Perjuangan Ibu Anak Empat, Teguh Menabur Asa Dalam Hidangan

Kendari, Objektif.id – Sore itu, senja ramadhan begitu romantis menggoda semesta di langit Kendari, dengan awan yang memberi ruang membiaskan cahaya jatuh menghujam bumi diantara kepadatan hiruk pikuk derap langkah para pencari pabuka (takjil) yang berayun lusuh, lambat, dan kusut, disaksikan rentetan barisan serba-serbi takjil seraya marayu merindu magrib.

Diantara ragam pajangan takjil buruan masyarakat umum dan para mahasiswa, di tengah-tengah kesibukan manusia yang berlalu lalang di hadapan jualan dari tempat satu ke tempat lain, di situ nampak seorang perempuan paruh baya dengan senyum teduh yang sedang asyik merapikan dagangannya. Dialah Tisna, seorang ibu beranak empat yang menggantungkan harap hidupnya pada gelas-gelas takjil es cincau bersama berbagai macam jajanan kue lainnya yang tersusun rapi di meja kayu terbungkus plastik sederhana yang jauh dari motif elitis.

Setiap hari di bulan suci ini, Tisna kerap tiba lebih awal dibanding pedagang lainnya untuk menyusun setiap takjil yang akan ia jajakan sembari menanti kemesraan orang-orang datang berhimpitan menyambanginya. Disaat para pembeli datang bertamu ke tempatnya, ia dengan sigap memberikan pelayanan prima, terlihat sangat jelas bagaimana kelihaian tangannya ketika menuangkan es cincau ke dalam gelas plastik bening sekaligus menyusun aneka kue dalam paduan menggiurkan yang bukan hanya sekadar enak ditatap melainkan ketika nantinya juga disantap.

Selain itu, ia tahu betul untuk memberikan ruang nyaman kepada pembeli sebagai bagian dari kewajibannya, ia pastikan tak ada sampah berserakan, tak ada pemandangan yang mengganggu selain jajanan yang menggugah selera sambil menanti suara syahdu azan yang kelak menggema menandakan waktu berbuka.
“Ketertiban di sini selalu terjaga, selama kita mematuhi aturan,” katanya, Kamis, 20 Maret 2025 seraya menyambut seorang pembeli.

Dari hasil dagang setiap hari, lebih dari tujuh puluh gelas takjil berpindah tuan pada tangan-tangan yang selalu membawa berkah kebahagiaan dan rasa syukur pada penghasilan senilai tujuh ratus ribu rupiah, jumlah yang menurutnya cukup untuk menghidupi keluarga kecilnya. Ketika berjualan Tisna dibantu oleh anak sulungnya yang baru duduk di kelas lima Sekolah Dasar (SD).

“Anak saya membantu juga, dari menyiapkan hingga membereskan dagangan,” tuturnya dengan bangga yang ingin memberikan pengalaman hidup sejak dini bahwa usaha berjualannya itu bukan hanya menyoal pencarian nafkah, tetapi juga pelajaran bagi anak-anaknya kelak tentang bagaimana arti kerja keras menghadapi arus kehidupan ekonomi sosial yang kompleks.

Ketika Ramadhan tiba, rezeki seolah mengalir deras bagi Tisna. Namun, ketika bulan suci berlalu, ia tak lantas berhenti. Ia tahu, kehidupan harus terus berjalan, dan tangannya yang terampil harus kembali menari di atas dapur kecilnya dengan memacu tubuhnya di pagi buta, sebelum fajar menyingsing.

Dari dapurnya yang sederhana, ia mengantarkan kehangatan bagi banyak orang, menjadikannya bagian dari rutinitas pagi yang tak tergantikan. Di situ ia sudah bangun mempersiapkan jualannya dengan mulai memandu beras dalam paduan santan dan kunyit sebagai bahan dasar yang berbaur dengan rempah-rempah lainnya, membiarkan aroma harum menyeruak dari panci yang mengepul merubah butiran beras yang semula putih kini berpendar kuning keemasan, tanda bahwa menu jualannya itu siap dihidangkan. Dan menu sederhana itu adalah nasi kuning, jajanan makanan yang begitu dicintai banyak orang di pagi hari yang disajikan dengan berbagai lauk pendamping yang semakin menggugah cita rasanya untuk dinikmati.

Dari hasil penjualan nasi kuningnya, ia berhasil meraup untung dikisaran lima ratus ribu per hari, jumlah yang tak sebanyak pendapatan dibulan ramadhan namun Tisna tetap dengan teguh gagah terus melangkah untuk memastikan dapurnya terus mengepul, kompornya tetap menyala, dan anak-anaknya tetap bersekolah menggapai cita-cita.

Diketahui aktivitas berjualannya digeluti sejak tahun 2024 yang merupakan awal dari segala perjalanannya sebagai pegiat Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Dan di tahun ini, harapannya agar lebih banyak pembeli lebih banyak keberkahan. “Semoga UMKM makin maju dan semakin ramai pembeli,” ujarnya pelan, seperti doa yang larut bersama angin yang tak lama lagi menenggelamkan senja menjelang waktu berbuka puasa.

Bahwa dibalik ragam menu jualannya itu ada terselip secercah harapan. Ibu Tisna adalah satu dari banyak wajah yang menggambarkan ketangguhan. Di dalam setiap gelas es cincau dan nasi kuning yang ia suguhkan, di dalamnya ada cinta, ada perjuangan, serta ada doa yang terus ia titipkan pada langit.

Oleh karena itu, harapan ibu Tisna tidak boleh tersisih di negeri ini. Dia adalah simbol perjuangan yang menjadi bahan bakar semangat yang memberi pesan terhadap kekuasaan agar jangan tertatap gagap memikirkan keberlangsungan mereka yang berkecimpung di dunia UMKM.

Untuk memastikan keberlangsungan UMKM pemerintah harus hadir dalam dinamika sosial ekonomi akar rumput, jangan hanya sekadar duduk di sebuah rapat mewah berpendingin ruangan kemudian berbicara tentang pertumbuhan ekonomi dengan menunjukan angka-angka statistik yang tampak menjanjikan memenuhi layar proyektor. Padahal faktanya, sosial ekonomi republik sedang tergoncang oleh ulah para oknum pejabatnya yang korup.

Penulis: Faiz Al Habsyi
Editor: Harpan Pajar

HMPS Tadris Biologi Bagikan Takjil Gratis, Pengendara Motor Jadi Sasaran

Reporter : Muhammad Fadly sukron
Editor : Rizal Saputra

Objektif.id, Kendari – Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Tadris Biologi, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, membagikan paket takjil gratis bagi masyarakat pengguna jalan poros Bandara Halu Oleo, tepatnya di gerbang Perbatasan Ranometo-Baruga Pengendara motor jadi sasaran utama, Jumat (15 April 2022).

Dari pantauan di Lokasi, pembagian takjil gratis ini menyasar masyarakat setempat, pengendara roda dua dan roda empat yang melintas di gerbang batas kota kendari.

Nur Afni selaku Ketua HMPS Tadris Biologi mengatakan, sasaran utama dari pembagian menu buka puasa ini adalah pengendara roda dua yang melintas di Perbatasan Ranometo-Baruga.

“Kami menargetkan untuk pembagian ini adalah pengendara bermotor yang belum atau mungkin tidak sempat berbuka puasa,” kata Nur Afani.

Ia mengatakan, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk merekatkan, serta membangun kepedulian antar sesama.

“Kegiatan ini bertujuan membangun kepedulian antar sesama,” ujarnya.

Tidak hanya itu, ia mengaku pembagian paket takjil gratis ini akan menjadi program kerja tahunan.

Menurutnya, jika kegiatan ini dilaksanakan setiap tahun, tidak hanya memberikan manfaat kepada masyarakat tetapi akan bernilai pahala disisi Allah SWT.

“Kegiatan ini akan tetap kami maksismalkan agar menjadi kegiatan tahunan karna selain bernilai ibadah kegiatan ini juga bermanfaat bagi sesama,” tuturnya.

Candra salah satu pengendara yang mendapatkan takjil gratis mengaku, senang dan terbantu, pasalnya saat mendekati waktu buka puasa ia sempat bingung mencari menu buka puasa.

“Kegiatan ini tentunya sangat membantu masyarakat terutama bagi pengandara yang lagi bingung mencari makanan untuk berbuka puasa,” ungkap Candra dengan raut wajah bahagia.

Sebagai masyarakat biasa, melihat kegiatan seperti ini tentunya akan selalu disuport.

“Tentunya saya selaku masyarakat mendukung kegiatan seperti ini dan kegiatan seperti ini harus di lanjutkan dan dilaksankan setiap tahunya,” tutup Candra.