Musabaqah Al-lughowiyyah Resmi dibuka dan dilanjutkan Dengan Seminar Bahasa

Kendari, objektif.id – Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari resmi menyelenggarakan kegiatan seminar kebahasaan sekaligus pembukaan Musabaqah Al-lughowiyyah dengan tema “Bahasa Arab sebagai Kunci Memahami Budaya dan Peradaban Islam” bertempat di Aula Perpustakaan IAIN Kendari, pada Rabu (20/11/2024)

Acara ini dibuka langsung oleh Kepala Prodi Pendidikan Bahasa Arab, Dr. Zulaeha S.ag., M.ag, dalam sambutannya, dia mengapresiasi antusiasme peserta dan panitia dalam menyukseskan Musabaqah Al-lughowiyyah.

“Semoga dengan diadakannya kegiatan ini, maka dapat menjadi wadah untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Arab, mempererat tali silaturahmi, dan menumbuhkan semangat kompetitif yang positif di kalangan peserta”, ungkapnya penuh semangat.

kemudian kegiatan ini dilanjutkan dengan seminar yang dibawakn oleh Dr. H. Muhammad Hasdin Has, LC, M.Th.I, dan Mohammad Dzah Redzan, S.Pd yang dimoderatori oleh Aldi, Serta diikuti oleh ratusan peserta mahasiswa.

Pada penyampaian materinya, Muhammad Hasdin, menekankan pentingnya penguasaan Bahasa Arab sebagai kunci untuk memahami khazanah budaya dan peradaban Islam.

“Bahasa Arab sangat berperan penting sebagai wahana penyampaian ajaran Islam sebagai pemahaman bahasa yang dapat memperkaya wawasan keagamaan dan kebudayaan”
Ungkapnya dengan lugas sehingga gampang dipahami oleh para peserta.

Tak hanya Muhammad Hasdin, Mohammad Dzah Redzan juga, menyoroti penguasaan Bahasa Arab sebagai akses dan peluang untuk mendunia.

” Begitu pentingnya penguasaan Bahasa Arab dapat membuka akses terhadap berbagai kesempatan di dunia internasional, baik di bidang akademik, ekonomi, maupun sosial budaya”. Tuturnya

Selain pemaparan materi yang begitu bermanfaat, seminar ini juga menyediakan makan siang dan kesempatan berelasi dengan para peserta lainnya.

Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para peserta yang hadir. Sehingga dapat tercipta Suasana yang begitu hangat dan interaktif. ditandai dengan diskusi dan tanya jawab yang aktif antara pemateri dan peserta.

Tak luput pula mengenai Musabaqah Al-lughowiyyah tahun ini, yang menawarkan berbagai cabang lomba yang menarik dan menantang. Diantaranya puisi bahasa Arab, pidato bahasa Arab, cerdas cermat, Menyanyi bahasa Arab.

Selain itu, panitia juga menyelenggarakan lomba yang tidak menggunakan bahasa arab. Diantaranya, lomba Debat Ilmiah berbahasa Indonesia serta Badminton, diikuti lebih dari 50 peserta yang berasal dari berbagai sekolah/madrasah.

Dengan beragamnya cabang lomba yang dipertandingkan, Musabaqah Al-Lughawiyah tahun ini diharapkan dapat menjadi ajang yang berkesan dan bermanfaat bagi seluruh peserta.

Sehingga kegiatan ini merupakan bukti komitmen IAIN Kendari dalam meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap Bahasa Arab serta perannya dalam memahami budaya dan peradaban Islam.

Oleh karena itu, kegiatan ini diharapkan dapat menginspirasi para peserta untuk terus belajar dan menguasai Bahasa Arab serta dapat berkontribusi positif bagi kemajuan bangsa dan negara.

Penulis: Aulia Permata Ashar/anggota muda
Editor: Maharani.S

Janji Rektor IAIN Kendari Renovasi RTH Hanya Dimulut

Kendari, Objektif.id – Setahun telah berlalu sejak Rektor IAIN Kendari, Husain Insawan, berjanji akan merenovasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kampus IAIN Kendari, yang membuat harapan mahasiswa pun sempat melambung tinggi saat janji itu dilontarkan. Namun setelah janji itu terucap, yang tersisa hanyalah kekecewaan mendalam.

Sementara itu, RTH yang membentang dari depan perpustakaan hingga gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) awalnya merupakan salah satu sudut favorit mahasiswa. Yang dimana tempat itu sering digunakan untuk melepas penat, belajar, hingga berdiskusi. Akan tetapi ruang tersebut tampak jauh dari kata nyaman. Minim fasilitas dan perawatan, sehingga RTH tak lagi menjadi pelarian yang diidamkan mahasiswa di tengah kesibukan akademik.

Keluh kekecewaan ini muncul karena sebelumnya pihak kampus pernah menjanjikan untuk merenovasi RTH, Seperti menyediakan gazebo, kursi, meja dan fasilitas lainnya. Tetapi kenyataannya, upaya itu hanya omong kosong belaka. Sebab sampai hari ini janji itu tidak terealisasi.

Seperti yang dikatakan oleh Karsa (nama samaran), salah satu mahasiswa aktif semester lima, Prodi Pendidikan Agama Islam, Pada Selasa pagi (19/11/2024), dia mengungkapkan rasa kecewanya terhadap kondisi RTH yang memprihatinkan.

Baginya, keberadaan RTH yang nyaman sangat penting bagi mahasiswa, “saya menginginkan penataan ulang diruang terbuka hijau karna manfaatnya, khususnya dilingkungan kampus bisa sebagai objek tempat diskusi dan perkumpulan mahasiswa. kemudian Pak Rektor pernah janjikan atau dia ucapkan, itu sudah suatu kebijakan, saya setuju dengan penataan ulang tersebut,” jelas Karsa.

Karsa juga berpendapat bahwa Janji yang tidak terealisasikan itu akan menjadi pembohongan publik apabila sesuatu yang sudah dijanjikan tetapi tidak dilaksanakan, “jika dalam kepemimpinan Pak Rektor itu tidak dilaksanakan maka itu bisa dikatakan kebohongan dan jika itu dilaksanakan maka itu kebenaran,” terang Karsa tegas.

Pandangan serupa juga disampaikan oleh Ari (nama samaran), mahasiswa semester tiga Prodi Hukum Tata Negara. Dia menyoroti alasan dibalik keterlambatan renovasi RTH.

“Apakah karena masalah anggaran, birokrasi yang rumit, atau mungkin prioritas lain yang dianggap lebih mendesak? Atau mungkin pihak kampus memang sengaja lalai terhadap janjinya,” katanya, Rabu (20/11/2024).

“Kalau soal pembohongan publik itu belum terlalu jelas menurut saya, namun jika janji ini diabaikan terus menerus tanpa penjelasan hal itu dapat menurunkan kepercayaan civitas akademika terhadap pimpinan,” lanjutnya.

Sementara pada saat itu, secara jelas dan meyakinkan Rektor IAIN Kendari, Husain Insawan, mengatakan melalui wawancara eksklusifnya, bahwa dia akan melakukan penataan di RTH sebagai bentuk pengembangan kedepannya, “Insya Allah kita upayakan untuk dilakukan penataan di ruang terbuka hijau,” tutur Husain, pada Objektif.id Selasa (3/10/2023) lalu.

Tidak hanya itu lanjut Husain, bahwa pihak kampus akan menjadikan RTH ini sebagai salah satu objek wisata pendidikan bagi para mahasiswa, “di sana kita sediakan fasilitas, seperti gazebo atau fasilitas lain yang bisa menambah kenyamanan mahasiswa saat berada ditempat itu. Tahun 2024 kita upayakan ada penataan disana, sehingga mahasiswa menjadikan ruang terbuka hijau itu sebagai tempat diskusi, mungkin juga tempat untuk nyantai,” pungkas Husain dengan bangga, yang saat itu baru terpilih menjadi Rektor IAIN Kendari.

Tapi setahun telah berlalu namun bukti atas janji itu belum terlihat sama sekali bahkan terkesan hanya sekedar omong kosong belaka. Oleh karena itu para mahasiswa merasa kecewa sebab niat pihak kampus untuk memperbaiki kualitas ruang terbuka hijau yang mereka butuhkan tidak terlaksana.

Sampai hari ini mahasiswa bertanya-tanya, mengapa perenovasian belum terlaksana? Apakah Rektor belum berkoordinasi kepada pihak lainnya, seperti yang membidangi sarana dan prasarana yaitu Warek II IAIN Kendari.

Sungguh sangat disayangkan aspirasi mahasiswa yang pernah didukung akan tetapi hari ini menjadi satu penilaian buruk kepada pimpinan karena tidak adanya realisasi yang jelas.

Bagi mahasiswa, RTH bukan sekadar ruang kosong. Tempat itu adalah bagian penting dari kehidupan kampus, sebagai alternatif ruang belajar, berdiskusi, hingga berkumpul bersama teman. Ketiadaan langkah konkret untuk memperbaiki RTH dinilai mencerminkan kampus hanya sering mengobral janji.

Kekecewaan ini seharusnya menjadi peringatan bagi pimpinan kampus. Transparansi dan komunikasi yang jelas diperlukan untuk menjaga kepercayaan civitas akademika. Harapan mahasiswa sederhana, janji renovasi RTH segera diwujudkan. Sebab, kepercayaan adalah pondasi utama dalam hubungan harmonis antara pimpinan dan mahasiswa.

Sampai berita ini diterbitkan, pihak rektorat melalui warek II IAIN Kendari yang membidangi sarana prasarana saat dimintai keterangan untuk menyampaikan pendapat tidak terealisasinya janji Rektor IAIN Kendari, dia mengatakan bahwa, “baiknya wawancarai saja Pak Rektor yang tahu ide gagasannya.” Ucapnya, Rabu (13/11/2024).

Sementara Rektor IAIN Kendari, sangat sulit ditemui sejak isu liputan ini dimulai sampai pada penerbitan tulisan, bahkan saat dihubungi oleh pihak Objektif melalui Via WhatsApp untuk melakukan konfirmasi, tidak ada tanggapan sama sekali.

Penulis: Muh. Dimas Dafid F/anggota muda
Editor: Hajar

Miris! Fasilitas dan Pengelolaan PKM Lantai 2 IAIN Kendari Begitu Memprihatinkan, Bukti Ketidakpedulian Pimpinan Kampus?

Kendari, Objektif.id – Tepat 1 tahun yang lalu, sejak 16 November 2023, saat lembaga kemahasiswaan ramai-ramai menyoroti ketidakpedulian kampus terhadap fasilitas dan pengelolaan gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) lantai 2 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, kini kembali memancing perhatian publik kampus.

Sebab gedung yang menjadi sentra dari aktivitas berbagai Unit Kegiatan Khusus (UKK) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dalam menyelenggarakan kegiatan, yang seharusnya menjadi simbol vitalitas dan kreativitas mahasiswa ini, justru dipandang tak layak dan kurang mendukung kegiatan kemahasiswaan. Banyak mahasiswa yang merasa fasilitas serta tata kelola yang tersedia di sana jauh dari kata layak, bahkan jauh dari ekspektasi bagi sebuah institusi pendidikan tinggi.

Keluhan ini muncul kembali ke permukaan setelah pihak kampus sempat melakukan renovasi terbatas. Seperti penyediaan Kursi, meja, dan kipas angin sebagai bentuk perbaikan fasilitas. Tetapi kenyataannya, upaya ini dianggap sekadar solusi sementara yang tak menyentuh akar persoalan secara kolektif.

Sehingga para mahasiswa merasa perubahan ini hanya sekadar menggugurkan kewajiban tanpa keseriusan niat memperbaiki kualitas ruang yang mereka butuhkan, “kondisi gedung PKM sangat memprihatinkan. Kursi dan meja masih kurang, belum lagi soal kebersihan yang sama sekali tak terjaga. Setelah kegiatan, sampah sering kali berserakan di sekitar gedung,” ungkap La Ode Muh. Fazril, Ketua Dansat Menwa IAIN Kendari, melalui wawancara eksklusif dalam pemberitaan Objektif.id pada Kamis, (16/11/2023) lalu. Yang dengan lantang menggemakan suara keresahan seluruh anggota UKK dan UKM di IAIN Kendari.

Fazril, sebagai representasi keluhan kebanyakan mahasiswa, menekankan bahwa pihak lembaga kemahasiswaan menginginkan ada pengelolaan yang ditunjang dengan fasilitas yang bisa mendukung aktivitas mereka, karena faktanya, sering kali lembaga kemahasiswaan harus melangsungkan kegiatan dalam kondisi yang memprihatinkan.

“Kami sangat membutuhkan pengelolaan dan fasilitas yang lebih lengkap dan layak, seperti pendingin ruangan (AC), monitor proyektor, pengeras suara, pencahayaan yang lebih baik lagi, juga cara pengelolaan gedung yang baik. Ini bukan untuk kemewahan, tapi untuk menunjang kegiatan-kegiatan kami, terlebih ketika kami harus menyambut tamu atau narasumber dari luar. Bukan hanya kursi dan meja, kami ingin merasa dihargai di ruangan ini melalui keadaan yang baik,” katanya dengan tegas.

Ironisnya, gedung PKM yang sejatinya dirancang untuk mendukung kegiatan kemahasiswaan justru dirasa menjadi momok menakutkan. Seperti yang diungkapkan oleh Firmansyah (nama samaran), seorang mahasiswa yang kerap terlibat dalam berbagai kegiatan di sana, fasilitas ini bukan hanya mengecewakan, tapi juga sangat menyedihkan.

“Ruangan panas, sarang laba-laba di mana-mana, lantai kotor dan barang-barang tak terpakai berserakan. Setiap kali saya ke sini, rasanya seperti masuk ke tempat pembuangan sampah, seperti bukan gedung PKM tempat mahasiswa melakukan eksplorasi kreatifitasnya,” ucapnya penuh rasa jengkel, Kamis (14/11/2024). Kata-kata Firmansyah mungkin terkesan berlebihan, tetapi begitulah cara ia memukul perasaan mati rasa kampus yang selama ini dia pendam.

Lebih meresahkan lagi, kondisi gedung PKM IAIN Kendari ini menggambarkan sebuah paradoks yang memprihatinkan. Di satu sisi, perguruan tinggi ingin memupuk semangat mahasiswa untuk aktif, kreatif, inovatif, dan menyumbangkan prestasi, tetapi di sisi lain mereka seperti diabaikan ketika menyangkut fasilitas dengan nuansa gedung tak terurus yang tidak mendukung tempat mereka melaksanakan kegiatan itu.

Seharusnya dengan banyaknya keluhan yang muncul, kampus mesti lebih intens memberikan atensi yang nyata dalam persoalan ini. Namun, hingga saat ini, Dr. Nurdin S.Ag, M.Pd sebagai Wakil Rektor II IAIN Kendari yang bertanggung jawab atas sarana dan prasarana kampus masih belum memberikan tanggapan resmi. Padahal, protes ini bukanlah sesuatu yang baru; sudah cukup lama suara-suara mahasiswa mengalir dari gedung PKM, yang semakin hari semakin merasa gedung PKM yang ada dirasa tak layak.

Bahwa perlu diketahui persoalan ini bukan sekadar kurangnya fasilitas dan pengelolaan yang baik, tetapi menyangkut rasa cinta mahasiswa atas ruang yang menjadi tempat mereka berkarya, berkreasi, dan menyalurkan potensi, yang mereka anggap keluhan sudah bertahun-tahun akan tetapi sampai sekarang tidak mendapatkan dukungan kampus untuk menyediakan gedung yang lebih layak.

Jika kampus yang seharusnya menjadi tempat belajar dan bertumbuh tidak memberikan dukungan infrastruktur yang memadai, maka wajar jika mahasiswa selalu melakukan pembangkangan dan perlawanan, karena mahasiswa merasa kampus hanya memandang mereka sebagai angka, bukan sebagai manusia yang membutuhkan ruang ekspresi.

Oleh karena itu, dibalik keluhan ini ada harapan agar pihak kampus mampu melihat gedung PKM sebagai ruang penting bagi perkembangan mahasiswanya. Bukan sekadar soal fasilitas fisik, tetapi soal memberikan ruang yang nyaman untuk berkegiatan. Apakah pihak kampus akan merespons harapan ini, ataukah mahasiswa harus terus bersuara hingga kelelahan? Hanya tuhan yang tahu.

Penulis: Hajar & Wawan Tasriadin/anggota muda
Editor: Tim redaksi

Antusias Fun Run Dies Natalis IAIN Kendari Disambut Meriah Ratusan Peserta dari Berbagai Kalangan

Kendari, Objektif.id — Sabtu pagi 10 November, suasana riuh penuh semangat memenuhi Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari. Sejak fajar menyingsing, kampus telah dipadati ratusan peserta dari berbagai kalangan yang akan mengikuti Fun Run, sebagai puncak acara dalam rangkaian Expo dan Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) yang digelar dalam perayaan dies natalis IAIN Kendari. Kegiatan Fun Run yang berlangsung mulai pukul 05:30 hingga 12:00 siang ini, menjadi momen penutupan Porseni yang ditutup langsung oleh Rektor IAIN Kendari, Prof. Dr. Husain Insawan, M.Ag.

Pada kegiatan ini tidak hanya mahasiswa yang ikut berpartisipasi, tetapi juga masyarakat umum, mulai dari anak-anak hingga orang tua, turut hadir dalam meramaikan acara ini. “Kami sangat antusias, dan tentu saja senang melihat Fun Run ini begitu diminati oleh banyak kalangan,” ungkap Siti Fauziah, Wakil Rektor III, di sela-sela kegiatan.

“Fun Run ini bukan hanya soal olahraga, tetapi juga kesempatan untuk memperkenalkan IAIN Kendari kepada masyarakat luas. Insyaallah, tahun depan kegiatan ini akan kembali diadakan dan diharapkan menjadi agenda tahunan,” tambah Fauziah.

Kegiatan ini tidak hanya menawarkan aktivitas olahraga, tetapi juga kesempatan meraih hadiah utama dan doorprize yang menarik. Dengan itu, kegiatan ini menjadi penyemangat tambahan bagi peserta yang tak henti-hentinya bersorak dan bertepuk tangan selama acara berlangsung.

Salah satu peserta Fun Run, Hakri, membagikan kisahnya setelah menyelesaikan lomba. “Ini pengalaman yang luar biasa. Meskipun melelahkan, kepuasan yang saya rasakan sungguh tidak terbayangkan. Saya sudah berlatih dan mempersiapkan diri selama beberapa minggu untuk momen ini. Bagi saya, ini bukan hanya soal menjadi yang tercepat, tetapi tentang bagaimana kita bisa melampaui batas diri,” ujarnya penuh semangat.

Dengan bangga, Hakri juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukungnya selama lomba berlangsung, “Kalian adalah motivasi yang membuat saya bertahan hingga garis finis. Selamat juga untuk para peserta lain yang telah berjuang dengan luar biasa di lintasan tadi,” tambahnya dengan senyum puas.

Keseruan semakin memuncak saat sesi pembagian hadiah dimulai, dengan para peserta yang larut dalam kegembiraan. Apalagi ditambah penampilan semarak dari mahasiswa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni yang turut mempersembahkan lagu dan penampilan seni sehingga menambah kehangatan dan suasana akrab diantara sesama peserta.

Selain sebagai bentuk perayaan dies natalis, semoga dengan adanya kegiatan ini mampu untuk menginspirasi masyarakat agar menjalankan gaya hidup sehat terutama menjelang bonus demografi pada 2045, Karena sebagai bangsa kita pasti ingin mewujudkan gerakan Indonesia sehat yang siap menyongsong generasi emas nantinya, khususnya di Sulawesi Tenggara.

Pada kegiatan ini tim Objektif.id, mengamati para peserta berlomba dengan semangat dengan energi yang sama, hal ini mencerminkan harmoni dan solidaritas yang diharapkan dapat terus tumbuh. Ini menandakan bahwa Fun Run tidak hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga simbol kebersamaan yang menginspirasi, menggerakkan semangat sehat, dan menguatkan nilai persaudaraan di antara masyarakat Kendari.

Diakhir acara, para peserta pulang dengan hati penuh suka cita, tak hanya karena hadiah yang mereka terima, tetapi juga pengalaman berharga yang tak terlupakan. Dengan demikian, Fun Run di IAIN Kendari ini membuktikan bahwa sebuah kegiatan olahraga dapat menjadi sarana mempererat hubungan antarwarga sekaligus memupuk kebersamaan yang bisa disemarakkan oleh siapa saja, dari semua usia dan latar belakang.

Penulis: Khaerunnisa
Editor: Harpan Pajar

Enggan Bentuk Satgas, Tanggapan Mahasiswa IAIN Kendari: Kampus Tidak Peduli Terhadap Pencegahan Kekerasan Seksual

Kendari, Objektif.id-Sejumlah mahasiswa IAIN Kendari kini menyuarakan keresahan mereka terhadap kampus yang tidak membentuk satgas kekerasan seksual. Padahal Kekerasan seksual di lingkungan pendidikan, terutama di kampus, merupakan masalah serius yang memerlukan penanganan tegas secara menyeluruh.

Sementara institusi-institusi pendidikan lain mulai merespon dengan membentuk satuan tugas (satgas) khusus, namun IAIN Kendari justru masih mengandalkan Dewan Etik untuk menangani kasus-kasus kekerasan seksual tanpa membentuk mekanisme pencegahan yang lebih konkret.

Dalam kasus kekerasan seksual, mahasiswa beranggapan bahwa respon berupa penindakan setelah kasus terjadi tidaklah cukup. Salah satu kasus pelecehan seksual yang melibatkan dosen pada 16 November 2020 menjadi sorotan, di mana sejumlah mahasiswi melaporkan pelecehan tersebut.

Ironisnya, menurut laporan para mahasiswa, korban tidak menerima pendampingan psikologis yang layak. Meski pelaku sudah ditindak, namun mahasiswa menilai bahwa pasti ada luka psikis para korban yang tetap menganga. tanpa dilakukan upaya pemulihan dari pihak kampus, mahasiswa menganggap bahwa kampus menutup mata dihadapan wajah kekerasan seksual yang marak terjadi dilingkungan pendidikan.

Dengan kegagalan kampus dalam menyediakan dukungan penuh kepada korban melalui satgas, mahasiswa menilai kampus tidak peduli terhadap isu pencegahan kekerasan seksual. Dan kini telah menuai kritik tajam dari sejumlah mahasiswa, diantaranya mahasiswa Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD), Nurul Azkia, dia berpendapat bahwa kampus perlu memandang masalah ini dari sisi preventif. “Jangan hanya ketika ada kasus baru ada Dewan Etik. Kalau kampus tidak segera membentuk satgas, calon pelaku bisa merasa aman dan bebas melancarkan aksinya,” ungkapnya tegas.

Senada dengan itu, Muhammad Ahsan Tamsri, mahasiswa Fakultas Syariah, dia menganggap bahwa Dewan Etik saja tidak cukup memadai untuk mencegah kejadian serupa, keberadaan Dewan Etik selama ini hanya fokus pada sanksi, bukan pada pencegahan. “Kalau hanya menindak pelaku tanpa melakukan pencegahan dan mengabaikan sebagian hak-hak korban, maka kasus kekerasan seksual tidak akan pernah selesai,” tegasnya. Menurut Ahsan, pembentukan satgas kekerasan seksual akan menunjukkan komitmen kampus dalam memberikan perlindungan dan pengawasan yang ketat.

Mahasiswa lainnya, Muhammad Azhar dari Fakultas Syariah, juga mendukung penuh pembentukan satgas kekerasan seksual di kampus. Menurutnya, tindakan preventif jauh lebih efektif daripada hanya memberikan sanksi. “Lebih baik mencegah daripada mengobati,” kata Azhar yang merasa yakin bahwa regulasi yang ada saat ini belum mampu menangani kekerasan seksual secara efektif sekaligus menunjukkan sikap kampus yang tidak serius melihat isu kekerasan seksual sebagai isu yang sangat krusial.

Sementara itu, menurut Sri Wahyuni, mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) menambahkan bahwa lemahnya pendampingan dari Dewan Etik adalah salah satu ketidakpedulian kampus terhadap dampak dari kekerasan seksual. Menurutnya, saat dosen yang terbukti melakukan pelecehan kepada mahasiswa diberhentikan, kampus seharusnya turut menyediakan pendampingan psikologis bagi korban. “Dalam hal ini Perempuan seharusnya jadi prioritas dalam perlindungan kampus,” kata Sri.

Bahkan menurut Ira, teman seangkatan Nurul di Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, kode etik kampus saat ini hanya efektif sebagai sanksi formal, namun belum menyentuh pemulihan psikologis korban. “Kalau kampus terus begini, banyak yang akan merasa tidak aman,” jelas Ira. Ia juga menegaskan bahwa tekanan dari lingkungan sekitar sering kali menambah beban korban, bahkan bisa menyebabkan depresi.

Karena pentingnya pendampingan ini bagi korban, Aulia Rani, mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FATIK). Ia berpendapat bahwa kode etik yang ada belum benar-benar berpihak pada korban, karena masih terfokus pada sanksi bagi pelaku tanpa menyediakan dukungan berkelanjutan bagi korban. “Mulai dari kasus mencuat hingga pasca penindakan, korban belum mendapatkan pendampingan seratus persen,” ungkapnya.

Selain itu, Ciang Irawan, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), mengungkapkan ketidakpedulian kampus terhadap kekerasan seksual mencerminkan pengkhianatan terhadap nilai-nilai Islam yang seharusnya dijunjung tinggi. “Ketidakpedulian secara serius ini menodai nama kampus Islam,” katanya singkat. Pernyataan ini kemudian diiringi dengan kritik Muhammad Isa Amam, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), yang mempertanyakan apakah kode etik kampus benar-benar dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah mahasiswa atau hanya sekadar formalitas. Isa mengungkapkan, “Kasus kekerasan seksual tahun 2021 antar mahasiswa dianggap selesai setelah pelaku ditindak tegas, tapi apa yang dilakukan kampus terhadap korban setelah itu?” ujarnya.

Mahasiswa-mahasiswa ini berharap pembentukan satgas kekerasan seksual bisa mengatasi kekurangan yang ada pada Dewan Etik. Bukan sekadar sanksi, mereka juga menuntut agar pendampingan psikologis bagi korban menjadi bagian penting dari upaya kampus dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman.

Seiring dengan semakin banyaknya seruan dari para mahasiswa, Mereka menginginkan lingkungan kampus yang aman, di mana pendampingan bagi korban juga menjadi prioritas utama. Akankah kampus menunjukkan komitmen nyata dalam melindungi mahasiswa dari kekerasan seksual dengan membentuk Satgas, atau tetap mengandalkan mekanisme Dewan Etik yang selama ini dinilai kurang memadai?

Kampus IAIN Kendari sebagai institusi yang berlandaskan nilai-nilai Islam maka sudah seharusnya memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan bahwa semua warganya, terutama kepada para mahasiswi, agar mendapatkan perlindungan yang maksimal dari kekerasan seksual. Mahasiswa IAIN Kendari saat ini menuntut agar pihak kampus tidak sekadar mengandalkan peraturan yang ada di atas kertas, tetapi juga menerapkan kebijakan yang efektif dan berpihak secara penuh kepada korban.

Penulis: Hajar & Fahda Masyriqi/anggota muda
Editor: Tim redaksi

Pembukaan Expo dan Porseni IAIN Kendari Dimeriahkan Ratusan Peserta dari Berbagai Sekolah

Kendari, Objektif.id – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari resmi menggelar Expo dan Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) pada Jumat, 8/11/2024. Acara ini dibuka langsung oleh Rektor IAIN Kendari, Prof. Dr. Husain Insawan, M.Ag, dan akan berlangsung selama tiga hari.

Sebanyak 651 peserta dari 51 sekolah di Kota Kendari turut berpartisipasi dalam Expo dan Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) di IAIN Kendari. Peserta-peserta ini berasal dari berbagai jenjang pendidikan, termasuk Pondok Pesantren, Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Ketua panitia Expo dan Porseni, Dr. Sitti Fauziah, M.Pd., yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor III IAIN Kendari, menyampaikan bahwa kegiatan ini dirancang untuk mempererat silaturahmi antar pelajar di seluruh Sulawesi Tenggara. Selain itu, acara ini juga menjadi sarana bagi IAIN Kendari untuk memperkenalkan kampusnya kepada para peserta.

“Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai ajang silaturahmi antar siswa Madrasah Aliyah dan SMA se-Sulawesi Tenggara, sekaligus untuk menarik minat mereka bergabung di IAIN Kendari”, ujarnya.

Rektor IAIN Kendari, Prof. Dr. Husain Insawan, M.Ag, mengungkapkan harapannya agar Expo dan Porseni ini dapat menjadi agenda tahunan. Menurutnya, kegiatan ini penting untuk dilaksanakan secara rutin, terutama saat momentum peringatan Hari Santri dan Dies Natalis.

Prof. Dr. Husain Insawan, M.Ag., juga menekankan bahwa acara seperti ini tidak hanya memperkuat relasi antara pelajar dan institusi pendidikan di Sulawesi Tenggara, tetapi juga meningkatkan daya tarik IAIN Kendari sebagai kampus yang aktif dalam pembinaan seni dan olahraga, sehingga menarik minat lebih banyak calon mahasiswa di masa mendatang.

“Harapan ke depannya, acara ini akan menjadi kalender rutin IAIN Kendari. Selama ada Hari Santri dan Dies Natalis, kami akan terus melaksanakan kegiatan ini”, ungkapnya.

Expo dan Porseni IAIN Kendari diharapkan tidak sekedar menjadi ajang kompetisi, tetapi juga menjadi wadah bagi para pelajar untuk saling mengenal, berinteraksi, dan mengembangkan bakat di bidang seni dan olahraga.

Reporter: Ilma Yusni/Anggota Muda
Editor: Andi Tendri

Demi Pilkada Yang Demokratis, Ketua HMI Komisariat Ibnu Rusyd IAIN Kendari Himbau ASN Bersikap Netral

Kendari, Objektif.id – Kontestasi demokrasi saat ini tengah menghangat di seluruh pelosok negeri, termasuk di jazirah Sulawesi bagian Tenggara, yang tidak lama lagi akan memasuki musim Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada tahun 2024, yang tentu sangat menarik antusiasme yang tinggi kepada setiap elemen masyarakat untuk mempersiapkan diri dalam menyukseskan pesta demokrasi yang akan datang.

Bahwa pada pilkada tahun 2024 ini, nantinya akan melibatkan berbagai jenjang kontestasi politik, mulai dari provinsi, kabupaten, dan kota, sehingga intensitas atmosfer demokrasi terasa semakin tinggi. Apa lagi dengan ragam perkembangan politik yang setiap waktu berubah dengan begitu dinamis.

Namun dalam menyambut pesta demokrasi yang akan diselenggarakan pada 27 November mendatang, tak terkecuali Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Ibnu Rusyd IAIN Kendari yang tidak hanya sekadar menyambut pesta demokrasi ini sebagai momen pemilihan pemimpin semata, akan tetapi masih senantiasa Istiqomah menyampaikan kesadaran kritisnya tentang pentingnya menjaga netralitas, terutama di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) dan kepala desa.

Sehingga sebagai organisasi mahasiswa, HMI Komisariat Ibnu Rusyd menegaskan komitmennya untuk mengawal jalannya Pilkada 2024 agar menjadi ruang demokrasi yang sehat dan adil.

Hal itu kemudian disampaikan oleh Ketua Umum HMI Komisariat Ibnu Rusyd, Al-Izar, dalam keterangannya kepada Objektif.id yang menekankan pentingnya netralitas ASN dan kepala desa dalam Pilkada mendatang.

“Sebagai organisasi kemahasiswaan, kami tidak hanya diam mengamati dari jauh. Kami akan melakukan pemantauan dan memastikan bahwa ASN tetap menjaga netralitasnya. Ini demi memastikan bahwa Pilkada tahun 2024 berjalan sesuai asas demokrasi yang benar,” ungkap Al-Izar.

Menurutnya, ASN memegang peran vital dalam menciptakan pemilu yang demokratis dan adil. “perlu diketahui, netralitas ASN merupakan salah satu landasan utama dalam mewujudkan pemilihan dengan tetap berlandaskan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil”, katanya.

Bagi Al-Izar, netralitas ASN menjadi bagian dari pilar utama dalam menciptakan suasana pemilihan yang damai. “ASN tidak boleh terlibat politik praktis, apalagi menjadi alat atau perpanjangan tangan pihak-pihak tertentu yang akan mencederai esensi dari demokrasi itu sendiri, yang nanti akan menimbulkan kegaduhan diruang publik”, ujarnya dengan tegas.

Sebagai mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) IAIN Kendari periode 2022-2023, Al-Izar menambahkan bahwa betapa pentingnya untuk memastikan proses pilkada yang adil tanpa ditunggangi kepentingan yang akan merusak prinsip-prinsip demokrasi.

Olehnya Itu, dia menginginkan agar ada keterlibatan aktif masyarakat secara kolektif, dalam memastikan Pilkada yang berintegritas. “Kami ingin ada partisipasi publik dalam mengawal pilkada ini menjadi pesta demokrasi yang sehat dan bersih dari praktik-praktik pembangkangan nilai-nilai demokrasi itu sendiri”, tambahnya.

Selain itu, Al-Izar juga menyampaikan harapannya agar semua pihak, termasuk para calon kepala daerah, tim sukses, dan simpatisan, untuk bisa saling menghormati.

Bahwa pertarungan politik bukan hanya tentang siapa yang menang atau kalah, tetapi bagaimana proses tersebut dapat menciptakan iklim politik yang sehat dan damai.

“Tantangan politik kita bukan soal siapa yang terpilih dan tidak , tetapi juga bagaimana kita memastikan bahwa proses demokrasi ini bisa berjalan dengan damai dengan memahami apa yang boleh dan tidak boleh kita lakukan”, pungkas Al-Izar.

Dengan pesan moral yang disampaikan Al-Izar tentang netralitas ASN seharusnya itu menjadi perhatian secara serius kepada seluruh masyarakat agar dapat berpartisipasi aktif dalam membangun iklim demokrasi yang bebas dari kepentingan kelompok tertentu.

Penulis: Hajar86 & Aulia Permata Ashar/anggota muda
Editor: Tim redaksi

Simposium Demokrasi dan Politik oleh SEMA Syariah IAIN Kendari: Membangun Nalar Kritis Mahasiswa

Kendari, Objektif.id – Suasana berbeda terasa di Aula Mini Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari pada Senin (28/10/2024). Pagi itu, lebih dari 150 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kendari tampak antusias menghadiri Simposium Hukum, Demokrasi, dan Politik yang diselenggarakan oleh Senat Mahasiswa (Sema) Fakultas Syariah IAIN Kendari.

Para peserta yang hadir berasal dari beberapa kampus di Kendari, seperti Universitas Halu Oleo, Universitas Muhammadiyah, Universitas Sulawesi Tenggara, dan STIE 66.

Bahwa kehadiran mereka tidak hanya untuk mendengarkan, tetapi juga berpartisipasi dalam diskusi yang bertujuan menajamkan nalar kritis sebagai pemilih muda, yang nantinya akan menjadi generasi penting dalam dinamika politik yang terus berkembang.

Pada simposium kali ini Sema Syariah mengangkat tema “Restorasi Demokrasi: Eksistensi Kedaulatan Rakyat dalam Menentukan Arah Sulawesi Tenggara.” Tema ini dianggap sangat relevan dengan Pilkada serentak yang akan digelar pada 27 November mendatang, yang mana pemilih muda akan memainkan peran penting dalam menentukan pemimpin yang membawa aspirasi masyarakat luas.

Selain antusiasme dari mahasiswa, simposium ini juga dihadiri oleh Prof. Dr. Kamaruddin, Dekan Fakultas Syariah, yang menyampaikan pentingnya kegiatan semacam ini dalam situasi demokrasi yang kian dinamis.

Menurutnya, restorasi demokrasi adalah hal yang perlu untuk dipahami oleh mahasiswa agar mereka tidak hanya cerdas dalam teori tetapi juga bijak dalam praktik politik nyata.

“Mahasiswa diharapkan memahami demokrasi secara komprehensif, terutama dalam menghadapi pemilihan serentak yang akan datang,” tegas Prof. Kamaruddin, yang menekankan pentingnya peran mahasiswa sebagai generasi yang akan menjadi pemimpin masa depan.

Sementara itu, ditempat yang sama Muhammad Ikbal, sebagai Ketua Sema Fakultas Syariah, menjelaskan bahwa acara ini bukan sekadar kegiatan akademik biasa. Baginya, simposium ini adalah wadah untuk mengajak mahasiswa lebih kritis dalam melihat realitas politik, terutama ketika mereka akan menggunakan hak pilihnya.

“Sebagai masyarakat, kita harus bijak dalam memilih pemimpin yang bisa membawa Sultra ke arah yang lebih sejahtera. Menggunakan hak politik secara baik dan benar sangat penting,” kata Ikbal, penuh semangat.

Dalam kegiatan ini para peserta juga merasakan manfaat terutama dalam menambah pemahaman mereka tentang demokrasi menjelang pemilihan serentak pada November mendatang.

Hal itu disampaikan oleh Fiqih, sebagai mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Kendari, dia mengungkapkan bahwa simposium ini memberikan wawasan baru yang sangat relevan dengan konteks pilkada.

“Ilmu yang kami dapatkan sangat bermanfaat. Materi yang disampaikan membuat kami lebih jeli dalam memilih pemimpin untuk lima tahun ke depan pada pilkada serentak nanti,” katanya dengan penuh semangat.

Harapannya, mahasiswa tidak hanya mampu menjadi pemilih yang cerdas, tetapi juga agen perubahan dalam kehidupan politik yang lebih sehat dan bertanggung jawab di masa depan.

Dengan adanya simposium ini semoga bukan hanya menjadi ruang diskusi, tetapi juga memantik kesadaran kritis di kalangan mahasiswa Kendari, tapi juga sebagai jembatan bagi mahasiswa untuk belajar memahami demokrasi yang sesungguhnya di tengah hiruk-pikuk politik yang kadang membingungkan.

Penulis: Aril Saputra & Indra Rajid (anggota muda)
Editor: Andi Tendri

Edukasi Pemilih Muda Lewat Layar Lebar: KPU Kendari Gelar Nobar “Tepati Janji” di IAIN Kendari

Kendari, Objektif.id – Pada Senin sore (28/10/2024), suasana di Aula Lab Multimedia Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari berbeda dari biasanya. Sebab puluhan mahasiswa dari berbagai program studi tampak antusias memadati kegiatan nonton bareng (nobar) yang diinisiasi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Kendari.

Selain mahasiswa, kegiatan nobar film yang berjudul “Tepati Janji” ini dihadiri juga oleh tokoh-tokoh penting kampus, seperti Rektor IAIN Kendari, Prof. Dr. Husain Insawan, M.Ag., dan Wakil Rektor III Dr. Sitti Fauziah, M.S.Pd.I., M.Pd.

Film ini dipilih bukan tanpa alasan, Karena menurut Kahar Taba, salah satu anggota KPU Kota Kendari, bahwa film “Tepati Janji” menjadi penting sebagai bahan evaluasi kepemimpinan sebagaimana dengan tema yang diangkat pada film ini, yaitu komitmen seorang pemimpin dalam menunaikan janji kepada masyarakat.

Sehingga film tersebut menjadi sebuah refleksi kesadaran kritis kepada para pemimpin dan masyarakat tentang bagaimana mengawal dan mempertanggungjawabkan amanah yang telah diberikan kepada pemimpin agar terlaksana sesuai dengan apa yang dicita-citakan bersama.

“Melalui film ini, kami berharap mahasiswa bisa mengawal kepentingan publik sesuai dengan tujuan yang telah disepakati bersama, serta memahami nilai penting dari sebuah kepemimpinan yang berintegritas dan bertanggungjawab,” ujar Kahar.

Baginya, kegiatan nobar ini adalah bagian dari program sosialisasi yang ditujukan untuk memperluas wawasan pemilih muda mengenai esensi demokrasi agar supaya pandai memilah sebelum memilih setiap calon pemimpin yang akan berkontestasi nantinya.

“Tujuan kami, agar mereka bisa memahami apa itu Pilkada dan nilai-nilai demokrasi yang terkandung didalamnya, agar mereka mampu melihat visi serta misi pasangan calon yang akan bertarung nanti,” katanya dengan penuh optimisme.

Harapannya adalah, dengan kehadiran mahasiswa yang ditandai melalui estimasi masa yang tidak sedikit, semoga mereka datang bukan hanya sekadar untuk menonton film, tetapi diluar daripada itu diharapkan mereka memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang apa itu demokrasi.

Sementara itu, salah satu peserta nobar, Sherly Afriani, mahasiswa Program Pendidikan Ekonomi Syariah, merasakan manfaat dari kegiatan ini. Ia mengaku banyak belajar tentang cara memilih pemimpin yang tepat dari film tersebut.

“Film tadi sangat menarik, banyak pelajaran yang bisa diambil, terutama tentang bagaimana kita bisa memilih pemimpin yang benar-benar punya komitmen untuk memimpin ke arah yang lebih baik,” ungkapnya sambil tersenyum.

Sherly juga menyampaikan harapannya agar Pilkada mendatang dapat melahirkan sosok pemimpin yang memprioritaskan kepentingan rakyat, khususnya di Sulawesi Tenggara. “Semoga pemimpin yang terpilih nanti bisa bekerja lebih baik lagi dari pemimpin-pemimpin sebelumnya,” tambahnya dengan penuh harapan.

Kegiatan ini diharapkan tidak hanya menjadi hiburan bagi mahasiswa. Lebih dari itu, nobar film “Tepati Janji” harus menjadi medium efektif untuk merangkul dan mendidik pemilih muda tentang pentingnya kesadaran terhadap partisipasi politik.

Bahwa di tengah perkembangan politik yang semakin dinamis, langkah KPU Kota Kendari dalam memberikan edukasi nilai-nilai demokrasi melalui nobar film “Tepati Janji” semoga dapat menumbuhkan kesadaran politik yang lebih luas dikalangan generasi muda, yang kelak akan menjadi penentu masa depan demokrasi bangsa.

Penulis: Khaerunnisa

Editor: Tim redaksi

Kenangan di Kampus Biru

Di sebuah kampus yang terletak di pinggiran kota, ada banyak gedung-gedung megah berwarna biru yang menjadi simbol kebanggaan para mahasiswanya. Kampus ini bukan hanya tempat untuk belajar, tetapi juga menjadi saksi bisu perjalanan hidup banyak orang. Di sinilah cerita tentang dimulai.

Siti adalah seorang mahasiswa baru yang penuh semangat. Di hari pertama kuliah, ia merasa malu dan sedikit takut. Saat memasuki aula besar untuk perkenalan, pandangannya tertuju pada seorang pemuda bernama Joan. Joan adalah seorang kakak senior yang terkenal ramah dan selalu membantu mahasiswa baru. Siti pun terpesona dengan senyumnya yang hangat.

Setelah acara perkenalan, Siti memberanikan diri untuk mendekati Joan dan bertanya tentang kegiatan di kampus. Joan pun dengan sabar menjelaskan berbagai organisasi dan acara yang ada. Dan dari situlah, mereka mulai sering bertemu dan berbagi cerita serta pengalaman.

Seiring berjalannya waktu, Siti dan Joan semakin dekat. Mereka menghabiskan waktu bersama di perpustakaan, belajar, hingga mengikuti berbagai kegiatan kampus. Siti merasa nyaman dengan Joan, seolah-olah mereka sudah berteman sejak lama.

Suatu saat di siang hari, mereka duduk di taman kampus sambil menikmati angin yang sepoi-sepoi, Joan mengungkapkan harapannya untuk mengikuti kompetisi debat tingkat nasional. Siti pun mendukungnya dan berjanji akan membantunya berlatih.

Namun, tidak semua berjalan mulus. Joan mengalami kesulitan dalam persiapan kompetisi karena tekanan dari berbagai pihak. Ia merasa putus asa dan hampir menyerah. Melihat sahabatnya dalam keadaan seperti itu, Siti pun berusaha memberikan semangat.

“Joan, ingatlah mengapa kamu memulai ini. Kamu memiliki bakat luar biasa! Ayo kita latih bersama,” kata Siti dengan penuh keyakinan. Dari situ, mereka mulai berlatih lebih intensif. Siti membantu Joan merumuskan argumen dan mengasah keterampilan berbicaranya. Dengan kerja keras dan dukungan satu sama lain, mereka berhasil melewati masa-masa sulit tersebut.

Hari kompetisi pun tiba. Siti mendampingi Joan ke lokasi dengan penuh harapan. Saat giliran Joan untuk tampil, jantung Siti berdegup kencang. Namun, saat Joan mulai berbicara, semua rasa cemas itu sirna. Ia tampil percaya diri dan berhasil memukau juri dengan penampilannya.

Ketika pengumuman pemenang diumumkan, Siti tidak bisa menahan air mata bahagia saat nama Joan disebut sebagai juara pertama. Mereka berpelukan di tengah sorakan teman-teman lainnya.

Setelah kompetisi itu, hubungan Siti dan Joan semakin erat. Mereka terus bersama dan saling mendukung, melewati suka duka kehidupan kampus hingga akhirnya lulus dengan prestasi gemilang. Momen-momen indah di kampus biru itu akan selalu dikenang sebagai bagian terpenting dalam hidup mereka.

Siti menyadari bahwa kampus bukan hanya tempat untuk belajar ilmu pengetahuan, tetapi juga tempat untuk membangun persahabatan sejati dan menghadapi tantangan hidup bersama orang-orang yang kita cintai.

Kampus biru itu kini menjadi lebih dari sekadar gedung-gedung megah, baginya itu adalah rumah dimana kenangan indah yang akan selalu tersimpan dalam hati Siti dan Joan selamanya. Setiap sudut kampus menyimpan cerita-cerita yang tak terlupakan tempat di mana mimpi dimulai dan persahabatan terjalin erat.

Penulis : ysna

PGRI Kecamatan Ranometo Barat Gelar Aksi Damai, Minta Hakim PN Andoolo Vonis Bebas Ibu Supriani Guru Honorer yang Dituduh Aniaya Siswanya

Konsel, Objektif.id – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kecamatan Ranometo Barat, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) gelar aksi damai mendukung Supriani S.Pd salah satu guru honerer di SD Negeri 4 Baito yang dituduh melakukan penganiayaan terhadap siswanya.

Aksi damai yang digelar di SD Negeri 2 Ranometo Barat itu melibatkan puluhan guru yang berasal dari 10 sekolah SDN yang ada di Kecamatan Ranometo Barat.

Koordinator Lapangan (Korlap) Gunawan SP.d mengatakan, esensi dari gerakan aksi damai ini adalah salah satu bentuk dukungan serta pengawalan kasus yang dialami oleh ibu Supriani S.Pd yang saat ini ditangani oleh Pengadilan Negeri Andoolo.

Dalam aksi damai itu lanjut, Gunawan ada tiga pion pernyataan sikap, yang pertama Mengecam dan mengutuk tindakan orang tua siswa sebagai pelapor yang telah melaporkan ibu Supriani SP.d kepada pihak kepolisian yang diduga merupakan tindakan kriminalisasi hukum.

“Yang ke dua, kami juga meminta hakim yang memimpin sidang peradilan ibu Supriani SP.d untuk memberikan vonis bebas tanpa sayarat,” ujar Gunawan, Rabu (23/10/2024).

Lanjut Gunawan pihaknya juga meminta perlindungan hukum yang jelas terhadap guru yang menjalankan tugasnya sebagimana yang tertuang dalam undang-undang dasar.

Ditempat yang sama, Ketua PGRI Kecamatan Ranometo Barat Tatat SP.d, MM, mengatakan, sebelum kasus ini dilimpahkan di Pengadilan Negeri Andoolo seharusnya kasus ini ditangani oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia.

“Harapan kami kasus ini diusut tuntas kalau memang dia (Ibu Supriani S.Pd) bersalah harus tegakan. Terapi harus ditangani dulu oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI) tidak lansung ke Pengadilan,”

Hal itu berdasarkan Nota Kesepahaman PGRI dengan POLRI yang tertuang melalui No. 606/Um/PB/XXII/2022- Nomor: NK/26/VIII/2022. Tentang Perlindungan Profesi Guru.

“Bahwa guru itu tidak bisa dipidana tetapi harus dibina oleh Dewan Kehormatan Guru baik itu ditingkat kabupaten, ditingkat Provinsi maupun ditingkat Pusat,” bebernya.

Reporter : Rizal

Editor: Asran

Pemuda di Kendari Galang Dana Bantu Guru Honorer yang Dilaporkan Orang Tua Murid di Konsel

Kendari, Objektif.id – Puluhan pemuda yang tergabung dalam Aliansi “Kami Sayang Guru” melakukan aksi solidaritas penggalangan dana di Perempatan Lampu Merah MTQ Kendari, Senin (21/10/2024).

Dari pantauan Objektif.id terlihat para pemuda menggalang dana kepada para pengendara pengguna jalan roda empat maupun roda dua yang berhenti pada saat lampu merah.

Selain itu terlihat mereka bergantian menyampaikan pendapat dan kekesalannya terhadap orang tua murid yang diduga seorang polisi telah melaporkan guru honorer tersebut.

Yunus, penaggung jawab gerakan mengatakan, aksi tersebut dilakukan untuk membantu Ibu Supriyani, S.Pd, seorang guru honorer di SDN 4 Baito, Konawe Selatan, yang saat ini sedang menjalani proses hukum setelah dilaporkan oleh orang tua murid.

Selain kata Yunus, penggalangan dana ini juga bertujuan untuk meringankan beban Ibu Supriyani, S.Pd dan keluarga sebab pihak pelapor (orangtua murid) meminta uang damai sebesar Rp 50 juta rupiah.

“Aksi ini adalah bentuk solidaritas kami terhadap guru yang sedang menghadapi masalah hukum. Hasil dari penggalangan dana akan kami serahkan kepada pihak keluarga guru tersebut,” ujar Yunus.

Dirinya berharap, insiden yang dialami guru honorer Ibu Supriyani, S.Pd, agar mendapat perhatian dari Presiden Prabowo Subianto yang baru saja dilantik pada 20 Oktober 2024 kemarin.

“Presiden yang baru dilantik dapat lebih memperhatikan kesejahteraan dan perlindungan guru, mengingat peran penting guru dalam mendidik generasi bangsa,” ujarnya.

“Setiap orang di negeri ini, seberapa pun jahatnya, pernah diajar membaca dan menghitung oleh seorang guru,” tutup Yunus dengan penuh harap.

Reporter: Eklan Ariyono Putra
Editor: Red

Penuh Kehangatan, Mahasiswa KKN Gelar Ramah Tamah di Desa Balambano

Luwu timur, Objektif.id – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler dan Kerjasama Posko 90 Desa Balambano, Sulawesi Selatan, menggelar acara ramah tamah yang berlangsung meriah pada Kamis, 17/10/2024.

Acara yang diadakan di kantor Desa Balambano ini merupakan wujud syukur dan terima kasih dari mahasiswa KKN kepada aparat desa dan masyarakat setempat atas dukungan mereka selama program KKN berlangsung.

Acara ramah tamah tersebut tampak sangat meriah dan penuh kehangatan, terutama dengan kehadiran Istri Kepala Desa, perangkat desa, serta tokoh-tokoh masyarakat seperti Babinkamtibmas, Babinsa, ibu-ibu PKK, anggota Karang Taruna, remaja masjid, serta warga sekitar.

Kehadiran Ibu Sahri selaku ibu posko yang telah mendampingi mahasiswa selama program KKN tentunya menambah keakraban dan menunjukkan betapa pentingnya peran semua pihak dalam keberhasilan kegiatan KKN ini.

Dalam sambutannya, Istri Kepala Desa menyampaikan apresiasi kepada mahasiswa yang telah berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan di Desa Balambano selama program KKN berlangsung. Beliau menekankan bahwa kehadiran mahasiswa tidak hanya memberikan kontribusi positif bagi masyarakat, tetapi juga mempererat hubungan antara pihak desa dan dunia pendidikan.

“Terima kasih kepada adik-adik mahasiswa yang telah berpartisipasi dalam membantu dan memberikan kontribusinya selama 40 hari. Kami berharap ilmu dan pengalaman yang didapatkan bisa bermanfaat bagi kalian di masa depan”, ujar Istri Kepala Desa.

Selain itu, Istri Kepala Desa juga memohon maaf jika selama berlangsungnya program KKN terdapat perbuatan atau perlakuan yang kurang berkenan dari pihak desa.

“Kami juga memohon maaf kepada adik-adik apabila ada kesalahan yang kami perbuat selama kalian berada di sini”, sambungnya.

Kemudian, Aswar selaku Koordinator Desa yang mewakili para mahasiswa, menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada seluruh masyarakat Desa Balambano. Ia mengungkapkan penghargaan atas penerimaan hangat dan dukungan yang diberikan oleh masyarakat selama pelaksanaan program-program KKN.

Aswar juga menegaskan bahwa keberhasilan kegiatan KKN ini tidak lepas dari kerja sama dan dukungan penuh dari masyarakat, dan berharap agar hasil dari program-program tersebut dapat memberikan manfaat bagi desa ke depannya.

“Saya selaku koordinator desa mewakili teman-teman KKN mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat Desa Balambano yang telah menerima kami dan juga mendukung seluruh program yang kami laksanakan. Kami juga memohon maaf apabila dalam pelaksanaan program yang kami laksanakan masih banyak kekurangan, baik dari segi program yang belum maksimal maupun dari sikap kami yang mungkin kurang berkenan”, tutur Aswar dalam sambutannya.

Pasha, dalam pembacaan pesan dan kesannya, mengungkapkan betapa berkesannya pengalaman KKN di Desa Balambano bagi para mahasiswa. Ia menggambarkan kehangatan dan keramahan masyarakat yang membuat mereka merasa seperti keluarga sendiri.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Kepala Desa, perangkat desa, ibu-ibu PKK, Karang Taruna, remaja masjid, seluruh warga, serta Om dan Tante Mama Sasmia, tempat mereka tinggal selama KKN, yang senantiasa memperlakukan mereka dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Pasha menekankan betapa pengalaman ini akan selalu dikenang oleh seluruh mahasiswa.

Acara ramah tamah ini juga dimeriahkan dengan penampilan hiburan berupa tarian daerah, menambah kehangatan suasana perpisahan. Momen ini dipenuhi dengan tawa, keakraban, dan haru, menciptakan kenangan yang mendalam bagi semua yang hadir. Banyak warga yang berharap agar para mahasiswa bisa kembali berkunjung ke Desa Balambano di masa mendatang.

Reporter: Nita Aprilia
Editor: Andi Tendri

IAIN Kendari Dinilai Abaikan Keluarga Wisudawan: Pelayanan Buruk, Kebahagiaan Terenggut?

Kendari, Objektif .id – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari kali ini menggelar wisuda di dalam kampus, yang akan terselenggara selama,Rabu – kamis, 16 – 17 Oktober 2024. Namun, pada wisuda kali ini alih-alih menjadi kebanggaan secara kolektif bagi keluarga wisudawan nyatanya justru menimbulkan kekecewaan.

Sebab Wisuda, yang semestinya menjadi momen sukacita bagi seluruh keluarga, malah dinilai buruk karena minimnya fasilitas yang disediakan, dalam hal ini tidak adanya monitor luar gedung pelaksanaan wisuda.

Wisuda ke XIII ini digelar di Gedung Ballroom Multimedia IAIN Kendari, yang kemudian dalam prosesi pelaksanaannya dibayang-bayangi oleh satu masalah krusial: keterbatasan kapasitas ruang yang sempit membuat pihak kampus dengan ringan tangan membatasi jumlah pendamping wisudawan hanya dua orang.

Umumnya, memang hanya orang tua yang diizinkan masuk, sementara sanak saudara lainnya, yang juga ingin berbagi momen penting ini, terpaksa menunggu di luar dengan hati gelisah.

Akan tetapi karena tidak adanya layar monitor yang disediakan diluar, pihak Keluarga merasa kecewa karena mereka yang selama ini mendukung perjuangan akademik para wisudawan kini dipaksa menelan kenyataan pahit: tidak semua bisa menyaksikan langsung puncak perjuangan tersebut.

Seperti yang disampaikan salah satu sanak keluarga wisudawan, Wahyuni, yang dengan antusias ingin menyaksikan langsung wisuda kerabatnya, namun dia kecewa berat. “Wisuda ini momen yang sangat penting, tapi kami tidak diberi kesempatan melihatnya. Kenapa tidak ada layar monitor di luar ruangan? Di kampus lain mereka menyediakan, tapi di sini? Tidak ada!”, ungkapnya dengan nada kecewa, Rabu (16/10/2024).

Padahal wisuda bukan sekadar seremonial akademik; bagi sanak keluarga, ini adalah momen kebahagiaan yang seharusnya bisa dirasakan bersama. Namun, kampus seakan lupa bahwa wisuda adalah lebih dari sekadar pengumuman kelulusan.

Senada dengan itu, Aditya Radika juga merasakan kekecewaan serupa. Dia tidak bisa masuk untuk melihat istrinya diwisuda, ia merasa dipinggirkan di saat yang seharusnya menjadi hari yang paling membahagiakan. “Wisuda adalah momen tak tergantikan, terutama bagi kami yang punya pasangan. Ini sangat mengecewakan, seolah kami tak dianggap,” keluhnya dengan raut wajah yang kehilangan semangat.

Seharusnya, solusi sederhana seperti menempatkan monitor di luar ruangan dapat menjadi jembatan bagi sanak kerabat yang terpaksa menunggu. Tetapi, sayangnya, itu pun luput dari perhatian pihak kampus. Tidak adanya monitor membuat keluarga yang menunggu di luar hanya bisa menebak-nebak apa yang sedang terjadi di dalam, kehilangan momen yang mungkin tak akan terulang seumur hidup.

Dengan keluhan tersebut, semakin memperlihatkan betapa abainya IAIN Kendari dalam memahami esensi dari wisuda sebagai perayaan bersama. Seperti tidak tersedianya monitor sebagaimana yang dikeluhkan oleh sanak keluarga wisudawan.

Menanggapi keluhan tersebut, Direktur Pascasarjana IAIN Kendari hanya bisa menyatakan bahwa masalah ini sudah “dibahas”. Sebuah jawaban yang dingin dan klise, ketika kebahagiaan keluarga dipertaruhkan, apa cukup sekadar pembahasan tanpa tindakan nyata? Sebab telah dibahas dalam rapat sebelumnya, soal mengenai perlengkapan monitor untuk menayangkan prosesi wisuda.

Akan tetapi pernyataan terkait pembahasan penyediaan monitor itu, justru berbanding terbalik dengan keluhan sanak keluarga serta fakta yang terjadi di lapangan. Bahwa memang tidak ada monitor yang tersedia.

Sementara itu, panitia perlengkapan, yang menolak disebut namanya, dengan gamblang menyatakan bahwa mereka hanya bekerja dengan apa yang disediakan.

Lalu, siapa yang bertanggung jawab atas pelayanan wisuda yang dinilai gagal oleh keluarga wisudawan? Siapa yang akan memastikan bahwa di masa depan, keluarga para wisudawan sudah bisa menikmati fasilitas yang memadai tanpa ada keluhan lagi?

Meski begitu, panitia mencoba meyakinkan jika pihak kampus menyampaikan bahwa di masa mendatang, fasilitas akan diperbaiki.

“Bukan hanya monitor, Insya Allah ke depannya juga akan disediakan tempat khusus bagi keluarga agar mereka bisa menyaksikan prosesi wisuda secara langsung,” ujar perwakilan panitia dengan kata-kata yang semoga tidak terdengar hanya sebagai penghiburan belaka atau tepatnya sebagai bahasa penenang.

Apakah janji tersebut akan ditepati? Atau ini hanya sekadar janji kosong untuk meredam gelombang kekecewaan? Hanya waktu yang bisa menjawab. Yang jelas, momen berharga bagi keluarga para wisudawan kali ini tidak mereka rasakan karena tidak menyaksikan prosesinya secara langsung. Tentu ini harus menjadi atensi secara khusus bagi pihak kampus.

Penulis: Hajar86 dan Dimas/Anggota muda
Editor: Andi Tendri

Rahasia Sukses Andriani: Kisah di Balik Gelar Wisudawan Terbaik

Kendari, Objektif.id – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari kembali meluluskan mahasiswa terbaik dalam Wisuda ke-XIII Program Sarjana dan Magister, Rabu, 16 Oktober 2024, di Aula Ballroom Multimedia IAIN Kendari.

Wisuda ini menjadi momen penting bagi ratusan mahasiswa yang akhirnya berhasil menyelesaikan pendidikannya, dan salah satu nama yang mencuri perhatian publik adalah Andriani.

Sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), Andriani bukan hanya sekadar lulus, tetapi berhasil menorehkan prestasi yang luar biasa.

Dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,95, Andriani menyelesaikan studinya hanya dalam waktu 3 tahun 6 bulan. Capaian ini menjadikannya sebagai salah satu lulusan terbaik dalam wisuda kali ini.

Dalam wawancara eksklusif dengan Objektif.id, Andriani mengaku bahwa sejak awal masa kuliahnya, ia tidak pernah menargetkan untuk menjadi mahasiswa terbaik.

Baginya, proses belajar itu sendiri sudah menjadi kepuasan. Andriani menekankan bahwa ia lebih menikmati setiap pelajaran yang ia dapatkan, tanpa merasa harus menjadi yang terbaik di antara banyak mahasiswa.

“Saya tidak pernah berniat menjadi mahasiswa terbaik. Saya hanya suka belajar dan membaca buku. Menurut saya, jika kita tekun, hasilnya akan datang sendiri tanpa harus terlalu berharap,” ujarnya dengan rendah hati setelah prosesi wisuda.

Rupanya, upaya konstruktif Andriani dalam mengorientasikan dirinya pada pengembangan intelektual yang tidak hanya fokus pada ruang akademik perkuliahan ternyata telah membuahkan hasil yang tidak sia-sia.

Karena selain prestasi akademiknya yang gemilang, Andriani juga dikenal sebagai mahasiswa yang aktif dalam berbagai organisasi. Sejak 2020, ia telah menjadi bagian dari kader Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pers, sebuah organisasi yang fokus pada pengembangan kemampuan jurnalistik mahasiswa.

Tidak hanya itu, Andriani juga pernah berkontribusi dalam Senat Mahasiswa (Sema) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema), sebuah organisasi Lembaga Kemahasiswaan Politik di lingkungan IAIN Kendari.

Dengan mencelupkan diri dalam organisasi-organisasi tersebut, Andriani tidak hanya mendapatkan pengalaman berharga di luar kelas, tetapi juga membantu dirinya dalam merajut jejaring sosial yang luas.

Disamping kepadatan jadwal akademik dan organisasi yang menyibukkan, Andriani tetap berupaya menjaga keseimbangan antara tanggung jawab akademik dan non-akademiknya. Bahkan, ia juga merupakan penghuni Ma’had, asrama mahasiswa yang mengharuskan penghuninya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan secara rutin.

“Semua kegiatan ini memang menambah kesibukan, tapi saya justru merasa terbantu karena dengan berorganisasi, saya belajar bagaimana memanajemen waktu dan menentukan skala prioritas. Ini sangat membantu saya untuk tetap fokus dalam studi sekaligus aktif dalam organisasi,” ucap Andriani yang disusul dengan senyumannya.

Dalam wawancara tersebut, Andriani juga tidak lupa membagikan tips suksesnya kepada mahasiswa lain Yang menurutnya penting. Dia menganggap bahwa yang mesti menjadi perhatian mahasiswa adalah rajin membaca buku, diskusi, dan menulis, serta mengikuti perkembangan zaman, sebagaimana tradisi kemahasiswaan yang tidak boleh mati.

“Rajin-rajinlah membaca buku, diskusi, menulis, dan selalu ikuti perkembangan berita. Dengan itu, kita akan terus memperkaya pengetahuan dan tidak ketinggalan informasi”, saran Andriani yang percaya bahwa tradisi kemahasiswaan itu adalah ruang-ruang ilmu pengetahuan yang tak terbatas dan penting bagi setiap mahasiswa.

Meski telah meraih prestasi yang membanggakan di jenjang sarjana, Andriani tidak berhenti di situ. Dia akan terus melenting mengembangkan potensi dirinya.

Salah satunya, dia sementara mempersiapkan langkah berikutnya untuk melanjutkan studi ke jenjang S2 di UIN Alauddin Makassar dengan fokus pada bidang yang sama, yaitu Ekonomi Syariah.

Baginya, pendidikan merupakan jalan panjang yang harus terus dilalui, terlebih dengan impiannya untuk menjadi seorang dosen. “Saya ingin menjadi dosen, dan untuk itu saya akan terus belajar,” tegas Andriani dengan penuh optimisme.

Andriani, melihat profesi dosen merupakan jalan ninjanya untuk terus berkiprah dalam berbagi ilmu dan menjadi bagian dari pengembangan generasi muda di Indonesia, khususnya dalam bidang Ekonomi Syariah yang menurutnya memiliki potensi besar dalam pembangunan ekonomi berbasis nilai-nilai keislaman.

Bahwa apa yang diyakini Andriani dalam menempa dirinya didunia pendidikan itu sejalan dengan apa yang dikatakan Imam Syafi’i, ” jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus menahan perihnya kebodohan”.

Dengan prestasi akademik dan keterlibatannya dalam berbagai kegiatan organisasi menjadi kombinasi yang memperkuat posisinya sebagai role model di kampus.

Sehingga Andriani, adalah salah satu contoh nyata dari sekian banyak mahasiswa bahwa kesuksesan tidak selalu harus dikejar dengan ambisi besar, melainkan dengan dedikasi, disiplin, dan kecintaan terhadap proses belajar itu sendiri.

Sebagai lulusan terbaik, Andriani kini telah menorehkan namanya dalam sejarah IAIN Kendari. Namun, lebih dari itu, ia juga telah memberikan pelajaran berharga bagi mahasiswa tentang pentingnya menempa diri dalam banyak kegiatan kemahasiswaan, yang tidak hanya fokus pada ruang perkuliahan saja akan tetapi dalam proses berorganisasi.

Reporter: Alisa Tri Julela (Anggota Muda)
Editor: Andi Tendri