berupaya mengembangkan sistem keuangan syariah, melalui Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk kelompok kerja untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia. Sebagai hasil kerja tim perbankan MUI yakni dengan berdirinya Bank Syariah pertama di Indonesia yaitu PT Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang sesuai akte pendiriannya, berdiri pada tanggal 1 Nopember 1991.

Sejak tanggal 1 Mei 1992, BMI resmi beroperasi dengan modal awal sebesar Rp 106.126.382.000,- Pada awal masa operasinya, keberadaan bank syariah belumlah memperoleh perhatian yang optimal dalam tatanan sektor perbankan nasional. Namun, dari tahun ke tahun bank syariah semakin meningkat baik lembaga perbankan milik negara maupun lembaga perbankan milik swasta.

Kehadiran bank syariah yang semakin meningkat memberikan wajah baru bagi perekenomian di indonesia, bank syariah terus dikembangkan dan dikaji dalam dunia akademisi sehingga semakin meningkatkan tingkat kepercayaan kepada masyarakat dalam menggunakan jasa perbankan syariah.

Peluang perkembangan bank syariah di Indonesia dipandang pemerintah sebagai solusi keuangan syariah yang dapat menopang sistem perekonomian. Oleh karena itu, melalui perencanaan dan persiapan yang matang pemerintah melalui kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menggabungkan tiga bank syariah yakni BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI) pada tahun 2021.

Masa depan bank syariah dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain perubahan tren perekonomian global, perkembangan teknologi, dan perubahan peraturan.

Beberapa prakiraan masa depan perbankan syariah antara lain: Pertama, Teknologi Finansial (Fintech): Bank syariah kemungkinan akan semakin mengadopsi teknologi keuangan untuk meningkatkan efisiensi operasional, memberikan layanan yang lebih baik kepada nasabah, dan mengembangkan produk inovatif yang sesuai dengan prinsip syariah. Platform digital, blockchain, dan kecerdasan buatan dapat menjadi bagian integral dari operasi perbankan Islam.

Kedua, Peningkatan Keberlanjutan dan Tanggung Jawab Sosial: Bank syariah dapat fokus pada keberlanjutan ekonomi, lingkungan dan sosial. Peningkatan tanggung jawab sosial perusahaan dan investasi berkelanjutan sesuai prinsip syariah dapat menjadi pendorong pertumbuhan.

Ketiga, Globalisasi dan Kerjasama Antar Bank: Bank syariah kemungkinan besar akan meningkatkan kerjasama dengan bank syariah di negara lain untuk menciptakan jaringan global. Hal ini dapat membantu diversifikasi risiko, pertukaran pengalaman, dan memfasilitasi perdagangan dan investasi Islam secara internasional.

Keempat, Peningkatan Literasi Keuangan Syariah: peningkatan literasi dilakukan dengan melakukan edukasi dan literasi keuangan syariah akan menjadi fokus untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap produk dan layanan keuangan syariah. Bank syariah dapat berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran dan literasi keuangan syariah.

Kelima, Pembaruan Regulasi: Regulasi yang memadai dan mendukung perkembangan bank syariah akan menjadi kunci pertumbuhannya. Regulator dapat memperbarui pedoman dan standar untuk mendukung inovasi dan pertumbuhan industri keuangan syariah.

Keenam, Pertumbuhan Ekonomi di Negara yang Mayoritas Penduduknya Muslim: Pertumbuhan ekonomi di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam dapat menjadi pendorong pertumbuhan bank syariah. Permintaan terhadap produk dan layanan keuangan syariah dapat meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi tersebut.

Ketujuh, Meningkatkan Pembiayaan Berbasis Teknologi: Bank syariah dapat meningkatkan penyediaan pembiayaan berbasis teknologi, seperti pembiayaan peer-to-peer (P2P) yang sesuai dengan prinsip syariah.

Kedelapan, Inklusi Keuangan: Bank syariah dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan inklusi keuangan di negara-negara dengan populasi yang belum memiliki akses penuh terhadap layanan keuangan. Penting untuk diingat bahwa perkembangan ini dapat berubah seiring berjalannya waktu, dan bank syariah perlu beradaptasi dengan dinamika pasar dan lingkungan perekonomian agar tetap relevan dan berkelanjutan.

Dimasa perkembangan, lembaga perbankan syariah ditengah persaingan bank-bank konvensional masih dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat. Hal tersebut dikarenakan banyaknya yang menganggap sistem yang dijalankan perbankan syariah sama saja dengan perbankan konvensional, bahkan administrasi yang dilakukan nasabah lebih ribet dibandingkan dengan bank konvensional.

Dalam upaya untuk terus mengembangkan bank syariah pemerintah perlu terus untuk mengembangkan sistem ekonomi syariah dengan melakukan upaya-upaya untuk mengkaji lebih dalam sistem perbankan syariah, selain itu kerjasama dengan stakeholder sangat penting untuk terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat secara masiv akar dapat memanfaatkan perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usaha.

Penulis: Safriuddin

Editor: Melvi Widya

Anis Temui Buruh di Kendari

Calon Presiden nomor urut 1 Anis Baswedan berdialog dengan sejumlah buruh di Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (09/01/2024). Dalam kampanye, Anis Baswedan menyatakan akan membuat kebijakan yang berkeadilan bagi buruh jika terpilih menjadi Presiden. Objektif.id Foto/Andika

Ketgam: Kedatangan Anis Baswedan yang disambut meriah oleh warga di pasar panjang. Foto: Andika/Objektif.id

Ketgam: Sesi tanya-jawab para buruh kepada Anis Baswedan di salah satu warkop pasar panjang. Foto: Andika/Objektif.id

Pilcaleg, Ajang Bagi-Bagi Cuan

Objektif.id

Di tengah hiruk pikuk kota hingga ke pelosok desa,
Terdengar suara-suara riuh.
Pesta demokrasi telah tiba,
Pil Caleg, ajang bagi-bagi cuan...

Janji-janji manis terucap,
Harapan-harapan mulai tumbuh.
Di balik topeng dan jubah, ada wajah yang tertutup,
Pilcaleg, ajang bagi-bagi cuan...

Suara-suara mulai berbicara,
Mereka memilih dengan hati dan jiwa.
Pilcaleg, ajang bagi-bagi cuan,
Harapan untuk masa depan yang cerah, dan bersinar...

Kotak suara menjadi saksi bisu,
Dari pilihan rakyat yang tak terhenti,
Pilcaleg, ajang bagi-bagi cuan,
Siapa yang akan memimpin tanah air kita???

Perubahan di ambang pintu,
Di tengah keramaian dan kegaduhan.
Pilcaleg, ajang bagi-bagi cuan,
Harapan untuk Indonesia yang lebih baik....

Demokrasi, suara rakyat,
Di tengah hiruk pikuk dan kebisingan.
Pilcaleg, ajang bagi-bagi cuan,
Siapa yang akan menjadi pilihan rakyat???

Demokrasi, suara hati,
Di tengah keramaian dan kegaduhan.
Pilcaleg, ajang bagi-bagi cuan,
Siapa yang akan memimpin negeri ini???

Demokrasi, suara keadilan,
Di tengah kebisingan dan keriuhan.
Pilcaleg, ajang bagi-bagi cuan,
Siapa yang akan membawa perubahan???

Demokrasi, suara kebenaran,
Di tengah kegaduhan dan kegemparan.
Pilcaleg, ajang bagi-bagi cuan,
Siapa yang akan membawa keadilan???

Demokrasi, suara kebebasan,
Di tengah keriuhan dan kegemparan.
Pilcaleg, ajang bagi-bagi cuan,
Siapa yang akan membawa kebebasan???

Demokrasi, suara keberanian,
Di tengah kegemparan dan kegaduhan.
Pilcaleg, ajang bagi-bagi cuan,
Siapa yang akan membawa keberanian???

Harapan rakyat, harapan kita semua,
Bukan hanya kata-kata yang diucapkan.
Janji-janji yang telah dilantunkan,
Dan omong kosong yang disampaikan...

Penulis: Rachma Alya Ramadhan
Editor : Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Presma IAIN Kendari Tantang Anis Cakap Pengelolaan SDA di Sultra

Kendari, Objektif.id – Menjelang 2 hari kedatangan Anis Baswedan selaku Calon Presiden RI nomor urut 1 telah menjadi topik panas di masyarakat Sultra saat ini, terutama di kalangan mahasiswa kita, salah satunya Presiden Mahasiswa (Presma) IAIN Kendari yang menyoroti kunjungan capres tersebut, (07/01/2024).

Presma IAIN Kendari, Ashabul Akram, menantang Anis Baswedan untuk mengambil sikap akan permasalahan terkait pengelolaan Sumber daya alam Sultra yang dinilai merugikan masyarakat lokal.

“Sebagai mantan ketua senat mahasiswa UGM sekaligus orang yang menjadi salah satu capres pemilu 2024, saya mendesak beliau untuk menyikapi persoalan pengelolaan SDA, salah satunya pada industri pertambangan Sultra, kami anggap hari ini tidak sejalan dengan apa yang masyarakat lokal inginkan,” tuturnya.

Akram juga mengungkapkan, terdapat tiga masalah dalam pengelolaan SDA tersebut, pertama, hasil dari smelter pertambangan di bawa ke negara China. Kedua, orang lokal tidak diberikan ruang untuk bekerja dan ketiga, upah yang minimum.

“Kita bagaikan sarang lebah yang madunya diperas lalu ampasnya disimpan, sungguh menyedihkan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia berharap kunjungan capres RI nomor urut 1 tersebut dapat menjadi solusi terbaik bagi masyarakat Sulawesi Tenggara.

“Saya kira dengan kemantapan Anis sebagai capres dapat memberikan solusi yang terbaik bagi masyarakat Sulawesi tenggara,” pungkasnya.

Penulis: Tesa Ayu Sri Natari

Editor: Melvi Widya

Maafkan Diriku

Objektif.id
Maaf...
Maaf...
Maafkan aku...
Hanya itu yang mampu terucap saat ini
Rasa ini seakan tak mau terkubur
Walau telah ku timbun dengan tatapan benci mu...

Biarlah aku berlayar jauh
Meninggalkan kota dan dirimu.
Walau senyummu selalu muncul
Tak apa, aku akan mencoba...

Biarlah angin menjadi saksi rinduku,,
Rinduku yang teramat menyiksa
Senyummu yang selalu muncul
Ragamu yang selalu dipuja....

Aku tak bisa menenggelamkan rasa,,
Aku tak bisa berbicara layaknya penyair
Aku tak bisa berhenti memandang
Aku tak bisa!!!

Tapi biarlah, ia hanya sebatas kata,,
Kata hatiku, yang mengganggumu....

Amolengo, Minggu 7 Jan 2024
Penulis: Maharani 
Editor: Melvi Widya

Sebuah Impian Sang Anak Petani

Objektif.id – Suasana pedesaan yang tenang dan sederhana menjadi latar belakang cerita ini. Di sebuah desa kecil, tinggal seorang anak petani bernama Budi. Budi tumbuh dalam keluarga yang sederhana, di mana ayahnya bekerja keras mempertahankan kehidupan mereka dengan bertani, sedangkan ibunya menjalankan kegiatan rumah tangga sehari-hari.

Sejak kecil, Budi telah bercita-cita menjadi tentara. Setiap kali ada TNI yang bertugas di desa mereka. Budi selalu terpesona dengan pakaian seragam yang gagah, ketegasan gerakan, dan keberanian para prajurit. Ia ingin menjadi seseorang yang dapat melindungi orang-orang yang ia cintai dan memberikan kontribusi nyata untuk negaranya.

Meskipun tak jarang mendapat cemoohan teman-temannya yang menganggap impian tersebut tak realistis, Budi tidak pernah berhenti bermimpi. Ia mendambakan perubahan yang dapat dia satukan dengan kecintaannya terhadap tanah air. Setiap hari, Budi belajar dengan giat dan membaca buku tentang ketentaraan serta berbagai pengetahuan yang dapat mendukung langkahnya ke depan.

Namun, rintangan muncul ketika cerita tentang mimpi Budi menyebar di desanya. Beberapa orang tua dan bahkan teman-temannya menganggap bahwa hidup di depan medan pertempuran adalah pilihan yang tidak bijaksana dan berisiko tinggi. Mereka berpikir bahwa masa depan Budi akan lebih baik apabila ia tetap bertani, mewarisi profesi yang telah menjadi warisan keluarga mereka sejak lama.

Terlepas dari pandangan-pandangan negatif yang ia terima, Budi tidak mengendurkan semangatnya. Ia tetap fokus pada mimpi dan tekadnya untuk menggapai cita-citanya sebagai prajurit TNI yang berdedikasi. Budi menyadari bahwa rencananya tidak akan terwujud begitu saja. Ia belajar untuk mengatasi setiap rintangan yang menghadang di depannya.

Dengan kerja keras dan bimbingan dari beberapa orang yang mendukung impian Budi, ia berhasil mengatasi semua tes dan ujian masuk Akademi Militer. Proses pelatihan di sana tidaklah mudah, tetapi jiwa petani yang kuat dan tekad baja Budi membuatnya tidak menyerah. Ia melewati segala tantangan pelatihan fisik maupun mental dengan penuh semangat dan keteguhan.

Begitu lama berlalu, saat yang ditunggu-tunggu tiba. Budi resmi menjadi seorang perwira TNI yang dihormati. Ia mengabdikan diri untuk menjaga negaranya dan melayani masyarakat dengan dedikasi tinggi. Budi membuktikan kepada semua orang bahwa mimpi bukanlah sekedar bunga tidur. Sang anak petani telah mengubah impiannya menjadi kenyataan.

Dalam kehidupan barunya sebagai prajurit, Budi tetap rendah hati dan memegang teguh nilai-nilai yang telah keluarganya ajarkan. Ia tidak pernah melupakan asal-usulnya sebagai anak petani dan setiap hari libur, ia mengunjungi orang tuanya di desa untuk membantu mereka dalam kegiatan bertani.

Kisah Budi menjadi inspirasi bagi semua orang di desa kecil itu, terutama bagi para anak muda yang memiliki impian-impian besar di masa depan. Ia membuktikan bahwa dengan keberanian, ketekunan, kerja keras, dan penolakan terhadap kata putus asa, apa pun yang ia impikan dapat terwujud.

Sebagai sang anak petani yang sukses mewujudkan impiannya menjadi TNI, Budi juga membuktikan bahwa penting bagi kita untuk tetap memperjuangkan apa yang kita yakini, meskipun banyak rintangan atau pandangan negatif. Hanya dengan tekad yang kuat, kita dapat melampaui batasan-batasan yang mungkin mempersempit jalan menuju impian kita.

Penulis: Muh. Aidul Saputra

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Melodi Terakhir

Objektif.id – Pagi itu, langit cerah memancarkan sinar matahari yang menyapa desa kecil di pegunungan. Di sebuah rumah kecil di pinggiran desa, hidup seorang anak bernama Melodi. Melodi adalah gadis berusia 8 tahun yang memiliki bakat dalam bermusik. Ia memiliki suara yang indah dan mampu memainkan berbagai alat musik.

Suatu hari, Melodi mendengar kabar bahwa akan diadakan sebuah festival musik di kota besar. Atas dorongan teman-temannya, ia pun memutuskan untuk mengikuti audisi. Dengan tekun, Melodi berlatih menyanyi setiap hari dan memperbaiki keterampilannya memainkan alat musik.

Hari audisi pun tiba. Melodi tampil dengan penuh semangat dan berbakat. Namun, di tengah penampilannya, terdengar suara aneh yang berasal dari dalam tubuhnya. Suaranya yang indah tiba-tiba pecah dan tidak mampu mengeluarkan nada yang benar. Melodi merasa sangat malu dan kecewa, ia ingin lari dari panggung tersebut.

Setelah audisi, Melodi kembali ke rumah dengan perasaan sedih. Ia merasa kehilangan masa depannya dalam dunia musik. Namun, sang ibu datang menghampiri dengan senyuman lembut. Ibu Melodi memberikan sebuah cermin ajaib kepada anaknya.

“Ayahmu dulu juga seorang musisi hebat,” kata ibunya. “Cermin ini adalah warisan dari ayahmu, cermin ini akan menunjukkan kekuatanmu sebagai musisi. Pandanglah dirimu di dalam cermin ini dan dengarkan suara paling dalam hati.”

Melodi mengambil cermin itu dan mulai memandangi dirinya. Ia mendengarkan suara hatinya, yang mengingatkannya pada cinta dan semangatnya dalam bermusik. Dalam hati Melodi, terdapat keyakinan bahwa ia tidak boleh menyerah.

Beberapa minggu berlalu dan kabar tiba-tiba datang menghampiri. Melodi mendapatkan undangan untuk tampil dalam konser akhir festival musik internasional. Suara indahnya yang kerap terngiang di telinga para juri membuat mereka tidak bisa melupakan Melodi.

Pada malam konser, Melodi menaiki panggung dengan percaya diri. Ia memandangi cermin ajaib itu sekali lagi dan mengenang pesan sang ibu. Begitu ia mulai bernyanyi, suaranya menyentuh setiap jiwa yang mendengarkan. Musik yang ia mainkan diiringi oleh lantunan suara ajaibnya. Ia menciptakan harmoni indah yang terdengar sampai ke penghujung kota.

Penonton terpesona melihat penampilan Melodi. Mereka terhanyut dalam melodi yang ia ciptakan dan terkagum-kagum dengan keberanian dan semangatnya. Akhirnya, saat Melodi menyelesaikan lagu terakhirnya, sorak-sorai gemuruh dari penonton memenuhi ruangan.

“Pemenangnya adalah Melodi!” seru sang juri dengan bangga.

Melodi tersenyum bahagia, ia berhasil melampaui kegagalannya di audisi dan mencapai mimpi terbesarnya. Di balik panggung, Melodi mengucapkan terima kasih kepada cermin ajaib dan lantunan suaranya yang penuh semangat. Meskipun menghadapi kesulitan, Melodi tidak menyerah dan berhasil mengelilingi dunia dengan musiknya yang indah.

Akhirnya, Melodi menyadari bahwa tak ada mimpi yang terlalu besar jika tidak memiliki semangat dan keberanian untuk menghadapinya. Ia mengerti bahwa dalam dirinya terdapat kekuatan yang tidak bisa dimatikan oleh kegagalan. Melodi membuktikan bahwa sukses adalah hasil dari ketekunan, keyakinan, dan cinta yang ia miliki dalam bermusik.

Dalam cerita ini, Melodi adalah contoh seorang individu yang menghadapi kegagalan dan kehilangan, tetapi membangun kembali mimpi dan semangatnya. Cerita ini menggambarkan betapa pentingnya memperjuangkan impian kita dan tetap teguh dalam keyakinan diri.

Penulis: Kusmawati

Editor: Melvi Widya

Cerita Anak Nelayan

Objektif.id – Nelayan atau pelaut (sebutan di kampung ku), adalah salah satu pekerjaan yang dominan di tanah tempatku dilahirkan. kecamatan Laonti, kabupaten Konawe Selatan, Desa Ulusawa. Sebagian besar masyarakatnya bergantung pada hasil laut untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Jika musim timur telah tiba dimana para nelayan sulit untuk mendapat ikan, maka beberapa orang akan beralih ke mata pencarian lain, misalnya berkebun, pertukangan, dan lain sebagainya.

Aku menjadi anak nelayan sejak kecil. Sebagai anak nelayan bukan berarti tidak pernah mengalami hal yang kurang mengenakkan, apa lagi aku anak perempuan pertama. Anak perempuan seringkali menjadi sasaran utama dalam strata lingkungan sosial masyarakat. Sebagian orang menganggap bahwa perempuan hanya mampu di dapur, di kasur, dan di sumur. Padahal bukan hanya itu, perempuan bisa melakukan lebih dari itu. Bahkan saat ini, perempuan bisa bekerja di kantoran bahkan menjadi seorang pemimpin. Sayangnya, paradigma kuno tersebut masih melekat pada masyarakat desaku sampai saat ini. Sangat umum bagi perempuan sepertiku, jika sudah tamat SMP maupun SMA dianjurkan untuk menikah.

Masyarakat di desa tempatku lahir sering berkata, “Untuk apa sekolah tinggi-tinggi jika hanya menjadi ibu rumah tangga yang pekerjaannya berkutik di dapur”.

Dan syukur alhamdulillah pemikiran orang tuaku berbeda dengan masyarakat di desaku, dan tidak sedikit yang berpendapat kalau punya anak perempuan di minta segera menikah. Orang tuaku sebaliknya, mereka selalu mendukung setiap langkahku. Bahkan, untuk masuk dalam sebuah organisasi.

Bapak pernah berkata kepadaku, “Kuliah Lah yang serius apa lagi kamu anak perempuan pertama papa, cukup kami saja orang tuamu yang buta huruf, kalian jangan, biar tidak sengsara sepertiku”.

Bapak rela menjaminkan tubuhnya di tengah lautan yang begitu jahat, ia rela tertempa badai laut sepanjang siang dan malam. Karena, semua itu ia lakukan hanya untuk menghidupi istri dan 6 orang anaknya.

Penghasilan sebagai seorang nelayan hanya berkisaran ratusan ribu dalam sehari, itupun kalau cuaca laut sedang baik-baik saja. Sedangkan kalau cuaca sedang tidak baik-baik saja kadang ada hasil, kadang juga tidak ada terutama pada musim hujan angin.

Teruntuk anak-anak yang ada di luaran sana apalagi anak dari seorang nelayan, jangan sepelekan pengorbanan bapakmu walaupun itu terlihat sepele di matamu, dia rela mengorbankan tubuhnya ditengah laut yang begitu jahat, dia rela berpanas-panasan, kehujanan, kedinginan bahkan menahan lapar, hanya untuk menyekolahkan kamu.

Selain itu, untuk para remaja khususnya perempuan mari patahkan stigma bahwasannya perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi, ujung-ujungnya juga hanya menjadi ibu rumah tangga, yang hanya bisa di dapur. Mengapa perempuan harus berilmu sekalipun ia akan jadi ibu rumah tangga? perempuan menjadi pintu dakwah pertama bagi anak-anaknya. Oleh Karenanya, jadilah perempuan yang tidak hanya cantik tetapi juga berilmu dan berakhlak baik.

Penulis: Nurhawati

Editor: Melvi Widya