KPI IAIN Kendari Jalin Keakraban Dengan Mahasiswa Baru

Reporter : Nini Sasmitha
Editor : AI

Konsel, Objektif.id – Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari sukses gelar kegiatan Bina Akrab bersama mahasiswa baru angkatan 2022, Program Studi (Prodi) KPI, Minggu 25 September 2022.

Kegiatan yang diselenggarakan di Agrowisata California Cialam, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) Sulawesi Tenggara (Sultra) tersebut mengusung tema ‘Menumbuhkan Keakraban dan Mempererat Solidaritas menuju Mahasiswa KPI yang Berkarakter dan Bertanggung jawab’.

Pantauan Objektif.id di lokasi kegiatan ini  di hadiri langsung oleh Ketua HMPS KPI Ulfah Ghoziah Tsabitah beserta jajarannya , Direktur komvistik Defri Zainun beserta jajarannya dan mahasiswa baru Prodi KPI angkatan 2022.

Ketua Panitia Julia Indah Karina mengatakan dengan adanya Bina Akrab ini nantinya keluarga besar  Komunikasi dan Penyiaran Islam agar tetap terjaga rasa kesolidaritasannya .

“Harapan pribadi dari saya yaitu bagaimana nantinya kita menumbuhkan rasa solidaritas dan kekeluargaan sesama warga KPI,” ungkapnya.

Selain itu dia juga menginginkan seluruh mahasiswa baru KPI  yang bertanggung jawab, kompeten dan berkarakter.

Hal senada juga disampaikan Ketua HMPS KPI Ulfah Ghoziah Tsabitah, ia mengatakan agar mahasiswa komunikasi dan penyiaran islam dapat menjadi orang yang lebih bertanggung jawab atas sikapnya.

“Seluruh mahasiswa KPI bisa lebih dekat & solid dalam segala aspek kegiatan di Himpunan Mahasiswa KPI IAIN Kendari, agar tidak ada lagi sekat yang ada dalam prodi KPI IAIN Kendari, terkhusus bagi Mahasiswa Baru KPI angkatan 2022,” bebernya.

Selain itu, Lanjut Ulfah Ghoziah Tsabitah melalui kegiatan ini mahasiswa baru yang mengikuti Bina Akrab ini dapat mengetahui adab terhadap dosen maupun yang lebih tua, serta dapat memfilter sikap-sikap kurang baik dan dapat mengubah sikap tersebut menjadi sikap yang lebih membangun & bertanggung jawab atas sikapnya tersebut.

Abdi salah satu peserta mengaku, setelah mengikuti Bina Akrab bisa lebih akrab dengan rekan-rekan seangkatatannya bakhan kakak kelas Prodi KPI.

“Setelah saya mengikuti kegiatan bina akrab ini saya  dapat mengenali beberapa senior senior dan lebih dekat kepada teman teman saya dan saya rasa dengan adanya kegiatan bina akrab ini dapat memperkuat tali persaudaraan kepada senior dan junior di jurusan KPI,” ujar Abdi.

Jadi Pemateri LKM Fuad, Anggota DPRD Konkep Apresiasi Kinerja Kelembagaan

Editor: Akmal

Reporter: Arya

Kendari, Objektif.id, – Latih kepemimpinan mahasiswa Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (Fuad) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari gelar Latihan Kepemimpinan Mahasiswa (LKM).

Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari, yakni 23 s/d 25 September 2022, bertempat di Gedung Auditorium IAIN Kendari dan Wisata California, Kecamatan Konda, Konawe Selatan.

Ketua Panitia, Fazril mengatakan bahwa tujuan diadakannya kegiatan ini yaitu untuk melatih kepemimpinan mahasiswa Fuad IAIN Kendari sehingga mampu menjadi pemimpin kelak.

“LKM itu sendiri yakni, untuk melatih kepemimpinan dan menciptakan karakter mahasiswa Fuad untuk kepempimpinan yang lebih baik,” kata Fazril. Jum’at, (23/9/2022).

Sementara itu, Dr. Muh. Iksan S.Ag M.Ag selaku, Wadek III Fuad menuturkan tanggapannya terkait diadakannya kegiatan tersebut.

“Saya mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Dema Fuad karena ini adalah upaya untuk kemudian menanamkan nilai-nilai kepemimpinan”, ungkapnya.

Apresiasi atas dilaksanakanya kegiatan ini tak hanya datang dari Wadek III Fuad IAIN Kendari, Arman S.Pd.I yang merupakan mantan Presma STAIN Kendari periode 2012-2013 sekaligus anggota DPRD Konawe Kepulauan turut memberikan apresiasi atas terlaksananya kegiatan ini.

“Saya sangat apresiasi karena memang kegiatan ini sangat membantu baik itu internal kepengurusan maupun mahasiswa di IAIN Kendari dalam peningkatan kapasitas maupun kualitas mahasiswa kita karena memang dalam sebuah organisasi ini untuk perlu ada pembekalan yang kita lakukan,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia berharap bahwa setelah diadakannya kegiatan ini, mahasiswa dapat mengaplikasikan serta mempersiapkan diri sebagai seorang calon pemimpin kedepannya.

“Kita akan selesai dan akan menjadi salah satu tridarma perguruan tinggi lapisan pengabdian. Yang akhirnya kita berbicara tentang pengabdian masyarakat. Sekira harapan saya dengan materi-materi tadi yang telah disampaikan mudah-mudahan menjadi bekal teman-teman berproses di dunia kampus kemudian setelah selesai nanti kelak akan menjadi sarjana seperti itu”, ujarnya.

KPI IAIN Kendari Kukuhkan Komvistik Angkatan Pertama

Reporter: Julia Indah Karina
Editor: Slamet F.

Kendari, Objektif.id – Komunitas Visual dan Jurnalistik (Komvistik) dari Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari melaksanakan pengukuhan anggota angkatan pertama yang diselenggarakan di Pantai Nambo, Kecamatan Abeli, Kota Kendari, pada tanggal 23 September 2022.

Kegiatan ini  dihadiri oleh seluruh jajaran pengurus dari Komvistik dengan meresmikan 11 peserta menjadi anggota baru dari Komvistik dengan mengusung tema “Menuai Potensi Komunitas yang Solid dan Kreatif”.

Ketua panitia kegiatan, Muhammad Syahlan Said mengatakan alasan diadakannya kegiatan ini yaitu bertujuan agar para pengurus bisa menggali potensi dari angkatan pertama ini dan dengan tujuan nantinya bisa membangkitkan nama Komvistik.

“Maksud dari tema tersebut adalah bagaimana kita menggali potensi yang ada ditingkatan 1 ini,  kita ajarkan mereka, kita menuai potensinya dalam berkomunikasi. Nah kita munculkan ke kreatifan mereka seperti membangkitkan nama komfistik itu sendiri,” katanya saat di temui Objektif.id, Jum’at 23 September 2022.

Dia juga berharap nantinya para anggota baru bisa aktif bersama-sama dalam berkomunitas dan kedepannya bisa mengembangkan bakat hingga melahirkan penyiar yang berkualitas dibidangnya masing-masing.

“Saya menginginkan keaktifan anggota dalam membangun komunikasi kita bersama serta untuk melahirkan bakat-bakat atau calon-calon para penyiar jurnalistik ataupun fotografi,” harapnya.

Direktur Komvistik, Defri Zainun juga berharap angkatan pertama ini dapat berkarya dan menciptakan solidaritas dengan tujuan untuk berposes bersama-sama dan pihak pengurus siap membantu dan memfasilitasi proses belajar para anggota baru ini.

“Harapan pribadi dari kami ialah bagaimana nantinya angkatan 1 dapat beradaptasi dan mampu bereksperimen dalam hal berkarya yang dimana tujuan bergabungnya mereka tiada lain untuk berproses, Kami akan selalu mengupayakan memfasilitasi dan juga memudahkan proses belajar anggota komunitas.” Tukasnya.

Membakar Semangat Bermahasiswa, FEBI IAIN Kendari Gelar LKM 

Reporter: Arfan Melvi
Editor: Slamet

Kendari, objektif.id – sebanyak 125 orang mahasiswa baru (Maba) mengikuti Latihan Kepemimpinan Mahasiswa (LKM) yang di selenggarakan oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islami (FEBI) pada Jum’at 23 September 2022.

Kegiatan ini di ikuti oleh seluruh Program Studi (Prodi) yang ada di Febi, yakni Prodi Ekonomi Syariah, Perbankan Syariah dan Manajemen Bisnis Syariah.

Tempat dilaksanakannya kegiatan ini yaitu di pantai Nambo, kecamatan Abeli, kota Kendari, Sulawesi tenggara (Sultra) dengan mengangkat tema “Menapis Semangat Mahasiswa Dalam Kolaborasi Keakraban”.

Ketua panitia kegiatan, Alif Abdi Rahman mengatakan bahwa tujuan diadakannya kegiatan ini yaitu untuk bisa membakar semangat mahasiswa baru agar mau berproses Juga di luar kelas perkuliahan dan tidak seperti dua angkatan sebelumnya yang di nilai redup dalam hal tersebut.

“Seperti yang kita ketahui bahwa mahasiswa saat ini itu perlu di isi bagaimana kemudian semangat nya dalam bermahasiswa karena kita melihat kebelakang bahwa di angkatan 20 dan 21 itu sama-sama kita lihat dalam semangat bermahasiswa dalam ikut kelembagaan itu sangat kurang” katanya.

Dia berharap setelah mengikuti kegiatan ini, para mahasiswa baru Febi bisa semangat dalam berproses sebagai mahasiswa, yakni dengan mengikuti organisasi baik itu di lingkup internal maupun eksternal kampus.

“Maka dengan harapan kami untuk menapis semangat mahasiswa sehingga bisa masuk dalam lembaga-lembaga kemahasiswaan terkhusus lembaga-lembaga internal maupun eksternal di dalam kampus,” harapnya.

Ketua Dema Febi, Jefriansyah juga berharap bahwa kegiatan ini bisa membentuk mental para mahasiswa baru dan bisa melahirkan bibit-bibit pemimpin yang berkualitas dari Fakultas ini untuk lingkup internal kampus kedepannya.

“Harapan pertama semoga dengan adanya kegiatan ini kualitas dan mental teman-teman mahasiswa baru semakin terbentuk lagi, terus sebagai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang terkenal dengan kepemimpinan nya itu menjadi harapan saya juga agar kiranya bibit-bibit kepemimpinan khususnya bagian internal IAIN Kendari itu banyak yang lahir dari rahim Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islami.” Tukasnya.

Bina Keberagaman UKM Bahasa IAIN Kendari Gelar Pesona

Reporter: Muh. Iqbal Ramadhan
Editor: Slamet

Kendari, Objektif.id – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bahasa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari menyelenggarakan Pendidikan Sukses Organisasi (Pesona) pada tanggal 23-25 September 2022.

Kegiatan ini dilaksanakan di Pantai Bintang Samudera, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe dan diikuti oleh 64 peserta yang terdiri dari 18 laki-laki dan dan 46 perempuan, dengan mengusung tema “Wonderland UKM-Bahasa”.

Ketua umum UKM Bahasa, Maya Amalia Syakina mengatakan alasan diangkatnya tema ini yaitu mengharapkan agar para peserta dapat menghargai keberagaman yang ada ditengah kehidupan yang heterogen.

“Tema tersebut diusung dengan maksud menghargai keberagaman yang ada. Berhubung anggota baru yang mendaftar di kegiatan ini berasal dari berbagai macam suku dan daerah, maka kami mengangkat tema terkait keberagaman untuk kegiatan Pesona ini” katanya saat dihubungi Objektif.id, Jum’at 23 September 2022.

Dia juga mengatakan seluruh peserta pendidikan ini sudah melewati beberapa tahap seleksi yang di berikan oleh panitia dari UKM Bahasa sendiri, hingga akhirnya mereka sampai pada tahap ini.

“Untuk proses pendaftarannya terdiri atas beberapa tahap. Pertama, setiap peserta wajib mengunggah vidio tanggapan terkait isu yang kami berikan melalui akun instagram ukm bahasa sebagai persyaratan untuk mengikuti tahap selanjutnya yaitu wawancara. Setelah itu Kami juga melakukan tes pemetaan BTQ untuk setiap peserta” sambungnya.

Dia juga berharap kedepannya para anggota baru bisa mendapatkan pengalaman berharga ketika bergabung menjadi anggota UKM Bahasa dan bisa bermanfaat untuk kehidupan mereka sebagai mahasiswa.

“Selaku ketua umum, saya pribadi mengaharapkan agar para anggota baru bisa mendapat banyak pengalaman positif selama mereka bergabung bersama kami di Ukm Bahasa. Saya juga berharap agar UKM Bahasa bisa mewarnai kehidupan para anggota baru selama menjadi mahasiswa.” Harapnya.

Dituding Sebagai Pemicu Dualisme HMPS, KPUM Amirullah : Wadek III FASYAH Tidak Paham Regulasi Pemilma

Reporter : Al-Izar
Editor : Redaksi

Kendari, Objektif.id – Demisioner Ketua Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, Amirullah sebut tuduhan Wakil Dekan (Wadek) III Fakultas Syariah (FASYAH) Asrianto Zainal yang dialamatkan kepadanya tidak melalui pengkajian mendalam.

Amirullah mengatakan, tudingan kelalaian menjalankan tugas yang disampaikan Wadek III Fasya Asrianto Zainal itu tidak memahami regulasi Pemilihan Umum Mahasiswa dan Undang-undang Pemilma.

“Wadek III Syariah ini tidak paham terkait regulasi pemilihan ataupun belum membaca terkait dengan undang-undang Pemilma itu sendiri,” kata Amirullah, Jumat 23 September 2022.

Ia membeberkan, sebelum polemik dua kepemimpinan yang terjadi di Fakultas Syariah, pihaknya sudah menentukan jadwal Mubes Prodi, sesuai dengan aturan yang berlaku, bahwa pemilihan ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) dilaksanakan dengan musyawarah besar (Mubes) Program Studi (Prodi) .

“Sebelumnya kami sudah menentukan waktu Mubes-Prodi ini tapi justru dari pihak Sema dan Dema Fakultas itu tidak mengakui hasil dari mubes itu,” bebernya.

Akan tetapi pihak Sema dan Dema Fasya malah mengambil langkah sendiri yang tidak sesuai dengan aturan yang ada.

“Pihak dari Sema, Dema mengambil inisiatif sendiri di luar dari KBM itu sendiri dengan menunjuk langsung ketua HMPS di Tiga Prodi yang ada di Fasya ini kemudian tidak sesuai dengan aturan KBM, yang dimana dalam aturan itu bahwa pemilihan ketua HMPS dilaksanakan dalam mubes-prodi dengan waktu yang telah di tentukan,” ungkapnya.

Lebih jauh Ia menjelaskan, KBM Fasya yang menjadi dasar penunjukan langsung Ketua HMPS, tidak mengakui akan adanya dan tidak pernah melihat langsung KBM itu.

“Saya sewaktu di Senat Mahasiswa Institut, tidak pernah melihat KBM Fakultas, saya mantan Sekretaris Jenderal Senat Mahasiswa belum pernah Senat Fakultas memberikan hasil kongres KBM, dan saya kira itu bertentangan dengan KBM induk,” ungkap Mantan Sekretaris Jenderal Sema-I Periode 2021-2022.

Dia menegaskan bahwa, apapun persoalan yang terjadi tentang Ketua HMPS, untuk pemilihannya itu harus dengan Mubes-Prodi karena itu sesuai dengan aturan KBM dan undang-undang Pemilma.

“Poin intinya dia harus Mubes-Prodi, dan Semestinya inisiatif Fakultas diMubeskan, bukan penujukan langsung yang tidak sesuai dengan regulasi,” tegasnya.

Kerap Mengikuti Lomba, Sarana Wall Climbing Mahiscita IAIN Kendari Tidak Memadai 

Reporter : Ismail, Thesa

Editor : Slamet

Kendari, Objektif.id – Sarana Wall Climbing yang di peruntukan untuk Unit Kegiatan Khusus (UKK) Mahasiswa Islam Pecinta Alam (Mahiscita) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari di nilai sudah tidak layak pakai lagi.

Hal itu di ungkapkan oleh Badan Pendidikan dan Latihan (BADIK) UKK Mahiscita Sabaruddin, ia mengatakan bahwa wall climbing yang saat ini mereka gunakan sudah mengalami kerusakan pada beberapa bagiannya, sehingga di nilai sudah kurang memadai sebagai sarana latihan para anggotanya.

“Seperti yang kita lihat bersama wall climbing kami sudah tidak layak di pakai, karena seharusnya papan multi yang seharusnya sampai di atas sekarang keropos dan sudah jatuh kebawah. Terus selanjutnya mengenai masalah besi-besinya sudah berkarat dan malah sudah banyak yang patah,” kata kepada Objektif.id. Rabu (21/8/2022).

Dia juga mengatakan bahwa Wall Climbing ini sangat penting kegunaannya bagi UKK Mahiscita sebagai sarana untuk meningkatkan skill dan sebagai penunjang mereka dalam melakukan kegiatan

“Sangat penting bagi kami karena sebagai sarana dan prasarananya ukk mahiscita harus ada wall climbing untuk sebagai penunjang di kegiatan yang mau kita laksanakan ,” Sambungnya.

Sejatinya UKK Mahiscita IAIN Kendari sering mengikuti berbagai event wall climbing bahkan hingga di tingkat nasional, namun di karenakan fasilitas latihan yang mereka gunakan tidak memadai, sehingga hasil yang di dapatkan juga tidak memuaskan

“Karena setiap tahun atau setiap bulan sering di adakan lomba bahkan kemarin ada diadakan lomba pesona 1 yang diadakan di bandung kami mengirimkan salah satu anggota kami tetapi sayangnya tidak dapat juara. Karena Kembali lagi terkait fasilitas wall climbing di ukk mahiscita iain kendari tidak memadai,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua UKK Mahiscita Wahyu  mengatakan bahwa pihak UKK Mahiscita telah beberapa kali melakukan komunikasi dengan pihak kampus sebagai upaya untuk terwujudnya pengadaan wall climbing yang baru, namun hingga saat ini masih belum mendapatkan titik terang.

“Terkait dengan komunikasi kami sudah sering, bahkan kami sudah dijanjikan pada tahun 2018 oleh rektor sebelumnya akan di bangun wall climbing yang baru, bahkan kami juga sudah mengajukan proposal terkait pembangunan wall climbing ini. tapi karena pergantian rektor sampai sekarang ini birokrasi tersebut belum ada kabar,” tukasnya.

Dia juga berharap agar pembangunan wall climbing baru bisa terealisasikan, dengan tujuan agar kedepannya UKK Mahiscita IAIN Kendari bisa lebih bersaing dengan berbagai universitas di berbagai macam event yang diikuti.

“Harapan kami dan teman-teman ukk mahiscita wall climbing bisa dibangun kembali dan ukk mahiscita dapat bersaing dengan berbagai universitas maupun institut yang ada di di Indonesia dan Sulawesi tenggara. Dan dapat menjuarai lomba pesona yang akan datang kedepannya.” Harapnya.

Polemik Dualisme HMPS Fasya, Wadek III Asrianto Zainal Sebut Ini Kelalaian KPUM

Repoter : Rizal
Editor : Slamet F

Kendari, Objektif.id – Wakil Dekan (Wadek) III Fakultas Syariah (Fasya) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari Asrianto Zainal membeberkan akar permasalahan polemik dua kepemimpinan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) yang ada di Fasya.

Dia mengatakan bahwa polemik dua kepemimpinan HMPS yang terjadi di Fakultas Syariah ini diakibatkan kelalaian kinerja dari Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) yang Ketuai oleh Amirulah.

“Bahwa ini sebetulnya dualisme kepemimpinan yang saat ini terjadi di Fakultas Syariah itu diakibatkan oleh kinerja Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) yang gagal menjalankan tugasnya,” kata Asrianto Zainal kepada Objektif.id, Kamis 22 September 2022.

Dimana tiga tugas utama KPUM yakni menyelenggarakan pemilihan Ketua Dema Institut dan Fakultas, mengawal pemilihan Ketua Senat Institut dan Fakultas dan melakukan pemilihan ketua HMPS.

Akan tetapi, KPUM hanya menyelenggarakan pemilihan Ketua Dema dan Sema di Institut dan Fakultas saja, kemudian tidak melakukan pemilihan untuk ketua HMPS, tak terkecuali dengan HMPS yang ada di Fakultas Syariah.

Berdasarkan hal tersebut, maka Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) Fasya mengambil langkah untuk menetapkan para ketua-ketua HMPS yang ada di Fasya berdasarkan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Fakultas.

“Berdasarkan itu kemudian muncul tafsir. Tafsir pertama berdasarkan AD dan ART Fakultas Syariah, nah AD dan ART itu menyatakan ketika kemudian dia gagal menjalankan tugasnya maka kemudian ketua HMPS itu ditunjuk lansung oleh Dema Fakultas,” lanjutnya.

Akan tetapi, proses penetapan ketua HMPS berdasarkan AD dan ART ini cacat prosudural, karna AD dan ART yang menjadi dasar penjukan HMPS tersebut itu tidak pernah tersosialisasi kepada pengurus HMPS sebelumnya.

“Cacat prosudural artinya proses pembentukannya itu tidak menggunakan asas trasnparansi atau asas keterbukaan, karna dia tidak meminta masukan dari pihak-pihak yang kemudian akan diatur dan akan diikat oleh aturan itu. Jadi AD ART itu muncul ketika konflik itu ada, Itu dasar pertimbangannya kenapa kemudian kami tidak mengakui legalitas HMPS karna cacat prosudural,” sambungnya.

Menurutnya, AD dan ART yang menjadi dasar Dema Fasya menentukan ketua HMPS tersebut bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi yakni AD dan ART Institut. Sebab pemilihan ketua HMPS harusnya dilaksanakan melalui Musyawarah Besara (Mubes) dan bukan dengan penunjukan secara lansung.

“Yang kedua kalau kita mengacu pada aturan yang lebih tinggi AD dan ART Institut itu mengatakan bahawa pemilihan HMPS itu harus diselenggarakan melalui mubes. Itu dia bertentangan begitu sampai ke bawah dia malah melakukan penunjukan lansung,” tuturnya.

Lebih jauh Ia menjelaskan, konflik dua kubuh yang terjadi sejak Maret 2022. Pihaknya sudah melakukan berbagi upaya untuk mencari menyelesaikan permasalahan ini, akan terapi masing-masing kubu bersikeras dengan pendapat mereka.

“Kedua bela pihak kami undang bertemulah di Auditorium yang disaksikan lansung oleh Wakil Rektor III, pada saat itu saya tanya apakah kemudian masih pada pendapatnya masing-masing. Mereka katakan, kami tetap berpegang teguh pada pendapat masing-masing. Bahwa yang benar itu adalah kami yang lain itu salah, Sehingga pada saat itu kami mangambil jalan tengah,” ujarnya.

Solusi yang di tawarkan kepada dua pihak yang berseteru ini adalah dengan melaksanakan mubes kembali karna itu lebih demokrat dibandingkan dengan penunjukan lansung, hal itu juga tidak diterima oleh salah satu pihak.

Dengan berbahai macam pertimbangan, kemaslahatan, kebaikan serta mencegah konflik yang akan terjadi diantara mahasiswa Fakultas Syariah, pihak fakultas memutuskan membekukan HMPS periode 2022-2023.

“Untuk mencegah konflik yang pasti terjadi diantara mahasiswa Fakultas Syariah itu kemudian saya mengambil keputusan untuk dibekukan, tetapi waktu itu saya katakan itu tidak titik ketika kemudian Ibu Dekan punya keputusan yang berbeda,” ucapnya.

Sementara itu, lanjut Dosen Hukum Pidana itu mengaku, keputusan yang di ambil untuk membekukan kepengurusan HMPS Fakultas Syariah sudah disepakati oleh Dekan Fakultas Syariah yakni Dr. Hj. Ipandang M.Ag.

“Kata Ibu Dekan, dari pada kemudian terjadi konflik horizontal antara mahasiswa lebih baik tetap mengacu pada keputusan pada saat rapat di Auditorium. Untuk tahun ini kami bekukan, dua kepengurusan tersebut kami tidak akui dari sisi hukum kami sudah timbang-timbang, dari segi kebaikan bersama itu juga kami sudah pikirkan,” tegasnya.

Tidak Terima HMPS Dibekukan, Mahasiswa Minta Wadek Tiga Legalkan HMPS Versi Dema Fasya

Reporter : Rizal

Editor : Amir

Kendari, Objektif.id – Puluhan mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari melakukan unjuk rasa di pelataran Gedung terpadu IAIN Kendari, Rabu 22 September 2022.

Aksi tersebut dilakukan lantaran kecewa dengan kebijakan Pimpinan Fakultas Syariah (Fasya) yang membekukan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) yang ada di Fasya.

“Demo yang kami bangun hari ini merupakan bentuk keresahan terhadap pimpinan yang ada di Fakultas Syariah terkhusus Wakil Dekan tiga,” Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) Fasya Abdul Hasib.

Ia mengatakan, keputusan yang diambil pihak Fakultas tersebut merupakan bentuk intervensi terhadap eksistensi kinerja Dema Fasya.

“Sengketa HMPS itu bisa ditangani dan diberikan solusi yang baik, tetapi Wadek tiga Fakultas Syariah selalu menginterfensi terkait bagi-bagi jabatan yang ada di Fakultas Syariah,” ucapnya.

Dimana hal itu sudah tidak bisa dicampuri oleh pimpinan Fakultas karna itu merupakan hak priogratif lembaga kemahasiswaan sesuai dengan regulasi yang telah ditentukan.

“Pasal 47 pion 5 yaitu pemilihan ketua HMPS dilaksanakan melalui mubes HMPS Fasya, yang telah ditentukan. Apa bila ketua HMPS tidak melaksanakan mubes sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, Ketua Dema Fasya memiliki wewenang untuk membentuk kepengurusan HMPS Fasya yang baru,” terangnya.

Atas insiden tersebut pihaknya menuntut Wadek tiga mencabut passing out HMPS di Fakultas Syariah, Menuntut Wadek tiga untuk mengakui legalitas HMPS yang telah disahkan oleh Dema Syariah dan Mendesak Dekan Fakultas Syariah untuk mengamanahkan Wadek tiga agar menjalankan sesuai tupoksinya.

Sementara itu, Ketua Senat Mahasiswa (Sema) Fakultas Fauzan Pandu menegaskan kebijakan Wadek Tiga untuk membekukan HMPS Fasya bukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah sengketa HMPS yang ada.

“Keputusan Wadek Tiga untuk di passing out HMPS itu bukan solusi,” tegasnnya.

Untuk diketahui, sejak Maret 2022 hingga saat ini polemeik dualisme HMPS Fasya tak kunjung mendapatkan titik terang.

Saat ini HMPS Hukum Tata Negara diketuai oleh La Ode Rahmat Fagil dan Rahmadi Nur, HMPS Hukum Perdata Islam dipimpin oleh Muhammad Rizal Rizki dan Ibnu Qoyyim dan HMPS Hukum Ekonomi Islam di nahkodahi oleh Andi Nuraeni dan Muh. Taufik Hidayat.

Mahasiswa Kembali Demo Tolak HMPS Siluman Jebolan Dema Fasya

Reporter : Hajar
Editor : Rizal

Kendari, Objektif.id – Massa aksi yang tergabung dari Aliansi Mahasiswa Bersatu (AMB) melakukan demonstrasi di depan Pelataran Fakultas Syariah (Fasya), menolak Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) versi Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (DEMA-F) Syariah yang menuntut dilegalkan oleh birokrasi Fakultas, Rabu 21 September 2022.

Massa aksi menganggap Lembaga kemahasiswaan tingkat fakultas syariah tersumbat saluran pemikirannya dalam memahami aturan main yang termaktub dalam Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) dan Pedoman Umum Kemahasiswaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari.

Gerakan aspirasi ini untuk kembali mengingatkan bahwa birokrasi fakultas jangan memberikan legitimasi pihak DEMA-F yang mengklaim diri bahwa HMPS versi mereka paling legal.

“Persoalan Dualisme HMPS ini adalah bentuk kebobrokan dari Lembaga Kemahasiswaan dan juga pihak birokrasi fakultas syariah yang tidak jelih melihat perkara masalah ini” kata Mansur selaku koordinator lapangan dalam orasinya

Permasalahan HMPS yang tidak mendapatkan titik temu sampai hari ini, itu adalah ulah DEMA-F yang begitu arogan langsung melakukan penunjukan ketua HMPS tanpa melalui proses demokrasi Musyawarah Besar (Mubes).

“Penunjukan secara definif ketua-ketua HMPS di fakultas syariah Saya ingin katakan itu cacat secara yuridis, sebab Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) landasan mereka melakukan penunjukan adalah prodak hukum siluman yang dimana pembuatan AD/ART tersebut dibuat hanya sepihak saja” tegasnya.

Menanggapi hal demikian, melalui Wakil Dekan (Wadek) 3 Bidang Kemahasiswaan sebagai perwakilan fakultas yang berdiskusi bersama massa aksi ia memberikan pernyataan secara tegas akan mengundurkan diri ketika ada pelegalan HMPS.

“Saya jamin tidak akan ada yang melegalkan HMPS versi DEMA-F ataupun versi lainnya, jika itu terjadi maka selaku wadek 3 saya akan mengundurkan diri dari jabatan yang diamanahkan hari ini,” Tutupnya.

Sampai berita ini terbit pihak Dema-F sedang tidak berada di kantor kerjanya untuk dimintai keterangan.

Makalah dan Mahasiswa, Siapa Yang Hebat?

Penulis : Muh Iqbal Ramadhan

Makalah dan mahasiswa sesuatu yang tidak pernah terlepaskan dalam dunia Kampus. Makalah adalah salah satu jenis karya tulis yang bersifat ilmiah. Dalan kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) makalah adalah karya tulis pelajar atau mahasiswa sebagai laporan hasil pelaksanaan tugas sekolah atau perguruan tinggi. Makalah memang sudah tak asing lagi bagi para pelajar.

Bagi mahasiswa makalah menjadi salah satu faktor penunjang untuk mendapatkan nilai terbaik, karena hampir seluruh program studi di Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari membuat makalah dari dosen mereka.Tetapi, secara tidak langsung dengan pembuatan makalah menjadi mahasiswa tidak berpikir kritis terhadap kemampuan intelektualnya.

Buktinya dengan hadirnya istilah kerennya Teknik Copy-Paste (Copas), hal ini yang membuat mahasiswa semakin tidak bisa mengembangkan dirinya, apalagi dalam teori menurut Jean Piaget kita harus memenuhi tiga penilaian utama dalam pendidikan yaitu Kognitif (Pengetahuan), Psikomotorik (Keterampilan) dan Afektif (Sikap).

Ketiga penilaian tersebut tidak bisa tercapai jika budaya COPAS (Copy-Paste) masih mendarah daging dikehidupan mahasiswa. Inilah yang perlu dievaluasi dalam sistem pendidikan di Perguruan Tinggi sekarang. Tujuan utama memajukan pemikiran mahasiswa tetapi malah membuat mahasiswa tidak bisa berpikir rasional.

Selain itu, dengan adanya kebiasaan ini membuat mahasiswa hanya titip nama dalam proses presentasi nanti didepan kelas, tentunya hal ini akan merugikan bagi mereka yang mengerjakan makalah tersebut dengan baik.

Salah satu Dosen IAIN mengatakan pembuatan makalah ini membuat para mahasiswa selalu berpikir instan atau tinggal tunggu jadi saja, tanpa mencari sendiri wawasan dan ilmu yang telah ada.

Oleh karena itu, kita mahasiswa yang dianggap sebagai laboratoriumnya peradaban harus selalu mencari berbagai pengalaman melalui literatur dan relasi yang baik, sehingga makalah kita yang dibuat tidak semata-mata bersifat menciplak saja, tetapi ada sumbangsih pemikiran didalamnya. Semoga kita selalu sukses dalam pemikiran.

Penulis adalah mahasiswa aktif Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidayah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FATIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari. Juga anggota aktif UKM-Pers IAIN Kendari.

Dijanji Bertahun-Tahun, Pengadaan Panggung UKM-Seni Tak Kunjung Terealisasi

Reporter : Resga

Editor : Rizal 

Kendari, Objektif.id – Janji pihak rektorat terkait pengadaan panggung permanen Unit Kegiatan Mahasiswa Seni (UKM-Seni) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari hingga kini tak terealisasi.

Hal tersebut diungkapkan Dewan Pengkaderan (DPK) UKM-Seni IAIN Kendari, Sarman Al Ausy. Ia mengatakan bahwa pada tahun 2018 birokrasi IAIN Kendari menjanjikan panggung permanen.

“Sejak tahun 2018 sudah pernah kami dijanjikan bahkan pada tahun 2017 kami buat panggung disuruh bongkar nanti dibuatkan katanya panggung permanen,” ucap Sarman Selasa 20 September 2022.

Lanjut, hingga saat ini panggung yang dijanjikan tersebut tidak dipenuhi oleh pihak birokrasi, “Tapi sampai saat ini panggung tersebut tanpa kabar,” bebernya.

Ia juga mengungkapkan UKM-Seni tak bisa terpisahkan dengan panggung. Terdapat enam bidang di UKM Seni yakni, seni tari, seni musik, seni teater, seni sinematografi, seni religi, dan seni rupa yang lazim tampil di atas panggung.

“Soal pangung pementasan, jadi tanpa pangung itu bukan UKM-Seni, kami sedikit-sedikit berkegiatan butuh pangung, sedikit-sedikit berkegiatan harus ada pangung,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Mantan Ketua Senat Mahasiswa (SEMA) IAIN Kendari itu menerangkan, selama ini pementasan UKM-Seni yang digelar di dalam kampus selalu berubah tempat dan konsep panggung karena tidak ada panggung permanen yang bisa menjadi titik fokus pementasan.

“Kendalanya sampai saat ini memang bicara masalah anggaran kita mau buat panggung yang permanen atau portabel yang bisa dibongkar baru dipasang lagi, itu kami terkendala di anggaran,” terangnya.

Sebelumnya UKM-Seni IAIN Kendari telah mendirikan panggung pementasan di sekitar gedung Pusat Kegiatan Mahasiswanya (PKM) IAIN Kendari, namun dibongkar kembali karena telah lapuk.

“Pangung pada tahun 2021 itu terbuat dari bambu itu menghabiskan anggaran 8 juta apalagi kalau kita mau bikin yang permanen,” tambahnya.

Ia berharap pihak rektorat IAIN Kendari dapat merealisasikan janjinya terkait dengan pengadaan panggung UKM-Seni IAIN Kendari, mengingat biayanya yang cukup besar dan dana Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang diberikan kepada UKM-Seni hanya cukup untuk biaya pelaksanaan program kerja organisasi.

“Kalau kita mau harapkan dana Dipa itu hanya 13 juta itu tidak cukup, mana kebutuhan lainnya, baru bicara pangung itu sedikit mahal juga belum lagi bicara masalah pekerjaan kita buat ,” terangnya.

Kelas Sosial Dunia Kampus, Adu  Prestasi atau Alis?

Oleh: IH

Belakangan ini kita digegerkan di jagad media sosial dengan fenomena dunia peralisan, video viral yang diunggah salah satu akun instagram, menjadi buah bibir sehingga menjadi konsumsi publik kita dan perbicangan hangat baik di dunia nyata dan dunia maya.

Ternyata ketidakadilan terhadap perempuan itu tetap berlanjut, salah satunya di lembaga pendidikan tinggi negeri, namun kali ini antar sesama perempuan yang tidak mengiginkan kesetaraan dan kesamaan dengan adanya Legitimasi junior  tak boleh melebihi dari senior perkara ketebalan alis.

Sebagai tradisi kampus dalam proses penerimaan mahasiswa baru akan dijemput langsung oleh senior mereka dalam meperkenalkan lingkungan budaya akademik mereka yang baru, baik penyampaian aturan yang tidak tertulis dan tertulis.

Doktrin dan mantra akan di berikan oleh senior maupun neneor. Kadangkala senior menunjukan sikap yang angkuh di hadapan maba dengan harapan agar mereka di kultuskan, di hormati dan pada akhirnya senior punya pengikut baru.

Hadirnya maba dalam kampus adalah munculnya kelas sosial akademik baru, dan tidak hadir untuk mengancam eksistensi senior, jika kamu maba di larang bertingkah laku sok belagu. Utamakan adab, wajib di bina jika tidak dibinasakan.

Bagi senior perempuan melihat mahasiswi baru yang berlebihan dandan dan make up adalah ancaman potensial bagi keeksistensinya. Dan psikologi perempuan sebenarnya tujuan dari mereka berdandan itu bukan semata mata 100 persen untuk lawan jenisnya, melainkan untuk mengesankan perempuan lainya.

Olehnya itu fenomena video dialogika junior vs senior dengan tema “Dilarang Alis Tebal” Substansinya bukan persoalan alisnya tebal, namun junior perempuan akan mendominasi lingkungan lambetura, geng dan menjadi isu perbincangan hangat bagi buaya-buaya kampus dan potensi menjadi ancaman bagi senior perempuan lainya.

Lumayan ruwet perempuan memang dan harus diakui, perempuan sulit diaturnya mereka pun diberikan alis oleh tuhan namun mereka mengubahnya bahkan menghapusnya. Dalam Islam melarang merubah ciptaan Tuhan apa yang telah di berikan-Nya tanpa membawa suatau kemanfaatan dan kebaikan itu adalah dosa.

Dunia kampus, ketika proses penerimaan mahasiswa baru, kampus tak mampu memberikan identitasnya sebagai laboratorium pemikiran, industry literasi. Sebagai contoh  pertama kita disuguhkan dengan viralnya salah satu kampus kesehatan ternama di kota Kendari, kedua kampus negeri di kendari dengan viralnya aksi goyang tik tok dan diundang salah satu stasiuan tv lokal.

Hal ini merepresentasikan bahwa kualitas pendidikan kita ikut terdegradasi di zaman dunia instrumental dan viralisme. Fenomena video viral itu  membuat ruang tontononan kita sesama perempuan saling berkelahi hanya persoalan sepele dan tidak urgen yang pada akhirnya berujung perundungan di lembaga pendidikan Indonesia.

Mestinya kampus harus menghasilkan sebuah narasi apakah itu, viralnya  aksi maba dalam orasi ilmiah, pembacaan puisi, ataupun kegiatan lainya yang positif yang berkaitan dengan literasi. Namun berbanding terbalik.

Peran Kampus dalam Membumikan Feminisme

Kita harapkan kampus dapat menjadi lokomotif dalam upaya membebaskan  perempuan dari cengkraman pasar kapitalisme, dimana perempuan dari ujung kuku sampai ujung rambut terdapat konsumsi bahan kosmetik. Dieksploitasi oleh kapitalis.Tubuh perempuan di pandang sebagai barang dagangan, sehingga definisi cantik yang di pakai oleh perempuan hari ini adalah definisi menurut pasar, glowing, mulus, rambut lurus, dan seksi. Dalam buku Dr. Irwan Abdullah yang berjudul Seks, Gender dan reproduksi Kekuasaan, “Perempuan sesungguhnya bukan hanya menghadapi musuh lama laki laki, tetapi musuh baru yang lebih perkasa, yakni kapitalisme.

Video viral tentang alis menunjukan adalah langkah awal dalam retaknya solidaritas sesama perempuan atas definisi kecantikan yang di salah artikan. Bagaimana mungkin kesetaraan sesama laki-laki dan perempuan dapat terwujud jika hanya goresan ALIS di wajah di permasalahkan.

Miskonsepsi Kecantikan

Dewasa ini pemahaman cantik (bellus:yunani) sangat dipengaruhi oleh media sosial, artis, model yang di buat oleh standard mereka seperti cantik itu kulit putih, alis yang tidak alami, glowing, bertubuh langsing, berambut lurus. Tafsiran cantik semacam ini dapat menjadi masaalah bagi perempuan di beberapa wilayah, misalnya faktor kondisi alam dan budaya dan keturunan sehingga mereka tak berkulit putih, hal ini menjadi dilema bagi kaum perempuan, memaksa mereka untuk cantik yang di pasarkan oleh industry kecantikan dan kosmetik lewat media sosial.

Persepsi kecantikan yang tidak dilihat dari aspek lahiriah saja harus segera di dekonsturksin, jika tidak dampaknya akan menimbulkan diskriminasi yang tajam dan dapat menimbulkan kebencian. Sebagai contoh perkelahian antara senior dan junior hanya persoalan alis. Sehingga definisi cantik harus mengarah pada kualitas perempuan dilihat dari pendidikanya, cerdas, dapat memberikan semangat bagi perempuan lainya, berprestasi dan anggun dalam moral. Jika definisi cantik ini menjadi kesepakatan masyarakat maka bagi kalangan masyarakat kalangan bawah akan mempercantik dirinya, yang selama ini cantik di identikan mahal butuh materi.

Perempuan Inspirasi  bagi  Sesama  Perempuan

Banyak tokoh dunia perempuan  yang menjadi panutan seperti Margaret Teacher di Inggris, Indhi Gandhi di India, yang mampu memposisikan dirinya sebagai wanita cerdas, menggali potensi dirinya ada kekuatandan kecerdasan yang menjadi sentral dalam kehidupan manusia, di rumah tangga, industry, agama dan politik, perempuan dapat berperan baik di organisasi, pemerintah dan memimpin.
Di abad sekarang ini hampir sulit  menemukan sosok perempuan inspirasi yang dapat mengangkat derajat perempuan.

Lihatlah Raden Ajeng Kartini Pensilnya ia gunakan untuk menulis surat perlawanan, terbitlah buku dengan judul habis gelap terbitlah terang, beda halnya Si pirang beralis tebal. Mengangkat pensilnya ke muka buka di kertas hasilnya adalah bukan surat perlawanan namun video viral tak berkualits. Bahkan ironisnya sesama perempuan tidak saling menguatkan dan mensupport  khusunya di bidang pendidikan. Mempermalukan institusi pendidikan dengan persoalan make up yang bukan tradisi dari mahasiswa yaitu, buku diskusi dan aksi.

Penulis sangat menyangkan sebagian mahasiswa baru mengganggap kampus adalah ajang adu fashion dan model dan gaya-gayaan, bukan malah sebaliknya kampus dijadikan arena pertarungan ide dan gagasan yang membawa kebermanfaatn umat.

Apakah akan terjadi emansipasi wanita jika make up 5 kali sehari dan mengupload 5 kali sehari sebagai instant story? Saya pikir tidak. Kurangi mendempul wajah, isi otakmu dengan referensi literasi. Akhir kata penulis ingin mengutik dari kalimat bijak “jika ingin melihat kualitas peradaban pada suatau wilayah maka lihatlah bagaimana kesehjateraan dan kualits perempuanya”.

Solusi dari penulis kampus memang tidak etis apabila membuat sebuah aturan berapa meter dapat mencoret alis, namun perlu di bangun kesadaran dari paham alisnisasi agar tidak ekstra-tebal. Dan perlunya dari pihak senior apabila menegur adik juniornya tidak di khalayak umum lebih cenderung mempermalukan dari pada menasehati kesalahanya agar tidak mengullangi nya lagi. Tegurlah mereka di tempat sepi ajak mereka biacara 4 mata, atau sms tegur secara halus berikan pendekatan humanis, namanya juga mahasiswa tebal alis (Maba) Panjang umur dunia peralisan.

Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FATIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari.

Pendekar HMI Dari Mazhab Ciputat

Oleh : Yusran Darmawan

Mulanya dia diajak masuk Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Namun, dia lebih memilih gabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dia pun pernah menjadi demonstran yang pernah dikejar-kejar aparat.

Hingga takdir mengantarkannya pada titian sejarah sebagai muadzin bangsa yang penuh integritas. Dia seorang ilmuwan yang tak hanya tekun menuliskan data sejarah, tetapi juga punya suara jernih yang menembus hingar-bingar suara-suara di pemerintahan.

Dia, Azyumardi Azra.

Tahun 1975, dia bertolak meninggalkan Pelabuhan Teluk Bayur, Padang. Dia menuturkan bagaimana lagu tentang Teluk Bayur itu terus mengiang di benaknya. Dia ke Jakarta untuk mendaftar di kampus IAIN.

Otaknya memang encer. Dia tak perlu tes untuk masuk di kampus Islam terbesar di ibukota. Di masa itu, gerakan mahasiswa sedang dipenuhi gelora perlawanan. Pemerintah merepresi mahasiswa karena banyaknya keterlibatan dalam politik praktis.

Saat itu, Azra kerap memimpin demonstrasi mahasiswa Ciputat. Dia memprotes kebijakan pemerintah yang hendak memasukkan para penganut aliran kepercayaan ke dalam haluan negara atau GBHN.

“Saya dikejar-kejar hingga sembunyi,” kata Azra dalam wawancara di kanal Youtube milik Jajang Jahroni. Dia menyaksikan gurunya, Profesor Harun Nasution digebuk aparat. Beberapa dosen ikut digelandang aparat.

Azra memiih untuk tetap berlari dan sembunyi. Dalam pelariannya, dia diminta pamannya untuk menemui seorang militer asal Pariaman bernama Letkol Anas Malik. “Daripada kamu dicari-cari terus, lebih baik temui dia. Minta perlindungan,” kata pamannya.

Beruntung, Letkol Anas Malik siap memberi jaminan. Namun, Azra tetap menjadi wajib lapor. Saat itu, dia merasa perlu untuk bergabung di organisasi ekstra kampus.

Seorang mahasiswa asal Padang Bernama Uda Risman mengajaknya gabung di IMM. Uda Risman adalah putra pemiik warung Padang di sekitaran Ciputat.

Uda Risman merupakan putra dari pengusaha warung Padang. Alasannya mengajak Azra bergabung di IMM terbilang sederhana. Sebab di organisasi mahasiswa Muhammadiyah itu banyak orang Padang yang bergabung. “Kalau kamu ada yang gangguin, siapa yang bela kamu,” kata Azra menirukan.

Meski ditawari gabung IMM, Azra justru memilih bergabung di Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI. Ia ikut maperca pada 1977. Di HMI, kariernya terus meroket.

Mulanya dia mengurus bulletin. Setelah itu, dia memimpin Departemen Penerangan di HMI. Hingga akhirnya dia menjadi Ketua Umum HMI Cabang Ciputat. Di masa menjabat, dia menjalin relasi dengan Din Syamsuddin yang menjadi Ketua Umum IMM. Juga dengan Suryadharma Ali yang memimpin PMII.

Namun secara intelektual, Azra meniti di jalan yang diretas oleh seniornya di HMI yakni Nurcholish Madjid yang kerap disapa Cak Nur. Di masa itu, Nurcholish ibarat matahari intelektual yang menyengat banyak anak-anak muda.

Nurcholish adalah tipe cendekiawan yang bicara apa adanya. Kejujuran dan kejernihan intelektualnya sering disalahpahami oleh banyak kalangan. Nurcholish menjadi ikon dari kecendekiawanan yang tumbuh dari HMI, serta ekosistem intelektual di Ciputat.

Sebagai matahari, Nurcholish menarik banyak pihak untuk mengitarinya, baik di HMI maupun kampus IAIN Ciputat. Di antara banyak sosok, nama Azyumardi Azra dan Komaruddin Hidayat menjadi sosok yang paling menonjol.

Mereka produktif dalam mengisi wacana di berbagai media. Mereka menulis artikel, hadir dalam berbagai diskusi, serta mewarnai kajian-kajian keislaman.

Nurcholish selalu berbicara tentang Islam dan peradaban, Komaruddin Hidayat sering membahas wacana tasawuf, sedangkan Azra menggali kearifan para ulama Nusantara yang dahulu menjadi jejaring untuk menyebarkan pemikiran keislaman.

Para aktivis HMI di Ciputat memberi julukan pada ketiganya sebagai peletak Mazhab Ciputat. Ketiganya adalah para pendekar HMI.

Nama mereka juga ditulis dalam daftar paling atas buku berjudul “Dekonstruksi Islam Mazhab Ciputat” yang ditulis Fachry Ali, Kautsar Azhari Noer, Budhi Munawar Rahman, Saiful Muzani, Hendro Prasetyo, Ihsan Ali Fauzi dan Ahmad Sahal.

Jejak Azra di jalur intelektual terus bergerak. Dia belajar ke Amerika Serikat untuk menjadi sejarawan Islam yang menekuni kajian Asia Tenggara. Dia produktif menulis artikel, buku, dan makalah.

Pemikirannya tentang jaringan Islam Nusantara menjadi karya penting yang membentangkan bagaimana jejaring para ulama yang secara brilian telah menyebarkan ide-ide keislaman hingga berbagai penjuru Nusantara. Dia mengajarkan, keindonesiaan adalah hasil dari dialog-dialog kebudayaan yang di masa lalu telah mempertemukan para ulama dalam satu jejaring kuat.

Azra berbicara tentang Islam Nusantara, jauh sebelum kalimat itu menjadi slogan dari pemerintah dan ormas di masa kini. Azra selalu menekankan pentingnya Islam wasatiyah atau Islam jalan tengah, yang diharapkan bisa menjadi pilihan terbaik di tengah bangsa Indonesia yang majemuk.

Tak cuma bicara sejarah, Azra juga selalu membahas isu-isu kebangsaan yang actual. Di berbagai media, dia sering berbicara tentang korupsi serta pentingnya integritas. Dia pun menjadikan integritas sebagai napas dari semua gerak langkahnya di jalur akademisi yang mempertemukannya dengan banyak politisi.

Dia seteguh karang yang berani menarik jarak dari para politisi. Dengan cara itu, dia bisa lebih kritis dan tidak ada beban saat mengingatkan pemerintah untuk tetap berada di aras kebangsaan dan pengabdian pada rakyat.

Baginya, kebangsaan adalah sesuatu yang sudah selesai. Islam tidak perlu dipertentangkan dengan kebangsaan, sebab cinta tanah air adalah ekspresi dari keimanan.

Dia pun percaya, kemajuan Indonesia adalah kemajuan umat Islam. Sebab umat Islam adalah pihak mayoritas yang mengisi semua lini. Kemajuan itu adalah kerja bersama semua kalangan, di mana spirit Islam mengisi semua ruang-ruang kebangsaan.

Dia pun meninggalkan warisan berharga berupa buah-buah pemikiran. Dalam perjalanan ke Malaysia, dia mempersiapkan makalah yang isinya adalah summary atau intisari pemikirannya tentang keislaman.

“Kebangkitan peradaban juga memerlukan pemanfaatan sumber daya alam secara lebih bertanggung jawab. Sejauh ini, kekayaan alam di Indonesia dan agaknya juga di Malaysia cenderung dieksploitasi secara semena-mena dan tidak bertanggung jawab,” tulisnya.

Dia meminta agar kaum Muslimin perlu memberi contoh tentang penerapan Islamisitas atau nilai-nilai Islam secara aktual dalam penyelamatan alam lingkungan dan sumber daya alam.

Di titik ini, dia ingin kaum Muslim memperkuat integritas diri pribadi dan komunitas, sehingga dapat mengaktualkan Islam rahmatan lil’alamin dengan peradaban yang juga “menjadi blessing bagi alam semesta.”

Kini, muadzin bangsa itu telah pergi. Kita hanya bisa mengenang dan mencatat semua warisan berharganya untuk Indonesia. Kita mengenang dirinya sebagai sosok yang selalu ingin mengajak bangsa untuk selalu kembali ke jalan yang lurus.

Selamat jalan.

Artikel ini pertama kali diangkat oleh http://www.timur-angin.com/2022/09/pendekar-hmi-dari-mazhab-ciputat.html#

Diklatsar Jurnalistik Pers IAIN Kendari Ditutup, 33 dari 96 Pendaftar Dinyatakan Lulus

Repoter : Asrina
Editor : Redaksi

Kendari, Objektif.id – Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) Jurnalistik ke-22 oleh UKM Pers IAIN Kendari yang diselenggarakan sejak 15 September resmi ditutup. Penutupan berlangsung di Pelataran Kantor UKM Pers IAIN Kendari, Minggu 18 September 2022.

Diklatsar yang mengusung tema “Membumikan Gerakan Sehat Nalar Persma, Menjawab Fragilisasi Literatur di Era Distrupsi’ ini meluluskan sebanyak 33 dari 96 pendaftar.

Ketua Panitia, Harpan Pajar mengungkapkan, terdapat beberapa ketentuan dan persyaratan agar bisa dinyatakan lulus, diantaranya mengikuti rangkaian kegiatan dari awal sampai akhir.

“Untuk lulus, kami punya syarat dan ketentuan, seperti peserta harus mengikuti Diklatsar ini dari awal sampai akhir, dan lainnya yang menjadi aturan kami,” ungkapnya.

Harpan berharap, semua yang lulus ke depan dapat mengembangkan UKM Pers hingga mengikuti program magang dan menjadi penerus yang dapat diandalkan.

“Semoga 33 orang itu ke depan akan lanjut magang dan menjadi angkatan yang solid dan bertanggung jawab,” pungkas Harpan.

Senada dengan itu, Ketua Umum UKM Pers IAIN Kendari, Arini Triana Suci juga berharap, antusisme anggota baru yang telah dilantik dalam cinta literasi tidak pudar.

“Semoga antusiasme anggota baru tidak pudar dan tetap komitmen untuk sama-sama kembangkan organisasi yang kita cintai ini” singkat Arini.