Rindu Tak Tersampaikan

 

Penulis: Syafira Damayanti

Nostalgia mengantarku pada rindu, lalu merengkuh erat bayangmu, menikmati belaian kasihmu yang perlahan menjadi abu-abu. aku masih belum percaya, bahwa engkau sudah benar-benar tiada. tidak terasa lima tahun kepergianmu, senyum manismu, gema tawamu dan suara beratmu semuanya masih terasa nyata, bahkan sampai detik ini aku masih berharap kalau ini hanya mimpi.

Dua hari lagi akan memasuki bulan ramadhan, namun tidak seperti hari-hari biasanya, ketika bulan puasa tiba, mama selalu mengajakku untuk berbelanja ke pasar untuk membeli bahan-bahan dapur untuk dimasak bersama-sama.

Seketika rindu sosok yang selalu memanggil namaku dengan sebutan “anak mungil”  seketika rindu sosok selalu membangunkan dispertiga malam untuk melaksanakan sholat bersama-sama. Seketika rindu sosok yang selalu membuatkan sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah.

Andai saja waktu dapat bisa ku putar kembali. jika bisa mengubah banyak hal, aku mugkin akan mengambil kesempatan itu.

Dulu, aku selalu berpikir seiring dengan bejalannya waktu rasa rinduku kepadamu akan mulai pudar. Namun semua persepsiku salah, lagi-lagi kata rindu ternyata ia tak perlu pulang untuk sampai ke rumah. Ia juga tak perlu datang untuk mengemas gundah. Ia juga tak perlu lantang untuk didengar indah. hanya perlu aku dan dirimu.

Aku juga sudah mencoba bernegosiasi menylam kata sepakat untuk berdamai dengan hatiku, pada relung yang disebut dengan rindu. Namun lagi-lagi melupakanmu bukan tentang melangkah untuk pergi, melainkan ada candu yang tak terobati.

Dahulu Ibu selalu mengatakan kepadaku
“Kamu harus jadi sosok yang kuat nak, dan tidak mudah putus asa”
sekarang aku tahu mengapa Ibu selalu mengatakan kepadaku untuk menjadi sosok yang kuat. Karena aku tahu bahwa suatu hari nanti, aku akan membutuhkan kekuatan untuk menanggung kehilanganmu.

Pintahku, jika kerinduan hanya bisa diobati dengan pertemuan maka satu yang kuharapkan, semoga kita dipertemukan.

Penulis adalah mahasiswa aktif Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, juga anggota aktif Unit Kegiatan Mahasiswa Pers (UKM-Pers).

 

Dualisme Ketua HMPS di Fakultas Syariah, Citra Buruk Kader Hukum 

 

Objektif.id, Kendari – Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) se-Fakultas Syariah (Fasya) kini terbagi menjadi dua.

Diketahui Fakultas Syariah memiliki tiga Program Studi (Prodi) yaitu Hukum Tata Negara (HTN), Hukum Ekonomi Islam (HES) dan Hukum Keluarga Islam (HKI). Dimana setiap Prodi memiliki Himpunan masing-masing yang disebut HMPS.

Baru-baru ini ribuan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, dihebohkan dengan polemik pemilihan Ketua HMPS se-Fasya, dimana masing-masing Prodi memiliki dua Ketua HMPS.

HMPS Hukum Tata Negara diketuai oleh La Ode Rahmat Fagil dan Rahmadi Nur.

HMPS Hukum Perdata Islam dipimpin oleh Muhammad Rizal Rizki dan Ibnu Qoyyim.

HMPS Hukum Ekonomi Islam di nahkodahi oleh Andi Nuraeni dan Muh. Taufik Hidayat.

Salah satu mahasiswa IAIN Kendari yang enggan disebutkan namanya  mengatakan, polemik yang terjadi di Fakultas syariah khususnya pemilihan Ketua HMPS tersebut merupakan citra buruk buat kader fakultas Hukum.

“Sifat egois memang ada disitu, sifat serakah juga, sehingga dengan kedua sifat itu nekat mi ambil kesimpulan,” uangkapnya, Jumat (1/4/2022).

Semestinya kader-hukum lah yang mampu memberikan contoh yang baik pada fakultas-fakultas lain, tapi ini mereka sendiri yang memberikan contoh yang buruk.

“Seharusnya mereka berikan contoh yang baik buat fakultas yang lain,” tutupnya.

Reporter: Rizal Saputra

Editor: Al-Izar

 

GenBI Komisariat IAIN Kendari Gelar Grand Lunching Bedah Buku dan Sosialisasi QRIS

Reporter: Syafira Damayanti
Editor: Rizal Saputra

Objektif.id, Kendari – Generasi Baru Indonesia  (GenBI) Komisariat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari menggelar Grand Lounching Bedah Buku Kewirausahaan Syariah dan Sosialisasi QRIS di Gedung Auditorium IAIN Kendari, Kamis (31/3/2022).

Ketua Genbi Sultra Komisariat IAIN Kendari, Dina Nurhaliza mengatakan, awalnya kegiatan ini, bukan beda buku Kewirausahaan Syariah. Tetapi ada satu buku yang merupakan program kerja (Proker) sebelumnya yaitu buku tentang pertambangan.

Hanya saja, setiap Proker tersebut disodorkan kepada pihak Bank Indonesia tidak pernah diterima, sehingga bedah buku Pertambangan diganti dengan Kewirausahaan Syariah.

Bedah buku yang dirangkaikan dengan sosialilasi Qris ini merupakan langkah awal membentuk generasi muda serta paham akan fungsi dan tanggungjawabnya sebagai penerus bangsa.

“Kemudian kami rangkaikan  dengan sosialisasi QRIS karena sebetulnya di Genbi itu ada tiga  peran yang pertama, sebagai frontliner itu kayak kita dapat menyampaikan kebijakan-kebijakan Bank Indonesia salah satunya adalah tentang Qris. Kemudian yang disampaikan juga oleh Bapak Taufik sebagai Agent of chance membawa perubahan dan yang terakhir yaitu sebagai conleader atau menjadi pemimpin,” uangkap Dina Nurhaliza, Kamis (31/3/2022).

Lanjut, kata Dina, pada kegiatan ini pihaknya mengundang beberapa lembaga Genbi Komisariat yang ada di Sultra.

“Kami juga mengundang beberapa lembaga yaitu dari komisariat USN, Unidayan, UHO dan STIE 66. Namun karena Unidayan dan USN jauh dari kota kendari maka yang hadir adalah dari Genbi UHO dan Genbi Stie 66,” lanjutnya.

Sementara itu, Ketua Panitia, Kemudian Abdullah berharap melalui forum Grand Lounching Bedah Buku Kewirausahaan Syariah dan Sosialisasi QRIS, mahasiswa bisa melihat peluang-peluang bisnis kedepannya serta menggunakan Qris dengan baik dan bijak.

“Besar harapan saya untuk mahasiswa itu ketika mereka keluar selesai dari kegiatan ini mereka lebih  memahami apa itu kewirausahaan syariah dan melihat peluang-peluang bisnis apa ke kedepannya mengenai Kewirausahaan Syariah. Kemudian dari rangkaian kegiatan tadi kan Qris sebagai kemudahan untuk bertransaksi. Nah jadi harapannya kami dengan adanya sosialisasi itu dalam menjalankan bisnis mahasiswa-mahasiswa dapat bertransaksi  menggunakan Qris dengan baik dan bijak,” harapnya.

 

Puluhan Mahasiswa IAIN Kendari Demo Tolak Pelantikan Ketua HMPS se-Fasya

Objektif.id, Kendari- Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) kendari
gelar aksi tolak Pelantikan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) se- Fakultas Syariah yang tidak sesuai dengan prosedur. Rabu(30/03/2022).

Aksi demonstrasi yang di mulai dari pukul 08.30 WITA di pelataran dan menuju ke Fakultas Syariah hingga berakhir didepan Rektorat.

Muhammad Masyhur massa selaku koordinator lapangan (korlap) 1 mengatakan, bahwa, mereka menilai pelantikan ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi yang dilakukan langsung oleh Dewan eksekutif mahasiswa fakultas syari’ah itu tidak sesuai dengan prosedural hukum yang ada di IAIN Kendari.

“Kami dari Aliansi Mahasiswa Bersatu menggelar aksi pada kesempatan kali ini terkait pelantikan yang akan di lakukan oleh dewan eksekutif mahasiswa fakultas syariah kepada ketua HMPS yang di pilih langsung oleh dewan Eksekutif Mahasiswa yang kami nilai itu tidak sesuai dengan amanah prodak – prodak Hukum yang ada di institut Agama Islam Negeri Kendari” kata mashyur..

Ia pun menilai bahwa yang dasar mereka untuk tetap melantik ketua HMPS itu sudah sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

Padahal persoalan mubes HMPS itu masih kewenangan penuh oleh pengurus HMPS periode 2021 dengan saling berkoordininasi pihak KPUM.

“Yang menjadi dasar mereka itu sudah sesuai dengan AD/ART yang Itu pun tidak jelas sampai hari ini yang mana jadi itu yang kami persoalkan jadi persoalan forum mubes hari ini itu masih wewenang HMPS itu sendiri berkoordinir dengan ketua KPUM dan Pihak KPUM itu sendiri masih sepenuhnya hingga kemudian mereka beranggapan bahwa KPUM ini sudah habis masa Jabatan nya
Namun jika di cek kembali pemilihan Dema ini apakah sudah habis masa jabatan atau belum” Lanjutnya.

Saat mediasi berlangsung di gedung Auditorium yang di hadiri langsung oleh wakil dekan 3 fakultas syari’ah, ketua senat institut, ketua Dema institut dan juga ketua Sema, Dema fakultas syari’ah untuk memenuhi permintaan masa aksi.

Saat hearing tersebut dengan perdebatan yang panjang antara kedua belah pihak dan tidak menemukan titik tengah, Wakil Dekan III Fakultas Syari’ah, Asrianto Zainal, memberikan saran untuk melakukan mubes yang sesuai dengan prosedur, namun jika kedua belah pihak masih sama-sama tidak ingin menerima maka ia akan membekukan anggaran ketiga HMPS.

“Saran dari saya adalah kita kembalikan saja pada mekanisme yang ada biarkan mubes ini yang kemudian di tunjuk kepanitian secara tersendiri karena kalau kita biarkan masing-masing HMPS buat Kepanitiaan sendiri maka hal ini akan melahirkan dua pendapat yang berbeda maka dari itu saya saran kan Kepanitiaanya satu saja yang kemudian menjalankan tugas memastikan mubes terlaksana dengan Kepanitiaan dari DEMA,” tegas Wadek  III Fakultas Syari’ah, saat hearing.

Reporter : Fitriani
Editor : Al-izar

Cinta adalah Seni?

Penulis : Syafira Damayanti

Cinta adalah seni? Berarti cinta butuh pengetahuan dan upaya. Ataukah cinta itu suatu sensasi nyaman, yang kita alami semata karena adanya kesempatan, yang hanya orang beruntung saja yang “jatuh cinta”? Sedikit dari jumlah orang menggunakan premis yang pertama, sementara mayoritas orang zaman sekarang pasti lebih meyakini premis kedua.

Bukannya orang tak percaya bahwa cinta itu penting. Mereka mendambakan cinta, bahkan mereka saksikan banyak sekali film tentang kisah cinta, yang bahagia tak bahagia, mereka dengarkan ratusan lagu tentang cinta, tapi nyaris tak berpikir bahwa cinta perlu dipelajari.

Ada beberapa premis, baik tunggal maupun gabungan, yang mendasari dan cenderung membenarkan mengapa orang bersikap ganjil seperti ini.

Banyak orang beranggapan bahwa soal cinta yang terpenting adalah dicintai, bukannya mencintai, bukannya kapasitas seseorang untuk mencintai. Disini bagi mereka adalah bagaiamana agar dicintai, bagaimana pantas dicintai.

Dalam mengejar tujuan ini mereka menempuh beberapa cara. Pertama , biasanya dipakai oleh laki-laki, adalah dengan menjadi sukses, menjadi seberkuasa dan sekaya mungkin. Cara lain biasanya dipakai oleh perempuan, adalah dengan membuat dirinya menarik, dengan cara merawat tubuh, pakaian, dll. Cara lain supaya terlihat menarik, dipakai baik oleh laki-laki maupun perempuan, adalah dengan bersikap menyenangkan, berbicara menarik, sopan, suka menolong dan lugu.

Faktor ini berkaitan erat dengan karakteristik utama budaya kontemporer. kebudayaan kita seluruhnya berdasar pada hasrat membeli, pada gagasan tentang pertukaran yang saling menguntungkan. sikap ini bahwa mencintai itu mudah berlanjut menjadi gagasan lazim tentang cinta meskipun banyak bukti sebaliknya. Hampir tidak ada tindakan dan usaha, yang di awali dengan harapan dengan ekspetasi sebesar itu, dan sering gagal melebihi cinta. Dalam hal lain, mereka akan bersemangat mencari tahualasan mereka gagal, lalu belajar supaya lebih baik atau mereka akan menyerah adalah mustahil, tampaknya ada satu cara tepat untuk mengatasi kegagalan cinta, memeriksa sebab-sebab kegagalan ini dan melanjutkan studi tentang arti cinta.

Lantas, langkah-langkah apa yang dibutuhkan untuk belajar seni? proses belajar seni dapat dibagi menjadi dua bagian: Pertama  menguasai teori. Kedua menguasai terapan.

Beberapa penyebab sikap ini berakar dalam perkembangan masyarakat modern, salahsatunya adalah perubahan besar yang terjadi pada abad 20 terkait memilih “obyek cinta”. Di mana pada zaman victoria, seperti banyak kebudayaan tradisional lainnya, cinta bukanlah pengalaman pribadi spontan yang membawa pada pernikahan. Sebaliknya, pernikahan diikat oleh persetujuan-baik oleh keluarga masing-masing atau makelar pernikahan, atau tanpa bantuan perantara semacama itu (dalam budaya bugis makassar dikatakan sebagai “silarian” yang mana sangat tidak di sukai oleh orang bugis makassar). Pernikahan diputuskan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sosial, dan cinta diharapkan tumbuh setelah menikah.

Pada beberapa generasi terakhir, konsep cinta romantis telah diterima hampir di seluruh dunia barat. Di amerika, meskipun masih ada yang mempertimbangkan bentuk konvensional, tapi banyak orang mencari “Cinta romantis”, mencari pengalaman cinta persona yang akan membawa pada pernikahan. Konsep baru tentang kebebasan dalam cinta ini jelas telah memperbesar pentingnya obyek cinta, yang bertentangan dengan fungsi cinta.

Maka dua orang jatuh cinta saat mereka merasa telah menemukan obyek terbaik yang tersedia di pasar, mengingat keterbatasan nilai tukar mereka sendiri, sering kali seperti membeli real estate, memainkan peran besar dalam tawar menawar ini. Dalam kebudayaan di mana orientasi dagang berlaku, di mana kesuksesan materi bernilai luar biasa, tak mengejutkan bahwa relasi cinta manusia mengikuti pola pertukaran sama, yaitu pola yang menguasai komoditas dan pasar tenaga kerja.

Penulis adalah mahasiswa aktif IAIN Kendari, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (Fatik), anggota aktif UKM-Pers IAIN Kendari dan kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Ibnu Rusyd.

Mengikhlaskan

Penulis: Asrinawati Azizah

Malam itu, digelapnya malam yang membungkus bumi seorang gadis bernama Rizky Anandita hanya bisa terdiam kaku menatap wajah pucat pasi dan kaku sang Ibu. Dirasakannya tangan kekar yang memeluknya dari belakang beserta bisikan dengan suara bergetar dari sang ayah.

“kamu kuat nak, Allah lebih sayang Ibu. Ikhlaskan yah nak” bisik sang ayah.

Setelah mendengar bisikan sang ayah maka Luruh lah air mata yang sedari tadi ditahan gadis berumur 16 tahun itu, hancurlah tembok pertahanan yang ia bangun untuk tidak mempercayai Malaikat Tanpa Sayap nya telah tiada. Ibu yang selama ini merawat dan menyayanginya dengan sepenuh hati telah pergi ke pangkuan sang Ilahi. Rasanya dunia seperti runtuh seketika.Ia terduduk diatas dinginnya lantai, meraung dengan penuh rasa sakit yang menggerogoti hatinya.

Setelah sekian lama menangis Dita mencoba mendekati tubuh kaku sang Ibu mengelus wajahnya serta mengecup seluruh penjuru wajah sang malaikat tanpa sayap nya dengan menahan isakan dari mulut kecilnya. Ia berbisik di telinga sang Ibu.

“Do’akan Dita untuk ikhlas Bu, Dita sayang Ibu”

Setelah prosesi pemakaman Dita duduk terdiam menatap Nisan sang ibu, di dalam benaknya terus berpikir. Bagaimana ia dapat melanjutkan hidupnya tanpa sosok ibu di sampingnya? siapa yang akan menghibur ayahnya setelah lelah bekerja nantinya? siapa yang akan menguatkan nya ketika dirinya sedang ditimpa masalah?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar dalam benaknya sampai dirasakannya tepukan pada pundaknya. Ternyata tepukan itu berasal dari sang ayah, ditatapnya sang ayah yang tidak kalah berantakan dengannya. Mata yang sembab serta bibir yang pucat pasi, Ayah tersenyum dan ikut bergabung bersama Dita mengamati batu nisan sang ibu.

Lama terdiam dalam kebisuan, ayah membuka suara

“Nak, kamu harus tetap kuat. Tetap kuat dan tegar untuk ayah karena kalau kamu juga menyerah alasan ayah untuk bertahan Apalagi.”

Dita tertegun dengan kata-kata yang diucapkan sang ayah hatinya Terasa dihimpit Batu yang sangat besar dan matanya terasa berkabut akibat Bendungan air mata yang siap bobol mengaliri pipi mulusnya. Sedetik kemudian Dita berhambur ke pelukan sang ayah menumpahkan Seluruh Rasa sesak di dada.

” In Syaa Allah Dita kuat Ayah. Jadi Ayah juga harus kuat.” tutur Dita dengan isakan.

“Iya sayang. Yang terpenting kamu harus ikhlas nak, ibu pasti sedih kalau kamu belum ikhlas menerima kepergiannya”

Dita hanya bisa menjawab perktaan ayah dengan anggukan dan makin mempererat pelukannya pada tubuh sang ayah.

Hari-hari terus berlalu, Jujur dalam melewati hari-harinya bukan hal mudah untuk Dita lewati apalagi ketika ia berada di rumah. Karena di setiap sudut rumah tersimpan begitu banyak memori indah yang di lewati bersama ibunya.

Ketika malam menyapa dan orang rumah telah terlelap di ruangan kecil bercahaya tamaram, Dita duduk terdiam di atas tempat tidur kecilnya. Hal ini terjadi lagi, saat-saat dimana ia merindukan sang malaikat tanpa sayap nya. Dita beranjak dari duduknya, diambilnya daster lusuh kesayangan sang Ibu dari dalam lemari. Dipeluknya daster itu erat-erat. Isakan-isakan kecil mulai mengalun keluar dari bibir mungilnya. Ia terisak ditengah gelap malam tanpa seorang pun yang tahu.

Lama-kelamaan Dita mulai dapat mengiklaskan kepergian sang Ibu. Ia menjalani hari-harinya dengan senyuman melanjutkan sekolahnya menghabiskan waktu Bersama sang ayah dan merajut cita-cita yang ingin Ia capai untuk membanggakan orang tuanya.

Suatu hari, setelah pulang sekolah Ayah mengajak Dita berziarah ke makam sang Ibu. Sesampainya disana ia menuangkan rasa rindunya lewat panjatan do’a untuk sang Ibu. Melihat putrinya yang mulai menitikkan airmata Ayah segera membawa tubuh mungil itu dalam pelukannya.

“Dita sudah ikhlas bukan?” tanya Ayah

“iya yah, Dita sudah ikhlas” Jawab Dita sambil tersenyum.

Dilepaskan pelukan sang Ayah, lalu ia menatap batu nisan Ibunya sembari berkata dalam hati “Bu, mengikhlaskan kepergian mu memang tidak mudah, tapi aku harus melakukan nya agar kaupun tenang di pangkuan sang ilahi. agar Ayah juga bisa tetap kuat dalam menjalani hari-hari tanpa ibu. Tunggu Dita dan Ayah di atas sana ya Bu. In Syaa Allah, jika Allah mengizinkan kita akan di persatukan di dalam surganya kelak. Dita pulang dulu Bu.”

Penulis adalah mahasiswa aktif Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, juga anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Pers (UKM-Pers).

Perempuan Pemimpin

Penulis: Dila Lestari

Di masa sekarang, perempuan tidak lagi menjadi kaum terbelakang yang dianggap lemah dan terkungkung dalam aturan dan stigma kuno di masyarakat. Sepertinya perempuan hanya boleh menjadi Ibu rumah tangga (IRT), perempuan hanya bisa mengurus suami dan anak, serta batasan-batasan lain yang membuat perempuan tidak bisa mengeksplor potensi dirinya.

Salah satu Pahlawan Nasional Perempuan mengatakan “Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya.” kata Raden Ajeng Kartini..

Pendidikan mampu menjadikan perempuan melek akan dunia luar. Tidak terbatas hanya pada mematuhi budaya bawaan leluhur yang melekat di daerahnya atau negaranya. Tapi lebih jauh perempuan mampu mengkritisi apa yang dihadapi karena kecerdasan yang dimiliki.

Indonesia sendiri menduduki peringkat keempat yang memiliki pemimpin perempuan terbanyak di dunia dengan persentase sebanyak 37%. Membuktikan bahwa perempuan-perempuan di Indonesia sudah memiliki pikiran yang lebih maju, berani dan tidak lagi terkungkung pada batasan-batasan yang ada di masyarakat.

Sejarah mencatat Indonesia pernah dipimpin oleh seorang Presiden wanita yaitu itu Megawati Soekaernoputri, dimana ia merupakan adan dari Soekarno. Megawati Soekaernoputri dikenal sebagai sosok perempuan kuat dalam dunia politik Indonesia.

Putri sulung Soekarno ini memulai kariernya sebagai Ketua umum PDI. Pernah menjadi Wakil Presiden Indonesia ke-8 bersama Gus Dur. Kemudian statusnya naik menjadi Presiden RI ke-5, menjadikannya sebagai Presiden wanita pertama di Indonesia.

Kepemimpinan perempuan sudah mendapat banyak respon positif saat ini. Oknum-oknum yang mengatakan kodrat perempuan bukan untuk memimpin sudah mulai teredukasi terutama dengan adanya gerakan-gerakan kesetaraan gender.

Dengan banyaknya dukungan dan gerakan menuju kesetaraan gender seharusnya tidak ada lagi larangan ataupun batasan bagi perempuan untuk berkarya dan memimpin di berbagai aspek kehidupan.

Terkait kepemimpinan, Islam tidak melarang perempuan untuk menjadi seorang pemimpin. Bahkan dalam perspektif agama Islam pun, inti dari ajaran Islam itu sendiri tidak membeda-bedakan derajat seseorang berdasarkan jenis kelamin.

Dalam surah Al-Baqarah ayat 30 Allh berkata “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Ayat tersebut menjelaskan semua manusia itu sama, yaitu menjadi khalifah dan menciptakan kemaslahatan di muka bumi. Disisi lain, Rasulullah SAW bersabda, “Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.”

Seorang pemimpin yang memimpin manusia akan bertanggung jawab atas rakyatnya, seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya, dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya, dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya, dan dia bertanggung jawab atas harta tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya,” (HR Muslim 3408).

Hadits itu menjelaskan tugas dan kewajiban semua manusia sama, yaitu menjadi seorang pemimpin.

Jika melihat sejarah, pemimpin perempuan Islam sudah ada sejak dulu. mengingat kepemimpinan perempuan memiliki andil penting di dalam sejarah perkembangan Islam. Mereka menjadi contoh pemimpin yang menampilkan sisi kemanusiaan di tengah masyarakat zaman kegelapan (Jahiliyah) di jazirah Arab yang berusaha melenyapkan kehadiran perempuan dari muka bumi ini. Para perempuan pemimpin ini punya mental baja karena harus bertahan di tengah lingkungan yang sangat patriarkal dan menempatkan perempuan sebagai manusia hina yang tak bernilai.

Perempuan pemimpin dalam sejarah Islam juga hadir dalam berbagai bidang, mulai dari perekonomian sampai dengan pendidikan.

Di masa Rasulullah, ada Khadijah Al-Kubra yang merupakan saudagar kaya. Sebelum menjalani biduk rumah tangga dengan Nabi Muhammad, ia adalah perempuan mandiri yang memimpin perusahaan besar peninggalan sang ayah di Makkah. Di saat banyak orang tua memilih membunuh anak perempuan karena dianggap aib, ayah Khadijah, Khuwailid, dan ibunya, Fatima, sudah punya pemikiran lebih maju. Mereka mengajari Khadijah bisnis sejak kecil, tak heran jika ia piawai dalam menjalankan usaha keluarga sepeninggal sang ayah.

Namanya tersohor di kalangan suku mayoritas Quraish dan disegani banyak pihak. Di tangan Khadijah, bisnis sang ayah maju pesat berkat keterampilan, integritas, dan keluhuran budinya.

Kemudian ada Aisyah, intelektual muslimah dan pemimpin perempuan Islam. Ia merupakan istri sekaligus orang yang paling dipercaya Nabi, berwawasan luas, berotak brilian, kritis, dan punya rasa ingin tahu yang tinggi. Setelah Nabi Muhammad wafat, Aisyah menjadi orang yang dipercaya memimpin komunitas Muslim di jazirah Arab. Dari Aisyah pula banyak tercetak intelektual-intelektual yang berpengaruh besar dalam Islam. Ia punya dedikasi besar menyebarkan Islam yang inklusif.

Aisyah dikenal sebagai orang pertama yang membuka sekolah dari rumahnya pada masa itu. Baik perempuan maupun laki-laki bisa ikut serta, tidak peduli latar belakang mereka. Aisyah juga menyediakan program beasiswa bagi mereka yang mau belajar bersungguh-sungguh. Bahkan tokoh-tokoh besar dalam Islam banyak yang belajar terlebih dahulu dari Aisyah

Selanjutnya Fatima Al-Fihri pendiri Universitas pertama di dunia. Fatima dengan adiknya Mariam menggunakan harta peninggalan sang ayah untuk membangun masjid. Fatima punya pemikiran yang sangat revolusioner, dengan menjadikan masjid yang kemudian diberi nama Al-Qarrawiyyin.

Di bawah kepemimpinannya, Al-Qarrawiyin berkembang pesat hanya dalam beberapa dekade saja. Banyak orang yang berbondong-bondong untuk menimba ilmu ke sana. Masjid Al-Qarrawiyyin pun beralih fungsi menjadi institusi pendidikan, sebagai universitas pertama di Maroko dan pusat pendidikan terutama bagi komunitas muslim, bahkan hingga sekarang masih beroperasi. Sebagai institusi besar, Al-Qarrawiyyin telah mencetak berbagai profesi, mulai sastrawan, astronom, dokter, fisikawan, aktivis kemanusiaan dan masih banyak lagi. Seiring berjalannya waktu, tak hanya terbatas pada muslim, Al-Qarrawiyin juga menerima mahasiswa dari berbagai latar belakang.

Al-Qurrawiyin pun diakui oleh United Nations Educational Scietific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai universitas pertama dan tertua di dunia. Sejak 2017, Tunisia memberikan penghargaan Fatima Al-Fihri untuk mengapresiasi para perempuan di bidang pendidikan, dan mendorong para perempuan agar lebih berani menggapai cita-citanya.

Dalam perkembangannya, wanita juga tumbuh dan berkembang untuk menjadi seorang pemimpin yang kompeten. Bukan hanya sekadar jadi pemimpin biasa, beberapa diantaranya bahkan menancapkan eksistensinya dengan menjadi pemimpin negara dan memberikan kesan serta menorehkan namanya sebagai pemimpin wanita paling terkenal di dunia.

Dila Lestari adalah mahasiswa aktif Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, juga anggota aktif Unit Kegiatan Mahasiswa Pers (UKM-Pers).

Gempa Magnitudo 5,2 Bubarkan Mahasiswa IAIN Kendari Saat Gelar Mubes

Reporter: Harpan Pajar
Editor: Rizal Saputra

Objektif.id, Kendari – Malam ini pukul 21.27 Wita, kendari diguncang Gempa berkekuatan Magnitudo 5,2, bubarkan mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari saat gelar Musyawara Besar (Mubes) Sabtu malam, (26/3/2022).

Diketahui, mahasiswa IAIN Kendari yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Pers (UKM-Pers) sedang menyelenggarakan Musyawara Besar (Mubes) di Gedung Pusat Kegiatan Mahasawa lantai 2 tiba-tiba dikagetkan dengan adanya getaran dahsyat.

Akibat getaran tersebut puluhan mahasiswa lari pontang-panting meninggalakan forum Mubes demi menyelamatkan diri.

Elsa, salah satu peserta forum Mubes mengatakan dirinya meresa panik, jangan sampai gedung yang ditempati akan roboh.

“Satakut jangan sampai ini gedung dia roboh,” ungkap Elsa dengan raut wajah panik.

Tidak sampai disitu, lanjut Elsa, awalnya ia tidak memgetahui getaran tersebut itu gempa atau bukan, namun saat mendengar rekannya menyampaikan getaran tersebut adalah gempa sontak ia lari meninggalkan ruangan.

“Pas ada kaka yang bilang “Astaga gempa” pikiranku disitu ya Allah dia mau roboh mi ini gedung, jadi saya lari mi keluar,” bebernya.

Ditempat yang sama, lisa salah satu peserta forum, mengaku tidak panik dengan adanya getaran tersebut, namun melihat rekan-rekannya meninggalkan ruangan iapun bergegas mengikuti rekannya.

“Tadikan saya tidak tau kalau ada gempa, tiba-tiba yang lain panik berhamburan meninggalkan ruangan,  jadi saya ikut mi juga lari,” ungkap Lisa.

Gelar Mubes Ini Harapan Demisioner HMPS  Tadris Biologi Untuk Ketua Terpilih

Reporter : MFS

Editor : Elfirawati 

Objektif.id , Kendari – Musyawarah Besar (Mubes) Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Tadris biologi yang dilaksanakan di Kantor Camat Baruga pada 22 maret 2022 akhirnya berjalan dengan lancar dan sukses.

Karna adanya intruksi dari Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) untuk setiap progam studi agar segera melaksanakan mubes. Maka mahasiswa prodi tadris biologi segera membentuk kepanitiaan untuk persiapan kegiatan mubes.

Berhubung waktu yang diberikan sangat  singkat, kepanitiaan mengalami beberapa kendala dalam proses mempersiapkan Mubesnya, tetapi berkat kinerja serta kerjasama kepanitiaan kegiatan mubes

HMPS  tadris biologi berjalan dengan lancar.

Candra Ardan Fadilah, selaku Ketua Panitia memberikan tanggapan terkait kendala yang dihadapi saat mubes.

“Kegiatan ini mengalami beberapa kendala

Salah satu kendala yang dialami kepanitiaan adalah terkait pastisipasi dari mahahasiswa tadris biologi, akhirnya kepanitiaan memaparkan bagaimana pentingnya mubes untuk kemajuan HMPS program studi tadris biologi kedepanya,” ungkap candra.

Selanjutnya, demisioner Ketua Himpunan Mahasiswa (HMPS) Tadris Biologi, Muhamad Miftahur  Risqo memberikan tanggapanya terkait mubes tersebut.

“Kepanitiaan harus memperbaiki kinerjanya karna masih banyak sekali kendala dalam proses pelaksanaan mubes hari ini,” kata miftah.

Ia  juga mengungkapkan  harapannya kepada Ketua terpilih.

“Saya berharap ketua terpilih nantinya tidak hanya menjadi pajangan saja, tapi bisa menjalankan visi misinya dengan baik dan amanah,” harap Mifta.

Sementara itu, Nur Afni selaku Ketua Hmps terpilih mengatakan siap melaksanakan tanggung jawabnya sebagai Ketua HMPS Tadris Biologi.

“Siap melaksanakan dan bertanggung jawab atas visi misi yang telah dipaparkan,” kata Nur.

Ditunjuk Sebagi Ketua HMPS Tadris Fisika, Bima Sakti: Harus Tunda Wisudanya Tahun Ini

Reporter: Fitriani
Editor: Rizal Saputra

Objektif.id, Kendari– Usai ditunjuk sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari Periode 2022-2023, Bima Sakti, harus menunda penyelesainyan Strata 1 (S1) pada tahun ini.

Hal itu disampaikan Bima Sakti, bahwa dirinya tidak menyangka akan ditunjuk sebagai Ketua HMPS oleh teman-teman.

“Perasaan saya itu campur aduk ada rasa senang dan sekaligus sedikit tidak senang karena penunjukan secara langsung dari teman-teman dan juga Kaprodi sehingga saya juga kaget tanpa ada persiapan dari pribadi sendiri tiba-tiba ditunjuk dan di sahkan pada Mubes,” ucapnya.

Amanah yang telah diberikan selama satu tahun kedepannya bukanlah hal yang mudah, namun kepercayaan rekan-rekan dan dosen sehingga amanah tersebut diterima.

“Namun berangkat dari kepercayaan teman-teman terhadap saya sehingga saya menyanggupi amanah ini untuk menjadi Ketua Umum HMPS Tadris Fisika,” bebernya.

Disisi lain, kata Bima, dengan terpilih secara aklamasi tentunya ada resiko yang harus diambilnya yakni penundaan Wisuda nya ditahun ini, namun hal itu sudah dipertimbangkan dengan matang.

“Terpilih menjadi ketua resiko yang harus saya ambil seperti mengorbankan wisuda saya ditahun ini, namun hal ini sudah saya pertimbangkan baik-baik,” Tuturnya.

Ia juga, menjelaskan mengenai langkah awal yang akan ia lakukan bakal membenahi Program kerja kepengurusan sebelumnya sekaligus memberikan inovasi baru.

Menurutnya, pada pengurusan HMPS Tradis Fisika sebelumnya masih banyak kekurangan yang perlu dibanahi, seperti Internal, kepengurusan, maupun juga hubungan antar kepengurusan dengan anggota dan juga seluruh Himpunan Mahasiswa Program Studi Tadris Fisika sendiri serta memberikan inovasi baru agar lebih baik lagi.

“Melakukan peningkatan Program- Program yang tertunda pada periode sebelumnya itu kita akan benahi, tingkatkan dan sekaligus memberikan inovasi baru,” ungkap Bima kepada tim Objektif.id, Selasa (22/3/2022).

Untuk diketahui, Bima Sakti adalah mahasiswa aktif IAIN Kendari, Program Studi Tadris Fisika semester 8.

Berontak Pada Mereka adalah Arah Juang Kaderisasi

Penulis: Hajar 

Sejenak harus kita tinjau ulang apa yang telah diperbuat dalam mengorbankan segala hal demi sebuah capaian yang perlahan-lahan merongrong keharmonisan, sehingga kita plin-plan untuk berbincang. Tak seperti biasa, padahal kita dipertemukan ketika ada kebisingan untuk saling melengkapi.

Namun mengapa akhir-akhir ini, semuanya seperti ribut akan ketenangan, tetapi secara diam-diam timbul semacam ketegangan agar tidak mengenal apa lagi untuk saling mengenang.

Salah satu Komisariat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Kota Kendari, di dalamnya pernah terekam banyak jejak kaki para kader yang menyimpan gagasan dan menuntut keadilan dalam berproses, namun keadilan penyampaian akan ide itu seperti ditunda. Bahkan tidak untuk ditepati melainkan sengaja dikhianati.

Tempat yang seharusnya menjadi sentrum peradaban idealis tumbuh, kini sedang di ambang pengikisan moral. Bagaimana tidak, hal-hal yang begitu pragmatis mulai menjadi nomenklatur baru dalam sistem belajar mengajar hingga berimbas sampai ke akar yang pada akhirnya menjadi sebuah ideologi baru sebagai pedoman untuk menciptakan kader proposal (minim gagasan) yang lebih mementingkan arahan senior yang belum teruji validitasnya ketimbang kejernihan pemikiran dalam melihat problem secara objektif. Sehingga ratusan kader yang menjadi tumbal akibat perbuatan pragmatis para neneor sekarang terlunta-lunta dibanyak tempat dengan harapan hidup yang kian suram.

Di atas hamparan kejahatan itulah protes dan perlawanan dilantunkan. Kader yang merasa dirugikan mencuatkan sikap yang sudah puluhan tahun dipendam, kembalikan proses kaderisasi yang ideal, hancurkan pola pengkaderan yang membelenggu kemerdekaan berpikir setiap kader.

Sistem yang kita pakai sejatinya sudah usang, semakin konservatif. Kita terkadang heran dengan Para neneor ini. terlalu takut kehilangan ritme permainan, padahal mereka yang mengajarkan kita membaca buku-buku teori sosial, konflik sosial, sejarah pemberontakan dan bacaan radikal lainnya.

Seharusnya sesepuh-sesepuh ini bangga dengan hasil produk yang ia ciptakan, artinya mereka berhasil menjadi seorang guru sebab ada pertentangan pikiran yang terjadi. Semua akan menjadi nol resultannya ketika yang diajar (Adinda) tidak lebih maju satu langkah dari yang mengajar (Wakanda). Tetapi terkadang para Wakanda ini selalu menggiring hal-hal yang bejat terhadap adinda-adindanya yang ingin maju satu langkah dari pendahulunya. Lagi-lagi mereka takut kehilangan ritme permainan.

Mengutip apa yang dikatakan ayahanda Lafran pane “kita diajak berHMI bukan untuk diperintah, kita diajak berHMI untuk berpikir dan bergerak. Sebab, diperintah itu adalah ciri kader HMI yang tidak menjaga nilai independensinya.” Olehnya itu, sesungguhnya Kaderisasi adalah proses yang dinamis.

Sudah sepatutnya, guru (wakanda) tidak kaku pada setiap dinamika yang ada. Dunia pendidikan (kaderisasi) selalu mengalami perubahan, begitu juga dengan praksis pendidikan dan proses pembelajarannya. Biarkan subjek pendidikan tumbuh dan berkembang dalam proses pendidikannya. Kakanda tidak untuk memberikan kontrol, tetapi memandu jalannya para adinda mencapai puncak jati diri mereka sendiri.

Dalam banyak kasus, jantung perkaderan hari ini tidak dijadikan sebagai tempat ternak pikiran yang revival. Dan itu sejalan dengan kritik Paulo freire terhadap pola pendidikan, ia mengatakan “Sekolah atau apapun itu yang didalamnya terdapat pola pendidikan (kaderisasi) selama ini hanya menjadi tempat “penjinakan”, yang memanipulasi peserta didik (Para Adinda) agar mereka dapat diperalat untuk melayani kepentingan kelompok yang haus akan kuasa. Seyogianya para wakanda ini sadar, bahwa apabila Tuhan saja yang maha mutlak membiarkan perbedaan dan pertengkaran pikiran tumbuh, maka mereka yang tidak bersifat mutlak jangan memaksakan keyakinannya untuk menolak perbedaan pendapat para kader lain yang ingin menumbuhkan Konsep dan gagasannya berkembang biak.

Seharusnya, Komisariat tidak dilibatkan dalam pusaran konflik berkepanjangan dari berbagai momentum konstelasi yang ada, sebab itu akan menghambat pola kaderisasi yang sudah lama dirawat oleh kader-kader yang mendedikasikan dirinya di dunia perkaderan dengan sungguh-sungguh melalui narasi hingga aksi yang humanistik.

Bagaimana mungkin kita akan belajar secara ideal, seperti yang dimaksud Jurgen Habermas “Proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri, yang mampu mencapai titik kulminasi aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri secara optimal,” Kalau pendidiknya (Senior) selalu merasa paling benar?

Disadari atau tidak bahwa di usia yang tak lagi belia HMI sudah jauh dari kata arah baru berdaya bersama, tentu dengan menelisik berbagai faktor dan indikator dari internal maupun eksternal HMI itu sendiri. 75 tahun, dalam kajian biologis itu bukan lagi usia yang cukup produktif untuk mencapai khita perjuangan idelogis tujuan HMI. Setiap kader akan bertanya sampai dimana resistensi HMI di tahun yang ke 75 ini, apalagi melihat segala polemik yang terjadi dalam tubuh HMI itu sendiri.

HMI mungkin tidak akan pernah menuju arah baru berdaya bersama, ketika pola lama masih menjadi kurikulum unggulan, kemudian menafikan gagasan bermutu para kader militan yang tidak jarang dipatahkan oleh mereka yang disebut neneor dan sejenisnya. Minimal kita banyak belajar dari berbagai peristiwa yang terjadi, paling tidak ada dua variabel yang akan muncul yaitu harapan serta kecemasan, dan Hari ini kecemasan lebih tinggi dari harapan. Ingat, menjaga HMI adalah merawat peradaban moral, mengedepankan nalar kritis intelektual yang sehat.

Sebenarnya Masih banyak yang ingin penulis narasikan, namun sepertinya ini sudah sedikit cukup untuk menggetarkan sebagian kader dengan sepenuh rasa, setengah rasa, bahkan yang sudah mati rasa. Entah, mungkin masih ada kader selain aku yang melihat dua warna itu (Hijau Hitam) perlahan mulai redup.

Penulis adalah mahasiswa aktif Intitut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari.

Terpilih Sebagai Ketua HMPS PAI, Afin Khoir: Bakal Hadirkan Gebrakan Baru

Reporter: Andika
Editor: Rs

Objektif.id, Kendari – Usai terpilih sebagai ketua Himpunan Mahasiswa Program Sutudi (HMPS) Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (Fatik) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari masa bakti 2022-2023, Afin Khoir fokus berikan terobosan baru.

“Lebih memperbaiki tatan HMPS serta menciptakan gebrakan-gebrakan baru,” ungkapnya kepada Objektif.id melalui via telepon, Minggu (20/3/2022).

Untuk itu, lanjutnya, langkah awal adalah memperbaiki tatanan kepengususan HMPS, dengan begutu bisa memberikan manfaat kepada mahasiswa IAIN Kendari maupun masyarakat.

“Untuk teman-teman pengurus HMPS kita bersama-sama perbaiki himpunan, terus memberi manfaat kepada seluruh mahasiswa,” harpapnya.

Untuk diketahuai, Musyawara Besara HMPS PAI, FATIK berlansung dua hari sejak tanggal 19-20 maret 2021 di Uditorium IAIN Kendari serta diikuti mahasiswa PAI dari angkatan 2017 – 2021.

Konflik di Konkep, Menteri Pergerakan Fakultas IAIN Kendari: Jangan Terlalu Percaya DPRD Sultra

Objektif.id, Kendari – Tragedi konflik yang terjadi di Pulau Wawonii hingga kini masih belum terselesaikan, Pasalnya Konfik bermula sejak awal tahun 2019, dimana hal itu dipicu karena masuknya Perusahaan tambang yang dinilai telah merugikan masyarakat setempat.

Hingga saat ini, masyarakat Wawonii Khususnya Desa Sukarela Jaya, Kecamatan Wawonii Tenggara, Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep) yang notabenenya nelayan dan petani masih melakukan penolakan terhadap aktivitas PT Gema Kreasi Pratama.

Menanggapi Konflik tersebut, Menteri Pergerakan Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Harpan Fajar angkat bicara, ia meminta agar masyarakat tidak mudah percaya oleh Dewan perwakilan Dakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

“Saya menginginkan agar masyarakat tidak mudah dikelabui oleh  pihak DPRD provinsi Sultra, yang katanya ingin menyelesaikan permasalahan di Konawe Kepulauan (Konkep) yang disebabkan oleh tambang,” ungkapnya melalui keterangan tertulis. Kamis, (10/3/2022).

Jujur saya tidak ingin berburuk sangka atas atensi tuan-tuan kepada masyarakat yang berada di Konkep. Namun melihat berbagai persoalan yang ditangani terkait dengan munculnya konflik horizontal yang ditimbulkan korporasi itu sangat minim diselesaikan dengan sungguh-sungguh, sebagaimana harapan dan keinginan titik temu masyarakat terhadap kesejahteraan.

“Belajar dari pengalaman, salah satu contohnya seperti yang dialami masyarakat Kecamatan Angata tentang kerusakan ruas jalan,” ucapnya.

“Waktu itu tanggal 23 Juli 2020 pihak DPRD turun ke lokasi  pemblokiran jalan untuk mendengarkan aspirasi masyarakat. Pada pertemuan tersebut lahirlah perjanjian tertulis bersama masyarakat agar jalan yang rusak segera diperbaiki. Namun sampai saat ini kesepakatan tertulis itu tidak kunjung terealisasikan,” tambahnya.

Lanjut, Harpan kata dia, persoalan konflik di Konkep bukan baru-baru ini saja, polemik ini sudah terjadi sejak beberapa tahun yang lalu. Kalau memang DPRD ingin menjadi peneduh mengapa tidak diselesaikan di tahun-tahun kemarin? Supaya konflik berkepanjangan tidak terjadi seperti sekarang ini. Pada akhirnya berimplikasi terhadap masyarakat yang tidak tahu-menahu, yang hanya sedang memperjuangkan hak-hak mereka.

“Saya khawatir nanti masyarakat konkep akan menjadi korban eksploitasi janji-janji manis lagi oleh DPRD,” tutur Harpan.

Tidak sampai disitu, dirinya berharap kepada Pemerintah Kota (Pemkot) khususnya DPRD Sultra agar lebih profesional dalam menjalankan amanah sebagi wakil rakyat.

“Harapan saya kepada DPRD untuk lebih bertanggung jawab dan tahu diri, kisanak sekalian kan digaji dan difasilitasi dengan uang rakyat. Apapun yang menjadi narasi dan gerak-gerak kalian, harus betul-betul berorientasi dan terkontribusi terhadap kepentingan rakyat tanpa ada kepentingan di luar daripada itu. Kawal dan jalankan perintah amanat konstitusi UUD 1945 pasal 33 ayat 3 di bumi anoa ini, jangan nanti ada maunya baru pura-pura bicara atas nama rakyat,” tutupnya.

Reporter: Rizal Saputra/ Editor: AL

Resah Dengan Aktivitas PT. GKP di Konkep, FRSBW Gelar Aksi Demonstrasi Perjuangkan Hak Rakyat

Objektif.id, Kendari– Puluhan masa aksi yang tergabung dalam Front Rakyat Sultra Bela Wawonii (FRSBW) gelar aksi demostrasi tolak aktivitas PT. Gema Kreasi Pratama (GKP) di Polda Sultra, Kamis (10/3/2022).

Diketahui aksi tersebut dipicu karena aktifitas tambang PT. Gema Kreasi Pratama (GKP) yang beroperasi di Desa Sukarela Jaya, Kecamatan Wawonii Tenggara, Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep) Sulawesi Tenggara (Sultra), yang dinial meresahkan warga setempat.

Jendral Lapangan (Jenlap), Jarman mengatakan penyerobotan lahan yang dilakukan PT. GKP sudah terjadi sejak awal tahun 2019 sampai sekarang.

“Sudah Lima penyerobotan lahan terjadi, dan yang terakhir terjadi pada 1- 3 maret 2022,” ungkapnya saat menyampaikan orasi.

Menurutnya, aksi penyerobotan lahan warga yang dilakukan PT. GKP tersebut telah bekerja sama dengap pihak Kepolisian, sebap dengan adanya Kepolisian di Konkep masyarakat merasah sesah.

“Dengan adanya kalian disana seluruh masyarakat di Konawe Kepulauan resah, pihak perusahaan mengandalkan kalian mamakai nama pihak kepolisian untuk menakutnakuti masyarakat,” tuturnya.

Sementara itu, Koordinator Lapangan (Korlap) Tayci mengatakan kondisi masyarakat yang ada Konkep, khususnya Desa Sukarela Jaya, merasa resah bahkan takut  dengan keberadaan aparat kepolisian disana.

“Warga disana menjerit, warga disana lari karna takut akan ditangkap karena telah menolak mempertahankan lahannya yang akan diserobot pihak perusahaan,” ungkap Tayci juga salahsatu Warga Desa Sukarela Jaya.

Informasi yang diterima objektif.id di lokasi, masa aksi memiliki tiga tuntutan yakni:

1. Mendesak Pemerintah Sulawesi Tenggaga agar mencabut izin usaha pertambangan (IUP) milik PT GKP yang ada di Kabupaten Konawe Kepulauan.

2. Mendesak Kapolda Sulawesi Tenggara untuk segera tarik seluruh aparat Kepolisian dari lokasi pertambangan PT GKP yang beropersai di Wawonii Tenggara.

3. Mendesak Kapolda Sultra untuk segera mencopot Kapolres Kendari yang diduga melindungi dan pro terhadap PT GKP.

Dari pantauwan objektif.id dilokasi, masa aksi mulai berdemonstrasi di Perampatan Pasar Baru Wuawua, pertigaan Kampus Universitas Halu Oleo (UHO) Hingga ke Kantor Polda Sultra, aksi demonstrasi diikuti oleh puluhan mahasiswa hingga aksi bakar ban juga  dilakukan.

Reporter: La Omo/Editor: AL

Nyaris DiLindas Alat Berat Hingga Pingsan, HMI Cabang Kendari Sebut itu Pelanggaran HAM

Objektif.id, Kendari – Diduga melakukan penyerobotan lahan, alat berat jenis ekskavator milik PT. Gema Kreasi Pratama (GKP) yang merupakan anak perusahaan PT Harita Group hendak beroperasi nyaris melindas emak-emak dan puluhan masyarakat Konawe Kepulauan (Konkep).

Dalam video yang beredar, puluhan orang terlibat dalam bentrok tersebut. Beberapa orang terlibat aksi saling dorong sementara lainnya berteriak histeris.

Satu unit alat berat jenis ekskavator tampak berada di tengah-tengah warga yang sedang berseteru hingga warga yang mempertahankan lahannya jatuh pingsan.

Diketahui, peristiwa itu terjadi di salah satu lahan milik prtani di Desa Sukarela Jaya, Kecamatan Wawonii Tenggara, Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep) Sulawesi Tenggara (Sultra), Kamis, (3/3/2022).

Terkait tindakan PT. GKP tersebut, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Kendari angkat bicara. melalui Muh Sulhijah, selaku Mide Formature 1, menegasskan tindakan yang penyerobotan lahan secara paksa tersebut yang nyaris melindas emak-emak masuk kategori pelanggaran hak asasi manusia.

“Itu pelanggaran HAM UUD 1945 pada Pasal 28G ayat 1 dan ayat 2 itu terpampang jelas dan itu sesuai dengan tindakan tersebut,” tegas Muh Sulhijah dalam keterangan tertulisnya kepada objektif.id, Jumat, (5/3/2022).

Muh Sulhijah juga mengatakan, tindakan tersebut berpotensi menghilangkan nyawa seseorang serta merampas hak seseorang dan itu merupakan perbuatan melawan hukum.

“Ini bukan kali pertama PT. GKP melakukan hal yang demikian tercatat tercatat sudah 5 kali anak perusahaan harita grub ini melakukan tindakan penyerobotan lahan milik masyarakat,” ungkap Muh Sulhijah.

Mantan Ketua Bidang hukum dan HAM, HMI Cabang Kendari ini juga mengecam tindakan yang tidak berprikemanusian tersebut.

“Kami mengecam dan mengutuk tindakan yang tidak berperikemanusiaan tersebut ini mengambarkan bahwa tragedi tersebut merupakan wujud haramnya pemerkosaan sumber daya alam di tanah Konawe Kepulauan” ungkapnya

Lebih jauh, pemuda yang akrab disapa Sulhijah ini juga menjelaskan bahwa kehadiran pertambangan di Kabupaten Konawe Kepulauan menambah daftar panjang kasus konflik horizontal yang terjadi.

Dirinya meminta, kepada Gubernur serta Kapolda Sultra harus segera menyelesaikan persoalan tersebut.

“Gubernur Sulawesi Tenggara dan Kapolda Sultra harus bersikap jangan diam melihat persoalan ini, ini soal umat,” tegasnya.

Ia juga menegaskan, HMI Cabang Kendari tidak akan diam melihat persoalan ini dan akan turun kejalan menuntut keadilan di pulau kelapa tersebut.

Laporan: RS/Editor: AI