Tidak Terima HMPS Dibekukan, Mahasiswa Minta Wadek Tiga Legalkan HMPS Versi Dema Fasya

Reporter : Rizal

Editor : Amir

Kendari, Objektif.id – Puluhan mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari melakukan unjuk rasa di pelataran Gedung terpadu IAIN Kendari, Rabu 22 September 2022.

Aksi tersebut dilakukan lantaran kecewa dengan kebijakan Pimpinan Fakultas Syariah (Fasya) yang membekukan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) yang ada di Fasya.

“Demo yang kami bangun hari ini merupakan bentuk keresahan terhadap pimpinan yang ada di Fakultas Syariah terkhusus Wakil Dekan tiga,” Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) Fasya Abdul Hasib.

Ia mengatakan, keputusan yang diambil pihak Fakultas tersebut merupakan bentuk intervensi terhadap eksistensi kinerja Dema Fasya.

“Sengketa HMPS itu bisa ditangani dan diberikan solusi yang baik, tetapi Wadek tiga Fakultas Syariah selalu menginterfensi terkait bagi-bagi jabatan yang ada di Fakultas Syariah,” ucapnya.

Dimana hal itu sudah tidak bisa dicampuri oleh pimpinan Fakultas karna itu merupakan hak priogratif lembaga kemahasiswaan sesuai dengan regulasi yang telah ditentukan.

“Pasal 47 pion 5 yaitu pemilihan ketua HMPS dilaksanakan melalui mubes HMPS Fasya, yang telah ditentukan. Apa bila ketua HMPS tidak melaksanakan mubes sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, Ketua Dema Fasya memiliki wewenang untuk membentuk kepengurusan HMPS Fasya yang baru,” terangnya.

Atas insiden tersebut pihaknya menuntut Wadek tiga mencabut passing out HMPS di Fakultas Syariah, Menuntut Wadek tiga untuk mengakui legalitas HMPS yang telah disahkan oleh Dema Syariah dan Mendesak Dekan Fakultas Syariah untuk mengamanahkan Wadek tiga agar menjalankan sesuai tupoksinya.

Sementara itu, Ketua Senat Mahasiswa (Sema) Fakultas Fauzan Pandu menegaskan kebijakan Wadek Tiga untuk membekukan HMPS Fasya bukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah sengketa HMPS yang ada.

“Keputusan Wadek Tiga untuk di passing out HMPS itu bukan solusi,” tegasnnya.

Untuk diketahui, sejak Maret 2022 hingga saat ini polemeik dualisme HMPS Fasya tak kunjung mendapatkan titik terang.

Saat ini HMPS Hukum Tata Negara diketuai oleh La Ode Rahmat Fagil dan Rahmadi Nur, HMPS Hukum Perdata Islam dipimpin oleh Muhammad Rizal Rizki dan Ibnu Qoyyim dan HMPS Hukum Ekonomi Islam di nahkodahi oleh Andi Nuraeni dan Muh. Taufik Hidayat.

Mahasiswa Kembali Demo Tolak HMPS Siluman Jebolan Dema Fasya

Reporter : Hajar
Editor : Rizal

Kendari, Objektif.id – Massa aksi yang tergabung dari Aliansi Mahasiswa Bersatu (AMB) melakukan demonstrasi di depan Pelataran Fakultas Syariah (Fasya), menolak Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) versi Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (DEMA-F) Syariah yang menuntut dilegalkan oleh birokrasi Fakultas, Rabu 21 September 2022.

Massa aksi menganggap Lembaga kemahasiswaan tingkat fakultas syariah tersumbat saluran pemikirannya dalam memahami aturan main yang termaktub dalam Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) dan Pedoman Umum Kemahasiswaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari.

Gerakan aspirasi ini untuk kembali mengingatkan bahwa birokrasi fakultas jangan memberikan legitimasi pihak DEMA-F yang mengklaim diri bahwa HMPS versi mereka paling legal.

“Persoalan Dualisme HMPS ini adalah bentuk kebobrokan dari Lembaga Kemahasiswaan dan juga pihak birokrasi fakultas syariah yang tidak jelih melihat perkara masalah ini” kata Mansur selaku koordinator lapangan dalam orasinya

Permasalahan HMPS yang tidak mendapatkan titik temu sampai hari ini, itu adalah ulah DEMA-F yang begitu arogan langsung melakukan penunjukan ketua HMPS tanpa melalui proses demokrasi Musyawarah Besar (Mubes).

“Penunjukan secara definif ketua-ketua HMPS di fakultas syariah Saya ingin katakan itu cacat secara yuridis, sebab Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) landasan mereka melakukan penunjukan adalah prodak hukum siluman yang dimana pembuatan AD/ART tersebut dibuat hanya sepihak saja” tegasnya.

Menanggapi hal demikian, melalui Wakil Dekan (Wadek) 3 Bidang Kemahasiswaan sebagai perwakilan fakultas yang berdiskusi bersama massa aksi ia memberikan pernyataan secara tegas akan mengundurkan diri ketika ada pelegalan HMPS.

“Saya jamin tidak akan ada yang melegalkan HMPS versi DEMA-F ataupun versi lainnya, jika itu terjadi maka selaku wadek 3 saya akan mengundurkan diri dari jabatan yang diamanahkan hari ini,” Tutupnya.

Sampai berita ini terbit pihak Dema-F sedang tidak berada di kantor kerjanya untuk dimintai keterangan.

Makalah dan Mahasiswa, Siapa Yang Hebat?

Penulis : Muh Iqbal Ramadhan

Makalah dan mahasiswa sesuatu yang tidak pernah terlepaskan dalam dunia Kampus. Makalah adalah salah satu jenis karya tulis yang bersifat ilmiah. Dalan kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) makalah adalah karya tulis pelajar atau mahasiswa sebagai laporan hasil pelaksanaan tugas sekolah atau perguruan tinggi. Makalah memang sudah tak asing lagi bagi para pelajar.

Bagi mahasiswa makalah menjadi salah satu faktor penunjang untuk mendapatkan nilai terbaik, karena hampir seluruh program studi di Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari membuat makalah dari dosen mereka.Tetapi, secara tidak langsung dengan pembuatan makalah menjadi mahasiswa tidak berpikir kritis terhadap kemampuan intelektualnya.

Buktinya dengan hadirnya istilah kerennya Teknik Copy-Paste (Copas), hal ini yang membuat mahasiswa semakin tidak bisa mengembangkan dirinya, apalagi dalam teori menurut Jean Piaget kita harus memenuhi tiga penilaian utama dalam pendidikan yaitu Kognitif (Pengetahuan), Psikomotorik (Keterampilan) dan Afektif (Sikap).

Ketiga penilaian tersebut tidak bisa tercapai jika budaya COPAS (Copy-Paste) masih mendarah daging dikehidupan mahasiswa. Inilah yang perlu dievaluasi dalam sistem pendidikan di Perguruan Tinggi sekarang. Tujuan utama memajukan pemikiran mahasiswa tetapi malah membuat mahasiswa tidak bisa berpikir rasional.

Selain itu, dengan adanya kebiasaan ini membuat mahasiswa hanya titip nama dalam proses presentasi nanti didepan kelas, tentunya hal ini akan merugikan bagi mereka yang mengerjakan makalah tersebut dengan baik.

Salah satu Dosen IAIN mengatakan pembuatan makalah ini membuat para mahasiswa selalu berpikir instan atau tinggal tunggu jadi saja, tanpa mencari sendiri wawasan dan ilmu yang telah ada.

Oleh karena itu, kita mahasiswa yang dianggap sebagai laboratoriumnya peradaban harus selalu mencari berbagai pengalaman melalui literatur dan relasi yang baik, sehingga makalah kita yang dibuat tidak semata-mata bersifat menciplak saja, tetapi ada sumbangsih pemikiran didalamnya. Semoga kita selalu sukses dalam pemikiran.

Penulis adalah mahasiswa aktif Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidayah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FATIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari. Juga anggota aktif UKM-Pers IAIN Kendari.

Dijanji Bertahun-Tahun, Pengadaan Panggung UKM-Seni Tak Kunjung Terealisasi

Reporter : Resga

Editor : Rizal 

Kendari, Objektif.id – Janji pihak rektorat terkait pengadaan panggung permanen Unit Kegiatan Mahasiswa Seni (UKM-Seni) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari hingga kini tak terealisasi.

Hal tersebut diungkapkan Dewan Pengkaderan (DPK) UKM-Seni IAIN Kendari, Sarman Al Ausy. Ia mengatakan bahwa pada tahun 2018 birokrasi IAIN Kendari menjanjikan panggung permanen.

“Sejak tahun 2018 sudah pernah kami dijanjikan bahkan pada tahun 2017 kami buat panggung disuruh bongkar nanti dibuatkan katanya panggung permanen,” ucap Sarman Selasa 20 September 2022.

Lanjut, hingga saat ini panggung yang dijanjikan tersebut tidak dipenuhi oleh pihak birokrasi, “Tapi sampai saat ini panggung tersebut tanpa kabar,” bebernya.

Ia juga mengungkapkan UKM-Seni tak bisa terpisahkan dengan panggung. Terdapat enam bidang di UKM Seni yakni, seni tari, seni musik, seni teater, seni sinematografi, seni religi, dan seni rupa yang lazim tampil di atas panggung.

“Soal pangung pementasan, jadi tanpa pangung itu bukan UKM-Seni, kami sedikit-sedikit berkegiatan butuh pangung, sedikit-sedikit berkegiatan harus ada pangung,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Mantan Ketua Senat Mahasiswa (SEMA) IAIN Kendari itu menerangkan, selama ini pementasan UKM-Seni yang digelar di dalam kampus selalu berubah tempat dan konsep panggung karena tidak ada panggung permanen yang bisa menjadi titik fokus pementasan.

“Kendalanya sampai saat ini memang bicara masalah anggaran kita mau buat panggung yang permanen atau portabel yang bisa dibongkar baru dipasang lagi, itu kami terkendala di anggaran,” terangnya.

Sebelumnya UKM-Seni IAIN Kendari telah mendirikan panggung pementasan di sekitar gedung Pusat Kegiatan Mahasiswanya (PKM) IAIN Kendari, namun dibongkar kembali karena telah lapuk.

“Pangung pada tahun 2021 itu terbuat dari bambu itu menghabiskan anggaran 8 juta apalagi kalau kita mau bikin yang permanen,” tambahnya.

Ia berharap pihak rektorat IAIN Kendari dapat merealisasikan janjinya terkait dengan pengadaan panggung UKM-Seni IAIN Kendari, mengingat biayanya yang cukup besar dan dana Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang diberikan kepada UKM-Seni hanya cukup untuk biaya pelaksanaan program kerja organisasi.

“Kalau kita mau harapkan dana Dipa itu hanya 13 juta itu tidak cukup, mana kebutuhan lainnya, baru bicara pangung itu sedikit mahal juga belum lagi bicara masalah pekerjaan kita buat ,” terangnya.

Kelas Sosial Dunia Kampus, Adu  Prestasi atau Alis?

Oleh: IH

Belakangan ini kita digegerkan di jagad media sosial dengan fenomena dunia peralisan, video viral yang diunggah salah satu akun instagram, menjadi buah bibir sehingga menjadi konsumsi publik kita dan perbicangan hangat baik di dunia nyata dan dunia maya.

Ternyata ketidakadilan terhadap perempuan itu tetap berlanjut, salah satunya di lembaga pendidikan tinggi negeri, namun kali ini antar sesama perempuan yang tidak mengiginkan kesetaraan dan kesamaan dengan adanya Legitimasi junior  tak boleh melebihi dari senior perkara ketebalan alis.

Sebagai tradisi kampus dalam proses penerimaan mahasiswa baru akan dijemput langsung oleh senior mereka dalam meperkenalkan lingkungan budaya akademik mereka yang baru, baik penyampaian aturan yang tidak tertulis dan tertulis.

Doktrin dan mantra akan di berikan oleh senior maupun neneor. Kadangkala senior menunjukan sikap yang angkuh di hadapan maba dengan harapan agar mereka di kultuskan, di hormati dan pada akhirnya senior punya pengikut baru.

Hadirnya maba dalam kampus adalah munculnya kelas sosial akademik baru, dan tidak hadir untuk mengancam eksistensi senior, jika kamu maba di larang bertingkah laku sok belagu. Utamakan adab, wajib di bina jika tidak dibinasakan.

Bagi senior perempuan melihat mahasiswi baru yang berlebihan dandan dan make up adalah ancaman potensial bagi keeksistensinya. Dan psikologi perempuan sebenarnya tujuan dari mereka berdandan itu bukan semata mata 100 persen untuk lawan jenisnya, melainkan untuk mengesankan perempuan lainya.

Olehnya itu fenomena video dialogika junior vs senior dengan tema “Dilarang Alis Tebal” Substansinya bukan persoalan alisnya tebal, namun junior perempuan akan mendominasi lingkungan lambetura, geng dan menjadi isu perbincangan hangat bagi buaya-buaya kampus dan potensi menjadi ancaman bagi senior perempuan lainya.

Lumayan ruwet perempuan memang dan harus diakui, perempuan sulit diaturnya mereka pun diberikan alis oleh tuhan namun mereka mengubahnya bahkan menghapusnya. Dalam Islam melarang merubah ciptaan Tuhan apa yang telah di berikan-Nya tanpa membawa suatau kemanfaatan dan kebaikan itu adalah dosa.

Dunia kampus, ketika proses penerimaan mahasiswa baru, kampus tak mampu memberikan identitasnya sebagai laboratorium pemikiran, industry literasi. Sebagai contoh  pertama kita disuguhkan dengan viralnya salah satu kampus kesehatan ternama di kota Kendari, kedua kampus negeri di kendari dengan viralnya aksi goyang tik tok dan diundang salah satu stasiuan tv lokal.

Hal ini merepresentasikan bahwa kualitas pendidikan kita ikut terdegradasi di zaman dunia instrumental dan viralisme. Fenomena video viral itu  membuat ruang tontononan kita sesama perempuan saling berkelahi hanya persoalan sepele dan tidak urgen yang pada akhirnya berujung perundungan di lembaga pendidikan Indonesia.

Mestinya kampus harus menghasilkan sebuah narasi apakah itu, viralnya  aksi maba dalam orasi ilmiah, pembacaan puisi, ataupun kegiatan lainya yang positif yang berkaitan dengan literasi. Namun berbanding terbalik.

Peran Kampus dalam Membumikan Feminisme

Kita harapkan kampus dapat menjadi lokomotif dalam upaya membebaskan  perempuan dari cengkraman pasar kapitalisme, dimana perempuan dari ujung kuku sampai ujung rambut terdapat konsumsi bahan kosmetik. Dieksploitasi oleh kapitalis.Tubuh perempuan di pandang sebagai barang dagangan, sehingga definisi cantik yang di pakai oleh perempuan hari ini adalah definisi menurut pasar, glowing, mulus, rambut lurus, dan seksi. Dalam buku Dr. Irwan Abdullah yang berjudul Seks, Gender dan reproduksi Kekuasaan, “Perempuan sesungguhnya bukan hanya menghadapi musuh lama laki laki, tetapi musuh baru yang lebih perkasa, yakni kapitalisme.

Video viral tentang alis menunjukan adalah langkah awal dalam retaknya solidaritas sesama perempuan atas definisi kecantikan yang di salah artikan. Bagaimana mungkin kesetaraan sesama laki-laki dan perempuan dapat terwujud jika hanya goresan ALIS di wajah di permasalahkan.

Miskonsepsi Kecantikan

Dewasa ini pemahaman cantik (bellus:yunani) sangat dipengaruhi oleh media sosial, artis, model yang di buat oleh standard mereka seperti cantik itu kulit putih, alis yang tidak alami, glowing, bertubuh langsing, berambut lurus. Tafsiran cantik semacam ini dapat menjadi masaalah bagi perempuan di beberapa wilayah, misalnya faktor kondisi alam dan budaya dan keturunan sehingga mereka tak berkulit putih, hal ini menjadi dilema bagi kaum perempuan, memaksa mereka untuk cantik yang di pasarkan oleh industry kecantikan dan kosmetik lewat media sosial.

Persepsi kecantikan yang tidak dilihat dari aspek lahiriah saja harus segera di dekonsturksin, jika tidak dampaknya akan menimbulkan diskriminasi yang tajam dan dapat menimbulkan kebencian. Sebagai contoh perkelahian antara senior dan junior hanya persoalan alis. Sehingga definisi cantik harus mengarah pada kualitas perempuan dilihat dari pendidikanya, cerdas, dapat memberikan semangat bagi perempuan lainya, berprestasi dan anggun dalam moral. Jika definisi cantik ini menjadi kesepakatan masyarakat maka bagi kalangan masyarakat kalangan bawah akan mempercantik dirinya, yang selama ini cantik di identikan mahal butuh materi.

Perempuan Inspirasi  bagi  Sesama  Perempuan

Banyak tokoh dunia perempuan  yang menjadi panutan seperti Margaret Teacher di Inggris, Indhi Gandhi di India, yang mampu memposisikan dirinya sebagai wanita cerdas, menggali potensi dirinya ada kekuatandan kecerdasan yang menjadi sentral dalam kehidupan manusia, di rumah tangga, industry, agama dan politik, perempuan dapat berperan baik di organisasi, pemerintah dan memimpin.
Di abad sekarang ini hampir sulit  menemukan sosok perempuan inspirasi yang dapat mengangkat derajat perempuan.

Lihatlah Raden Ajeng Kartini Pensilnya ia gunakan untuk menulis surat perlawanan, terbitlah buku dengan judul habis gelap terbitlah terang, beda halnya Si pirang beralis tebal. Mengangkat pensilnya ke muka buka di kertas hasilnya adalah bukan surat perlawanan namun video viral tak berkualits. Bahkan ironisnya sesama perempuan tidak saling menguatkan dan mensupport  khusunya di bidang pendidikan. Mempermalukan institusi pendidikan dengan persoalan make up yang bukan tradisi dari mahasiswa yaitu, buku diskusi dan aksi.

Penulis sangat menyangkan sebagian mahasiswa baru mengganggap kampus adalah ajang adu fashion dan model dan gaya-gayaan, bukan malah sebaliknya kampus dijadikan arena pertarungan ide dan gagasan yang membawa kebermanfaatn umat.

Apakah akan terjadi emansipasi wanita jika make up 5 kali sehari dan mengupload 5 kali sehari sebagai instant story? Saya pikir tidak. Kurangi mendempul wajah, isi otakmu dengan referensi literasi. Akhir kata penulis ingin mengutik dari kalimat bijak “jika ingin melihat kualitas peradaban pada suatau wilayah maka lihatlah bagaimana kesehjateraan dan kualits perempuanya”.

Solusi dari penulis kampus memang tidak etis apabila membuat sebuah aturan berapa meter dapat mencoret alis, namun perlu di bangun kesadaran dari paham alisnisasi agar tidak ekstra-tebal. Dan perlunya dari pihak senior apabila menegur adik juniornya tidak di khalayak umum lebih cenderung mempermalukan dari pada menasehati kesalahanya agar tidak mengullangi nya lagi. Tegurlah mereka di tempat sepi ajak mereka biacara 4 mata, atau sms tegur secara halus berikan pendekatan humanis, namanya juga mahasiswa tebal alis (Maba) Panjang umur dunia peralisan.

Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FATIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari.

Pendekar HMI Dari Mazhab Ciputat

Oleh : Yusran Darmawan

Mulanya dia diajak masuk Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Namun, dia lebih memilih gabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dia pun pernah menjadi demonstran yang pernah dikejar-kejar aparat.

Hingga takdir mengantarkannya pada titian sejarah sebagai muadzin bangsa yang penuh integritas. Dia seorang ilmuwan yang tak hanya tekun menuliskan data sejarah, tetapi juga punya suara jernih yang menembus hingar-bingar suara-suara di pemerintahan.

Dia, Azyumardi Azra.

Tahun 1975, dia bertolak meninggalkan Pelabuhan Teluk Bayur, Padang. Dia menuturkan bagaimana lagu tentang Teluk Bayur itu terus mengiang di benaknya. Dia ke Jakarta untuk mendaftar di kampus IAIN.

Otaknya memang encer. Dia tak perlu tes untuk masuk di kampus Islam terbesar di ibukota. Di masa itu, gerakan mahasiswa sedang dipenuhi gelora perlawanan. Pemerintah merepresi mahasiswa karena banyaknya keterlibatan dalam politik praktis.

Saat itu, Azra kerap memimpin demonstrasi mahasiswa Ciputat. Dia memprotes kebijakan pemerintah yang hendak memasukkan para penganut aliran kepercayaan ke dalam haluan negara atau GBHN.

“Saya dikejar-kejar hingga sembunyi,” kata Azra dalam wawancara di kanal Youtube milik Jajang Jahroni. Dia menyaksikan gurunya, Profesor Harun Nasution digebuk aparat. Beberapa dosen ikut digelandang aparat.

Azra memiih untuk tetap berlari dan sembunyi. Dalam pelariannya, dia diminta pamannya untuk menemui seorang militer asal Pariaman bernama Letkol Anas Malik. “Daripada kamu dicari-cari terus, lebih baik temui dia. Minta perlindungan,” kata pamannya.

Beruntung, Letkol Anas Malik siap memberi jaminan. Namun, Azra tetap menjadi wajib lapor. Saat itu, dia merasa perlu untuk bergabung di organisasi ekstra kampus.

Seorang mahasiswa asal Padang Bernama Uda Risman mengajaknya gabung di IMM. Uda Risman adalah putra pemiik warung Padang di sekitaran Ciputat.

Uda Risman merupakan putra dari pengusaha warung Padang. Alasannya mengajak Azra bergabung di IMM terbilang sederhana. Sebab di organisasi mahasiswa Muhammadiyah itu banyak orang Padang yang bergabung. “Kalau kamu ada yang gangguin, siapa yang bela kamu,” kata Azra menirukan.

Meski ditawari gabung IMM, Azra justru memilih bergabung di Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI. Ia ikut maperca pada 1977. Di HMI, kariernya terus meroket.

Mulanya dia mengurus bulletin. Setelah itu, dia memimpin Departemen Penerangan di HMI. Hingga akhirnya dia menjadi Ketua Umum HMI Cabang Ciputat. Di masa menjabat, dia menjalin relasi dengan Din Syamsuddin yang menjadi Ketua Umum IMM. Juga dengan Suryadharma Ali yang memimpin PMII.

Namun secara intelektual, Azra meniti di jalan yang diretas oleh seniornya di HMI yakni Nurcholish Madjid yang kerap disapa Cak Nur. Di masa itu, Nurcholish ibarat matahari intelektual yang menyengat banyak anak-anak muda.

Nurcholish adalah tipe cendekiawan yang bicara apa adanya. Kejujuran dan kejernihan intelektualnya sering disalahpahami oleh banyak kalangan. Nurcholish menjadi ikon dari kecendekiawanan yang tumbuh dari HMI, serta ekosistem intelektual di Ciputat.

Sebagai matahari, Nurcholish menarik banyak pihak untuk mengitarinya, baik di HMI maupun kampus IAIN Ciputat. Di antara banyak sosok, nama Azyumardi Azra dan Komaruddin Hidayat menjadi sosok yang paling menonjol.

Mereka produktif dalam mengisi wacana di berbagai media. Mereka menulis artikel, hadir dalam berbagai diskusi, serta mewarnai kajian-kajian keislaman.

Nurcholish selalu berbicara tentang Islam dan peradaban, Komaruddin Hidayat sering membahas wacana tasawuf, sedangkan Azra menggali kearifan para ulama Nusantara yang dahulu menjadi jejaring untuk menyebarkan pemikiran keislaman.

Para aktivis HMI di Ciputat memberi julukan pada ketiganya sebagai peletak Mazhab Ciputat. Ketiganya adalah para pendekar HMI.

Nama mereka juga ditulis dalam daftar paling atas buku berjudul “Dekonstruksi Islam Mazhab Ciputat” yang ditulis Fachry Ali, Kautsar Azhari Noer, Budhi Munawar Rahman, Saiful Muzani, Hendro Prasetyo, Ihsan Ali Fauzi dan Ahmad Sahal.

Jejak Azra di jalur intelektual terus bergerak. Dia belajar ke Amerika Serikat untuk menjadi sejarawan Islam yang menekuni kajian Asia Tenggara. Dia produktif menulis artikel, buku, dan makalah.

Pemikirannya tentang jaringan Islam Nusantara menjadi karya penting yang membentangkan bagaimana jejaring para ulama yang secara brilian telah menyebarkan ide-ide keislaman hingga berbagai penjuru Nusantara. Dia mengajarkan, keindonesiaan adalah hasil dari dialog-dialog kebudayaan yang di masa lalu telah mempertemukan para ulama dalam satu jejaring kuat.

Azra berbicara tentang Islam Nusantara, jauh sebelum kalimat itu menjadi slogan dari pemerintah dan ormas di masa kini. Azra selalu menekankan pentingnya Islam wasatiyah atau Islam jalan tengah, yang diharapkan bisa menjadi pilihan terbaik di tengah bangsa Indonesia yang majemuk.

Tak cuma bicara sejarah, Azra juga selalu membahas isu-isu kebangsaan yang actual. Di berbagai media, dia sering berbicara tentang korupsi serta pentingnya integritas. Dia pun menjadikan integritas sebagai napas dari semua gerak langkahnya di jalur akademisi yang mempertemukannya dengan banyak politisi.

Dia seteguh karang yang berani menarik jarak dari para politisi. Dengan cara itu, dia bisa lebih kritis dan tidak ada beban saat mengingatkan pemerintah untuk tetap berada di aras kebangsaan dan pengabdian pada rakyat.

Baginya, kebangsaan adalah sesuatu yang sudah selesai. Islam tidak perlu dipertentangkan dengan kebangsaan, sebab cinta tanah air adalah ekspresi dari keimanan.

Dia pun percaya, kemajuan Indonesia adalah kemajuan umat Islam. Sebab umat Islam adalah pihak mayoritas yang mengisi semua lini. Kemajuan itu adalah kerja bersama semua kalangan, di mana spirit Islam mengisi semua ruang-ruang kebangsaan.

Dia pun meninggalkan warisan berharga berupa buah-buah pemikiran. Dalam perjalanan ke Malaysia, dia mempersiapkan makalah yang isinya adalah summary atau intisari pemikirannya tentang keislaman.

“Kebangkitan peradaban juga memerlukan pemanfaatan sumber daya alam secara lebih bertanggung jawab. Sejauh ini, kekayaan alam di Indonesia dan agaknya juga di Malaysia cenderung dieksploitasi secara semena-mena dan tidak bertanggung jawab,” tulisnya.

Dia meminta agar kaum Muslimin perlu memberi contoh tentang penerapan Islamisitas atau nilai-nilai Islam secara aktual dalam penyelamatan alam lingkungan dan sumber daya alam.

Di titik ini, dia ingin kaum Muslim memperkuat integritas diri pribadi dan komunitas, sehingga dapat mengaktualkan Islam rahmatan lil’alamin dengan peradaban yang juga “menjadi blessing bagi alam semesta.”

Kini, muadzin bangsa itu telah pergi. Kita hanya bisa mengenang dan mencatat semua warisan berharganya untuk Indonesia. Kita mengenang dirinya sebagai sosok yang selalu ingin mengajak bangsa untuk selalu kembali ke jalan yang lurus.

Selamat jalan.

Artikel ini pertama kali diangkat oleh http://www.timur-angin.com/2022/09/pendekar-hmi-dari-mazhab-ciputat.html#

Diklatsar Jurnalistik Pers IAIN Kendari Ditutup, 33 dari 96 Pendaftar Dinyatakan Lulus

Repoter : Asrina
Editor : Redaksi

Kendari, Objektif.id – Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) Jurnalistik ke-22 oleh UKM Pers IAIN Kendari yang diselenggarakan sejak 15 September resmi ditutup. Penutupan berlangsung di Pelataran Kantor UKM Pers IAIN Kendari, Minggu 18 September 2022.

Diklatsar yang mengusung tema “Membumikan Gerakan Sehat Nalar Persma, Menjawab Fragilisasi Literatur di Era Distrupsi’ ini meluluskan sebanyak 33 dari 96 pendaftar.

Ketua Panitia, Harpan Pajar mengungkapkan, terdapat beberapa ketentuan dan persyaratan agar bisa dinyatakan lulus, diantaranya mengikuti rangkaian kegiatan dari awal sampai akhir.

“Untuk lulus, kami punya syarat dan ketentuan, seperti peserta harus mengikuti Diklatsar ini dari awal sampai akhir, dan lainnya yang menjadi aturan kami,” ungkapnya.

Harpan berharap, semua yang lulus ke depan dapat mengembangkan UKM Pers hingga mengikuti program magang dan menjadi penerus yang dapat diandalkan.

“Semoga 33 orang itu ke depan akan lanjut magang dan menjadi angkatan yang solid dan bertanggung jawab,” pungkas Harpan.

Senada dengan itu, Ketua Umum UKM Pers IAIN Kendari, Arini Triana Suci juga berharap, antusisme anggota baru yang telah dilantik dalam cinta literasi tidak pudar.

“Semoga antusiasme anggota baru tidak pudar dan tetap komitmen untuk sama-sama kembangkan organisasi yang kita cintai ini” singkat Arini.

Gelar Dikdas ke-23, UKM Seni IAIN Kendari Lahirkan 59 Seniman Kampus

Reporter : Muhammad Arya Saputra
Editor : Asrina

Kendari, Objektif.id – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari sukses menyelenggarakan Pendidikan Dasar (Dikdas) ke-23. Sebanyak 59 Anggota baru resmi bergabung sebagai angkatan baru dalam kegiatan tersebut.

Kegiatan yang diselenggarakan di Agrowisata California Cialam, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) itu mengusung tema ‘Sun Flower’ dan berlangsung selama empat hari dari tanggal 15 hingga 18 September 2022.

Sekertaris Umum UKM Seni, Nandah mengatakan, pada Dikdas kali ini ada sebanyak 59 Anggota baru yang secara resmi bergabung sebagai anggota angkatan 23 UKM Seni IAIN Kendari. Dengan bergabungnya anggota baru ini merupakan spirit baru bagi UKM Seni.

“Dengan bergabungnya anggota baru ini tentu menjadi spirit baru bagi UKM Seni, karena pertama sesuai dengan harapan-harapannya kita untuk merekrut itu bisa dicapai kemudian akan banyak program bagus yang nanti melibatkan anggota-anggota baru,” kata Nandah, Senin 19 September 2022.

Nandah berharap, anggota baru bisa menjadi regenerasi selanjutnya untuk UKM Seni, kemudian aktif dan fokus terhadap kekaryaan mereka.

“Tentu saja pertama untuk anggota baru bisah menjadi regenerasi selanjutnya untuk UKM Seni IAIN Kendari, kemudian aktif dan fokus terhadap kekaryaan mereka,” harap Nandah.

Untuk diketahui, UKM Seni merupakan salah satu organisasi internal yang terdapat dilingkup IAIN Kendari. UKM Seni memiliki enam apresiasi seni yakni seni tari, seni musik, seni teater, seni sinematografi, seni religi dan seni rupa.

Viral, Video Adu Mulut Junior dengan Senior Persoalan Alis

Reporter : Andi Ardian Dwi RahmatE

Editor : Redaksi

Kendari, Objektif.id – Bereder video yang berdurasi 26 detik yang mempertontonkan seorang mahasiswa senior di salah satu kampus di Kendari sedang beradu mulut dengan juniornya hanya kerena persoalan alis.

Video tersebut pertama kali diunggah oleh akun instagram @Sultra24jam dan Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun oleh objektif.id bahwa mahasiswa tersebut adalah Wanita berinisial A (18), mahasiswi semester 3 jurusan kebidanan di salah satu kampus kesehatan di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Dilansir dari Kendariinfo, A membenarkan bahwa ia telah di-bully oleh seniornya pada awal Agustus 2022 lalu karena persoalan alis. Meski terjadi pada Agustus lalu, namun video tersebut baru viral hari ini, Kamis (15/9/2022).

A pun membenarkan Video Tersebut bahwa saat di-bully ia membantah seniornya. Ia melakukan hal demikian dikarenakan senior nya juga memakai pensil alis.

“Di situ (video yang beredar) memang saya akui, saya di situ salah, membantah. Tapi alasan saya membantah di situ karena saya bingung, mereka ini yang tegur saya bahkan pakai alis juga,” kata A kepada Kendariinfo melalui sambungan telepon.

A membeberkan, bahwa ia tidak mengetahui siapa nama-nama seniornya yang telah mem-bully-nya. Akan tetapi, ia hanya mengetahui kelas seniornya di kampus tersebut.

“Banyak, saya kurang tau siapa nama-namanya. Saya tidak tahu berapa pastinya tapi ada beberapa circle. Kelasnya saya tahu, seniorku,” bebernya.

Dia menyebut, teman-temannya yang lain banyak yang menggunakan pensil alis namun tidak di tegur dan di rekam. Walhasil, ia pun membantah arahan seniornya.

“Bahkan teman-temanku juga yang lain juga pakai alis tapi tidak ada itu sampai mau dimasuki sebegitunya, sampai di video-video sampai dilabrak seperti itu,” lanjutnya.

A pun kaget saat mengetahui bahwa dirinya viral di media sosial. A mengaku awalnya tak tahu siapa yang memviralkan video itu. Setelah mencari tahu, ternyata seniornya sendiri yang memviralkan video tersebut.

“Saya juga nda ada niatan mau kasih viral itu videoku, tapi tiba-tiba tadi baru bangun, saya cek ternyata viral ini video. Saya tidak tahu siapa yang viralkan. Tapi saya cari tau ternyata senior saya sendiri yang viralkan,” ungkapnya.

Para senior pun mengelak dengan membahas video A yang ada di akun TikTok. Padahal menurutnya, dia tidak pernah menyebutkan nama kampus di video yang diunggah di TikTok.

“Tapi mereka mencoba membela dirinya dengan alasan karena ada videoku yang lain, video privasiku, ada videoku yang di TikTok. Untuk alasannya lebih kuat,” kata dia.

A mengatakan, tidak pernah melapor ke kampus. Namun, pihak kampus sudah mengetahui video tersebut hari ini karena viral di media sosial.

“Baru tahu sekarang, karena selama ini saya tidak pernah melapor di kampus,” pungkasnya.

Jadi Narasumber Diklatsar Jurnalistik UKM-Pers IAIN Kendari, Ketua SMSI Sultra Bahas 10 Elemen Jurnalistik

Repoter : Dila Lestari
Editor : Rizal

Kendari, Objektif.id- Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) Gugus Suryaman bawakan materi 10 Eleman Jurnalistik pada Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) Jurnalistik Unit Kegiatan Mahasiswa Pers (UKM-Pers) ke-22 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari di Auditorium IAIN Kendari, Kamis 15 September 2022.

Pada moment itu, ia menjelaskan tentang sepuluh elemen jurnalistik yang menjadi dasar utama atau landasan dalam ilmu jurnalistik. Sepuluh elemen jurnalistik yakni Jurnalisme mengutamakan kebenaran, Loyalitas utama kepada publik, Esensi jurnalistik adalah verifikasi.

Jurnalisme harus memantau kekuasaan, Jurnalisme sebagai forum publik, Jurnalisme harus memikat dan relevan, Berita harus proporsional dan komprehensif, Jurnalis harus mendengarkan hati nurani serta Hak dan kewajiban dalam sebuah berita.

Dia juga menambahkan bahwa sepuluh elemen jurnalistik tersebut merupakan dasar utama dalam ilmu jurnalistik yang harus di imani sebagai bentuk tanggung jawab moral seorang jurnalis.

“Sepuluh elemen jurnalistik itu dalam bahasa agamanya bagaikan rukun iman. Jadi kita harus imani sebagai bentuk tanggung jawab moral sebagai seorang jurnalis,” ungkapnya.

Selain itu, dia juga mengungkapkan rasa bangganya terhadap UKM-Pers IAIN Kendari yang masih terus eksis hingga saat ini dan telah menjadi corong informasi yang baik dan benar bagi publik terutama di kalangan mahasiswa.

“Saya bangga ternyata UKM Pers-IAIN Kendari ini masih eksis dan menjadi corong informasi yang baik dan benar bagi publik utamanya di kalangan mahasiswa itu sendiri, ini yang paling kami harapkan di tengah gempuran informasi dan banyaknya media publik yang agak susah di percaya,” Lanjutnya.

Gugus sapaan akrabnya, mengaku sangat senang diundang untuk menjadi pemateri pada kegiatan Diklatsar UKM-Pers IAIN Kendari. sebab ruang diskusi seperti inilah momentum berbagi ilmu dan pengalaman terkait dunia jurnalistik.

“Saya senang karna ternyata teman-teman UKM-Pers IAIN Kendari ini mengharapkan interaksi dengan kita-kita yang sudah duluan atau senior untuk berbagi pengalaman dan wawasan yang kami miliki,” ungkapnya.

Dia berharap melalui kegiatan Diklatsar ini calon anggota UKM-Pers IAIN Kendari nantinya dapat menjadi seorang jurnalis yang menyebarkan informasi dan berita-berita postif yang tidak menyesatkan, namun tetap kritis dan menyuarakan idealismenya.

“Yang paling penting adalah saya berharap agar mereka menjadi penyebar informasi dan berita-berita positif dan tidak menyesatkan, tentu saja kritis dan menyuarakan idealisme. Harus menjadi agen informasi yang baik,” Pungkasnya.

FEBI IAIN Kendari, Latih Mahasiswa Tingkatkan Kualitas Penelitian

Reporter: Renaldi Rausan
Editor: Slamet F.

Kendari, Objektif.id- Program Studi (Prodi) Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari menyelenggarakan kegiatan pelatihan Enumerator dan Model Cibest, sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas penelitian mahasiswa, pada Kamis, 15 September 2022.

Kegiatan ini di laksanakan di Gedung Aula Mini IAIN Kendari dengan menghadirkan narasumber Irfan Syauqi Beik, M.Sc., Ph.D, yang merupakan dosen Ilmu Ekonomi Syariah di Institut Pertanian Bogor (IPB).

Pantauan di lokasi, kegiatan ini diikuti oleh seluruh civitas akademika  di lingkup Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Kendari, dengan rincian 10 dosen dan 60 mahasiswa.

Kepala Program Studi (Kaprodi) Ekonomi Syariah, Abdul Wahid Mongkito mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan program kerja dari prodi Ekonomi Syariah, dan bertujuan untuk menambah pengetahuan baru dari berbagai aspek di bidang ilmu penelitian.

“Kegiatan ini adalah program kerja dari Prodi  Ekonomi Syariah  FEBI IAIN Kendari dalam hal menambah keilmuan khususnya dalam ilmu Ekonomi Syariah dan mau memperbanyak ilmu penelitian baru, baik dari judul dan tema nya,” katanya.

Dia juga berharap bahwa setelah kegiatan ini, dosen-dosen Febi bisa menguasai ilmu penelitian ini dengan baik dan materi ini bisa di terapkan terhadap mahasiswa dengan baik juga nantinya.

“Sebagimana tujuan kegiatan, saya berharap dosen-dosen bisa menguasai ilmu penelitian yang di berikan hari ini dan bisa membimbing mahasiswa dengan baik menggunakan materi ilmu penelitian ini” harapnya.

Pemateri kegiatan, Irfan Syauqi juga berharap para peserta di kegiatan ini bisa memahami konsep ilmu yang telah di paparkan dan dapat mempraktikkannya di berbagai lini.

“Saya berharap agar teman – teman  peserta dapat memahami konsep Model Cibest dan bisa juga bisa mempraktikan dalam berbagai lini, misalnya dalam riset-riset, dalam advokasi kebijakan.” tukasnya.

Sebanyak 35 Peserta Ikuti Diklat Jurnalistik UKM Pers IAIN Kendari

Reporter : Andi Ardian Dwi Rahmat
Editor : Slamet F.

Kendari, Objektif.id- Unit Kegiatan Mahasiswa Pers (UKM-Pers) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari menyelenggarakan Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) Jurnalistik ke-22 pada tanggal 15-18 September 2022.

Kegiatan ini akan di laksanakan di dua tempat, yaitu di auditorium IAIN Kendari dan wisata permandian Boro-Boro, dengan diikuti oleh 35 peserta yang berasal dari berbagai macam jurusan yang ada di IAIN Kendari.

Adapun tema yang diangkat pada kegiatan ini yaitu “Membumikan Gerakan Sehat Nalar Persma, Menjawab Fragilisasi Literatur di Era Disrupsi”, dengan optimisme akan melahirkan kader jurnalis mahasiswa yang milenial.

Ketua Umum UKM-Pers IAIN Kendari, Arini Triana Suci Rahmadani mengatakan semoga nantinya para calon kader baru bisa mengambil ilmu dari pendidikan ini dan dapat di terapkan di waktu yang akan datang sebagai pers mahasiswa.

“Ditargetkan calon anggota baru UKM-Pers ini bisa terima ilmu yang bermanfaat yang nantinya bisa diaktualisasikan,” katanya, Kamis 15 September 2022.

Selain itu dia juga berharap diklatsar ini bisa menjadi wadah perkenalan dan silaturahmi untuk mempererat tali persaudaraan antar mahasiswa, baik mahasiswa baru angkatan 2022 maupun angkatan yang diatasnya.

“Semoga kegiatan yang kita lakukan ini bisa jadi ajang silaturahmi antar sesama mahasiswa IAIN Kendari, baik itu teman-teman angkatan 2020 hingga mahasiswa yang baru memasuki dunia kampus,” harapnya.

Perwakilan Dewan Pembina Organisasi, Supriyadin Tungga berharap agar para pengurus UKM-Pers IAIN Kendari agar bisa terus berbenah dan bisa untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada kegiatan kali ini supaya lebih baik kedepannya.

“Harapannya apa yang menjadi kekurangan hari ini jika kita menilai masih ada yang kurang dan bisa menjadi pembelajaran pengurus siapapun ketua umumnya, semangat kepada ukk ukm agar terus melakukan yang terbaik begitupun sebaliknya.” tukasnya.

Bentuk Karakter Mahasiswa, Dema Fuad Siap Laksanakan LKM

Reporter : Nining Astuti

Editor      : Al-izar

Kendari, Objektif.id – Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, melaksanakan kegiatan Sosialisasi Latihan Kepemimpinan Mahasiswa (LKM) bagi Mahasiswa Bara (MABA). Senin, 12/09/2022.

Kegiatan itu dilaksanakan di Aula mini Fuad dengan mengangkat tema ” Lead Your Self To Be A Great Leader (yang muda yang memimpin).

Ketua panitia, Laode Muh. Fasril saat diwawancarai melalui via WhatsApp mengatakan, Bahwa tujuan diadakannya kegiatan itu sebagaimana untuk membentuk karakter Mahasiswa, sehingga mempunyai jiwa kepemimpinan.

“Karena mereka adalah generasi yang akan memimpin kedepannya, jadi kami adakan kegiatan semacam ini untuk wadah mereka bisa berproses, Tuturnya.

Lanjut, dia mengatakan, Adapun yang berpartisipasi dalam kegiatan ini, yakni seluruh pengurus Dema karena ini merupakan program kerja dari Dema Fuad sendiri, kemudian seluruh Maba Fuad 2022.

Dia juga menambahkan, meski ada beberapa kendala dalam sosialisasi tersebut nampak para peserta tetap antusias dalam mengikuti sosialisasi itu, dan siap untuk mengikuti kegiatan.

“nampak mereka sangat antusias dalam menyambut kegiatan, karena setelah dilaksanakan sosialisasi pada sore dini hari tadi. Ada seputar tanya jawab mengenai keluhan dan kendala mereka, tetapi sudah selesai dan mereka siap mengikuti kegiatan”. Lanjutnya.

Ia pun berharap kegiatan seperti tetap untuk terus berjalan, dan bisa dilanjutkan pengurus Dema berikutnya.

“semoga dengan adanya kegiatan ini dapat terus berkelanjutan sampai kedepannya, dan diteruskan oleh pengurus berikutnya”. Harapnya.

Edukasi Peran Pers Mahasiswa, UKM-Pers IAIN Kendari Gelar Diskusi Publik

Reporter : Slamet
Editor : Redaksi

Kendari, Objektif.id – Unit Kegiatan Mahasiswa Pers (UKM Pers) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari menggelar Diskusi Publik dengan tema “Analisis Kritis : Pers Mahasiswa dalam Membangun Karakter Publik” yang di laksanakan di warung kopi (warkop) Bamboe Tiga yang terletak di kota Kendari pada Sabtu, 10 September 2022.

Selain anggota Ukm-Pers sendiri, diskusi ini juga di hadiri oleh organisasi internal dan eksternal di lingkup kampus IAIN Kendari dengan menghadirkan Jurnalis sultrademo.co, Muh. Sulhijah sebagai pemantiknya.

Ketua Umum UKM-Pers IAIN Kendari, Arini Triana Suci Rahmadani mengatakan bahwa pemberitaan yang di buat oleh pers mahasiswa juga cukup berpengaruh dalam menggiring opini di masyarakat umum.

“Peran Pers Mahasiswa sangatlah fatal dalam memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat, Sebab setiap pemberitaan yang disampaikan teman teman Pers Mahasiswa sedikit banyaknya pasti akan mempengaruhi opini publik,” katanya.

Menurutnya opini publik akan membentuk stigma publik dan stigma publik akan menjadi ideologi publik sehingga pelan pelan itu akan menjadi karakter publik.

Dia juga mengatakan bahwa karena pengaruh pemberitaan dari pers mahasiswa yang begitu signifikan, jadi baik atau buruknya kualitas masyarakat bisa tergantung dari pemberitaan yang di sampaikan.

“Kalau informasi yang kita sampaikan itu berkualitas maka publik juga akan berkualitas begitupun juga sebaliknya,” sambungnya.

Di tempat yang sama, Muh. Sulhijah mengatakan bahwa pers mahasiswa merupakan sebuah instrumen perjuangan, jadi mereka akan memberitakan kampus secara netral, yaitu dari sisi baik maupun sisi buruknya, karena itu merupakan ideologi dari pers mahasiswa sendiri.

“Pers Mahasiswa itu bukan humasnya kampus, tetapi Pers Mahasiswa merupakan alat perjuangan mahasiswa, Ideologi Pers Mahasiswa adalah idealismenya, sebab Infomasi yang diberikan Pers Mahasiswa adalah wujud perjuangan,” tukasnya.

Tingkatkan Penguatan Mahasiswa KIP, IAIN Kendari Gelar Workshop Moderasi Beragama 

 

Reporter : La Ode Sultan Mahmud

Editor : Andika

 

Kendari, Objektif.Id – Pengelola penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari mengadakan kegiatan Workshop bertema “Penguatan moderasi beragama” yang dilaksanakan di Gedung Auditorium IAIN Kendari, Kamis 8 September 2022.

 

Dalam kegiatan ini, dihadiri oleh Rektor IAIN Kendari, Wakil Rektor III, serta tiga pemateri hebat yakni H. Akhmad Al Jufri (Pimpinan wilayah Muhammadiyah Sultra), Drs. KH. muslim, M. Si (Ketua PW NU Sultra), dan AKBP Dr. Sutadi M.Pd (Polda Sultra).

 

Amin Nasir selaku Ketua Panitia mengatakan, tujuan dalam mengadakan kegiatan Workshop ini adalah memberikan penguatan moderasi beragama bagi penerima KIP angkatan 2020 dan 2021.

 

“Kegiatan ini bukan hanya sekedar mendapatkan KIP, tapi tetap kami kawal juga dengan pembinaan-pembinaan, baik itu pembinaan terkait dengan penguatan moderasi beragama, pembinaan keterampilan, ilmu pengetahuan dan lain-lain,” Ucapnya.

 

Dirinya berharap seminar penguatan moderasi beragama yang digelar sekali dalam setahun ini bisa ditingkatkan agar kedepannya lebih baik lagi.

 

“Kegiatan-kegiatan yang seperti ini harus perlu dilaksanakan malah kalau perlu di tingkatkan, bisa dalam setahun sekali atau kedepannya kita bisa tingkatkan dua kali setahun”.Harapnya.

 

Rektor IAIN Kendari, Faizah Binti Awad, berharap mahasiswa penerima KIP Kuliah dalam moderasi beragama kita harus saling menghargai terhadap sesama.

 

Orang nomor satu di IAIN Kendari mengajak mahasiswa agar menjadi corong moderasi beragama di Indonesia terkushusnya di Sulawesi Tenggara (Sultra) terutama di lingkup IAIN Kendari.

 

“Mari kita sama-sama menjadi corong sebagai orang-orang yang memiliki moderasi beragama di Indonesia terkushusnya di Sulawesi Tenggara (Sultra) terutama di lingkup IAIN Kendari “. Tukasnya