Kompas Yang Rusak

Oleh A.M

Suara gemuruh dari kegelapan malam

Dingin yang menusuk tulang

Bintang yang nampak redup

Bulan yang perlahan menghilang

Heiii…

Di mana Aku???

Di mana kalian??

Di mana mereka???

Ku berjalan ke tepi barat

Ku tersesat tak menentu

Ku berjalan ke tepi timur

Ku terasing tak dikenal

IAIN Kendari Bakal Gelar Vaksinasi Tahap Satu Gelombang Ke-III


(Tugu IAIN Kendari. Foto: Ist)

Reporter: Elfirawati

Editor: Rizal Saputra

Kendari, PersKampusBiru.com Institiut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari bersama Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tenggara (Sultra) bakal gelar kembali vaksinasi tahap satu Gelombang ke II. pada 13 September 2021 mendatang.

Hal itu, disampaikan oleh Wakil Rektor III, Dr. H. Herman, M.Pd.I  ia mengatakan, pada tanggal 13 September 2021 akan dilaksanakan vaksinasi tahap satu gelombang ke-II, di Aula Mini Perpustakaaan IAIN Kendari.

“Rencana hari senin depan ini pada tanggal 13 september di Aula Mini Perpustakaaan” uangkap Wakil Rektor III, rabu (9/9/2021).

Mahasiswa IAIN Kendari Gelar Aksi Tolak Sertifikat Vaksin Jadi Syarat Utama Kuliah Tatap Muka


(Ketgam: Suasana hearing masa aksi bersama masa aksi. Foto: Rizal)

Reporter: Rizal Saputra

Editor: Elfirawati

Kendari, PersKampusBiru.com – Belasan mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari yang tergabung dalam Koalisi Mahasiswa Melawan (Kawan) mengelar aksi damai dengan berbagai tuntutan kepada pihak Birokrasi Kampus.

Dari pantauan PersKampusBiru.com, demonstrasi yang digelar Kawan tersebut dilakukan di Pelataran Gedung Terpadu IAIN Kendari hingga menuju ke Gedung Rektorat, Kamis, 9 September 2021.

Belasan mahasiswa itu menutut dengan adanya pendistribusian paket kuota internet bagi mahasiswa yang mengikuti proses perkulihan online. Selain itu, vaksinasi jangan jadikan sebagai syarat utama kuliah tatap muka, dan ketiga Pihak Birokrasi dapat mengevaluasi kinerja lembaga kemahasiswaan.

Jendral lapangan, Harpan Fajar mengatakan bahwa pihak kampus kini menjadikan sertifikat vaksin menjadi syarat bagi mahasiswa untuk melaksanakan perkuliahan secara tatap muka. Sehingga hal tersebut menua kritik dari kalangan mahasiswa.

”Kemudian persoalan vaksinasi yang baru-baru ini telah diadakan oleh pihak IAIN Kendari bersama Polda Sultra menuai kritik dari pihak mahasiswa, sebab pihak kampus menjadikan vaksinasi sebagai syarat wajib bagi mahasiswa agar bisa melakukan pembelajaran tatap muka,” ucap Harpan saat melakukan hearing bersama Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan.

Menurut mahasiwa semester tiga ini, bahwa vaksinasi bukanlah syarat wajib bagi peserta didik untuk bisa mengikuti pembelajaran tatap muka. Kecuali tenaga pendidik, sebagai mana instruksi Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim ketika rapat kerja bersama komisi X DPR-RI.

“Bahkan di dalam surat keputusan 4 menteri dan surat edaran Direktur Jenderal Pendidikan Islam terkait proses pembelajaran tatap muka tidak ada satu katapun di dalam surat tersebut mengatakan bahwa vaksinasi menjadi syarat wajib peserta didik untuk mengikuti pembelajaran tatap muka” tuturnya.

Tak hanya itu, pihak Rektorat IAIN Kendari juga harus segera merealisasikan paket kuota internet sesuai dengan ketetapan dan pernyataan Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas ketika menjadi narasumber webinar peresmian lanjutan bantuan kuota.

“Bahwa dalam menunjang sistem pembelajaran secara online terlebih lagi di masa Covid-19 maka Kementerian Agama mengalokasikan anggaran sebesar Rp 479 miliar untuk mendukung kebutuhan bantuan paket kuota internet peserta didik dan tenaga pendidik selama tiga bulan, yaitu September, Oktober, dan November,” paparnya.

Sehingga, hal itulah yang membuat landasan mahasiswa melakukan aksi demonstrasi, karena seharusnya pendistibusian paket kuota itu telah berjalan mengingat waktu penyalurannya dari bulan September hingga November.

“Tetapi sampai hari ini sudah mau memasuki pertengahan bulan September belum juga ada SMS yang membuat mahasiswa tersenyum,” ujarnya.

Semantara itu, Wakil Rektor, III Dr. Herman, M.Pd.I mengatakan bahwa sesuai dengan surat edaran dari dirjen, bisa di sesuikan dengan kondisi wilayahnya untuk melaksanakan perkulihan dengan tatap muka dan adapun tetap terlaksananya perkulihan Offline itu tergantung dengan dosen masing-masing.

“Bahwa surat edaran dengan dirjen itu, kita melihat dari kondisi wilayah masing-masing. Kalau level satu dua itu boleh tatap muka 50 persen. Kalau level tiga dan empat bisah melaksanakan kuliah tatap muka 25 persen, tatapi lagi-lagi kalau ini terlaksana ini tergantung dari dosennya juga,” kata Herman saat di temui oleh masa aksi.

Lanjut Herman, terkait permasalahan di wajibkannya vaksin untuk para mahasiswa, ia mengatakan bahwa di surat edaran tidak adan namanya kewajiban, jika ada mahasiwa yang tidak mau vaksin silahkan.

“Kita sudah aplod pengumuman pendaftaran vaksin itu, dengan tidak ada namanya suatu kewajiban, terserah anda kalau merasa bahwa tidak ada masalah ji kalau sya nda divaksin ya silahkan” ujarnya

“Kaitannya dengan perkukiahan Waktu itu kita rapat bersama dosen-dosen yang bersangkutan, kalau umpanya anak-anak belum vaksin ya terserah dosennya apakah mau memasukan kalian kuliah didalam ruangan  atau tidak itu tergantung hak otoritas dosen yang bersangkutan  dosen masing-masing,” lanjutnya.

Lebih lanjut, terkait permasalan kuota internet ia mengatakan, itu sudah di tanggani oleh Rektor dan tinggal menunggu saja untuk pendistribuaannya.

“Kebetulan kemarin sudah ditandatangani oleh Rektor dan sudah dikirim. Sekarang tinggal kita menunggu pendistribusian dari dirjen. Kalau dulu anggaranyakan di transfer direkeningnya kita, sekarang langsung, jadi kalau untuk sekarang mereka hanya minta nomor hp dari fakultas yang valid dan mereka yang akan transfer langsung,” tutupnya.

 

 

 

  

Menanti

(Suasana keheningan malam. Foto: m.teen.co.id)

Oleh A.M

Melihat malam

Jauh dari pelupuk mata

Mendekapnya dalam doa

Kemudian tersadar ..

Bulir air mata terjatuh

 

Ada apa dengan malam?

Mungkin kah ku sesali?

Sebuah rasa yang mati

dalam penantian yang tak berujung,

 

Malamku meninggalkan ku

Aku dipatahkan

Oleh sebuah penantian,

Penantian panjang

Yang akhirnya jeda

Oleh. A.M

Baca jugaKeheningan Malam 

IAIN Kendari Bersama Polda Sultra Gelar Vaksinasi Tahap I Gelombang II, Mahasiswa Jadi Sasaran

 

Reporter : Rizal Saputra
Editor : Elfirawati

Kendari, PersKampusBiru.com – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari bersama Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tenggara (Sultra) kembali melaksanakan vaksinasi tahap pertama gelombang II bagi mahasiswa IAIN Kendari dan masyarakat sekitar, Selasa, (7/9/2021).

Kegiatan itu dilakukan di Aula Mini Perpustakaan IAIN Kendari pada pukul 08.00-17.00 Wita, dengan menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes) Covid-19 yang begitu ketat.

Supervisor Gerai III Polda Sultra, Dr. Rima Anggraini Asbar mengatakan jenis vaksin yang diberikan kepada mahasiswa dan masyarakat berupa jenis sinovac dengan persediaan vaksin 1000 dosis.

“Jenis vaksin yang diberikan kepada mahasiswa dan masyarakat adalah jenis sinovac, sasaran awal itu 400. Setelah saya koordinasi dengan denga pak Amari ternyata yang mendaftar itu 870 orang. Jadi setelah saya Tanya kembali, kira-kira tembus anggka 1000 nda ini pak? inysAllah bisa. Jadi kami bawa vaksin 1000 dosis,” kata Dr. Rima Anggraini Asbar, selasa (7/9/2021).

Dia juga mengungkapkan sasaran vaksinasi gelombang II kali ini adalah mahasiswa tapi bisa juga masyarakat umun yang ada di sekitaran kampus IAIN Kendari.

“Sasaran awalnya mahasiswa di sini, karna untuk percepatan pembelajaran tatap muka disini. Tapi, kami juga tidak bisa menolak mayarakat atau warga sekitar seperti dosen atau mahasiswa yang punya adik atau kakak atau keluarganya silahkan dibawah,” ungakapnya.

Senada, Ketua Tim Kerja Vaksinasi IAIN Kendari, Amari, M.AP mengatakan, sasaran vaksinasi tahap pertama gelombang ke II ini mahasiswa dan maysrakat sekitar.

“Sasarannya itu mahasiswa tetapi, juga boleh diikuti oleh masyarakat”

Untuk diketahui vaksinasi tahap pertama gelombang I dilaksanakan di Aula Mini Perpustakaan IAIN Kendari pada senin 6 september 2021.

 

Amalan Agar Mudah Move On

(Ilustrasi doa agar bisa lupakan mantan sumber pangandaran.pikiran-rakyat.com)

Gagal move on adalah istilah yang kerap di gunakan generasi melenial saat ini apa bila belum bisa beranjak atau melupakan mantan kekasih yang dulu di cintainya dan juga mencintai dirinya.

Berbicara soal cinta memang perkara yang rumit sebab itu tanggung jawab hati, bahkan seseorang sulit untuk mengendalikannya tapi cinta itu bukan hal yang datang seenaknya ia hadir karena adanya perhatian dan kasih sayang. Cinta itu tidak terbatas oleh ruang dan waktu, tidak memandang fisik serta tidak memandang status dan jabatan itulah kenapa di sebut cinta itu buta.  Sebab itulah kadang kala kita sering terjebak dan sulit untuk berdamai dengan masa lalu.

Cinta itu sesuatu yang harus di perjuangkan jadi jika kamu belum bisa mencintai pasanganmu maka di situlah letak perjuangan bagaimana kamu bisa memperjuangkan pasanganmu sehingga kalian bisa saling mencintai agar kamu bisa berdamai dengan masa lalu. Terkhusus bagi yang sedang berjuang ta’aruf atau bahkan yang telah berstatus suami istri.

Rasulullah SAW pernah memberikan gambaran terkait hati “Sesungguhnya hati bani Adam yang berada di antara dua jari Dzat yang Maha Rahman itu bagaikan satu hati saja. Dia selalu mengubah ubahnya sesuai dengan kehendakNya” (HR. Al Tirmidzi).

Maksudnya adalah dari setiap kebimbang hati maka sertakanlah pertolongan dari Dzat yang Maha Rahman Sang pembolak balikan hati yakni Allah SWT.

Dalam hadis lain Rasulullah SAW meriwayatkan “Hati itu ibaratkan satu lembar bulu diatas tanah yang kosong. Ia terombang ambing sehingga mudah terbolak – balik” (HR. Ahmad)

Di lansir dari islam.nu.or.id berikut amalan amalan menurut agama islam agar kita mudah berdamai dengan masa lalu. Rasulullah SAW selalu berdoa kepada Allah SWT agar selalu di berikan keteguhan hati di atas agamaNya.

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

(Yâ muqallibal qulûb tsabbit qalbî ‘alâ dînika).

Artinya:

“Wahai Dzat yang Maha Membolak balikan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamaMu” (HR. al Nasa’i)

Setelah berdoa, Rasulullah SAW kemudian menyambungnya dengan doa dari dalam Al-Qur’an:


Rabbanâ lâ tuzigh qulûbanâ ba‘da idz hadaitanâ wahablanâ min ladunka rahmatan innaka anta-l-wahhâb

 “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi” (Q.S Al – Ilmran : 8).

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW berdoa:

Allâhumma, musharrifal qulûb sharrif qulûbanâ ilâ thâ‘atika.

Artinya: “Ya Allah, zat yang mengurus seluruh hati, arahkanlah hati kami kepada ketaatan kepada Mu” (HR. Muslim)

Maka bagi kamu yang ingin di teguhkan hatinya oleh Allah SWT akibat godaan rasa cinta kepada orang yang tak pantas di cintai, ada baiknya sering membaca doa di atas.

Pada prinsipnya Rasulullah SAW tidak mengkhususkan doa tersebut pada tujuan itu, tetapi untuk semua hal yang berkenaan dengan hati yang kita sudah tak mampu mengendalikannya, maka perbanyaklah membacanya. Mudah mudah Allah menolong hambaNya yang senantiasa selalu memohon kepadanya, termasuk mengendalikan perasaan hati. Tetap yakinlah kepada Allah, Dzat yang maha membolak balikan hati, sambil terus memohon kepadaNya. Wallahu a’lam


Editor: Redaksi

Keheningan Malam

 

(Suasana hening disepertiga Malam. Foto: google.com)

Oleh: A.M

Tersadar dari sebuah mati kecil
Ternyata itu sebuah panggilan rindu
Hingga ku tersadar
Ternyata aku juga rindu.

Ku bentangkan serban ini
Berusaha tuk mendekap dalam kensunyian
Berdiri tegak laksana gunung
Tuk bertemu dengan sang kekasih.

Tak ingin menjadi salah..
Dalam sebuah hubungan yang memang tak seharusnya ada..
Menjadikannya bungkam dalam segenap perasaan
Memilih diam saat hati berkata ingin
Sungguh…
Bukan salah perasaan.


Duhai pemilik hati
Kuatkan aku untuk waktu yang kau janjikan.

Tingkatkan Kualitas SDM, UKM Pers IAIN Kendari Bersinergi Bersama LPM Aksara Yogyakarta

(Foto bersama Ketua LPM Aksara STAI Pandanaran Yogakarta,
Tengah Ketua LPM Aksara,
 Bersama Ketua Umun  UKM-Pers IAIN Kedari M.Ilham Pranata 
dan pengurus yang lain
) Foto : Dokumentasi Amir

Repoter : Al-izar
Editor : Rizal Saputra

Kendari,PersKampusBiru.com-Ketua Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Aksara STAI Sunan Pandanaran Yogyakarta, melakukan kunjugan ke UKM-Pers IAIN kendari kunjungan tersebut disambut baik oleh pengurus dan anggota UKM Pers IAIN Kendari, Kamis (2/9/2021).

Dari analisa wartawan perskampusbiru.com kunjungan tersebut berlangsungsung dari pukul  13 : 30 wita sampai 17 : 30 wita

Iqroma selaku Ketua LPM STAI Sunan Pandanaran Yoyagkarta mengungkapkan alasan kunjugannya untuk saling bersilahturahmi kepada teman-teman pers mahasiswa IAIN Kendari, mebagungun relasi, berdiskusi terkait pengelolaan organisasi dan sekaligus membicarakan tentang pentingnya litersi digital.

“Kunjugan saya saat ini untuk bersilahturahmi dengan teman pers mahasiswa di IAIN Kendari Dan sekaligus membicarakan tentang pentingnya membagun litersi digital di situsi saat ini” ungkapnya

Ia juga sangat berterima kasih karena teman teman pers mahasiswa IAIN Kendari dengan hangat dan penuh antusias

Mahasiswi semester tujuh itu juga berharap hubungan antara LPM Aksara dan UKM Pers IAIN Kendari bisa saling suport khususnya dibidang jurnalistik, literasi dan sastra

“kami berharap kedepannya bisa saling mensuport dan mendukung dalam pengembangkan pers mahasiswa” harapnya

Semantara itu ketua umum UKM-Pers IAIN kendari M. Ilham Pranata sangat mengapresiasi dari kunjungan tersebut sebab kunjungan tersebut di samping menambah relasi baru juga bisa saling meningkatkan kualitas sumber daya manusia

 “bersyukur dan semoga kedepannya bisa terjalin kerjasama sesama pers mahasiswa untuk mengembangkan eksitensi pers mahasiswa dalam lingkup kampus di Indonesia” tuturnya.

IAIN Kendari Gelar Vaksinasi, Antusias Mahasiswa Tinggi

 

(Suasana saat pelaksanaan vaksinasi tahap satu di Aulamini Perpustakaan IAIN Kendari.
Foto: Rizal)

Reporter : R. Saputra
Editor : Al-Izar

Kendari, PersKampusBiru.com – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari bekerja sama dengan Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara (POLDA SULTRA) menggelar program vaksinasi COVID-19 tahap satu, bagi mahasiswa (IAIN) Kendari.

Kegiatan berlansung pukul 08.00 WITA di gedung Aula pertpustakaan IAIN Kendari, kamis (2/9/2021).

Rektor IAIN Kendari Prof. Dr. Faizah Binti Awad, M.Pd, mengatakan bahwah Mahasiswa itu tidak masuk kategori takut untuk di vaksin dan sudah menyakini bahwa kesehatan itu penting.

“Selama ini kan banyak masyarakat yang meragukan, ketakutan ketakutan dengan vaksin ini,  ada efek samping dan sebagainya. Nah dengan begini kan berarti mereka sudah hilang dari presepsi itu, dari dugaan negatif itu yang dipengaruhi dengan medsos itu yang sengaja mengumbar berita-berita yang mencemaskan masyarakat. Oleh kaerena itu mahasiswa tidak masuk kategori yang takut terhadap vaksin itu” kata Rektor, kamis (2/9/2021).

Senada dengan hal itu Supervisor Garai III Polda SULTRA,  Dr. Rima Anggraini Asbar, mengatakan animo serta kesadaran bahaya vaksin itu sangat tinggi.

“Alhamdulilah animo mahasiswanya bagus, antusianya tinggi sekali untuk vasin” kata Dokter, kamis (2/9/2021).

Tidak hanya itu, dia juga berharap kepada mahasiwa yang sudah melaksanakan vaksinasi agar selalu menjaga protokol kesehatan.

“untuk yang sudah mendapatkan vaksin tetap menjaga protokol kesehatan, istrahat yang cukup, makannya harus bergizi dan kemudian banyak minum air putih”

“bila ada keluhan setelah vaksinasi ini, biasanya keluhan yang terjadi setelah faksinasi ini, sakit kepala, demam, sakit uluhati.  Tetapi tidak usah khawatir karna, hal-itu adalah wajar pasca vaksinasi. Artinya apa berarti sudah ada proses pembentukan antibodi, respon imun sudah dimulai,”

Diakhir Rektor IAIN Kendari Prof. Dr. Faizah Binti Awad berharap setelah diadakannya vaksin ini semoga kita sudah bisa melaksanakan kuliah secara ofline.

“kita harap dengan vaksin ini, nanti kita melaksanakan kita melaksananakan proses pembelajaran sevara ofline dengan tetap mengikuti panduan dari pusat” harap Rektor.

Mahasiswa IAIN Kendari Kritik Sistem Pendidikan Di Indonesia Saat Ini

( Foto ilustrasi : Sumber Instagram KATAMORAL ) 

Populer akhir-akhir ini selain isu politik, korupsi, dan isu sosial lainnya adalah persoalan pendidikan. Sebab menteri pendidikan Nadiem Makarim akan melaksanakan pembelajaran tatap muka secara bertahap dimasa pandemi covid-19 dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Dengan adanya Pandemi hari ini Yang berdampak negatif mempengaruhi segala aktivitas kehidupan kita baik dari segi perekonomian, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. membuat kita dalam keterbelakangan moral sosial.

Terlebih lagi sistem pembelajaran hari ini mengalami penurunan yang sangat signifikan untuk melanjutkan amanat UUD 1945 dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejatinya pendidikan atas Pandemi ini membuat intensitas kualitas paradigma peserta didik mengalami kejumudan untuk meningkatkan intelektualitas dalam berfikir secara produktif.

Bukan sesuatu yang tabu lagi ihwal menurunnya militansi belajar peserta didik atas eksistensi Pandemi ini dengan diterapkannya pembelajaran secara online, sehingga mengakibatkan daya nalar kritis serta analisis peserta didik Mengalami penurunan secara drastis. Mengapa demikian, karena penerapan pembelajaran seperti itu tidak akan efisien untuk membentuk insan akademis yang berkualitas di dalam diri peserta didik. Hal seperti inilah yang semakin menggiring kita dalam keterkungkungan berfikir.

Dan diketahui bersama bahwa tidak semua peserta didik yang berada di pelosok desa mempunyai jaringan atau sinyal dengan baik untuk mengikuti pembelajaran secara online, terlebih lagi persoalan pemenuhan dan kebutuhan kuota internet yang setiap saat tidak bisa dipenuhi oleh orang tua karena mengalami defisit perekonomian atas Pandemi hari ini. Mo gila saya eeee

Anomali tersebut tentu menjadi prioritas pemerintah untuk mencarikan solusinya terkhusus di bidang pendidikan. syukur Alhamdulillah, menteri pendidikan dan kebudayaan Nadiem Makarim mampu membaca situasi pembelajaran yang membosankan itu dengan cara akan menerapkan kebijakan pembelajaran secara tatap muka.

Jadi stop mi ko demo-demo menuntut belajar tatap muka, tapi tidak masalah ji sebenarnya kalau demo karena sudah kewajiban negara memang untuk menjadi fasilitator dalam menyediakan sistem pembelajaran yang efektif sebagaimana amanat konstitusi yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Yang menjadi masalah itu ketika sudah tatap muka baru masih malas ji juga ko belajar. 

Namun yang akan menjadi bahan diskusi kita adalah seperti apa sistem pembelajaran yang akan diterapkan nantinya ? Sebab transisi belajar online menuju offline itu hanya persoalan teknis saja saudara. Takutnya pola yang dipakai masih menggunakan cara-cara yang lama. Cara-cara lama yang dimaksud disini yaitu situasi pengajaran yang lebih menonjolkan peranan tenaga pendidik dengan anggapan bahwa pekerjaan mereka tidak lebih hanya sekedar menuangkan air kedalam gelas kosong. Sehingga mengakibatkan peserta didik lebih bersifat pasif dan hanya menerima apa yang disuguhkan oleh tenaga pendidik tanpa ada pertengkaran intelektual diantara keduanya.

Belajar itu lebih dari sekedar mengingat. Bagi peserta didik untuk dapat benar-benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus belajar memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri, dan selalu bergaul dengan ide-ide. Sehingga tugas pendidikan tidak dikonotasikan hanya sekedar menuangkan sejumlah informasi kedalam benak peserta didik, tetapi mengusahakan agar konsep-konsep penting yang sangat berguna tertanam kuat dalam benak peserta didik. Bahkan untuk persoalan kurikulum itu tidak sepenuhnya direncanakan dan disusun sendiri oleh tenaga pendidik tetapi harus melibatkan peserta didik itu sendiri, karena peserta didiklah yang mengerti betul apa yang menjadi kebutuhannya untuk meningkatkan pengembangan diri. Itu yang tidak ada di dalam sistem pendidikan kita saudaraku….

pandangan terhadap sekolahpun atau kampus sebagai alat transformasi pendidikan sudah mendapat banyak kritik, salah satunya adalah Paulo freire. Beliau mengatakan bahwa sekolah dan kampus selama ini hanya menjadi alat “penjinakan”, yang memanipulasi peserta didik agar mereka dapat diperalat untuk melayani kepentingan kelompok yang berkuasa. Bahkan tidak jarang sekolah dan kampus yang dibayar mahal hanya mampu melahirkan generasi yang jago nge-game dan poles wajah. Pertanda bahwa memang ada yang rusak di sistem pendidikan kita.

Tidakkah di abad ke-20 telah terjadi perubahan besar mengenai konsepsi pendidikan dan pengajaran dalam menanggulangi krisis terkait pendidikan. Diyakini bahwa tanpa ada upaya-upaya penanggulangan Secara cepat dan tepat, dikhawatirkan akan terjadi pembodohan masal pada bangsa Indonesia yang pada gilirannya akan mengakibatkan apa yang sering disebut sebagai “hilangnya satu generasi”. Tentunya kita tidak rela untuk melihat generasi bangsa ini mengalami degradasi intelektual !!! Tentu tidak sodara.

Di sini (abad 20) Salah satu tokoh yang sungguh mengagumkan adalah ki hadjar Dewantoro. Betapa rumusan ki Hadjar Dewantoro telah jauh mencakup ke depan. Ki Hadjar Dewantoro adalah seorang futuris. Beliau telah melihat bahwa hak-hak asasi manusia dan kehidupan global abad 21 merupakan suatu yang tidak dapat dielakkan. Sehingga pendidikan tidak terlepas dari upaya untuk kerja sama dengan seluruh stakeholder guna meningkatkan derajat manusia. Dengan kata lain hak-hak asasi manusia dan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama.

PANDANGAN KI HADJAR DEWANTORO

Pendidikan adalah upaya untuk memerdekakan manusia dalam arti bahwa menjadi manusia yang mandiri, agar tidak tergantung kepada orang lain baik lahir ataupun batin. Kemerdekaan yang dimaksud Ki Hadjar Dewantoro terdiri dari tiga macam, yaitu berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, dan dapat mengatur dirinya sendiri. Pendidikan merupakan hak semua warga negara, tidak membedakan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). Ki Hadjar Dewantoro juga menegaskan bahwa pendidikan adalah tuntutan di dalam tumbuh dan berkembangnya peserta didik. Salah satu pikiran Ki Hadjar Dewantoro tentang pendidikan di wujudkan dalam bentuk taman siswa.

TAMAN SISWA

Taman siswa didirikan 03 Juli, 1922. Taman sisiwa merupakan badan perguruan yang sudah diselaraskan dengan kepentingan bangsa dan negara. Lahirnya taman siswa juga diilhami oleh model pendidikan penjajahan yang tidak menyelesaikan persoalan peningkatan kualitas sumber daya manusia waktu itu. Menurutnya pendidikan zaman penjajahan memiliki ciri perintah, hukuman, dan ketertiban. Seperti pola kaderisasi para wakanda ya… Hehehehheeh becanda kanda.

Model pendekatan pendidikan seperti itu menurut Ki Hadjar Dewantoro merupakan salah satu perkosaan terhadap kehidupan batin anak-anak. Oleh karena itu, tidak heran apabila hasil pendidikan penjajahan waktu itu melahirkan anak dengan Budi pekerti yang rusak sebagai akibat dari anak yang hidup di bawah paksaan dan hukuman, yang biasanya tidak setimpal dengan kesalahannya. Apabila telah dewasa, mereka tidak akan mampu bekerja kalau tidak dipaksa atau kalau tidak ada perintah.

Pendidikan pada taman siswa tidak menggunakan pendekatan paksaan. Dasar pendidikan yang dipergunakan adalah momong (merawat), among ( memberi contoh), Dan ngemong ( proses untuk mengamati). Dalam pelaksanaannya lebih kepada membimbing dan memimpin peserta didik untuk berkembang sesuai dengan kodratnya, sehingga peran tenaga pendidik sebagai pendamping dan orang yang membantu harus mengarahkan peserta didik sesuai dengan perkembangan dan kebutuhannya. Tanpa ada paksaan sama sekali.

Agar sekolah, dan kampus bisa menjawab kritik ataupun permasalahan sistem pendidikan kita, tentu saja sekolah dan kampus harus menunjukkan bahwa belajar bukan hanya proses transformasi dari tenaga pendidik ke peserta didik, tetapi juga upaya pengembangan potensi peserta didik berdasarkan atas kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. 

Salah satu yang harus dilakukan tenaga pendidik adalah melakukan reformasi di dalam cara mengajar kepada peserta didik dengan menggunakan metode belajar humanistik.

BELAJAR HUMANISTIK

Teori belajar ini berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang di cita-citakan, serta tentang proses belajarnya yang paling ideal. Pelopor dari teori belajar humanistik adalah Jurgen Habermas. Proses belajar ideal menurut Jurgen yaitu proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri, maksudnya adalah mampu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri serta realisasi diri secara optimal. Tapi bagaimana kita mau pake metode humanistik kalau pendidiknya selalu merasa paling benar, di debat sedikit sama peserta didik langsung meposodo (baper). Popado (fuck)

Dalam pelaksanaan teori humanistik ini, materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak yang akan belajar maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya.

Penulis berpendapat bahwa teori belajar humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar peserta didik pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan untuk mencapai tujuannya. 

Hal tersebut tentu akan dapat membantu pendidik dalam menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti perumusan tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta pengembangan alat evaluasi ke arah pembentukkan karakter peserta didik. 

Sa cuman mo bilang, kegiatan pembelajaran tahap demi tahap secara ketat, sebagaimana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dinyatakan secara eksplisit dan dapat diukur, kondisi belajar yang diatur dan ditentukan sendiri oleh pendidik, mungkin saja berguna bagi pendidik tetapi tidak berarti bagi peserta didik. Olehnya itu, agar proses belajar lebih bermakna bagi peserta didik maka diperlukan keterlibatan penuh dari peserta didik itu sendiri, sehingga peserta didik akan mendapatkan pengalaman belajar yang berharga dan efektif.

Penulis : Hajar

Terimakasih Gus Menag, Apa Kabar Bunda?

(Muh.Rifky Syaiful )

Belum lama ini, Menteri Agama Republik Indonesia telah menyampaikan kebijakannya mengenai penurunan Uang Kuliah Tunggal (UKT) untuk mahasiswa PTKIN. Tak heran lah, sebab PTKIN menjadi binaan Kementerian Agama. Terimakasih Gus Menteri, sepertinya kami tertolong lagi nih, hehe… “Gus memang perduli kepada Mahasiswa”. 

Sepertinya kabar itu merupakan kabar baik bagi mahasiswa. Sebab, pandemi yang berdampak pada sektor ekonomi menjadikan banyak mahasiswa bingung “duitnya dapat dimana?”. Lagian sekarang PPKM, memang nyari ngutang dimana? Pembayaran mau tutupmi ee. 

Sekelas PTKIN biaya pendidikannya lebih kecil sebenarnya dibandingkan dengan kampus umum dan swasta lainnya, namun tetap juga tetap terus menjadi perhatian pemerintah dan instansi pendidikan untuk meringankan biaya pendidikan akibat dampak yang dialami mahasiswa selama pandemi COVID-19, utamanya PPKM. Akhir-akhir ini begitu terang-benderang kita dipertontonkan dengan aksi-aksi beberapa instansi pendidikan yang acuh dari intruksi pemerintah dalam hal pengurangan biaya pendidikan.

Sebagai mahasiswa mahasiswa ekonomi ke bawah sebenarnya  merasa kecewa dengan aksi-aksi seperti itu. “Sebut saja PHP”. Tapi sudahlah, penulis tidak ingin terlalu mengulas PHP seperti apa yang dimaksud, “Sakit jika di ulas lagi”.

Kabarnya, jika tidak keliru, tujuh hari lalu keringanan uang semester  mencapai lebih dari Rp 169 miliar pada tahun anggaran 2021 berdasarkan pengakuan Gus Menag. “Keringanan UKT tersebut tersebar di 58 PTKIN yang terdiri dari 24 Universitas Islam Negeri (UIN), 29 Institut Agama Islam Negeri (IAIN), dan 5 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN),” (Gus Menag). 

Apa yang disampaikan Gus Menag sebenarnya terjadi, namun beberapa instansi pendidikan PTKIN seakan tidak merespon positif niat baik Kementerian Agama. Demikian tersebut dapat dikroscek di kampus saya kuliah. “Gus Menag? dikampus saya kuliah hanya perpanjangan bayar biaya pendidikan saja nggak ada penurunan yang ta maksud bela, hemm”. Apa kabar Bunda?.

Mengutip apa yang disampaikan Gus Menag, “keringanan UKT diberikan dalam dua semester, yakni genap (Februari 2021) dan ganjil (Agustus 2021). Keringanan tersebut terbagi dua jenis, yaitu penurunan UKT satu tingkat di bawahnya atau pengurangan UKT dengan rentang 10% sampai 100%”. Jelas kan , semester ini ada lagi penurunan biaya pendidikan. Bunda Apa Kabarnya?.

Kami mahasiswa sekarang beranggapan jika afirmasi Menag kepada mahasiswa dan orang tuanya yang  mengalami dampak dari pandemi COVID-19 tidak terealisasi atau “Janji-janji Jhe Deela, tidak ada eya jhe kasiank”.  “Tidak masalah sebenarnya, tapi hati-hati saja Bund dengan PHP”. 

Ini bukan salah Gus Menag lagi..

Tapi tidak tau siapa mau disalahkan?

Tapi ramalan penulis, mungkin karena instansi pendidikan abai atau cuek dengan afirmasi Gus Menag. Sebagai catatan “Gus Menag perlu mengevaluasi aspirasi itu”.

Apa Kabar Bunda?.

Beberapa hari lalu, banyak mahasiswa ‘menggerutu’, mungkin karena fulusnya kurang. Diperpanjang pembayaran pendidikan, bukan bertambah fulusnya tapi malah berkurang karena membiayai perut. Banyak sebenarnya bertanya, “Tidak adakah pengurangan biaya pendidikan?” Saya jawab : “Adaji, tanya bunda langsung bagaimana kabarnya?”.

Afirmasi Gus Menag itu sudah menjadi jawaban dari depresi mahasiswa soal dampak ekonomi dengan biaya pendidikan dianggap membebani selama pandemi COVID-19. Terimakasih Gus Menag, Apa Kabar Bunda?.

Penulis : Muh. Rifky Syaiful Rasyid

Fenomena Childfree dalam Pandangan Islam

(Ilustrasi Childfree sumber Arami Stock Foto)

Istilah Childfree akhir akhir ini menjadi perbincangan hangat dijagat maya setelah YouTuber Gita Savitri mendeklarasikan diri sebagai Childfree. Istilah Childfree mungkin terkesan masih tabu di kalangan masyarakat Indonesia secara umum yang notabene lebih cenderung mengadopsi budaya Parenting (pengasuhan). Secara sederhana istilah Childfree adalah keputusan yang diambil seseorang untuk tidak memiliki anak setelah mereka menikah. Mereka tidak berusaha untuk hamil secara alami ataupun berencana mengadopsi anak.

Alasan yang paling umum untuk memutuskan menjadi childfree adalah bahwa cara ini efektif untuk menekan overpopulasi selain itu juga childfree merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan bumi.

Di sisi lain juga ada factor ekonomi dan factor social yang melatar belakangi lahirnya penganut childfree. Mereka memiliki kekhawatiran tidak akan bisa membiayai biaya hidup anak kelak, ada yang beranggapan bahwa anak hanya akan menjadi beban dan penghambat kesuksesan karir, ada juga tidak menyukai anak anak serta khawatir tidak bisa menjadi orang tua yang baik.

Lantas bagaimana islam dalam merespon dan menyikapi paham ini? Yang secara nyata islam merupakam agama mayoritas di Indonesia  sehingga tentunya islam memiliki tanggung jawab moral dalam memberikan pencerahan baik itu secara spiritual, ekonomi maupun social atas dampak dari hadirnya paham ini.

Pengertian dan Sejarah Childfree

Dikutip dari Wikipedia, childfree adalah sebuah keputusan atau pilihan hidup untuk tidak memiliki anak, baik itu anak kandung, anak tiri, ataupun anak angkat. Istilah childfree dibuat dalam bahasa Inggris di akhir abad ke 20 oleh St. Augustine sebagai penganut kepercayaan Maniisme (Maniisme adalah salah satu aliran keagamaan yang bercirikan Gnostik atau Gnostisisme. Gnotisisme sendiri adalah gerakan keagamaan yang mencampurkan berbagai ajaran agama, yang biasanya pada intinya mengajarkan bahwa manusia pada dasarnya adalah jiwa yang terperangkap di dalam alam semesta yang diciptakan oleh Tuhan yang tidak sempurna), percaya bahwa membuat anak adalah suatu sikap tidak bermoral, dan dengan demikian (sesuai sistem kepercayaannya) menjebak jiwa-jiwa dalam tubuh yang tidak kekal. Untuk mencegahnya, mereka mempraktikkan penggunaan kontrasepsi dengan sistem kalender.

Dalam buku No Kids: 40 Reasons For Not Having Children, Corinne Maier tertulis beragam alasan bagi seseorang yang memilih dan memutuskan untuk childfree. Mulai dari kurangnya finansial, masalah kesehatan, hingga kepedulian akan dampak negatif pada lingkungan yang bisa mengancam seperti over population dan kelangkaan sumber daya alam. 

Sebenarnya paham Childfree ini sudah lama mencuat sejak akhir tahun 2000 an dan bahkan di Negara – Negara maju pilihan hidup ini sudah menjadi sesuatu yang populer.

Islam dan Childfree

Surat An Nahl Ayat 72, Allah SWT berfirman, yang artinya:

“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?”

Maka dapat dilihat tujuan pernikahan dalam Islam salah satunya ialah untuk memperoleh keturunan. Tentunya dengan harapan keturunan yang diperoleh ialah keturunan yang saleh dan salehah, agar dapat membentuk generasi selanjutnya yang berkualitas.

Selain itu juga tujuan pernilakan ialah membangun generasi beriman. Pasalnya membangun rumah tangga islam yang harmonis, sudah turut serta membangun generasi muslim yang beriman agar tidak terjadi kepunahan. Sebagaimana dalam salah satu surah Al-Quran berikut, artinya:

“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur ayat 21).

Sehingga secara sederhana salah satu tujuan pernikahan ialah gerakan melahirkan regenerasi yang berkualitas, baik itu berkualitas secara spiritual, intelektual dan emosional agar di masa depan generasi ini bisa terus berjuang untuk mempertahankan eksistensi agama Islam.

Jadi jika kita menyimpulkan hubungan antara Islam dan childfree itu sangat saling bertolak belakang karena Islam sangat menganjurkan adanya keturunan sebab salah satu tujuan pernikahan dalam islam ialah untuk melahirkan regenerasi beda halnya dengan paham childfree yang bertindak secara deregenersi berupaya untuk tidak ingin memiliki keturunan dalam balutan hangatnya ikatan suami istri.

Childfree dari Segi Ekonomi

Alasan yang paling fundamental para penganut Childfree dari segi ekonomi adalah ketakutan dan ketidakmampuan untuk membiayai biaya kebutuhan anak. Factor finansial memang sangatlah penting dalam membina rumah tangga. Hanya saja jika hal itu di jadikan salah satu alasan utama untuk memilih menjadi Childfree rasanya konyol saja sebab di luar sana masih banyak pasutri (pasangan suami istri) yang berharap ingin memiliki keturunan namun tak kunjung di berikan.

Bahkan Tuhanpun sudah menjamin bahwa setiap anak sudah memiliki rejekinya masing – masing jadi kenapa kita harus pesimis akan masalah finansial jika kita sudah memiliki keturunan. Keluarga adalah alasan utama dari setiap perjuangan besar dan anak adalah bunga – bunga dunia sehingga di situlah pentingnya kehadiran seorang anak mampu memberikan warna dan keindahan dari setiap perjuangan besar.

Bila kita memiliki kendala dalam mendidik anak maka bukan anaknya yang tidak mau kita hadirkan dalam rumah tangga akan tetapi justru kita harus belajar mengelola finansial keluarga dan belajar berbagai hal agar mental kita siap untuk menjemput kehadiran buah hati dalam rumah tangga.

Jadi menurut penulis, dilihat dari kuatnya anjuran, keutamaan serta urgensitas keberadaan keturunan yang sholeh dan sholeha dari suatu pernikahan, serta pertimbangan yang tidak prinsipil untuk tidak memiliki keturunan. Maka prinsip childfree dalam suatu pernikahan sebagaimana kasus di atas hendaknya tidak di adopsi oleh kaum muslim/muslimah, sebab hal tersebut tidak sesuai dengan anjuran agama, serta menyalahi makna substansi dari sebuah pernikahan.

Penulis: MS 

Teruji

(Runi Evariyanti. Foto : Istimewa)

Oleh : Runi Evariyanti

Apakah harapan ku terlalu besar..

Hingga kerap kali ku terjatuh dan kecewa…

Ataukah memang keberuntungan itu sedang tak berpihak kepada ku…

Aku bagaikan bintang yang tertutup awan…

Yang berharap angin datang menyapu awan itu…

Oh tuhann…

Aku ingin seperti bulan yang meskipun sendirian namun cahayanya memberikan ketenangan…

Berulang kali ku coba berlari tuk mengejar mimpi itu..

Namun selalu ku terjatuh…

Apakah impian dan cita cita ku terlalu tinggi…

Hingga kerap kali ku kecewa…

Kenyataan pahit seolah olah telah melekat dalam hidupku…

Akankah harapan itu kan menjadi kenyataan…

Ataukah hanya menjadi harapan semu…

Entahlah…

#spb_lalonggawuna

#garis_senja

Sinopsis Film Dokumenter Semesta

 

 

(Flim dokumenter Semeta. Foto: Kompas.com)

 

Penulis : Slamet Fadillah

Film Semesta (SEMES7A) adalah film dokumenter berdurasi 90 menit yang menceritakan kisah orang-orang pegiat lingkungan dengan berbagai latar belakang yang berbeda dari 7 daerah di Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Marauke.

Film ini adalah keluaran rumah produksi Tanakhir Film yang di sutradarai oleh Chairun Nissa,dengan produser Nicolas Saputra dan Mandy Marahimin. Film ini dirilis pada Desember 2018 di Festival Film Indonesia dan pada 30 Januari 2020 rilis di bioskop-bioskop seluruh Indonesia.

Baca Juga: Nggak Ada Manfaatnya, Apakah Kampus Masih Memaksankan Kuliah Online?

7 cerita di dalam film ini adalah  tokoh dan juga orang-orang disekitarnya yang mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap keseimbangan dan pelestarian alam, tidak harus dalam skala yang besar tetapi mereka memulai dari hal-hal kecil disekitarnya. Yang menjadi menarik adalah cara yang mereka gunakan dalam melakukan hal itu berbeda-beda sesuai dengan asal daerah masing-masing, ada yang di latar belakangi oleh Agama, budaya turun temurun, ilmu pengetahuan, kesadaran diri dan hal-hal yang lainnya.

Bali

Tjokorda Raka Kerthyasa, tokoh dari Bali menceritakan tentang hari suci umat Hindu yang dirayakan setiap tahun, yaitu hari raya Nyepi. Dia mengatakan hari raya Nyepi sangat erat kaitannya dengan manusia dan alam secara universal.

Pada saat hari raya Nyepi, masyarakat di Bali tidak diperbolehkan untuk melakukan aktivitas apapun dan bahkan tidak menyalakan listrik selama 24 jam dan dampaknya adalah alam bisa mengadakan pembenahan diri, walaupun hanya satu hari tapi dampak yang dirasakan itu sangat luar biasa terhadap lingkungan dengan menghemat 30.000 ton karbon bagi atmosfer bumi dan mengurangi emisi harian di Bali hingga sepertiga.

Sungai Utik, Kalimantan Barat

Jauh dari kota besar dan kehidupan yang modern  menjadikan masyarakat di Sungai Utik sangat menggantungkan hidupnya pada alam, akan tetapi hal tersebut tidak lantas membuat mereka semena-mena mengeksploitasi alam di sekitarnya. Mereka sangat memiliki kesadaran dalam menjaga keseimbangan alam, karena itu merupakan tradisi atau warisan turun temurun dari leluhur yang masih di pertahankan.

Agustinus Pius Inam, tokoh di dalam film tersebut yang juga masyarakat asli Sungai Utik menceritakan, apapun yang ada di hutan itu adalah milik mereka mulai dari obat-obatan, makanan, air dan kebutuhan lainnya sudah disediakan oleh alam.

Pohon-pohon di daerah itu tidak diperbolehkan untuk ditebang sembarangan, dan masyarakan hanya di perbolehkan untuk menebang 3 pohon dalam setahun. Itulah bukti bahwa kepercayaan leluhur tetap mereka pertahankan, jika tidak maka semua budaya dan tradisi akan hilang, termasuk menjaga hutan. Karena itulah masyarakat adat seperti mereka adalah harapan terbesar sebagai pelindung hutan di Kalimantan.

Bea Muring, Nusa Tenggara Timur

Menuju ke NTB dengan tokoh di film ini yaitu Romo Marselus Hasan, dia menceritakan bahwa pada awalnya di daerah Bea Muring itu tidak memiliki listrik dan hanya mengandalkan mesin generator. Akan tetapi karena setiap malam itu kurang lebih terdapat 50 mesin generator, maka itu akan menimbulkan sebuah polusi.

Pada akhirnya mereka menemukan solusi yang ramah lingkungan, yaitu dengan memanfaatkan aliran arus sungai besar di daerah tersebut dan mereka membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).

Yang mengesankan dari sikap masyarakat di daerah ini adalah ketika terjadi kerusakan pada PLTMH itu karena banjir, merekas secara swadaya memperbaikinya tanpa menunggu atau mengharapkan bantuan dari pihak manapun, itu artinya mereka mau mengubah nasib mereka dengan usaha sendiri.

Dan alasan mengapa mereka sangat menfokuskan pada pengembangan PLTMH ini karena supaya masyarakat menjadi semakin memiliki kesadaran untuk terus menjaga lingkungan, khusunya menjaga mata air sebagai energi utama PLTMH itu.

Kapatcol, Papua Barat

Tokoh film di daerah ini adalah seorang perempuan bernama Almina Kacili, dia bersama kelompok perempuan di daerah Kapatcol berusaha melestarikan kembali sumber daya laut di daerah itu yang akhir-akhir ini semakin berkurang karena eksploitasi yang berlebihan bahkan dilakukan oleh masyarakat di luar Kapatcol yang juga mengakibatkan rusaknya terumbu karang dan hal negative lainnya.

Pada akhirnya Almina Kacili dan Kelompoknya memutuskan melakukan “Sasi” selama 6 bulan di wilayah laut yang memang menjadi hak mereka. Sasi sendiri adalah adat masyarakat bagian Indonesia timur yang melarang siapapun mengambil hasil laut di daerah tertentu dalam jangka waktu yang telah disepakati.

Manfaat dari Sasi ini juga adalah untuk menghindari eksploitasi berlebihan pada sumber daya laut dan memberikan kesempatan untuk biota laut beregenerasi sehingga mereka akan tetap lestari di wilayah itu.

Pameu, Aceh

Pada bagian ini menceritakan tentang sekelompok gajah Sumatra yang sering memasuki pemukiman masyarakat bahkan membuat masyarakat ketakutan, namun tidak membuat masyarakat di situ marah ataupun sampai berbuat anarkis terhadap gajah.

M. Yusuf sebagai tokoh didalam film ini menjelaskan bahwa manusia tidak harus menyalahkan seekor gajah karena merusak pemukiman, tetapi manusia harus berfikir bahwa pasti sedang ada yang salah dengan kondisi alam sebagai tempat habitat gajah dan rusaknya alam itu sendiri karena ulah manusia, karena baik prilaku manusia terhadap alam, maka akan baik juga alam membalasnya, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu betapa pentingnya kita sebagai manusia untuk tetap menjaga keseimbangan alam.

Imogiri, Yogyakarta

Tokoh film di daerah Imogiri ini adalah Iskandar Waworuntu, dia adalah seseorang yang sangat menekankan “Thayyib” di dalam hidupnya. Thayyib sendiri berasal dari bahasa arab yang berarti baik dan mulia. Itu berarti Iskandar Waworuntu sangat berlandaskan ajaran agama Islam di dalam menjalani hidupnya,

Oleh jarena itu dia dan keluarganya menjalankan pelatihan permakultur, yaitu sebuah model pertanian uang meniru ekosistem alami, pelatihan ini menekankan hubungan antara manusia dengan alam. Dan artinya dalam prosesnya sangat ramah lingkungan tetapi juga bisa bermanfaat untuk manusia, dengan model bercocok tanam seperti ini yang ramah lingkungan dan berpihak kepada alam, maka akan lebih bermanfaat walaupun masih dalam skala yang kecil.

Jakarta

Yang terakhir adalah kota Jakarta, dan tokoh di dalam film ini adalah seorang wanita bernama Soraya Cassandra bersama suaminya yang membuat Kebun Kumara untuk mengarap sayuran organic.

Kendala membuat hal seperti ini di kota besar Jakarta adalah sulitnya mencari lahan yang ideal, namun dengan niat menjadikan lahan itu menjadi hijau, lestari dan tempat pendidikan maka itu bukan menjadi sebuah kendala bagi Soraya.

Pada akhirnya terciptalah sebuah Kebun Kumara ini, selain untuk menghasilkan sayur-sayuran organic, kehadiran kebun hijau di tengah tengah kota urban seperti Jakarta merupakan sebuah hal yang positif tentunya dan berharap semakin banyak yang melakukan itu untuk membuat perubahan iklim menjadi lebih baik.

 

 

 

Kuota Internet Macet, UKT Menjepit, Orang Tua Menjerit


(Ilustrasi Stres. Foto: Repro Google.com)


Penulis : Mahasiswa Tampannya IAIN kendari

       Semenjak covid-19 masuk ke Indonesia 02-03-2021 pemerintah pun menghimbau untuk melakukan social distancing atau jaga jarak dan juga menghimbau untuk tetap berada di rumah dan sekarang sudah ada ppkm yang sudah memasuki level 4 dan entah sampai level berapa mungkin sampai level max.

Semenjak pandemi ini membuat beberapa kegiatan harus di kerjakan di rumah termaksud perkuliahan.

Selama masa pandemi ini, kegiatan perkuliahan juga dilakukan dari dalam rumah. sudah banyak perguruan tinggi yang mulai mengubah metode perkuliahan yang awalnya bertatap muka menjadi online, dan membatasi kegiatan di sekitar kampus karena ancaman wabah COVID-19 ini. Salah satunya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari yang melakukan skema perkuliahan secara daring sejak Maret 2020.

    Selama berubahnya skama perkulihan yang tadinya di ruangan, praktek, dan bercanda tawa dengan teman-teman di ruangan, semuanya berubah semenjak pandemi yang entah akan berakhir sampai kapan. Perkulihan saat ini hanya melalui via whaspt, zoom dan segala bentuk online lainnya.

    Akan tetapi selama melakukan perkuliahan online kuota internet yang harus selalu terisi, dan itu di tanggung sendiri oleh mahasiswa yang biayanya bukan main juga tiap bulannya dan tambah lagi gangguan jaringan.

Pihak kampus hanya berapa kali membagikan kuota untuk para mahasiswanya dan katanya semua itu tergantung keputusan pusat yaitu kementerian agama yang menjadi naungan IAIN Kendari ini, Seperti kata dari warek III ketika di temui teman-teman mahasiswa.

“Karena kuota ini bukan pengadaan di kampus pengadaannya harus dari kementerian agama”.

    Bukan hanya masalah kuota saja yang menjadi masalah kami mahasiswa tetapi SPP/UKT yang apa bila tiba di penghujung semester akan menjadi kewajiban yang mutlak bagi kami mahasiswa dan itu sungguh sangat memberatkan kami di tengah pandemi covid-19 yang entah akan berakhir kapan.

    Perkuliahan yang di lakukan di balik layar tetapi SPP tetap harus di bayar Orang tua mahasiswa menjerit Untuk pembayaran SPP/UKT anaknya dan tak sedikitpun mahasiswa menikmati fasilitas kampus.

Kuliah di balik layar SSP tetap di bayar…..Yaa

    Kuota internet untuk melaksanakan kuliah di tanggung sendiri oleh mahasiswa dan ketika ada permasalahan nilai terhadap dosen sangat sedikit kebijakan untuk perbaikan padahal kita ini susahnya minta ampun untuk membeli kuota untuk mengikuti setiap perkuliahan. Tidak hanya itu, ketika ada pengurusan untuk keringanan ukt syaratnya juga sungguh terlalu Kenapa tidak saja pihak kampus melakukan pemotongan 40%-50% secara menyeluruh kan kuliahnya juga online dan kami tidak menikmati fasilitas kampus sedikitpun.

Seperti percakapaan senior dan junior

Ketika senior bertanya pada temanku tentang pengurasan pengurangan UKT

Seniorku: “kau kamu tidak mengurus pengurangan UKT kah.?

Junior: “tidak”

Seniorku: “kenapa….?

Junior: “masa syaratnya tidak ada kategorinya untuk orang tua ku, masa saya mau karang terdampak Korona, tidak mungkinnya mi, sama saja saya minta²kan itu”.

Dan berikut syarat-syarat untuk pengurangan ukt saya lampirkan.

Cobalah di simak dengan baik

    Masa yang harus mendapatkan keringanan UKT hanya orang tuanya yang meninggal di tengah pandemi, mengalami pemutusan kerja, mengalami kerugian usaha dan mengalami penurunan.  pendapatan. Padahal kita mahasiswa juga terdampak dari segi pendidikan.

    Lalu bagaimana dengan kami yang orang tuanya sudah memang pendapatannya menengah ke bawah sejak dulu.

    Kenapa sih pihak kampus tidak mau memotong secara keseluruhan saja dan tidak usah adakan persyaratan khusus untuk UKT ini kan kita kuliah online ji juga. Kuota tanggung sendiri UKT bayar utuh…? Padahal semenjak pandemi ini, kita mahasiswa sangat terdampak darinya perkuliahan yang harusnya dilakukan di ruangan.

Para pimpinan IAIN Kendari “sungguh ironis dan bau terasi” kata dari diksi puisinya seniorku.

    Kepada pihak kampus mungkin kalian harus juga membuat dena/peta di kampus untuk para mahasiswa baru yang bisa di bilang mahasiswa yang terlahir dari generasi online, kan kasihan apa bila mereka memasuki kampus ini, mereka tersesat padahal luasnya kampus ini tidak seperti stadion bernabeu atau sirkuit mandalika, seperti berberapa bulan lalu sebelum PBAK ada maba yang mencari koperasi kampus untuk membeli almater tapi dia datangnya di gedung PKM(pusat kegiatan mahasiswa) dan bebera hari yang lalu lagi ketika aku dan teman-temanku duduk bersantai sambil mengisap rokok suria  di fakultas FEBI ada seorang maba yang bertanya di mana fakultas SYARIAH padalah sudah jelas ketika dia menoleh ke kanan tulisan yang menandakan bahwah di sanalah adanya fakultas yang dia cari, saya tidak menyalahkan dia bertanya, tetapi untuk mengantisipasi mahasiswa yang tersesat seperti itu di kampus yang luasnya tidak sampai 100 hektar, maka pihak kampus harus membuatkan dena/peta untuk para maba itu.

Ketika aku selesai menuliskan ini dan di terbitkan, mungkin saya akan di cari oleh pihak kampus. dan ketika itu terjadi saya hanya bisa katakan dari tulisanku ini, walaupun tidak beraturan tetapi ini keluh kesah saya selama kuliah online, saya adalah mahasiswa tergantengnya IAIN Kendari kalau mau cari saya mungkin pihak kampus harus mengadakan perlombaan mahasiswa ganteng atau semacam idol se IAIN kendari ini dan yakin dan percaya bahwa saya akan ikut dalam perlombaan itu.

Aku cinta padamu IAIN Kendari tapi sayang cintaku bertepuk sebelah tangan hanya karna kebijakan dari birokrasimu.