Gelar Mubes Ini Harapan Demisioner HMPS  Tadris Biologi Untuk Ketua Terpilih

Reporter : MFS

Editor : Elfirawati 

Objektif.id , Kendari – Musyawarah Besar (Mubes) Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Tadris biologi yang dilaksanakan di Kantor Camat Baruga pada 22 maret 2022 akhirnya berjalan dengan lancar dan sukses.

Karna adanya intruksi dari Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) untuk setiap progam studi agar segera melaksanakan mubes. Maka mahasiswa prodi tadris biologi segera membentuk kepanitiaan untuk persiapan kegiatan mubes.

Berhubung waktu yang diberikan sangat  singkat, kepanitiaan mengalami beberapa kendala dalam proses mempersiapkan Mubesnya, tetapi berkat kinerja serta kerjasama kepanitiaan kegiatan mubes

HMPS  tadris biologi berjalan dengan lancar.

Candra Ardan Fadilah, selaku Ketua Panitia memberikan tanggapan terkait kendala yang dihadapi saat mubes.

“Kegiatan ini mengalami beberapa kendala

Salah satu kendala yang dialami kepanitiaan adalah terkait pastisipasi dari mahahasiswa tadris biologi, akhirnya kepanitiaan memaparkan bagaimana pentingnya mubes untuk kemajuan HMPS program studi tadris biologi kedepanya,” ungkap candra.

Selanjutnya, demisioner Ketua Himpunan Mahasiswa (HMPS) Tadris Biologi, Muhamad Miftahur  Risqo memberikan tanggapanya terkait mubes tersebut.

“Kepanitiaan harus memperbaiki kinerjanya karna masih banyak sekali kendala dalam proses pelaksanaan mubes hari ini,” kata miftah.

Ia  juga mengungkapkan  harapannya kepada Ketua terpilih.

“Saya berharap ketua terpilih nantinya tidak hanya menjadi pajangan saja, tapi bisa menjalankan visi misinya dengan baik dan amanah,” harap Mifta.

Sementara itu, Nur Afni selaku Ketua Hmps terpilih mengatakan siap melaksanakan tanggung jawabnya sebagai Ketua HMPS Tadris Biologi.

“Siap melaksanakan dan bertanggung jawab atas visi misi yang telah dipaparkan,” kata Nur.

Ditunjuk Sebagi Ketua HMPS Tadris Fisika, Bima Sakti: Harus Tunda Wisudanya Tahun Ini

Reporter: Fitriani
Editor: Rizal Saputra

Objektif.id, Kendari– Usai ditunjuk sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari Periode 2022-2023, Bima Sakti, harus menunda penyelesainyan Strata 1 (S1) pada tahun ini.

Hal itu disampaikan Bima Sakti, bahwa dirinya tidak menyangka akan ditunjuk sebagai Ketua HMPS oleh teman-teman.

“Perasaan saya itu campur aduk ada rasa senang dan sekaligus sedikit tidak senang karena penunjukan secara langsung dari teman-teman dan juga Kaprodi sehingga saya juga kaget tanpa ada persiapan dari pribadi sendiri tiba-tiba ditunjuk dan di sahkan pada Mubes,” ucapnya.

Amanah yang telah diberikan selama satu tahun kedepannya bukanlah hal yang mudah, namun kepercayaan rekan-rekan dan dosen sehingga amanah tersebut diterima.

“Namun berangkat dari kepercayaan teman-teman terhadap saya sehingga saya menyanggupi amanah ini untuk menjadi Ketua Umum HMPS Tadris Fisika,” bebernya.

Disisi lain, kata Bima, dengan terpilih secara aklamasi tentunya ada resiko yang harus diambilnya yakni penundaan Wisuda nya ditahun ini, namun hal itu sudah dipertimbangkan dengan matang.

“Terpilih menjadi ketua resiko yang harus saya ambil seperti mengorbankan wisuda saya ditahun ini, namun hal ini sudah saya pertimbangkan baik-baik,” Tuturnya.

Ia juga, menjelaskan mengenai langkah awal yang akan ia lakukan bakal membenahi Program kerja kepengurusan sebelumnya sekaligus memberikan inovasi baru.

Menurutnya, pada pengurusan HMPS Tradis Fisika sebelumnya masih banyak kekurangan yang perlu dibanahi, seperti Internal, kepengurusan, maupun juga hubungan antar kepengurusan dengan anggota dan juga seluruh Himpunan Mahasiswa Program Studi Tadris Fisika sendiri serta memberikan inovasi baru agar lebih baik lagi.

“Melakukan peningkatan Program- Program yang tertunda pada periode sebelumnya itu kita akan benahi, tingkatkan dan sekaligus memberikan inovasi baru,” ungkap Bima kepada tim Objektif.id, Selasa (22/3/2022).

Untuk diketahui, Bima Sakti adalah mahasiswa aktif IAIN Kendari, Program Studi Tadris Fisika semester 8.

Berontak Pada Mereka adalah Arah Juang Kaderisasi

Penulis: Hajar 

Sejenak harus kita tinjau ulang apa yang telah diperbuat dalam mengorbankan segala hal demi sebuah capaian yang perlahan-lahan merongrong keharmonisan, sehingga kita plin-plan untuk berbincang. Tak seperti biasa, padahal kita dipertemukan ketika ada kebisingan untuk saling melengkapi.

Namun mengapa akhir-akhir ini, semuanya seperti ribut akan ketenangan, tetapi secara diam-diam timbul semacam ketegangan agar tidak mengenal apa lagi untuk saling mengenang.

Salah satu Komisariat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Kota Kendari, di dalamnya pernah terekam banyak jejak kaki para kader yang menyimpan gagasan dan menuntut keadilan dalam berproses, namun keadilan penyampaian akan ide itu seperti ditunda. Bahkan tidak untuk ditepati melainkan sengaja dikhianati.

Tempat yang seharusnya menjadi sentrum peradaban idealis tumbuh, kini sedang di ambang pengikisan moral. Bagaimana tidak, hal-hal yang begitu pragmatis mulai menjadi nomenklatur baru dalam sistem belajar mengajar hingga berimbas sampai ke akar yang pada akhirnya menjadi sebuah ideologi baru sebagai pedoman untuk menciptakan kader proposal (minim gagasan) yang lebih mementingkan arahan senior yang belum teruji validitasnya ketimbang kejernihan pemikiran dalam melihat problem secara objektif. Sehingga ratusan kader yang menjadi tumbal akibat perbuatan pragmatis para neneor sekarang terlunta-lunta dibanyak tempat dengan harapan hidup yang kian suram.

Di atas hamparan kejahatan itulah protes dan perlawanan dilantunkan. Kader yang merasa dirugikan mencuatkan sikap yang sudah puluhan tahun dipendam, kembalikan proses kaderisasi yang ideal, hancurkan pola pengkaderan yang membelenggu kemerdekaan berpikir setiap kader.

Sistem yang kita pakai sejatinya sudah usang, semakin konservatif. Kita terkadang heran dengan Para neneor ini. terlalu takut kehilangan ritme permainan, padahal mereka yang mengajarkan kita membaca buku-buku teori sosial, konflik sosial, sejarah pemberontakan dan bacaan radikal lainnya.

Seharusnya sesepuh-sesepuh ini bangga dengan hasil produk yang ia ciptakan, artinya mereka berhasil menjadi seorang guru sebab ada pertentangan pikiran yang terjadi. Semua akan menjadi nol resultannya ketika yang diajar (Adinda) tidak lebih maju satu langkah dari yang mengajar (Wakanda). Tetapi terkadang para Wakanda ini selalu menggiring hal-hal yang bejat terhadap adinda-adindanya yang ingin maju satu langkah dari pendahulunya. Lagi-lagi mereka takut kehilangan ritme permainan.

Mengutip apa yang dikatakan ayahanda Lafran pane “kita diajak berHMI bukan untuk diperintah, kita diajak berHMI untuk berpikir dan bergerak. Sebab, diperintah itu adalah ciri kader HMI yang tidak menjaga nilai independensinya.” Olehnya itu, sesungguhnya Kaderisasi adalah proses yang dinamis.

Sudah sepatutnya, guru (wakanda) tidak kaku pada setiap dinamika yang ada. Dunia pendidikan (kaderisasi) selalu mengalami perubahan, begitu juga dengan praksis pendidikan dan proses pembelajarannya. Biarkan subjek pendidikan tumbuh dan berkembang dalam proses pendidikannya. Kakanda tidak untuk memberikan kontrol, tetapi memandu jalannya para adinda mencapai puncak jati diri mereka sendiri.

Dalam banyak kasus, jantung perkaderan hari ini tidak dijadikan sebagai tempat ternak pikiran yang revival. Dan itu sejalan dengan kritik Paulo freire terhadap pola pendidikan, ia mengatakan “Sekolah atau apapun itu yang didalamnya terdapat pola pendidikan (kaderisasi) selama ini hanya menjadi tempat “penjinakan”, yang memanipulasi peserta didik (Para Adinda) agar mereka dapat diperalat untuk melayani kepentingan kelompok yang haus akan kuasa. Seyogianya para wakanda ini sadar, bahwa apabila Tuhan saja yang maha mutlak membiarkan perbedaan dan pertengkaran pikiran tumbuh, maka mereka yang tidak bersifat mutlak jangan memaksakan keyakinannya untuk menolak perbedaan pendapat para kader lain yang ingin menumbuhkan Konsep dan gagasannya berkembang biak.

Seharusnya, Komisariat tidak dilibatkan dalam pusaran konflik berkepanjangan dari berbagai momentum konstelasi yang ada, sebab itu akan menghambat pola kaderisasi yang sudah lama dirawat oleh kader-kader yang mendedikasikan dirinya di dunia perkaderan dengan sungguh-sungguh melalui narasi hingga aksi yang humanistik.

Bagaimana mungkin kita akan belajar secara ideal, seperti yang dimaksud Jurgen Habermas “Proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri, yang mampu mencapai titik kulminasi aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri secara optimal,” Kalau pendidiknya (Senior) selalu merasa paling benar?

Disadari atau tidak bahwa di usia yang tak lagi belia HMI sudah jauh dari kata arah baru berdaya bersama, tentu dengan menelisik berbagai faktor dan indikator dari internal maupun eksternal HMI itu sendiri. 75 tahun, dalam kajian biologis itu bukan lagi usia yang cukup produktif untuk mencapai khita perjuangan idelogis tujuan HMI. Setiap kader akan bertanya sampai dimana resistensi HMI di tahun yang ke 75 ini, apalagi melihat segala polemik yang terjadi dalam tubuh HMI itu sendiri.

HMI mungkin tidak akan pernah menuju arah baru berdaya bersama, ketika pola lama masih menjadi kurikulum unggulan, kemudian menafikan gagasan bermutu para kader militan yang tidak jarang dipatahkan oleh mereka yang disebut neneor dan sejenisnya. Minimal kita banyak belajar dari berbagai peristiwa yang terjadi, paling tidak ada dua variabel yang akan muncul yaitu harapan serta kecemasan, dan Hari ini kecemasan lebih tinggi dari harapan. Ingat, menjaga HMI adalah merawat peradaban moral, mengedepankan nalar kritis intelektual yang sehat.

Sebenarnya Masih banyak yang ingin penulis narasikan, namun sepertinya ini sudah sedikit cukup untuk menggetarkan sebagian kader dengan sepenuh rasa, setengah rasa, bahkan yang sudah mati rasa. Entah, mungkin masih ada kader selain aku yang melihat dua warna itu (Hijau Hitam) perlahan mulai redup.

Penulis adalah mahasiswa aktif Intitut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari.

Terpilih Sebagai Ketua HMPS PAI, Afin Khoir: Bakal Hadirkan Gebrakan Baru

Reporter: Andika
Editor: Rs

Objektif.id, Kendari – Usai terpilih sebagai ketua Himpunan Mahasiswa Program Sutudi (HMPS) Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (Fatik) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari masa bakti 2022-2023, Afin Khoir fokus berikan terobosan baru.

“Lebih memperbaiki tatan HMPS serta menciptakan gebrakan-gebrakan baru,” ungkapnya kepada Objektif.id melalui via telepon, Minggu (20/3/2022).

Untuk itu, lanjutnya, langkah awal adalah memperbaiki tatanan kepengususan HMPS, dengan begutu bisa memberikan manfaat kepada mahasiswa IAIN Kendari maupun masyarakat.

“Untuk teman-teman pengurus HMPS kita bersama-sama perbaiki himpunan, terus memberi manfaat kepada seluruh mahasiswa,” harpapnya.

Untuk diketahuai, Musyawara Besara HMPS PAI, FATIK berlansung dua hari sejak tanggal 19-20 maret 2021 di Uditorium IAIN Kendari serta diikuti mahasiswa PAI dari angkatan 2017 – 2021.

Konflik di Konkep, Menteri Pergerakan Fakultas IAIN Kendari: Jangan Terlalu Percaya DPRD Sultra

Objektif.id, Kendari – Tragedi konflik yang terjadi di Pulau Wawonii hingga kini masih belum terselesaikan, Pasalnya Konfik bermula sejak awal tahun 2019, dimana hal itu dipicu karena masuknya Perusahaan tambang yang dinilai telah merugikan masyarakat setempat.

Hingga saat ini, masyarakat Wawonii Khususnya Desa Sukarela Jaya, Kecamatan Wawonii Tenggara, Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep) yang notabenenya nelayan dan petani masih melakukan penolakan terhadap aktivitas PT Gema Kreasi Pratama.

Menanggapi Konflik tersebut, Menteri Pergerakan Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Harpan Fajar angkat bicara, ia meminta agar masyarakat tidak mudah percaya oleh Dewan perwakilan Dakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

“Saya menginginkan agar masyarakat tidak mudah dikelabui oleh  pihak DPRD provinsi Sultra, yang katanya ingin menyelesaikan permasalahan di Konawe Kepulauan (Konkep) yang disebabkan oleh tambang,” ungkapnya melalui keterangan tertulis. Kamis, (10/3/2022).

Jujur saya tidak ingin berburuk sangka atas atensi tuan-tuan kepada masyarakat yang berada di Konkep. Namun melihat berbagai persoalan yang ditangani terkait dengan munculnya konflik horizontal yang ditimbulkan korporasi itu sangat minim diselesaikan dengan sungguh-sungguh, sebagaimana harapan dan keinginan titik temu masyarakat terhadap kesejahteraan.

“Belajar dari pengalaman, salah satu contohnya seperti yang dialami masyarakat Kecamatan Angata tentang kerusakan ruas jalan,” ucapnya.

“Waktu itu tanggal 23 Juli 2020 pihak DPRD turun ke lokasi  pemblokiran jalan untuk mendengarkan aspirasi masyarakat. Pada pertemuan tersebut lahirlah perjanjian tertulis bersama masyarakat agar jalan yang rusak segera diperbaiki. Namun sampai saat ini kesepakatan tertulis itu tidak kunjung terealisasikan,” tambahnya.

Lanjut, Harpan kata dia, persoalan konflik di Konkep bukan baru-baru ini saja, polemik ini sudah terjadi sejak beberapa tahun yang lalu. Kalau memang DPRD ingin menjadi peneduh mengapa tidak diselesaikan di tahun-tahun kemarin? Supaya konflik berkepanjangan tidak terjadi seperti sekarang ini. Pada akhirnya berimplikasi terhadap masyarakat yang tidak tahu-menahu, yang hanya sedang memperjuangkan hak-hak mereka.

“Saya khawatir nanti masyarakat konkep akan menjadi korban eksploitasi janji-janji manis lagi oleh DPRD,” tutur Harpan.

Tidak sampai disitu, dirinya berharap kepada Pemerintah Kota (Pemkot) khususnya DPRD Sultra agar lebih profesional dalam menjalankan amanah sebagi wakil rakyat.

“Harapan saya kepada DPRD untuk lebih bertanggung jawab dan tahu diri, kisanak sekalian kan digaji dan difasilitasi dengan uang rakyat. Apapun yang menjadi narasi dan gerak-gerak kalian, harus betul-betul berorientasi dan terkontribusi terhadap kepentingan rakyat tanpa ada kepentingan di luar daripada itu. Kawal dan jalankan perintah amanat konstitusi UUD 1945 pasal 33 ayat 3 di bumi anoa ini, jangan nanti ada maunya baru pura-pura bicara atas nama rakyat,” tutupnya.

Reporter: Rizal Saputra/ Editor: AL

Resah Dengan Aktivitas PT. GKP di Konkep, FRSBW Gelar Aksi Demonstrasi Perjuangkan Hak Rakyat

Objektif.id, Kendari– Puluhan masa aksi yang tergabung dalam Front Rakyat Sultra Bela Wawonii (FRSBW) gelar aksi demostrasi tolak aktivitas PT. Gema Kreasi Pratama (GKP) di Polda Sultra, Kamis (10/3/2022).

Diketahui aksi tersebut dipicu karena aktifitas tambang PT. Gema Kreasi Pratama (GKP) yang beroperasi di Desa Sukarela Jaya, Kecamatan Wawonii Tenggara, Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep) Sulawesi Tenggara (Sultra), yang dinial meresahkan warga setempat.

Jendral Lapangan (Jenlap), Jarman mengatakan penyerobotan lahan yang dilakukan PT. GKP sudah terjadi sejak awal tahun 2019 sampai sekarang.

“Sudah Lima penyerobotan lahan terjadi, dan yang terakhir terjadi pada 1- 3 maret 2022,” ungkapnya saat menyampaikan orasi.

Menurutnya, aksi penyerobotan lahan warga yang dilakukan PT. GKP tersebut telah bekerja sama dengap pihak Kepolisian, sebap dengan adanya Kepolisian di Konkep masyarakat merasah sesah.

“Dengan adanya kalian disana seluruh masyarakat di Konawe Kepulauan resah, pihak perusahaan mengandalkan kalian mamakai nama pihak kepolisian untuk menakutnakuti masyarakat,” tuturnya.

Sementara itu, Koordinator Lapangan (Korlap) Tayci mengatakan kondisi masyarakat yang ada Konkep, khususnya Desa Sukarela Jaya, merasa resah bahkan takut  dengan keberadaan aparat kepolisian disana.

“Warga disana menjerit, warga disana lari karna takut akan ditangkap karena telah menolak mempertahankan lahannya yang akan diserobot pihak perusahaan,” ungkap Tayci juga salahsatu Warga Desa Sukarela Jaya.

Informasi yang diterima objektif.id di lokasi, masa aksi memiliki tiga tuntutan yakni:

1. Mendesak Pemerintah Sulawesi Tenggaga agar mencabut izin usaha pertambangan (IUP) milik PT GKP yang ada di Kabupaten Konawe Kepulauan.

2. Mendesak Kapolda Sulawesi Tenggara untuk segera tarik seluruh aparat Kepolisian dari lokasi pertambangan PT GKP yang beropersai di Wawonii Tenggara.

3. Mendesak Kapolda Sultra untuk segera mencopot Kapolres Kendari yang diduga melindungi dan pro terhadap PT GKP.

Dari pantauwan objektif.id dilokasi, masa aksi mulai berdemonstrasi di Perampatan Pasar Baru Wuawua, pertigaan Kampus Universitas Halu Oleo (UHO) Hingga ke Kantor Polda Sultra, aksi demonstrasi diikuti oleh puluhan mahasiswa hingga aksi bakar ban juga  dilakukan.

Reporter: La Omo/Editor: AL

Nyaris DiLindas Alat Berat Hingga Pingsan, HMI Cabang Kendari Sebut itu Pelanggaran HAM

Objektif.id, Kendari – Diduga melakukan penyerobotan lahan, alat berat jenis ekskavator milik PT. Gema Kreasi Pratama (GKP) yang merupakan anak perusahaan PT Harita Group hendak beroperasi nyaris melindas emak-emak dan puluhan masyarakat Konawe Kepulauan (Konkep).

Dalam video yang beredar, puluhan orang terlibat dalam bentrok tersebut. Beberapa orang terlibat aksi saling dorong sementara lainnya berteriak histeris.

Satu unit alat berat jenis ekskavator tampak berada di tengah-tengah warga yang sedang berseteru hingga warga yang mempertahankan lahannya jatuh pingsan.

Diketahui, peristiwa itu terjadi di salah satu lahan milik prtani di Desa Sukarela Jaya, Kecamatan Wawonii Tenggara, Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep) Sulawesi Tenggara (Sultra), Kamis, (3/3/2022).

Terkait tindakan PT. GKP tersebut, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Kendari angkat bicara. melalui Muh Sulhijah, selaku Mide Formature 1, menegasskan tindakan yang penyerobotan lahan secara paksa tersebut yang nyaris melindas emak-emak masuk kategori pelanggaran hak asasi manusia.

“Itu pelanggaran HAM UUD 1945 pada Pasal 28G ayat 1 dan ayat 2 itu terpampang jelas dan itu sesuai dengan tindakan tersebut,” tegas Muh Sulhijah dalam keterangan tertulisnya kepada objektif.id, Jumat, (5/3/2022).

Muh Sulhijah juga mengatakan, tindakan tersebut berpotensi menghilangkan nyawa seseorang serta merampas hak seseorang dan itu merupakan perbuatan melawan hukum.

“Ini bukan kali pertama PT. GKP melakukan hal yang demikian tercatat tercatat sudah 5 kali anak perusahaan harita grub ini melakukan tindakan penyerobotan lahan milik masyarakat,” ungkap Muh Sulhijah.

Mantan Ketua Bidang hukum dan HAM, HMI Cabang Kendari ini juga mengecam tindakan yang tidak berprikemanusian tersebut.

“Kami mengecam dan mengutuk tindakan yang tidak berperikemanusiaan tersebut ini mengambarkan bahwa tragedi tersebut merupakan wujud haramnya pemerkosaan sumber daya alam di tanah Konawe Kepulauan” ungkapnya

Lebih jauh, pemuda yang akrab disapa Sulhijah ini juga menjelaskan bahwa kehadiran pertambangan di Kabupaten Konawe Kepulauan menambah daftar panjang kasus konflik horizontal yang terjadi.

Dirinya meminta, kepada Gubernur serta Kapolda Sultra harus segera menyelesaikan persoalan tersebut.

“Gubernur Sulawesi Tenggara dan Kapolda Sultra harus bersikap jangan diam melihat persoalan ini, ini soal umat,” tegasnya.

Ia juga menegaskan, HMI Cabang Kendari tidak akan diam melihat persoalan ini dan akan turun kejalan menuntut keadilan di pulau kelapa tersebut.

Laporan: RS/Editor: AI

Tanggapi SE Menag, HMI Cabang Kendari: Profesional dan Proporsional

Reporter : Rizal Saputra
Editor : AI

Objektif.id, Kendari – Mendadak viral dikalangan masyarakat bahkan dimedia sosial, terkait pernyataan yang dikeluarkan oleh Menteri Agama, Yaqud Cholil Qoumas tentang pengaturan pengeras suara di masjid menuai tanggapan dari berbagai kalangan, Senin, (28/2/22).

Menanggapai hal tersebut Mide Formature 1 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Kendari, Muh Sulhijah mengungkapkan bahwa adanya surat edaran Menag itu sudah tepat.

“Kami kira itu sudah tepat adanya, sabab dalam proses peribadatan juga itu memerlukan koridor baik itu pra maupun pasca pelaksanaannya” ucapnya.

Menurutnya, surat edaran Kemenag jika dikaji secara tekstual maupun kontekstual ini tidak ada yang salah.

“Surat edaran ini lahir memberikan kekompakan kita sesama umat muslim dalam melaksanakan peribadatan agar mesjid dapat di gunakan secara profesional dan proporsional. Di sisi lain surat edaran Kemenag itu juga memberikan ketenangan dan kenyamanan antar umat beragama ” tutur mantan Ketua Bidang Hukum dan HAM HMI Cabang Kendari ini.

Ia juga mengungkapkan, sebelum aturan ini hadir, negara muslim yang lain seperti Arab Saudi, Turki dan Suriah sudah mengatur tata cara teknis penggunaan pengeras suara di mesjid dan ia menilai hal ini bukan untuk di persoalkan.

Diakhir, Muh Sulhijah berharap agar seluruh masyarakat agar tidak terprovokasi dengan isu isu yang beredar dimedia sosial.

“kami mengharapkan kepada seluruh kader HMI dan masyarakat agar tidak terprovokasi terkait isu yang tidak susai dengan surat edaran tersebut” harapnya

Hal senada, juga disampaikan oleh Ketua Umum Himpunam Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Ibnu Rusyd Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, Zulkifli mengatakan, langkah yang dilakukan Menag sudah sesuai, namaun yang menjadi problem disini adalah cara pandang masing-masing idividunya.

“Aturan yang dikeluarkan kemenag itu tujuannya baik, hanya saja kita yang terlalu kaku dalam menilai sesuatu,” ujarnya.

Peran Orang Tua Terhadap Anak dalam Penggunaan Media Sosial

Penulis : Fitriani

Objektif.id, Kendari – Tiktok merupakan aplikasi hiburan sosial media yang sangat Trend saat ini, Aplikasi ini dapat diakses dengan menggunakan kuota internet. Di dalam aplikasi tersebut, terdapat berbagai macam tanyangan atau konten yang disajikan dan digunakan di berbagai kalangan.

Bahkan tidak banyak orang yang menjadikannya sebagai lahan untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Berbagai ragam macam tanyangan atau konten yang di sajikan didalamnya seperti konten masak, promosi barang, dance berdurasi singkat dan masih banyak lagi.

Yang banyak kita saksikan saat ini adalah dance berdurasi singkat atau biasa disebut dengan goyang Pargoi dan Goyang Geboy.

Tren ini, banyak sekali diikuti oleh orang dewasa atau pengguna tiktok mungkin karena di iringi dengan musik yang enak pula sehingga dianggap layak untuk di pertontonkan.

Seperti yang kita ketahui, pengguna aplikasi tiktok ini bukan hanya orang dewasa saja melainkan anak-anak yang masih di bawah umur. Sehingga, tak jarang banyak anak-anak yang meniru trend goyangan tersebut.

Kalau diperhatikan itu sebenarnya bukanlah sesuatu yang layak untuk ditiru oleh anak-anak, hal ini bisa mennyebabkan merosotnya rasa malu mereka. sehingga dengan penuh percaya diri mereka bergoyang di depan kamera dan kadang kita temui perekamnya pun orang dewasa.

Dalam hal ini, kita tidak bisa hanya menyalahkan si pembuat konten, melainkan harus ada pengawasan dan pendampingan pada anak yang diberikan oleh orang tua agar anak tidak menyalahgunakan kepada hal-hal yang tidak dinginkan.

Pada kondisi seperti ini, orang tualah yang mengambil peran penting dalam membarikan edukasi dan penaman nilai moral pada anak sehingga anak bisa mengetahui mana hal yang baik dan buruk.

Dilansir dari www.halodoc.com, beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam mendampingi anak dalam bermedia sosial:

1. Jelaskan efek negatif media sosial

Ketika sudah cukup akrab dengan anak, dan anak tampak mulai terbuka, ajak anak berdiskusi dan jelaskan mengenai efek negatif dari media sosial. Beri contoh kasus nyata yang pernah terjadi, seperti perundungan, penculikan, hingga depresi yang terjadi akibat media sosial.

Jelaskan padanya bahwa ia boleh menggunakan media sosial, selama memahami akan berbagai kemungkinan efek negatif yang ditimbulkan. Minta juga padanya untuk selalu bercerita, jika ada hal-hal aneh di media sosial.

2. Batasi Waktu Menggunakan Gawai

Agar anak tidak terlena menggunakan media sosial, dengan membuat kesepakatan jadwal kapan ia boleh menggunakan gawai untuk mengakses media sosial, dan kapan waktunya belajar.

3.Beri Contoh yang Baik

Anak gemar meniru apa yang dilakukan orangtuanya. Oleh karena itu, jika ingin anak menggunakan media sosial secara bertanggung jawab, orangtua juga perlu memberi contoh yang baik. Misalnya, jangan mengunggah sesuatu yang bermaksud untuk pamer, mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan, kebohongan, atau menyerang orang lain di media sosial.

4. Mengikuti Akun Anak

Ikuti akun media sosial anak, agar kamu bisa mengetahui apa saja yang diunggah dan bagaimana interaksinya dengan akun lain. Perhatikan juga akun siapa saja yang di ikuti dan yang mengikutinya. Namun, jangan juga jadi orangtua yang overprotective, karena akan membuat anak tidak nyaman dan akhirnya memilih menutup diri.

Goa Air Kontamale, Cocok Untuk Menyegarkan Badan

Reporter : Azliza
Editor : Rizal Saputra

Objektif.id, Wakatobi – Selain keindahan bawah lautnya yang spektakuler. Wakatobi juga terkenal dengan wisata alam goa, salah satuya Goa Air Kontamale.

Goa ini berlokasi di Jalan Poros Wandoko Lingkungan Teekosapi, Kecamatan Wangi Wangi, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggata (Sultra).

Untuk menuju ke lokasi Goa Air Kontamale, hanya membutuhkan waktu sekitar 10-15 menit dari Lapangan Merdeka Wangi-wangi.

Tidak hanya pemandangannya yang menakjubkan, Goa Air Kontamale juga berair jernih dan berwarna biru khas seperti halnya keindahan bawah laut yang ada di Wakatobi.

Terlebih saat saat siang hari, permandian dengan air jernih ke biruan ini merupakan pilihan yang tepat untuk menyegarkan tubuh.

Rita, salah satu pengunjung mengatakan, jika berada ditempat ini, rasanya tidak ingin meninggalkan permandian jika tidak kedinginan.

“Menikmati permandian ditempat ini rasanya tak ingin kembali kalau tidak sampai kedinginan,” kata Rita salah seorang pengunjung, Minggu (20/2/2022).

Goa Air Kontamale, Foto : Azliza/Objektif.id

Menurut warga sekitar, Goa Air Kontamale tersebut terbentuk secara alami dan terdapat beberapa gua-gua kecil yang tersambung langsung hingga kelautan.

Uniknya, walaupun telah digunakan  untuk berenang airnya kembali jernih seperti semula.

“Air kontamale ini tidak pernah sepi selalu di datangi oleh orang-orang yang berenang maupun mencuci walapun orang selalu berdatangan untuk mandi dan mencuci air ini selalu jernih.” ungkap Mariana salah seorang pengunjung lainnya.

Tak ada uang tiket untuk dapat berkunjung ketempat ini, maka tak perlu khawatir saat mengunjungi lokasi ini.

Telaah Kapasitas Perempuan

Penulis : Elsa Alfionita

Objektif.id, Kendari – Peran perempuan dalam masyarakat dipertanyakan, tentang siapa dan apa itu wanita? Maka jawabannya bisa ditemukan dalam Al-Quran. Dalam ayat-ayat Islam yang suci, peran dan sifat perempuan telah dijelaskan oleh Allah, dalam kitab sucinya (Al-Qur’an).

Meskipun tradisi dalam agama Islam itu multi-etnis, namun Islam sebagai agama universal dibanyak negara telah membentuk mental dan struktur umatnya. Dalam keyakinan agama Islam dan Al-Qur’an, wanita diciptakan untuk suaminya.

Eksistensi dunia perempuan di belahan dunia Timur, selalu saja menyasikan luka batin yang cukup berkepanjangan, luka
batin itu terindikasi dari sejumlah pertanyaan fundamental yang mengemuka.

Pertanyaan itu antara lain: mengapa kesaksian perempauan adalah separuh harga laki-laki? Mengapa perempuan dalam agama tidak boleh menjadi pemimpin? Mengapa perempuan yang belum nikah harus ada restu orang tuanya, sementara janda tidak? Mengapa dan mengapa?

Eksistensi perempuan, seolah separuh eksistensi laki-laki. Dengan demikian, terdapat dikriminasi entitas kemanusiaan dalam kehidupan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Umumnya, pertanyaan ini akan diberi jawaban “Karena perempuan itu emosional, tidak pinter dan lemah intellegensinya atau karena sudah dari sananya begitu”. Jawaban ini mengisyaratkan adanya berbagai bentuk ketidakadilan gender.

Dalam buku, Mansour Faqih dengan judul Analisis Gender dan Transformasi sosial. menjelaskan, terdapat empat bentuk ketidak adilan gender:

Pertama, Violence, kekerasan dalam kehidupan sosial. Penyebabnya adalah lemahnya kaum perempuan, aturan yang dapat memperkuat posisi perempuan.

Kedua, marginalisasi, pemiskinan perempuan dalam kehidupan ekonomi. Terdapat banyak perbedaan jenis dan bentuk, tempat dan waktu serta mekanisme proses pemiskinan perempuan, kerena perbedaan gender.

Ketiga, stereo type, pelabelan negatif dalam kehidupan budaya. Stereo tyipe dalam kaitannya dengan gender adalah pelabelan negatif terhadap jenis kelamin tertentu, umumnya kaum perempuan. Perempaun tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, karena tugasnya hanya berkutat di sumur, dapur dan kasur. Pelabelan ini sangat populer di masyarakat.

Keempat, Duoble burden, beban berganda dalam kehidupan keluarga. Seorang isteri, selain melayani suami, memasak dan merawat anak, membersihkan rumah, mencuci pakain, membentu kerja suami di toko, kantor, sawah, pasar, dan sebagainya. Kelima, subordinasi, penomorduaan dalam kehidupan politik.

Al-Qur’an telah mengabadikan sejarah kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang perempuan, Ratu Balqis, sebagai pemimpin negeri Saba’. Kepemimpinan Balqis disandingkan dan disetarakan dengan kepemimpinan Nabi Sulaiman ketika itu.

Ini berarti kepemimpinan seorang perempuan dalam wacana keagamaan, mempunyai landasan teologis dalam Al-Qur’an yang wajib diimani dan dimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat.

Pandangan yang menempatkan wanita pada posisi pinggiran selama ini sudah saatnya dihapuskan, karena kaum perempuan muslim mempunyai pengalaman, kelas sosial, serta nasib yang tidak sama.

Perempuan Desa yang miskin dan tidak berpendidikan, tentu tingkat penderitaan dan problem sosialnya berbeda dengan perempuan kota yang kaya dan berpendidikan.

Pesan yang disampaikan Nabi Muhammad SAW. yakni semua orang muslim memiliki dearajat yang sama, ibarat “Gigi sisir yang sama besarnya”. Islam tidak mengenal perbedaan garis keturunan dan kasta.

Islam tidak mengenal baduisme. Islam menyerukan keadilan, perbuatan baik, toleransi, moralitas yang baik dan melarang ketidakadilan, perampokan, kebebasan seks, dan perbuatan terlarang lainnya.

Agama, sejatinya merupakan instrumen tranformasi dan pembebasan perempuan dari segala perlakuan yang tidak manusiawi. seringkali diputar balikkan hanya karena untuk mempertahankan dominasi dan status quo. sebagai perjuangan melawan ketidakadilan.

Dalam artian bahwa misi, kehidupan, peran, perjuangan, dan cita-cita utama para Nabi (termasuk Nabi saw) adalah membebaskan kemanusian yang menderita karena tekanan berat penindasan, dan perbudakan.

Pada akhirnya, diakui atau tidak kiprah dan peran perempuan tidak dapat diabaikan begitu saja, eksistensi orang-orang hebat di dunia tidak luput dari peran perempuan.

Penulis adalah mahasiswa aktif IAIN Kendari, Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) dan anggota aktif UKM-Pers IAIN Kendari.

 

Pentingnya Self-love, Ini Alasannya

Penulis : Syafira Damayanti

Objektif.id, Kendari – Self-love atau mencintai diri sendiri adalah aspek penting dari kesehatan mental. Dengan mencintai dan menerima segala kelebihan serta kekurangan yang ada pada diri sendiri, maka akan lebih mudah bagi seseorang untuk mengelola emosi yang muncul, termasuk ketika merasa sedih, kecewa dan marah.

Frustasi, depresi atau bahkan trauma seakan menjadi hal yang wajar bahkan lumrah untuk kita temui saat ini. Boleh dikatakan 7 dari 10 orang akan mengalami gejala-gejala depresi dan trauma. Disadri atau tidak, frustasi, depresi dan trauma bisa menjadi hal yang mematikan, bukan hanya pada mental yang tersiksa tetapi juga bagian fisiknya.

Dilansir dari data Kemenkes RI, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi akibat tidak mencintai dirinya. Dalam hal ini melakukan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri seperti, memakai narkoba, mengkonsumsi minuman keras dan lain sebagainya.

Selain itu, berdasarkan Sistem Registrasi Sampel yang dilakukan Badan Litbangkes tahun 2016, diperoleh data bunuh diri pertahun sebanyak 1.800 orang atau setiap hari ada 5 orang melakukan bunuh diri, serta 47,7% korban bunuh diri adalah pada usia 10-39 tahun yang merupakan usia anak remaja dan usia produktif.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Dr. Celestinus Eigya Munthe menjelaskan masalah kesehatan jiwa di Indonesia terkait dengan masalah tingginya prevalensi orang dengan gangguan jiwa. Untuk saat ini Indonesia memiliki prevalensi orang dengan gangguan jiwa sekitar 1 dari 5 penduduk, artinya sekitar 20% populasi di Indonesia itu mempunyai potensi-potensi masalah gangguan jiwa.

Namun demikian, masih banyak masyarakat kita belum sadar betapa pentingnya perawatan mental untuk tetap dalam keadaan yang prima. Banyak yang sering menganggap remeh hal-hal semacam ini.

Mindset mengenai pengobatan dan pemulihan jiwa hanya untuk orang-orang gila, masih begitu melekat di masyarakat kita. Labeling negatif semacam ini memebuat masyarakat lebih memilih untuk diam dan memendam penderitaan mereka daripada harus mendapat label ‘gila’ dari lingkungan disekitarnya.

Di titik ini, masyarakat harusnya sadar bahwa setiap  jiwa dan mental suatu saat pasti membutuhkan servis. Kita harus menyadari juga bahwa track yang dilalui dalam hidup tak selalunya mulus, banyak terjalan yang membuat jiwa merasa payah dan terkuras sehingga perlu untuk diservis. Kadang bukan hanya payah, dalam perjalanan jiwa kita juga sering  tekena toxin shingga membutuhkan yang namnya detox.

Fakta ini disadari oleh imam ghazali, dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, beliau mengakui bahwa tidak ada satupun jiwa yang tidak terserang oleh toxin. Dari sini, harusnya kita sadar bahwa detoksifikasi penyakit mental bukanlah hal yang boleh kita abaikan.

Pertanyaan-pertanyaan yang sering kita dengar, bagaimana mungkin kita bisa merasa bahagia jika rasa nyaman saja belum ada? Bagaimana kita bisa meraskan kedamaian jiwa kita jika terus saja kita masih merasa terganggu? Jika memang terganggu, apa yang mengganggu? Lantas bagaimana cara kita mengatasinya?

Semua pertanyaan ini bermuara pada satu hal, bahwa kita mau bahagia, Kita semua menginginknnya. Anda mau bahagia, dia mau bahagia, mereka mau bahagia, begitupun diri saya, saya juga mau bahagia.

Filsuf Yunani kuno, Aristoteles mengakui hal serupa. Menurut faham yang dianutnya, juga dua pendahulunya yakni Plato dan Socrates, mereka mengatakan bahwa kebahagiaan merupakan cita-cita dan hal paling mendasar yang memotifasi setiap tindakan manusia. Jadi, diakui atau tidak, segala hal yang kita lakukan sebenarnya bermuara pada keinginan untuk mendapatkan kebahagiaan.

Lantas mengapa tindakan setiap orang berbeda bahkan kadang bertolak belakang satu sama lain? Karena nilai yang diyakini setiap orang sebagai indikator kebahagiaan itu berbeda-beda.

Beberapa orang menafsiri bahagia adalah kaya raya. Dan jika kita mau jujur, sebenarnya tafsir semacam ini merupakan tafsir yang keliru. Pasalnya orang yang memiliki mindset semacam ini tentu saja akan berusaha mati-matian untuk mengumpulkan harta kekayaan sebanyak-banyaknya. Padahal, setelah kaya apakah dia serta merta menemukan kebahagiaan? Belum tentu. Kebanyakan justru tidak, Ada kebanyakan yang malah semakin bingung  bagaimana harus menjaga hatanya, merasa hidupnya tidak nyaman, merasa apa yang dimiliki belum cukup dan memuaskan.

Kita tidak bisa lagi mengingkari bahwa penafsiran yang keliru tentang kebahagiaan hanya akan membawa kita pada perasaan  yang lebih carut-marut. Bukannya damai, kita justru merasa lebih tertekan.

Yang jadi pertanyaan, jika semua yang kita yakini tentang kebahagiaan selama ini merupakan hal yang salah, lalu apa sebenarnya kebahagiaan itu?

Bahagia adalah pilihan tinggal kita mau menganggapinya atau tidak, Tinggal kita mau mengusahakannya atau tidak. Hasil yang membahagiakan ada pada pilihan dan tindakan kita.

Disisi lain, meski kebahagiaan adalah jenis dari keadaan dan aktifitas batin serta jiwa, yang muncul secara implusif dan diluar kendali. Namun kebahagiaan adalah sebuah aktifitas batin yang bisa kita pelajari untuk dikendalikan. Kita bisa mengajari hati dan jiwa kita untuk bahagia.

Cara mencintai diri sendiri :

1. Belajar memahami diri

Tahap pertama menerapkan self-love adalah belajar mengenal diri sendiri. Cobalah berkomunikasi dan berdamai dengan diri. Temukan berbagai jawaban yang mengganjal, seperti apa yang ingin dicapai, apa ketakutan terbesar, dan apa kekuatan yang dimiliki.

2. Tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

Setiap individu itu unik, memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kita  tidak perlu bersifat kompetitif dan membandingkan diri dengan orang lain, apalagi dalam hal bersosialisasi. Jangan lupakan satu hal, bahwa tidak ada satu manusia pun yang sempurna.

3. Mengenali rasa takut

Setiap orang pasti memiliki ketakutan. Alih-alih menghindarinya, sebaiknya kita  mencoba berdamai dengan rasa takut tersebut. Untuk mengatasinya, kita bisa mulai mengevaluasi penyebabnya, dan kemudian carilah solusi agar ketakutan tidak menjadi beban dalam hidup.

4. berani mengambil keputusan.

Pernah merasa ragu saat dihadapkan dengan kondisi harus mengambil keputusan? Saat kita mencintai diri sendiri, tentu akan lebih paham mengenai apa yang terbaik untuk diri. Hal ini akan mendorong kita  lebih berani mengambil keputusan apa pun resikonya.

Kelima, ingatlah bahwa tidak ada manusia sempurna. Saat berbuat kesalahan, kita tidak perlu merasa insecure dan menyalahkan diri sendiri terus-menerus. Ingat bahwa kesempurnaan hanya milik Tuhan. Kesalahan yang dilakukan bisa dijadikan pengalaman dan pelajaran untuk tumbuh menjadi individu yang lebih baik lagi.

6. Pergaulan

Bergaul dengan orang-orang berpikiran positif. Akan sulit bagi kebanyakan orang  menerapkan self-love kalau berada di antara orang-orang toxic. Oleh sebab itu, carilah lingkungan pergaulan yang dipenuhi orang-orang berpikiran positif. Ingat, lingkungan memiliki pengaruh besar dalam membangun kepribadian seseorang.

Bahagia adalah pilihan, tinggal kita mau menganggapinya atau tidak. Tinggal kita mau mengusahakannya atau tidak. Hasil yang membahagiakan ada pada pilihan dan tindakan kita. Disisi lain, meski kebahagiaan adalah jenis dari keadaan dan aktifitas batin serta jiwa, yang muncul secara implusif dan diluar kendali. Namun kebahagiaan adalah sebuah aktifitas batin yang bisa kita pelajari untuk dikendalikan. Kita bisa mengajari hati dan jiwa kita untuk bahagia.

Penulis adalah mahasiswa aktif IAIN Kendari, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (Fatik), anggota aktif UKM-Pers IAIN Kendari dan kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Ibnu Rusyd.

Tiga Alasan Wanita Harus Berkarier

Penulis : Nining Hestuti

Objektif.id, Kendari – Perempuan adalah makhluk yang humoris, tutur kata, ucapan memancarkan daya tariknya. seperti yang telah kita ketahui bahwa, perempuan adalah sosok wanita, namun bukan berarti lemah untuk melakukan sesuatu yang sulit.

Seperti di masa sekarang ini, banyak perempuan yang bekerja diluar sana dengan jenis pekerjaan yang berbeda-beda.

Salah satu menunjukkan bahwa perempuan dalam kaitannya berkarir menjadi salah satu dari hobinya. Perempuan bisa dalam hal apapun tetapi puncak karir dari seseorang sebenarnya tergantung dari cara individu itu berfikir masing-masing. Karena menjadi wanita karir adalah apresiasi tersendiri bagi sebagian perempuan.

Setiap manusia, pasti mempunyai pola pikir masing-masing, tergantung dari cara dia mengatur hal itu, agar dapat berjalan dengan baik. Begitu juga dengan ibu rumah tangga (Perempuan).

Perempuan kerjanya bukan hanya mengurus rumah, tapi perempuan juga harus mengenal lingkungan diluar seperti apa kehidupan dalam dunia kerja. maka dari itu, dia harus keluar zona tersebut dengan  mencoba hal-hal baru, agar wawasan dan cara berpikirnya bisa meluas sehingga akan mudah mengatasi situasi dengan kemampuan-kemampuan yang mereka miliki. Serta  dengan mudah membangun relasi dan peka terhadap lingkungan rumah tangga maupun lingkungan disekitarnya.

Disamping perempuan sebagai wanita yang punya profesi tanggungjawab diluar, mereka juga tidak mesti lupa dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga.

Berikut dijelaskan, hal yang dapat mendorong perempuan dalam berkarir:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah hal utama dalam menyerap ilmu dan mengembangkan wawasan dan pengetahuan yang dimiliki. Sehingga akan dengan mudah melakukan Berbagai aktivitas, baik didalam atau diluar serta dapat menguasai hal-hal yang baru.

2. Hobby

Hobby dalam suatu profesi adalah hal yang wajar bagi sebagian orang. Mengingat banyaknya jenis pekerjaan. Menekuni hobby adalah hal istimewa bagi diri sendiri.

3. Ekonomi

Kebutuhan ekonomi salah satu pertimbangan bahwa wanita harus terlibat dalam urusan kerjaan. Guna dalam membantu meringankan sedikit beban  dalam rumah tangga dapat juga meningkatkan kualitas penghasilan.

Penulis Nining Hestuti adalah salah satu mahasiswa IAIN Kendari, Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ushuludi Adab dan Dakwah (Fuad

Anak, hadiah Terindah Tuhan

Penulis: Syafira Damayanti

Objektif.id, Kendari – Anak dikatakan sebagai anugerah karena anak adalah anugerah terindah, berupa amanah dan titipan dari Allah SWT. Yang diberikan kepada orang tua, Yang membuat setiap mata hati memandangnya menjadi aman dan damai.

Keberadaan anak sangat dinantikan oleh orang tua sebagai penyempurna kebahagiaan dalam keluarga.

Anak-anaklah yang membuat hati setiap orang tua untuk bisa tersenyum, tertawa bakhan marah hingga kecewa. semua itu terjadi silih berganti setiap hari setiap masa.

Ada yang harus dikorbankan untuk menantikan kehadiran seorang anak terutama bagi seorang ibu, Karena seorang  ibu ketika akan melahirkan anak kedunia mereka rela mengobarkan nyawanya demi bisa melihat  anaknya lahir  kedunia.

Namun, tidak sedikit orang tua yang kerepotan mengendalikan anak bahkan mereka menganggap bahwa kehadiran seorang anak berarti bertambah juga beban hidupnya. Katanya anak  adalah anugerah, tetapi mengapa sebagian ayah justru melemparkan tanggung jawab perilaku anak hanya kepada istrinya? Katanya  anak adalah anugerah, tetapi mengapa sebagian besar justru dijatuhkan harga dirinya dirumah?

Berat atau ringan mendidik anak tidak ditentukan oleh berapa jumlah anak, tetapi tergantung persepsi kita tentang anak. Segera ubah mindset dan persepsi kita tentang anak. bahwa anak-anak itu aset, bukan beban (biaya). Jika memposisikan anak sebagai aset, pasti terasa ringan dan akan dipentingkan. Sebaliknya jika anak kita anggap sebagai beban maka pastilah cenderung diabaikan atau bahkan disingkirkan, karena terasa melelahkan.

Seorang anak mampu beradaptasi sebagaimana sesuai dengan didikan dari kedua orangtuanya yang mengasuhnya. Buatlah anak untuk selalu merasa beruntung  ketika hidup bersamanya karena hakikatnya bukanlah anak yang minta dilahirkan didunia melainkan kitalah yang mendambakan kehadirannya, maka jagalah mereka dan selalu bersyukur  karena semua itu akan diminta pertanggungjawaban diakhirat kelak.

Setiap anak yang dilahirkan kedunia dalam keadaan fitah, bukan? “Kullu mauluudin yuladu alal fitrah. Faawabahu.” Setiap anak lahir dengan keadaan fitrah, tergantung orangtuanya bagaimana dia dibentuk. Karena anak lahir dengan fitrah, bukankah berarti tidak satupun  anak ketika lahir berniat untuk menghancurkan masa depannya? Mereka akan tumbuh dengan kebaikan-kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan diakhirat  tergantung bagaimana  dari orangtuanya.

Secara kongkrit diketahui bahwa  hati ayah dan ibu difitrahkan untuk sayang kepada anak, berakar dengan perasaan-perasaan psikologis, kasih sayang kebapaan untuk melindunginya, menyayanginya, belas kasih kdepadanya, dan memperhatikan kemashlahatannya. Sekiranya itu tidak ada, spesies manusia pasti lenyap dari muka bumi.

Sementara itu dalam Al-Qur’an yang mulia menggambarkan perasaan-perasaan  kebapaan yang tulus, Dengan penggambaran yang indah, terkadang ia menjadikan anak-anak laksana perhiasan hidup.

Sebaiamana yang tercantum dalam Q.S Al-Kahfi ayat 46 : Artinya “…harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.”

Terkadang  ia mengiktibarkan mereka sebagai karunia yang agung yang menadikannya berhak untuk bersyukur kepada yang maha pemberi yang member karunia : “ kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan kami jafikan kamu kelompok yang lebih besar” (Q.S Al-Isra: 6).

Mendidik anak itu persis seperti menanam pohon. Allah berfirman dalam QS Ali-Imran :35-37, besarkanlah anak dengan pertumbuhan yang baik. Allah juga berbicara (tanaman) ini ketika Rasul mendidik sahabat-sahabatnya. Dalam surat ini, belum panen saja Allah sudah memberikan kebahagiaan, apalagi ketika panen raya? Petani itu bahagia saat tanamannya tumbuh baik, padahal belum panen. Bahagia, saat hujan turun, padahal belum menanam. Jadi bahagia itu tidak harus menunggu panen, jangan menunggu sampai anak besar. Asal prosesnya baik, maka orangtua akan bahagia sepanjang pertumbuhan usia anaknya.

Anak salih yang bisa mendoakan orang tuanya, itu aset akhirat. Ketika kita meninggal, maka terputus semua amal dan kepemilikan. Yang masih tersambung hanyalah amal jariyah kita. Dan kepemilikan yang masih bisa dinikmati adalah anak kita, dialah yang paling berhak menshalatkan dan mendoakan kita, bukan lainnya. Itulah aset akhirat. Kalau anak adalah aset, maka pasti kita ingin memilikinya sedikit atau banyak.

Hilangkan anggapan bahwa anak-anak itu beban. Anak-anak kita tidak numpang hidup pada kita, karena bayi terlahir sudah lengkap membawa rezekinya, Allah sudah menjamin mencukupkan kehidupannya. Janganlah Anda sombong, seolah-olah menjadi orang yang paling berjasa menafkahi dan menghidupi anak-anak dan keluarga.

Penulis adalah mahasiswa aktif IAIN Kendari, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (Fatik), anggota aktif UKM-Pers IAIN Kendari dan kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Ibnu Rusyd.

Peran Ganda Wanita Karier

Penulis : Syafira Damayanty

Objektif.id, Kendari – Wanita Karier berarti wanita yang memiliki pekerjaan dan mandiri finansial baik kerja pada orang lain atau punya usaha sendiri.

Pada umumnya karier ditempuh oleh wanita di luar rumah, sehingga wanita karier tergolong mereka yang bekerja di sector publik, yang membtuhkan kemampuan dan keahlian tertentu dengan persyaratan telah menempuh pendidikan tertentu. Wanita karier, khususnya yang sudah berkeluarga, secara otomatis menanggung beban ganda, baik di lingkungan pekerjaan maupun keluarga.

Oleh sebab itu muncul konsep peran ganda bagi perempuan. Hal itu merupakan aplikasi bagian dari peran perempuan di dua ranah sekaligus, yaitu ranah domestik dan publik.

Saat ini diupayakan terjadinya pemberdayaan perempuan, yaitu pencerminan dari kemitraan sejajaran perempuan dengan laki-laki dalam segala bidang kehidupan. Oleh sebab itu, pada saat ini peran ganda perempuan yang berkeluarga adalah suatu kajian yang menarik untuk dikupas.

Fenomena tersebut dapat dikaji, diobservasi, dan merupakan fenomena yang bersifat intersubyektif, karena membawa konsekuensi pada terjadinya perubahan pranata maupun struktur sosial didalam keluarga sekaligus berdampak di masyarakat.

Peran ganda perempuan pekerja berdampak secara positif maupun negatif, apabila peran tersebut mampu untuk menyumbang stabilitas keluarga atau masyarakat, maka hal itu dinilai  fungsional dan disebut sebagai perubahan struktur fungsional dalam kehidupan keluarga, begitu pula sebaliknya.

Peran wanita dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi menjadi suatu keharusan, akibat semakin mendesaknya kebutuhan hidup, Sulitnya keadaan ekonomi, sehingga keluarga sering kali memaksa beberapa anggota keluarga khususnya wanita untuk mencari nafkah, mengingat kebutuhan hidup semakin sukar dipenuhi oleh penghasilan suami, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. Hal ini terlihat jelas pada keluarga dengan ekonomi rendah.

Wanita terdorong untuk ikut berperan dalam meningkatkan pendapatan keluarganya dengan bekerja di sector publik.

Wanita dari keluarga ekonomi menengah ke atas juga tidak sedikit yang terjun ke dalam dunia kerja.

Mengapa wanita harus berakarir? Bukankah sebaik-sebaiknya tempat bagi  wanita adalah rumah? Bagaimana jika seorang wanita yang  berkarir keharmonisan dalam rumah tangganya mudah retak?. Begitu banyak pernyataan- pernyataan seperti ini yang di lontarkan kepada perempuan yang memilih berkarir.

Seorang wanita yang memilih berkarir bukanlah semata-mata mereka berpikir untuk dirinya d masa sekarang melainkan untuk memikirkan bagaimana nanti kedepannya ketika ia tidak lagi dinafkahi suaminya.

Bekerja selain dimaknai ibadah juga dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan hidup secara jasmani maupun rohani.

Islam mengajarkan adanya kewajiban untuk bekerja sekaligus hak untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat berlaku baik kepada laki-laki maupun perempuan. Sebagaimana firmanNya dalam QS An-Nisa: 29 yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian dengan jalan yang tidak benar, akan tetapi hendaklah kalian berdagang atas dasar saling rela di antara kalian”.

Berdasarkan firman tersebut, maka setiap manusia dituntut untuk dapat memperjuangkan kebutuhan hidupnya, agar mampu hidup mandiri. Bahkan berdasarkan kitab Fiqih, Jamaluddin Muhammad Mahmud menyatakan bahwa perempuan dapat bertindak sebagai pembela dan penuntut dalam berbagai bidang, dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang  dimiliki, perempuan juga mempunyai hak untuk bekerja dan menduduki jabatan tertinggi dalam karirnya.

Wanita memilih mandiri karena mereka tau bagaiamana rasanya hidup di bawah kaki orang lain, padahal sebenarnya seorang wanita bisa membangun sebuah kaki. Tidak harus selalu berada di bawah kaki orang lain. Wanita memilih berkarir juga untuk bisa menunjang masa depannya nanti.

Jadi ketika Seorang laki-laki yang awalnya mengetahui dan menerima calon istrinya bekerja (perempuan atau wanita karir) maka implikasinya setelah menikah akan terus bekerja, oleh sebab itu dengan alasan tertentu suami tidak boleh melarang istri untuk bekerja. Oleh sebab itu kesuksesan karir seorang istri sangat dipengaruhi oleh suaminya, sebagaimana hasil penelitian Lee and Choo, menemukan bahwa komitmen wanita karir yang telah berkeluarga pada pekerjaannya lebih tinggi dari wanita yangbelum  berkeluarga, karena mempertimbangkan faktor kebutuhan dan dukungan dari keluarganya, terutama dukungan suami. Karena dengan mengambil  keputusan ini juga bisa membantu mengurangi beban laki-laki.

Namun disisi lain wanita juga harus tahu bahwa ketika mereka berkarir sebaiknya harus lebih bisa mengetahui batasan dalam bergaul antara wanita dengan pria. Karena sumber fitnah terbesar bagi seorang laki-laki adalah wanita seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadits.

Artinya: “Aku tidak meninggalkan fitnah yang lebih besar bagi laki-laki selain dari perempuan,” (HR Al-Bukhari).

Pada hadits ini, lawan bicaranya memang tertuju pada laki-laki sehingga yang disebutkan adalah perempuan. Karena secara naluri, laki-laki memang memiliki kecenderungan untuk menyukai perempuan. Sebaliknya, perempuan juga bisa tergoda dengan pesona lelaki sehingga bisa membuatnya seolah gila dan melalaikan kewajibannya pada Tuhannya.

Untuk menghindari diri dari fitnah lawan jenis ini, Allah SWT sudah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan untuk menjaga kemaluan dan pandangan mereka, sebagaimana tercantum dalam Surat An-Nur ayat 30-31. Ini semakin memperkuat bahwa fitnah bisa saja datang dari laki-laki maupun perempuan.

Penulis adalah mahasiswa aktif IAIN Kendari, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (Fatik), anggota aktif UKM-Pers IAIN Kendari dan kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Ibnu Rusyd.