Rahasia Sukses Andriani: Kisah di Balik Gelar Wisudawan Terbaik

Kendari, Objektif.id – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari kembali meluluskan mahasiswa terbaik dalam Wisuda ke-XIII Program Sarjana dan Magister, Rabu, 16 Oktober 2024, di Aula Ballroom Multimedia IAIN Kendari.

Wisuda ini menjadi momen penting bagi ratusan mahasiswa yang akhirnya berhasil menyelesaikan pendidikannya, dan salah satu nama yang mencuri perhatian publik adalah Andriani.

Sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), Andriani bukan hanya sekadar lulus, tetapi berhasil menorehkan prestasi yang luar biasa.

Dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,95, Andriani menyelesaikan studinya hanya dalam waktu 3 tahun 6 bulan. Capaian ini menjadikannya sebagai salah satu lulusan terbaik dalam wisuda kali ini.

Dalam wawancara eksklusif dengan Objektif.id, Andriani mengaku bahwa sejak awal masa kuliahnya, ia tidak pernah menargetkan untuk menjadi mahasiswa terbaik.

Baginya, proses belajar itu sendiri sudah menjadi kepuasan. Andriani menekankan bahwa ia lebih menikmati setiap pelajaran yang ia dapatkan, tanpa merasa harus menjadi yang terbaik di antara banyak mahasiswa.

“Saya tidak pernah berniat menjadi mahasiswa terbaik. Saya hanya suka belajar dan membaca buku. Menurut saya, jika kita tekun, hasilnya akan datang sendiri tanpa harus terlalu berharap,” ujarnya dengan rendah hati setelah prosesi wisuda.

Rupanya, upaya konstruktif Andriani dalam mengorientasikan dirinya pada pengembangan intelektual yang tidak hanya fokus pada ruang akademik perkuliahan ternyata telah membuahkan hasil yang tidak sia-sia.

Karena selain prestasi akademiknya yang gemilang, Andriani juga dikenal sebagai mahasiswa yang aktif dalam berbagai organisasi. Sejak 2020, ia telah menjadi bagian dari kader Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pers, sebuah organisasi yang fokus pada pengembangan kemampuan jurnalistik mahasiswa.

Tidak hanya itu, Andriani juga pernah berkontribusi dalam Senat Mahasiswa (Sema) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema), sebuah organisasi Lembaga Kemahasiswaan Politik di lingkungan IAIN Kendari.

Dengan mencelupkan diri dalam organisasi-organisasi tersebut, Andriani tidak hanya mendapatkan pengalaman berharga di luar kelas, tetapi juga membantu dirinya dalam merajut jejaring sosial yang luas.

Disamping kepadatan jadwal akademik dan organisasi yang menyibukkan, Andriani tetap berupaya menjaga keseimbangan antara tanggung jawab akademik dan non-akademiknya. Bahkan, ia juga merupakan penghuni Ma’had, asrama mahasiswa yang mengharuskan penghuninya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan secara rutin.

“Semua kegiatan ini memang menambah kesibukan, tapi saya justru merasa terbantu karena dengan berorganisasi, saya belajar bagaimana memanajemen waktu dan menentukan skala prioritas. Ini sangat membantu saya untuk tetap fokus dalam studi sekaligus aktif dalam organisasi,” ucap Andriani yang disusul dengan senyumannya.

Dalam wawancara tersebut, Andriani juga tidak lupa membagikan tips suksesnya kepada mahasiswa lain Yang menurutnya penting. Dia menganggap bahwa yang mesti menjadi perhatian mahasiswa adalah rajin membaca buku, diskusi, dan menulis, serta mengikuti perkembangan zaman, sebagaimana tradisi kemahasiswaan yang tidak boleh mati.

“Rajin-rajinlah membaca buku, diskusi, menulis, dan selalu ikuti perkembangan berita. Dengan itu, kita akan terus memperkaya pengetahuan dan tidak ketinggalan informasi”, saran Andriani yang percaya bahwa tradisi kemahasiswaan itu adalah ruang-ruang ilmu pengetahuan yang tak terbatas dan penting bagi setiap mahasiswa.

Meski telah meraih prestasi yang membanggakan di jenjang sarjana, Andriani tidak berhenti di situ. Dia akan terus melenting mengembangkan potensi dirinya.

Salah satunya, dia sementara mempersiapkan langkah berikutnya untuk melanjutkan studi ke jenjang S2 di UIN Alauddin Makassar dengan fokus pada bidang yang sama, yaitu Ekonomi Syariah.

Baginya, pendidikan merupakan jalan panjang yang harus terus dilalui, terlebih dengan impiannya untuk menjadi seorang dosen. “Saya ingin menjadi dosen, dan untuk itu saya akan terus belajar,” tegas Andriani dengan penuh optimisme.

Andriani, melihat profesi dosen merupakan jalan ninjanya untuk terus berkiprah dalam berbagi ilmu dan menjadi bagian dari pengembangan generasi muda di Indonesia, khususnya dalam bidang Ekonomi Syariah yang menurutnya memiliki potensi besar dalam pembangunan ekonomi berbasis nilai-nilai keislaman.

Bahwa apa yang diyakini Andriani dalam menempa dirinya didunia pendidikan itu sejalan dengan apa yang dikatakan Imam Syafi’i, ” jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus menahan perihnya kebodohan”.

Dengan prestasi akademik dan keterlibatannya dalam berbagai kegiatan organisasi menjadi kombinasi yang memperkuat posisinya sebagai role model di kampus.

Sehingga Andriani, adalah salah satu contoh nyata dari sekian banyak mahasiswa bahwa kesuksesan tidak selalu harus dikejar dengan ambisi besar, melainkan dengan dedikasi, disiplin, dan kecintaan terhadap proses belajar itu sendiri.

Sebagai lulusan terbaik, Andriani kini telah menorehkan namanya dalam sejarah IAIN Kendari. Namun, lebih dari itu, ia juga telah memberikan pelajaran berharga bagi mahasiswa tentang pentingnya menempa diri dalam banyak kegiatan kemahasiswaan, yang tidak hanya fokus pada ruang perkuliahan saja akan tetapi dalam proses berorganisasi.

Reporter: Alisa Tri Julela (Anggota Muda)
Editor: Andi Tendri

Dari PHK ke Sukses: Kisah Inspiratif Pasangan Lansia Yang Bangkit Lewat Usaha Mie Rumahan

Objektif.id – Sebuah kisah inspiratif datang dari sepasang suami istri, suaminya yang bernama La Manise (60) dan Istrinya yang kerap dipanggil Bude (52) oleh orang-orang sekitar kini sukses dalam bisnis mie rumahan yang bertempat di Btn Pesona, Jl. Salomo, Baruga, Kec. Baruga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara 93116.

Awal mula perjalanan mereka dimulai sejak tahun 2021 lalu ketika sang istri terpaksa dirumahkan dari pekerjaannya di sebuah perusahaan mie akibat dampak pandemi COVID-19 yang melanda.

“Daripada menganggur di rumah, saya membeli mesin mie dan mulai berproduksi,” ungkapnya mengenai awal mula usaha mandirinya yang kini telah bertahan selama tiga tahun.

Pada awalnya, semangat untuk memulai usaha sempat terkendala oleh keterbatasan lokasi. Namun, berkat dukungan keluarga yang menawarkan lahan belakang rumah, pasangan suami istri yang telah beranak cucu tersebut akhirnya bisa mewujudkan mimpinya.

“Kami dulu mulai produksinya di rumah yang berada di Puuwatu akan tetapi akhirnya kami menyadari ruangnya terbatas, kemudian saya punya keluarga bilang datang saja di rumah sana belakang luas, dan berdirilah pabrik mie kami di sini sampai sekarang,” tuturnya

Berangkat dari pengalaman kerja yang telah bude lalui di perusahaan mie sejak tahun 1983 memberikannya modal pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usaha. Hingga kini, menghasilkan keuntungan bersih sekitar 15 juta rupiah setiap bulannya. Berkat usahanya itulah telah memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya.

La Manise, sang suami, turut berbagi cerita. Ia mengungkapkan bahwa modal awal usaha ini merupakan hasil dari jerih payah menabung selama bertahun-tahun. Dengan modal sekitar 100 juta rupiah yang terkumpul, mereka akhirnya bisa membeli mesin dan memulai bisnis ini.

“Modalnya itu sekitar kurang lebih 100 juta, hasil dari menyisihkan sedikit-sedikit dari gaji istri saya dulu juga pendapatan tambahan dari hasil saya kerja serabutan,” jelasnya

Ketgam: La Manise ketika proses produksi mienya. Foto: Tesa/Objektif.id

Dalam hal perpajakan, beliau mengaku bahwa usahanya belum mencapai pendapatan yang mewajibkan membayar NPWP, namun tetap mewajibkannya untuk melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan setiap tahun.

“Kepemilikan NPWP kami belum ke tahap wajib bayar karena penghasilan kami belum mencukupi Rp 50 juta ke atas jadi, saat ini, hanya terus melapor setiap tahun,” bebernya

Selain itu, dalam hal pemasaran, suami istri itu memanfaatkan jaringan yang sudah terbangun sejak dulu ketika bude masih bekerja di perusahaan sebelumnya.

“Saya beruntung memiliki istri sepertinya yang telah berupaya tanpa lelah mempromosikan mie buatan kami kepada orang-orang,” ujarnya tersenyum

Selanjutnya, mie buatan sepasang lansia harmonis itu telah merambah ke beberapa kota di Sulawesi Tenggara, seperti Bau-Bau, Kolaka, dan Raha. Bahkan, produksi mie mereka dapat dijumpai di beberapa warung makan sekitar kota Kendari khususnya pada wilayah Baruga.

Ketekunan dan kemandirian dalam menjalankan usaha membuat mereka lebih memilih bekerja sendiri dari pada harus bekerja untuk orang lain. Meskipun demikian,

Meski demikian, mereka selalu khawatir jika ponsel tersebut hilang, karena itu berarti mereka akan kehilangan akses ke banyak pelanggannya.

Informasi tambahan, lokasi pabrik mie mereka telah tertera di google maps dan selalu mendapatkan rating tinggi yakni bintang 5 di ulasan konsumen.

 

Penulis: Rachma Alya Ramadhan 
Editor: Redaksi

Menginspirasi! Karena Kecintaan kepada Anak-Anak, Mahasiswi Ini Jadi Guru Les Privat

Kendari, Objektif.id – Dua mahasiswi cantik asal Institut Agama Islam Negeri Kendari, Novi Arlianti Amir (19) dan Melvina Nurcahyani (19), membuka jasa les privat bagi anak TK maupun SD, untuk membantu orang tua dalam mendidik anaknya.

Mahasiswi yang sekarang duduk di semester tiga ini telah membuka jasa les privat ini sekitar tiga bulan  yang dapat dibilang masih tergolong sangat kecil karena baru memulai.

Ketgam: Novi (sebelah kanan) bersama rekannya Melvina (sebelah kir). Foto: Ist.

Novi mengungkapkan, dalam proses mengajar seorang anak terdapat berbagai kesulitan yang mereka dapatkan, misalnya  anak yang mudah bosan, tidak fokus, ditambah anak zaman sekarang yang kehidupannya hanya seputar tentang gadget.

“Tantangan utama bagi kami adalah mengatasi kebosanan dan distraksi anak-anak. Kami perlu memahami karakter mereka, menggunakan metode pembelajaran yang sesuai, dan menciptakan media serta alat pembelajaran menarik untuk mempertahankan minat mereka. Terlebih lagi, tantangan terberat nya adalah menghadapi distraksi dari gadget,” tutur Novi pada objektif.id  melalui via WhatsApp, pada Jumat (17/11/2023).

Selain itu, Melvina juga menambahkan, untuk mengatasi kesulitan yang ada mereka menawarkan konsep pembelajaran yang menyenangkan dan pastinya disukai oleh anak-anak.

“Jadi untuk menghilangkan rasa bosan dari anak-anak, ada beragam cara. Misalnya, dalam belajar, kita sediakan konsep belajar sambil bermain untuk melatih gerak motorik dan sensorik anak,” ungkap Melvina.

Lebih lanjut, mereka juga menciptakan media pembelajaran yang menarik minat anak-anak, menjadikan pembelajaran tidak hanya menyenangkan dalam bayangan, tetapi juga dalam praktiknya. Menurut mereka, Pembelajaran menjadi lebih fokus dan intensif dengan satu atau dua murid per-sesi, serta memastikan setiap anak mendapatkan perhatian penuh.

Meskipun jurusan Ekonomi Syariah, Novi dan Melvina melihat peluang dalam membuka usaha les privat. Menurut mereka, les privat adalah bidang jasa yang minim modal. Berbeda dengan usaha produk yang memerlukan biaya besar, les privat memberikan kesempatan untuk meningkatkan wawasan melalui layanan pendidikan.

Biaya les privat yang mereka tawarkan juga terjangkau, berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp 80.000 per pertemuan. Dengan demikian, mereka memastikan layanan mereka dapat diakses oleh berbagai kalangan masyarakat.

Novi dan Melvina berharap usaha les privat mereka tidak hanya membantu orang tua dalam mendidik anak-anak, tetapi juga memberikan pengalaman belajar yang berkesan bagi setiap murid. Dengan pendekatan kreatif dan fokus pada kebutuhan individual, keduanya menghadirkan alternatif pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.

Penulis: Rachma Alya Ramadhan

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Kesepian Ditinggal Anak Berkeluarga, Pria Asal Konsel Ini Rela Mengais Sampah Demi Bertahan Hidup

Kendari, Objektif.id – Sandri (52) berawal dari kesepian karena tujuh anak kandungnya sudah berkeluarga. Memilih meninggalkan kampung halaman demi mengais rezeki di Ibu Kota Provinsi.

Awalnya pria asal Konawe Selatan ini mencari rupiah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Kecamatan Puuwatu, Kota Kendari, karena ajakan sanak saudara yang juga mengadu nasib di kawasan tersebut.

Dirinya mengaku, awal tinggal di kawasan itu, sempat merasa tidak nyaman, sebab kondisi lingkungan di kampung jauh berbeda dengan kondisi tempat tinggalnya saat ini.

“Hampir satu minggu saya muntah terus gara-gara saya injak muntahnya sapi,” ujarnya saat ditemui awak media objektif.id, Jumat (21/10/2023).

Di sebuah gubuk berdinding papan yang berdampingan dengan tumpukan sampah, Sandri mencoba bertahan hidup dengan segala keterbatasannya. Mengelola dan mengumpulkan ulang sampah bekas sudah menjadi aktivitas sehari-hari dan ini telah ia lakoni selama tujuh tahun lamanya.

Meski pekerjaan yang ditekuninya ini hanya mengolah dan mengumpulkan sampah bekas, penghasilan yang Sandri dapatkan pun tidak main-main.

“Saya berangkat pergi mencari sampah itu biasa mulai dari jam 6 pagi sampai malam, habis itu kita jual di pemasok sesuai dengan ukuran sampah dan Alhamdulillah penghasilan dalam seminggu bisa mencapai 2 juta rupiah,” pungkasnya.

Penulis: Kusmawati 

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Kisah Haru, Sepasang Suami-Istri Lansia Mengais Sesuap Nasi Melalui Usaha Laundry

Kendari, Objektif.id – Di tengah maraknya para pemuda-pemudi yang membuka jasa usaha laundry, dibalik itu semua terdapat sepasang suami-istri yang sudah lanjut usia (Lansia) yang masih bertahan menekuni jasa laundry yang bertempat di jln. Kompleks Pasar Baruga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.

Sepasang suami-istri ini bernama Marsuki (81) dan iimrohana (80). Mereka telah membuka jasa usaha laundry ini sejak berdirinya pasar baruga yakni, sejak tahun 2001 hingga sekarang.

Ketgam: Kakek marsuki dan istrinya iimrohana. Foto: Siti Maharani/Objektif.id

Marsuki, atau kerap dipanggil pakde oleh orang-orang sekitar, sementara sang istri dikenal dengan sebutan neneknya Lia. Sebelum menekuni usaha laundry ini ia dulunya bekerja sebagai sopir angkutan barang berat hingga menjadi tukang sapu jalanan di pasar baruga. Namun, karena kelelahan akhirnya, ia memilih untuk berhenti dari pekerjaan yang telah dilakoninya sejak tahun 1962 tersebut.

Tidak lama setelah itu, terbitlah sebuah ide dalam pikirannya untuk membuat jasa laundry di kediamannya. Istrinya saat ditemui oleh wartawan Objektif.id mengatakan saat kali pertama membuka jasa laundry tersebut, orang-orang yang menggunakan jasanya hanya membayar dengan sebungkus mie instan.

“Pertama kali buka, kita masih dibayar pakai 1 bungkus Indomie kadang yang paling tinggi Rp5.000 dulu, karena memang niat kita itu membantu mereka yang kesusahan,” kata wanita kelahiran Bandung tersebut, pada Kamis (19/10/2023).

Untuk diketahui, Selama menjalankan usahanya yang telah beroperasi 22 tahun itu. Dulunya, dibantu oleh sang cicit. Namun, setelah si cicit menikah usaha tersebut kini hanya dijalankan oleh mereka berdua dengan mengandalkan 2 mesin cuci yang tersisa.

Mereka juga tidak mengandalkan yang namanya karyawan karena mereka takut jika ada campur tangan orang lain maka cucian tersebut dapat tercecer.

“Jika ada yang pesan yang cuci dan jemur pakaian itu kakek, sedangkan nenek bagian melipat karena saat ini nenek sudah sakit-sakitan,” ungkapnya.

Ketgam: Tampak depan rumah yang ditinggali oleh kakek Marsuki dengan istrinya. Foto: Siti Maharani/Objektif.id

Meskipun, telah menginjak usia yang terbilang sudah tidak muda lagi tidak membuat sepasang suami-istri itu untuk berhenti bekerja, bahkan terkadang untuk memenuhi kebutuhan hariannya hanya berasal dari pendapatan laundry. Sekalipun mereka memiliki anak 4, cucu 3, serta cicit 4 yang siap membantu kapan saja.

“Kita itu meskipun sudah tua harus kreatif jangan hanya mengharapkan anak, saya selalu bilang kepada anak saya bahwa selama bapak masih bisa merayap nak biarkan kecuali bapak sudah lumpuh itu baru tanggungan kalian,” tutur pria kelahiran Sumatera tersebut.

Biasanya, setiap usaha laundry pasti dihitung per-kilogram. Namun, hal itu tidak berlaku untuk usaha laundry kakek Marsuki dan istrinya yang hanya mengandalkan banyak ataupun sedikitnya cucian yang diterima dengan dibandrol harga mulai dari Rp20.000 – Rp50.000.

Kakek Marsuki juga mengungkapkan bahwa selama mereka menjalani usaha tersebut pernah sekali terjadi kerusakan pada mesin cucinya. Namun, semua itu bisa diatasi cepat olehnya dengan memperbaikinya kembali.

Selain itu, hubungan yang terjalin dengan pelanggan terbilang baik. Kakek Marsuki bisa dibilang orang yang tidak hanya mementingkan urusan duniawi. Melalui usaha laundry-nya ia menyempatkan diri untuk beramal dengan cara mencuci sajadah, mukena, dan gorden yang ada di mushola-mushola pasar baruga.

“Insyaallah hubungan terjalin baik meskipun terdapat beberapa pelanggan yang terlambat bayar tapi itukan hal yang lumrah namanya juga orang jualan tidak boleh kita bersikeras sabar saja jika dia ada uang pasti bayar,” bebernya.

Lanjutnya, kakek Marsuki tidak merasa menyesal telah membuka jasa laundry ini meskipun pendapatan yang diterima tidak seberapa.

“Ya saya tidak menyesal, karena saya meyakini bahwa seenak-enaknya hidup sama orang, lebih enak usaha sendiri walaupun kecil-kecilan daripada besar tapi usahanya orang,” pungkasnya.

Penulis: Siti Maharani

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Buka Usaha Barbershop, Mahasiswa IAIN Kendari Kantongi Ratusan ribu Per Hari

Kendari, Objektif.id – Sejak usaha barbershop mulai berkembang pesat di Indonesia, banyak para pebisnis yang antusias untuk menggeluti usaha ini. Tak heran jika saat ini bisnis penyedia jasa memotong, menghias, menata, memberi gaya rambut laki-laki mudah sekali untuk di jumpai.

Saat ini, bisnis pangkas rambut sudah seperti menjamur di setiap wilayah salah satunya di Kota Kendari Sulawesi Tenggra. Dimana pria kekinian juga harus selalu tetap menjaga penampilannya, mereka tak sungkan untuk melakukan perawatan rambut.

Usaha penyedia jasa memotong, menghias, menata, memberi gaya rambut itu kini banyak dilakoni salah satunya Arjuna, salah satu mahasiswa yang saat ini sedang menempuh jenjang sarjana (S1) di Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari.

Mahasiswa yang sering disapa dengan nama Juna itu menerangkan, pemilihan usaha barbershop ini kerena merupakan salah satu usaha yang tidak memiliki pasang surut dan usaha ini banyak didominasi oleh kalangan anak muda. Selain itu, usaha ini juga bisa membantu meringankan beban orang tua untuk biaya tanggungan kuliah.

“Saya tidak mau terlalu tergantung sama orang tua. Jadi saya harus terus berusaha agar bisa menghidupi diri sendiri, membiayai diri sendiri, tanpa membebani orang tua,” ucap Juna saat ditemui, Rabu (3/10/2023) di tempat usahanya yang berada di Depan Kampus IAIN Kendari.

Pria berkulit sawo matang itu mengaku, sebelum melakoni usaha penyedia jasa ini dirinya sudah mencoba merintis beberapa usaha lainya seperti jualan minuman kekinian (thai tea) namun usaha itu ditinggalkan karena bahan-bahan pokoknya mengalami kenaikan harga.

“Saya menjalankan bisnis itu selama 3 tahun dan tahun 2022 akhir usaha minuman kedai itu saya tinggalkan karena alasan bahan pokok naik dan ujian lainnya makanya saya lepas,” bebernya.

Tidak mau menyerah dengan keadaan, dirinya mencoba lagi dengan usaha yang berbeda, dengan berbagai macam pertimbangan akhirnya dirinya memutuskan untuk mencoba usaha rental alat kemping, namun usaha itu hanya berjalan satu tahun enam bulan.

“Itu saya geluti selama satu tahun setengah namun terkendala ditenaga kenapa karena saya tidak mampu menjalankan usaha itu sendiri tanpa dibantu orang lain, kemudian saya masih belum bisa percaya sama orang lain makanya usaha saya semakin hari semakin menurun lalu saya lepas dan tinggalkan usaha itu,” terangnya.

Usaha ketiga yang dilakoninya setelah dua kali gagal adalah usaha barber, usaha ini dibuka pada saat 2020 awal 2021 sekarang sudah berjalan kurang lebih mau ke 3 tahun lamanya oleh karena itu usaha ini merupakan usaha saya yang ketiga dan mudah mudahan usaha ini bisa bertambah lagi.

Untuk usaha sebelumnya saya tidak pernah memakai karyawan, namun untuk usaha saya sekarang ini yaitu barbershop saya memakai 3 orang karyawan dan semuanya mahasiswa aktif iain kendari.

“Omset perhari bisa sampai Rp 500 ribu omset dalam sebulan bisa sampai 10-15 juta itupun belum terbagi pengeluaran dan sebagainya,” uangkapnya.

Saat ditanya tentang menambah bisnis lain, dirinya mengaku ingin melakukan yang terbaik di usia saya yang sekarang makanya apapun usaha yang berpeluang bagi saya akan saya jangkau selagi usaha itu halal.

Sebagai anak muda yang masi memiliki jiwa muda yang membara maka dari itu jangan sia siakan waktu mudamu dengan hal hal yang tidak berguna manfaatkan lah waktumu sebisanya karena sekarang yang kamu usahakan, yang kamu kerja, akan kamu rasakan nanti.

Anak muda jangan patah semangat, jangan dipatahkan hanya persoalan cinta dan yang lainnya ambilah ini sebagai pelajaran karena jiwa muda itu tidak tergoyahkan seperti kata soekarno berikan saya sepuluh pemuda maka akan ku goncangkan dunia umurmu yang sekarang masi muda jangan terlena dengan hal-hal yang tidak berguna.

Penulis: Suci Rahmadani dan Niken Ariyanti
Reporter: Melvi Widya

Cerita Anak Binaan LPKA Kelas II Kendari yang Punya Cita-Cita Jadi Prajurit TNI

KENDARI, Objektif.id – Berada di dalam Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Kendari yang terletak di Jalan Poros Nanga-nanga, Kecamatan Baruga, Kota Kendari, tak membuat para Anak binaan ini menjadi putus asa untuk menggapai cita-cita.

Salah satu anak binaan yang namanya dirahasiakan dan hanya ingin disebut Wahyu (15). Saat ditemui awak media pada Kamis (21/9/23) sekitar pukul 15.00 Wita, ia mengaku punya impian besar untuk menjadi prajurit Tentara Nasional Indonesia.

Kata Wahyu, meski sementara dalam proses menjalani pidana, mencari jati diri adalah salah satu proses yang harus dilakukan seorang anak dalam membangun masa depan yang lebih baik.

Walupun sebelumnya, dirinya sempat putus asa tidak bisa melanjutkan pendidikan setelah berkonflik dengan hukum. Namun dorongan dari hati menjadi motivasi memulai langkah.

Sebab, di LPKA Kelas II Kendari disediakan layanan pendidikan tingkat SD, SMP dan SMA bagi anak binaan dalam melanjutkan pendidikan.

“Biar juga saya di sini, saya berpikir tetap saya harus sekolah karna ada yang saya mau raih di masa depan mau jadi tentara,” bebernya dengan raut wajah semangat.

Wahyu yang saat ini duduk di bangku kelas X atau kelas 1 SMA itu mengaku, berbagai macam ilmu pengetahuan yang di dapat baik itu ilmu agama, berbangsa dan bernegara, dan beberapa keterampilan lainnya yang didapat saat mengikuti pembelajaran dlm pembinaan di LPKA

“Disini kita juga di ajarkan tata cara sholat yang baik dan benar, belajar mengaji, bermain gitar, juga belajar komputer.” kata warga binaan yang divonis dua tahun delapan bulan itu.

Diusianya yang saat ini memasuki 15 tahun berharap agar anak-anak baik yang sedang menempuh pendidikan, baik itu di luar LPKA Kelas II Kendari maupun yang ada di luar agar tetap semangat.

“Jangan bermalas-malas untuk sekolah, karna kita ini masih punya cita-cita,” harapnya.

Pola Pendidikan LPKA Kelas II Kendari

Tindak pidana tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, akan tetapi anak juga bisa melakukan hal tersebut. Tindak pidana yang dilakukan oleh anak-anak sekarang ini seperti pencurian, Asusila, penganiayaan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan sebagainya.

Untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, setiap anak menjalani masa hukuman sesuai dengan putusan hakim. Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPAK) setiap anak akan mendapatkan bimbingan agar ketika kembali ke keluarga dan masyarakat bisa lebih baik dan tidak kembali lagi mengulangi perbuatan yang melanggar hukum.

Seperti halnya yang dilakukan LPKA Kelas II Kendari, dalam menjalankan amanat UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2 tentang Hak dan kewajiban setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan. UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 5 poin 1 tentang SISDIKNAS bahwa “Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar”.

Selain itu, UU Nomor 22 tahun 2022 tentang pemasyarakatan pasal 12 huruf C “Anak dan anak binaan berhak mendapat pendidikan, pengajaran dan kegiatan rekreasional seta kesempatan mengembangkan potensi dengan memperhatikan kebutuhan tumbuh kembang”.

Dalam UU nomor 11 tahun 2012 tentang SPPA juga menegaskan pendidikan anak tidak boleh terhenti selama menjalankan proses peradilan pidana serta LPKA wajib menyelenggarakan pendidikan bagi anak.

Kepala SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) yg menjadi Mitra kerja di LPKA Kelas II Kendari, Sarjan mengatakan “kurikulum pendidikan yang diterapkan kepada anak binaan mengacu pada kurikulum merdeka dengan memfokuskan pada pendidikan kesetaraan.”

“Pendidikan kesetaraan itu meliputi program paket A yang putus sekolah di tingkat SD, paket B yang putus di SMP dan program paket C yang putus sekolah di tingkat SMA,” terangnya.

Kata sarjan, sesuai kurikulum merdeka, anak binaan diajarkan pengetahuan umum, mata pelajaran pemberdayaan keterampilan khusus yang meliputi pelatihan komputer dasar, servis eletronik, dan seni kria.

Bukan hanya itu, pihaknya juga melaksanakan kegiatan seni dan olahraga, kemudian kegiatan imtak yang berhubungan dengan keagamaan dan pembinaan pramuka.

“Program dari kami SKB itu sesuai dengan MoU dengan LPKA yang kita sudah mitrakan bersama Dinas Pendidikan dan Pemerintah Kota Kendari. Di sini yang kita fokuskan pertama itu pendidikan kesetaraan” ungkapnya.

Hal itu akan terus dilakukan di LPKA Kelas II Kendari, karena prosesnya itu panjang apalagi anak binaan yang saat ini jumlahnya 69 anak binaan dan sudah di petakkan mana yang masuk program jenjang A, jenjang B dan jenjang C.

“Itu salah satu yang kita kerjasamakan, karena kita pahami walaupun anak-anak ini sedang terjerat masalah hukum tapi hak untuk memperoleh pendidikan harus tetap berjalan, dan harus mereka dapatkan,” lanjutnya.

Dirinya mengharapkan, anak binaan menjalani masa hukuman dari yang 1 sampai 5 tahun jangan putus pendidikannya. Karena pemerintah juga sudah menyiapkan itu, artinya ketika mereka putus dari sekolah formal masih ada pilihan lain yaitu sekolah informal SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) yang yang saat ini diselenggarakan di LPKA.

Sebagai imformasi, anak binaan yang mengikuti paket A atau setara dengan tingkat SD sebanyak 10 warga binaan, untuk paket B setara dengan tingkat SMP sebanyak 18 warga binaan sementara paket C (SMA) sebanyak 34 warga binaan.

Reporter : Rizal

Editor : AI

Belum Lama Berbisnis,  Nitasari Owner Sambel Pedas Original Banyak Bergabung Kegiatan UMKM Sultra 

Kendari, Objektif.id – Seorang Mahasiswi Jurusan Hukum Keluarga Islam (HKI) Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari mengembangkan bisnis sambel pedas original, Kamis, (14/07/2022).

Nitasari selaku owner sambel pedas original mengatakan bisnis yang jalankan belum lama namun sudah banyak diketahui oleh masyarakat Kota Kendari.

“Awal mula saya menjual sambel ini bulan mei tahun 2022 jadi masih baru-baru sekali, jelang dua bulan bisnis saya ini sudah banyak yang tahu dan sudah bisa ikut di Eskpo nya Bank Indonesia dan UMKM yang lama,” ujarnya.

Lanjutnya yang menjadi alasan ia membuat bisnis Sambel Pedas original ini adalah karena berdasarkan Hobi, serta kecintaan terhadap makanan pedas dan pengalamannya.

“Karna yang pertama hobi saya memasak, yang kedua faforit saya makan sambel pedas,berdasarkanpengalaman saya dari sambel-sambel yang pernah saya cicipi yang menjual di kota kendari dan rasa sambel mereka itu pedas manis dan lebih mencolok ke rasa manisnya karena itu saya termotivasi membuat dan menjual sambel yang level nya pedas, yang sesuai namanya sambel pedas original sehingga itu yang menjadi alasan bagi saya untuk menjual sambel,” tuturnya.

Untuk cara penjualannya sendiri menggunakan sarana Sosial Media dan dijual secara langsung, prodak sambel ini sendiri sudah tersedia dibeberapa tokoh online seperti Toko Pedia dan Shopee.

“Adapun sistem penjualan sambel saya yang pertama saya menjualnya lewat sosial media seperti Instagram, Facebook, dan What’s up,  Toko Pedia, sudah tersedia juga di Shopee karna menurut saya zaman sekarang itu sudah banyak orang-orang yang menggunakan social media, dan  dimana kita harus mengikuti zaman, Kemudian saya menjual di Outlite juga didepan fakultas syariah lama dan ditempat itu banyak mahasiswa yang membeli secara langsung Kemudian saya juga melakukan cara menawarkan,seperti saat ada kegiatan di sela-sela kegiatan itu saya mulai menawarkan kepada teman-teman dan Alhamdulilah setiap ada kegiatan UMKM saya selalu menawarkan disitu dan sudah banyak juga yang membeli dari UMKM Kota Kendari,” tuturnya.

Ia juga mengatakan bahwa prodak yang di jualnya ini sudah mendapat surat izin edar dari pemerintah, dan proses Halal MUI masih sementara dikerjakan.

“Saat ini sambel pedas original ini sudah mempunyai surat izin edar resmi dari pemerintah dan saat ini proses Halal MUI nya masih sementara di kerjakan,” ungkapnya.

Untuk harganya sendiri perkemasan dijual dengan harga Rp25.000.00 dengan beberapa varian seperti  Blbaby cumi, tuna, paruh, ayam suir, teri  dan lain-lainnya.

Ia juga berharap bisnis yang dijalaninya saat ini bisa terus berkembang dan bisa diekspor keluar kota bahkan keluar negeri.

serta selalu dapat menjaga cita rasa dari sambel pedas original.

“Adapun harapan saya tentang bisnis saya ini tentunya saya menginginkan hal yang baik, semakin maju, semakin banyak pelanggan,semakin terkenal dan bisa mengeskplor keluar kota dan bahkan keluar negeri dan semoga saya selalu jujur dalam penjualan seperti menjaga kefreshan bahan sambel, Kebersihan dan menjaga cita rasa sambel pedas original ini,” tutupnya.

Reporter: Fitriani

Editor : Redaksi

Jadi Lulusan Terbaik IAIN Kendari, Ini Tips Fika Nurul Fadilla

Kendari, Objektif.id – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari kembali meluluskan para wisudawan yang berkualitas dan mempuni sebagai generasi penerus bangsa.

Salah satunya Fika Nurul Fadilla mahasiswa yang berhasil lulus dengan IPK 3.92 lama studi 3 Tahun 7 bulan sehingga dinobatkan sebagai wisudawan terbaik.

Fika Nurul Fadilla dinobatkan sebagai lulusan terbaik pada acara wisuda ke IX Program Sarjana dan Magister Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari pada Rabu 13 Juli 2022 di salah satu hotel di Kendari.

Fika Nurul Fadilla merupakan mahasiswa Program Studi Tradis Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FATIK) IAIN Kendari angkatan 2018.

Saat ditemui Objektif.id, ia mengaku, tidak menyangka bakal dinobatkan jadi wisudawan terbaik. Sebab selama menjalani kuliahnya ia tidak pernah berharap jadi lulusan terbaik.

“Alhamdulilah saya hepi sekali karna menjadi wisudawan terbaik, alhamdulilah,” ucapnya saat ditemui usai prosesi wisuda, Rabu 13 Juli 2022.

Perempuan yang sering disapa Fika ini mengaku, sempat tidak percaya dinobatkan jadi lulusan terbaik pada acara wisuda ke IX IAIN Kendari ini.

“Bukan ekspestasi saya jadi wisudawan terbaik. Karna saya berpikir dari ratusan wisudawan atau wisudawati saya sudah pesimis tapi alhamdulilah dipercayakan untuk wisudawati terbaik,” beber wanita kelahiran Sukamukti, Kec Lalembuu, Kabupaten Konawe Selatan, 19 Agustus 1999 ini.

Dia juga mengaku, selama kuliah dirinya disibukan dengan kegiatan organisasi namun tidak pernah mengabaikan tanggung jawabnya sebagai mahasiswa.

“Kalau organisasi itu ada eksternal dan internal. Kalau organisasi eksternal itu ada Sultra Island Care & Kawan Inspirasi Kendari, dimana organisasi ini adalah pengabdian pada masyarakat, dimana saya juga hobi mengajar. jadi kalau hari sabtu dan minggunya saya menyempatkan untuk ikut dalam pengabdian kepada masyarakat,” benernya.

Kalau organisasi internal kampus, kata Fika dirinya bergabung di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa Pers (UKM-Pers) dan UKM Bahasa IAIN Kendari, namun semejak proser tahapan penyusunan skripsi dirinya kurang berkontribusi pada organisasi tersebut.

“Saya anggota UKM-Pers dab juga anggota UKM Bahasa IAIN Kendari. Tapi semejak saya mulai menyusun skripsi saya tidak terlalu aktif karna saya mau fokus untuk menyelesaikan studi saya,” lanjutnya.

Menurutnya, Hal utama yang harus dipegang oleh mahasiswa, khususnya mereka yang berjuang menyelesaikan tugas akhir adalah usaha.

“Kalau tips sebenarnya harus usaha dan dekat sama dosen pembimbing,” tuturnya.

Usai menamatkan pendididikan di IAIN Kendari, Fika bercerita jika dirinya berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan S2 di luar negeri.

“Kalau untuk rencana kuliah, tempatnya belum pasti dimana, hanya untuk saat ini saya masih persiapan tes beasiswa Fulbright (Beasiswa Kuliah S2 di luar Negeri) tapi tahun ini insyaAllah mau persiapan untuk tes toefl,” ucapnya.

Di tempat yang sama, Sholichin yang mendengarkan keinginan anaknya Fika Nurul Fadilla yang ingin melanjutkan kulianya di jenjang S2 dirinya akan mendukung.

“InsyaAllah kalau orang tua sehat siap lah untuk fika kedepannya. Adapun dia mau kuliah dimana biarlah dia yang menentukan yang penting terbaik untuk dia. Kita sebagai orang tua tetap dukung,” ucap Sholichin.

Reporter : Rizal Saputra
Editor : Amirulah

 

Kisah Haru Guru Honorer di Desa Kramat, Sisihkan Gaji Untuk Penuhi Kelengkapan Latihan Bela Diri

Objektif.id, Maluku – Berbekal ilmu pendidikan dan pengalaman yang didapatkan saat mengenyam pendidikan di bangku kuliah, melekat kuat di hati guru honorer Muhamad Arif.

Berbekal ilmu itulah, Muhamad Arif yang sehari-harinya bertugas sebagai guru honorer di Sekolah Menegah Pertama (SMP) 5 Taliabu Barat ini, menaruh perhatian khusus pada ilmu bela diri.

Perhatian tersebut, khususnya diberikan kepada anak-anak hingga remaja yang ada di Desa Kramat, Kecamatan Taliabu Barat, Kabupaten Pulau Taliabu, Provinsi Maluku Utara.

Ia melihat banyak anak-anak yang memiliki bakat dibidang olah raga pencaksilat yang perlu dikembangkan. Atas kondisi itu pun membuat hatinya untuk membuat sesuatu.

Dengan niat yang tulus, akhirnya pada awal tahun 2020, dimana dirinya mulai mengumpulkan anak-anak untuk diajarkan beladiri.

Tidak hanya sampai disitu, berbekal ketulusan niat tersebut, Guru honorer tersebut rela menjual kendaran pribadinya yang sehari-hari ia gunakan untuk mengantarnya ke sekolah untuk melengkapi peralatan yang dibutuhkan untuk latihan, seperti Kostum, Pecing, Kuns dan Skipin.

Visi dari pada Tapak Suci Putra Muhamadiya Desa Kramat ini adalah
meinginkan masyarakat setempat  khususnya generasi muda penerus bangsa itu sehat secara fisik dan mental.

“Niat dan tujuannya hanya untuk mengembangkan prestasi keterampilannya anak-anak,” kata Muhamad Arif.

Sedangkan untuk misinya menanamkan pembinaan sejak usia remaja melalui Tapak Suci Muhamadia Desa Kramat.

Dengan kehadiran perguruan tapak suci ini, pola pengajaran yang dilakukan non formal terasa formal walaupun belum memiliki legalitas dari pemerintah Daerah.

Awal mula didirikan perguruan Tapak Suci  ini, mulai dilirik masyarakat setempat bahkan beberapa orang dewasa mau bergabung pada perguruan yang dibentuk oleh alumni Universitas Muhamadiyah Luwuk tahun 2021 tersebut.

Ia mengaku aktivitas dari perguruan Tapak Suci Muhamadiyah ini sempat terhenti awal Sebtember tahun 2020. Hal itu terjadi karna pada saat itu Muhamad Arif yang masih berstastus mahasiswa akan menyelesaikan studinya di salah satu kampus ternama yang ada di Sulawesi Tengah.

Meski demikian, saat menyandang gelar sebagai Sarjana Pendidikan (SPd) Anak-anak didiknya kembali dirangkul untuk bisa kembali berlatih di perguruam Tapak Suci Mumadiyah Desa Kramat.

“Alhamdulilah, setelah menyelesaikan studi pada Maret 2021 mulai merangkul kembali anak-anak untuk berlati seperti biasanya,” bebernya.

Pria yang berkulit sawo matang itu mengaku, upah yang ia peroleh sebagai guru honorer disisipkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan saat latihan.

“Kalau cair gajiku, saya belikan perlengkapannya mereka, bahkan saya jual  motorku untuk belikan kostumnya mereka,” ungkap alumni Madrasah Aliya Nurul Ilmi ini.

Guru Kelahiran 15 Februari 1998 menjelaskan, semejak dirinya mendirikan Tapak Suci Muhamadia Desa Kramat yang sudah berjalan Dua Tahun, menyayangkan sikap pememerintah Kabupaten Pulau Taliabu dalam merekrut atlit-atlit belah diri tampa melakukan jalur seleksi.

“Kalau ada kegiatan seperti turnamen Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) harus melalui proses selekai,” jelasnya.

Menurutnya, sebelum melaksanakan turnamen POPDA O2SN itu harus ada proses seleksi, sehingga petarung yang di utus untuk ikut seleksi benar-benar teruji.

“Tidak ada proses seleksi, mau tau atau tidak yang penting orang dekat lansung direkrut saja,” tutur mantan juara 1 Koni Cup Kabupaten Banggi tahun 2017.

Lanjut Muhamad Arif, hal itu terjadi bukan tanpa sebab, menurutnya tidak adanya perguruan di kabupaten ini sehingga pemerintah memutuskan menggunakan langka tersebut.

“Kenapa begitu, karna waktu itu perguruan belum ada,” lanjutnya.

Dirinya berharap, agar atlit pencak silat ini diperhatikan, baik itu usia dini maupun  dewasa.

Laporan: Rizal Saputra

Riska Yunilda, Dari Insecure Kini Menjadi Juara

Kendari, Objektif.id – Insecure merupakan keadaan di mana seseorang kurang percaya diri atau cemas terhadap diri sendiri.

Perasaan insecure bisa berdampak buruk jika perasaan tersebut mendominasi karena bisa menurunkan rasa percaya diri, hingga merasa terus menerus  membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

Akan tetapi, perasaan insecure juga bisa berdampak positif bilamana perasaan insecure tersebut tidak berlarut-larut. Karena bisa memacu diri sendiri untuk selalu berusaha, berjuang dan mengembangkan diri sendiri.

Siapa sangka, Riska Yunilda atau akrab disapa Riska itu merupakan mahasiswi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari semester VII. Membuktikan bahwa perasaan insecure bisa dirubah menjadi insecure yang berdampak positif terhadap diri sendiri.

Hal tersebut terbukti saat dirinya mengikuti ajang lomba pengusaha milenial skala nasional yang diselenggarakan oleh Muslimah Milenial dan meraih Juara Umum Pertama. Kegiatan tersebut berlangsung dari tanggal 11-12 September 2020.

Riska mengatakan, bahwa Ia bukan anggota komunitas Muslimah Milenial hanya saja kebetulan saat itu dirinya didaftarkan oleh seniornya untuk mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh komunitas tersebut. Awalnya, Riska sendiri merasa insecure karena harus berhadapan dengan puluhan peserta.

“Sebenarnya, niatnya untuk tambah-tambah ilmu karena di dalamnya, yah anak-anak  milenial yang menginspirasi. Awalnya saya insecure masa iya, saya mau ikut lomba seperti itu. Padahalkan yang daftar banyak. Alhamdulillah dari sekian banyak kegagalan di event-event lomba Allah titipkan juara di situ,” ungkap Riska saat ditanyai awak suarakampusbiru. Kamis, (1/10/2020)

Sementara itu, Riska juga mengatakan, bahwa dirinya bisa menjadi juara karena cerita inspirasi membangun usaha dan Program Kerja (Proker) yang ia masukkan terpilih sampai akhirnya Ia mendapat gelar juara umum.

“Saya sebenarnya mahasiswi semester 7 di tengah sibuk-sibuknya KKN saya masih sempat jualan. Di pagi hari jam 05.00 subuh setelah sholat subuh saya ke pasar setiap pagi saya keliling pasar-pasar yang ada di Konawe Selatan jualan jilbab. Saya tidak urus mau malu atau bagaimana yang penting saya punya dana untuk hidup dan biaya KKN. Alhamdulillah dari cerita saya ternyata bisa jadi proker dan terpilih,” jelasnya.

Sebelum menutup wawancara, Riska berpesan kepada kaum milenial bahwa rasa insecure perlu dalam hal positif agar memiliki acuan dengan melakukan perbandingan diri terhadap orang lain.

“Ketika kita melihat ada teman kita yang juara di setiap event lomba, maka tanamkan dalam hidup kamu bahwa orang lain bisa kenapa kamu tidak bisa, dia bisa karena dia berjuang dan berusaha. Itulah yang akan buat kamu fokus mengembangkan diri dengan hal-hal positif tidak lagi mengucilkan diri sendiri. Setiap manusia Allah akan titipkan kemampuan, rasa insecure itu bisa kita jadikan motivasi atau contoh agar kita bisa menjadi lebih baik lagi,” harap Riska.

Tak lupa, dirinya juga memberikan tips-tips agar tidak selalu merasa insecure dalam hal negatif.

“Tips agar kita tidak selalu merasa insecure dengan negatif, yakin dalam diri bahwa Allah itu maha adil. Jika kita mampu berjuang dan berusaha, maka pasti Allah akan hadiahkan yang terbaik untuk kita, yang terpenting dalam setiap langkah dan harapan jangan lupa doa restu orang tua yang utama,” tutup Riska.

Reporter : Cut Tari
Editor : Rain