Diskriminasi Akal Oleh Sang Pencipta

Suasana hening
Untuk malam yang indah,
Lantunan suara angin
Yang seakan-akan
Saling membuat relasi,

Oh… sang kalimat
Yang dibentuk oleh kata,
Hal unik apa yang kalian miliki
Sehingga akal ini sulit
Untuk melahirkan ide
Dalam menggagas mu,

Keterbatasan apakah
Yang dimiliki akalku?
Apakah perlu ku khayalkan
Dirimu sebagai sang penguasa
Agar engkau selalu menuntun akal ku untuk bisa memahami mu…

Oleh: F.A

Rasanya Aku Ingin Berdoa Bersamamu Lagi

Hai..

Apakah kau akan membaca tulisan ini dengan baik? atau kau hanya akan melewatkannya seperti yang biasa kau lakukan setelah kita menjadi ‘dua orang asing’? Terserah itu hakmu. Sejak awal, aku tak pernah ingin mengarahkanmu atau memaksamu melakukan sesuatu yang tidak kau mau.

Kau begitu pandai bergaul dan mandiri, itu adalah kemewahan yang harus kau jaga.

Dimanapun kau berada, kau harus tahu, lagi-lagi aku kehilangan diriku dan harus menulis semua ini untuk memadamkan sebagian tubuhku yang terbakar, juga menguatkan sisi lain hatiku yang melemah.

Kau tentu tahu, aku benci hidup dalam pengulangan. Namun, segala masalah yang terjadi di duniaku tak pernah benar-benar selesai. Selalu terulang, terulang dan terulang.

Dari tujuh miliar manusia yang hidup di bumi, kau adalahl satu-satunya orang yang paling mengerti tentang masalah ini, kau membuat masalahku terdengar tidak remeh dan begitu hidup dan kau menguatkanku dengan caramu dan menuntunku berdoa, itu adalah satu momen terbaik dalam pertumbuhan hatiku.

Hari ini, masalah itu mengambil pikiranku sekali lagi, masalah itu tak pernah selesai. Ia terus tumbuh dan menjadi lebih besar dari sejak terakhir kau menemaniku menghadapinya.

Sekarang, katakan, bagaimana aku bisa terus bertahan dan melawan semua ini?

Jika kau membaca ini, aku ingin berterimakasih. Aku baru menyadari betapa hebatnya kau menguatkanku (dulu) dan betapa baiknya kau mau menyempatkan waktu untuk mendengar, membaca dan menenangkan badai duniaku.

Saat ini, aku benar-benar lelah, aku lupa bagaimana cara bersikap dan bagaimana cara terbaik untuk menghadapi masalah yang tak pernah selesai ini.

Aku hanya berpikir untuk mematikan ponselku dan mulai berjalan ke sisi dunia yang dingin, menjatuhkan diriku ke dalam segala sesuatu yang begitu abu-abu.

Rasanya Aku Ingin Berdoa Bersamamu Lagi.

Oleh : VVIP

Sendu Rembulan Dibahuku

Karya : Amirullah 

Saat senja iringan musik indah bersahutan nyanyian merdu
Angin sepoi – sepoi meniup pohon bambu nan rimbun
Aku meringkuk di istana sunyi dibalut selimut
Memandangi langit biru dihiasi matahari yang mulai turun
Terdengar isak yang mengganggu suara musik dan nyanyian indahku
Bergumang dadaku, rembulanku menagis di bahuku
Namun senyum dilimpahkan di hadapanku, menutup resah di dadaku
Bulanku nan kokoh terang meredup tertutup kabut
Aku lumpuh oleh gumang dada yang tak menentu
Ujung jariku menggapai bahu yang terus saja tersedu
Tak henti – henti bibirnya berceloteh keluh kesah yang menggunung Ia dihantam gelombang yang tak kunjung surut “tuturnya”
Terangnya seringkali disia-siakan tak tahu terimakasih akan hadirnya
Cobalah menuntunku menikmati terang “Katanya”

Menggetarkan dadaku menjelang lelap di malam itu
Akupun menggugat atas angkuhku dan menghabiskan rintik isak itu disisiku