Paradoks Cinta!

Seperti biasa perempuan itu hanya menghabiskan waktu malamnya di Kedai Gerbang Akademik, selalu menyendiri menikmati secangkir Thai Tea di hadapannya.

Demikianlah, ia hampir tak punya aktivitas lain selain menyendiri dengan menikmati secangkir thai tea setiap malamnya.

Semua bukan tanpa sebab, ia dahulu dikenal sebagai perempuan humoris dan aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan saat duduk di bangku perkuliahan. Kini, ia diterpa badai kekecewaan, kosong dan tersuruk dalam dunia hitam. Ia menjadi korban persaksian cicak tentang noda darah di bilik kamar berukuran empat kali enam miliknya.

“Aku berangkat dulu. Doakan sukses senantiasa membersamai anakmu,” percakapan di rusuk rumah bersama Ibunda, diakhiri tanda pamit hijrah ke kota.

Sofia demikianlah panggilan akrab perempuan itu. Semua yang tahu pasti mengenalnya Muslimah yang taat. Sebab, dahulu tubuhnya dihijabi jubah dan jilbab besar.

Ia menyelesaikan studinya seperti mahasiswi lain, hal yang membedakan adalah ia meninggalkan luka dan kekecewaan. Korban retorika cinta aktivis sayap kiri. Hal itulah yang membuatnya selalu menyendiri dan merenung, ditambah lagi tak ada penyesalan pada Tuhan dari lelaki itu setelah bercinta dengannya.

“boleh aku duduk disini?,” sebuah suara tiba-tiba menyapa.

“boleh silahkan,” jawabnya dengan tatapan tanda tanya.

Setelah beberapa saat berbasa basi perbincangan keduanya pun mulai cair.

“beberapa malam belakangan, saya perhatikan selalu menyendiri,” lanjut sapanya berusaha akrab.

Sofia bercerita soal masa lalunya. Mungkin ia sudah terbawa suasana hingga tak sadar menceritakan semuanya.

“terus usahamu untuk meminta pertanggung jawaban sampai disitu saja?,” tanya Sahra dengan rasa penasaran yang makin dalam.

Sahra, adalah nama lelaki yang menyapanya, ia adalah mahasiswa angkatan 2014 berstatus DO dari kampusnya, ia adalah aktivis kiri yang selalu berdemonstrasi tentang ketidakadilan di kampusnya. Mungkin, karena itu ia di DO.

“saat ini saya hanya pasrah pada kata terserah. Sebab, ketika tabu usai diguratkan di atas tubuhku yang rapuh yang tersisa dalam mulut rasaku hanya luka sakit yang mengiris,” curhat Sofia

“hidup tak selalu soal kehampaan dan rasa kosong yang tak pernah bisa disibak. Hidup tak selalu kosong seperti lorong kegelapan yang tak ada jalan keluarnya,” patuah Sahra.

“bukan soal itu, ada hal lain yang memaksa saya untuk menyerah. Lihat saja pesan WA darinya,” tegas Sofia.

“saya telah menikah karena dijodohkan. Jangan ganggu saya lagi dan maaf tak sempat memberi undangan. Dan saya rasa itulah yang terbaik untuk saya,” seperti itulah pesan singkat WA dari lelaki yang telah mencicipi tubuhnya yang tenggelam tanpa sisa dalam pori-pori kulitnya.

Tanpa terasa arloji telah menunjukkan pukul 02.00, keduanya bergegas untuk pulang.

“saya antar pulang ya…” tawarnya.

“boleh, lagian malam semakin larut,” angguk Sofia menerima tawaran Sahra.

Sejak saat itu, keduanya menjadi lebih akrab dan sering berdiskusi tentang berbagai hal hingga larut malam di kos milik Sofia.

Hingga suatu ketika, ransangan aneh kembali hinggap pada lepah-lepah kulit perempuan itu. Matanya memandangi redup langit-langit kamar tanpa kedip. Saat Sahra berhasil mencuri perhatiannya dalam keadaan berdempetan.

“bawa aku terbang untuk melupakan diri sendiri, lupakan aku dengan masa laluku,” gumamnya sebelum sepanjang malam itu ia kembali terjaga dalam aib, dalam tabu, seperti saat pertama kali ia mendapatkan tanda memar merah di bagian dada.

Paginya, ia kembali merasakan kehampaan, rasa kosong yang tak pernah tersibak. Seolah hidup hanya sederetan kekosongan diantara lorong kegelapan yang tak ada jalan keluarnya.

“Semua lelaki sama saja, mereka aktivis kiri adalah penguasa filsafat, pemeran retorika cinta untuk kenikmatan sesaat. Paradoks cinta, berkhotbah meminjam nama cinta demi kenikmatan sesat namun implementasi yang dijalankan demikian pula, keseringan membuat setan menertawai. Barangkali perempuan juga seperti itu, sebab sejak tubuhku pertama kali tak berkain dan tubuhku terbuka digerayangi secara superbebas, aku berjajanji untuk tidak mengulanginya. Namun, baru beberapa saat Sahra menginjakan kaki di kosku cumbu dan cubit-mencubit antar mulut itu kembali terjadi. Iman dan nalarku kembali terlukai, barangkali perempuan memang hiburan untuk laki-laki sesuai eksistensi penciptaan yang kupahami. Hawa diciptakan saat Adam merasa galau dan butuh pasangan untuk menghibur dirinya,” tulisnya setelah mengambil kertas dan sebilah pena.

Arunika benar-benar telah pergi. Dan hari itu ia telah mati rasa dengan lelaki. Barangkali begitrulah tabu, selalu menagih seorang pendosa untuk terus melakukan hal yang serupa dan mengulanginya lagi dalam bentuk serupa. Lupa, sejatinya perempuan adalah emansipasi, bukan bahan pelacurnisasi pada keringat asin yang dicicipi secara sukarela, tanpa kompensasi cinta. Dan lupa cinta yang sebenar-benarnya adalah cinta kepada Ilahi.

Penulis: HDS

Lima Parpolma, Siap Berlaga Pada Pemilma IAIN Kendari

Reporter : Nining Hastuti A

Editor : Elfirawati

Objektif.id., Kendari – Lima Partai Politik Mahasiswa (Parpolma) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari siap berlaga pada Pemilihan Mahasiswa (Pemilma) periode 2021-2022.

Ketua KPUM, Amirullah menjelaskan bahwa, ada lima Partai yang mencalonkan diri dan sudah diperiksa sudah lolos verifikasi berkas dan sampai saat ini belum ada pengurangan dan juga penambahan terkait kelima Partai tersebut.

“Diantara lima Partai yang siap bertarung ialah; Partai Bintang Mahasiswa (PBM), Partai Pergerakan Demokrasi Mahasiswa Merdeka (PANDAWA), Partai Serikat Mahasiswa Islam (PASMI), Partai Persatuan Lintas Mahasiswa (PELITA) dan Partai Amanat Mahasiswa (PANTAS),” kata Amir. Selasa, (21/12/2021).

Lanjutnya, ia berharap agar kelima Parpolma ini dapat bertarung secara sportif.

“Harapannya, teman-teman Parpolma ini dapat bertarung secara sportif dan selanjutnya, ketika terpilih menjadi Ketua atau menjadi perwakilan mahasiswa, Senat Mahasiswa (SEMA) bisa menjalankan fungsinya sebagaimana yang telah dikampanyekan dan sebagaimana visi misi dari partai politik itu sendiri,” tutup Amir.

 

Peduli Korban Bencana Semeru, HMPS IQT Salurkan Bantuan

Reporter : Slamet Fadillah
Editor : Elfirawati

Objektif.id, Kendari – Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IQT) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, menyalurkan bantuan hasil penggalangan dana kepada Lembaga Amil Zakat Nasional (LANAZ) Inisiatif Zakat Indonesia Sulawesi Tenggara (IZI SULTRA) untuk diberikan kepada korban erupsi gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Penggalangan dana tersebut dilakukan pada tanggal 7-12 Desember 2021 di beberapa titik di kota Kendari. Bantuan yang berhasil terkumpul sebanyak Rp. 6.961.000,00.

Koordinator Lapangan (Korlap), Rifdal mengatakan alasan dilakukannya kegiatan ini yaitu sebagai bentuk empati dan wujud dari nilai-nilai yang diajarkan Al-Qur’an.

“Aksi galang dana ini merupakan wujud empati dari mahasiswa IQT IAIN Kendari terhadap korban bencana alam yang menimpa masyarakat Lumajang dan ini juga merupakan wujud dari nilai-nilai yang diajarkan Al-Qur’an untuk saling membantu terhadap sodara-sodara kita yang tertimpa musibah,” katanya. Selasa, (21/12/2021).

Rifdal berharap bantuan yang disalurkan ini bisa meringankan beban para korban bencana gunung Semeru.

“Semoga dengan dana yang digalang ini dapat meringankan beban korban erupsi gunung Semeru,” harapnya.

Ketua HMPS IQT, Abdul Rahman mengucapkan rasa terima kasihnya kepada warga kota Kendari dan pihak-pihak yang terlibat dalam proses penggalangan dana tersebut.

“Ucapan terimakasih yang mendalam kepada seluruh warga kota Kendari yang telah dengan Ikhlas menitipkan donasinya kepada mahasiswa IQT IAIN Kendari yang melakukan penggalangan dana. Selain itu, ucapan terimakasih juga kepada seluruh mahasiswa IQT wabilkhusus angkatan 2021 yang memberikan waktu dan tenaganya dalam aksi galang dana ini,” ucap Abdul.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Perwakilan Lanaz Izi Sultra, Rian Nurayati, berharap semoga kegiatan seperti ini bisa terus ada dan bisa menumbuhkan rasa empati dan jiwa sosial di semua kalangan.

“Dana yang sudah dikumpulkan oleh adik-adik, akan kami salurkan untuk donasi dana duka bencana alam semeru melalui tim Inisiatif Zakat Indonesia yang sudah ada disana yang turun langsung membantu korban yang terdampak. Semoga kegiatan penggalangan dana seperti ini bisa terus ada, menginspirasi adik-adik mahasiswa lainnya juga menumbuhkan rasa empati dan jiwa sosial untuk semua kalangan,” tukasnya.

Pemilihan SEMA Bakal Resmi Digelar Esok Hari

Reporter : Fitriani
Editor : Elfirawati

Objectif.id, Kendari – Pemilihan Umun Mahasiswa (Pemilma) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari bakal resmi digelar esok hari.

Pemilihan tahun ini berbeda dengan pelaksanaan Pemilma di tahun sebelumnya, di mana menggunakan metode daring, kali ini pelaksanaan Pemilma menggunakan metode offline.

Amirullah, selaku Ketua Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) mengatakan, bahwa Pemilma bakal resmi digelar pada tanggal 23 Desember 2021.

“Pemilihan mahasiswa akan kami laksanakan pada tanggal 23 Desember 2021 untuk Pemilihan Senat Mahasiswa Institut dan Senat Mahasiswa Fakultas (SEMA I dan SEMA F),” kata Amirullah. Selasa, (21/12/2021)

Amir juga mengatakan, bahwa penyelenggaraan Pemilma telah disediakan sepuluh Tempat Pemungutan Suara (TPS)

“Diselenggarakannya ada sepuluh TPS yang kami sediakan di gedung terpadu IAIN Kendari yaitu, terdiri dari empat TPS di Tarbiyah, dua TPS di Febi, dua TPS di Syariah dan dua TPS di Fuad,” jelasnya.

Lanjutnya, ia membeberkan langkah-langkah metode offline menggunakan Evort Electronic Voting.

“Kalau metode pemilihannya diselenggarakan secara Ofline dengan menggunakan Evort Electronic Voting dengan cara yang pertama, teman-teman pemilih datang ke TPS kedua, menunjukkan identitas kepada PPS untuk kemudian di verifikasi oleh tim PPS dan teman-teman pemilih bisa langsung login di menu SIA masuk ke menu Pemilma. Setelah login, teman-teman pemilih akan diberikan token dari PPS untuk mengakses menu pemilma. Setelah itu, teman- teman bisa memilih dan setelah memilih teman-teman bisa log out dan bisa langsung meninggalkan tempat pemilihan,” beber Amir.

Sementara itu, untuk persiapan Pemilma telah disiapkan oleh tim Panitia Pemungutan Suara (PPS) Amir mengatakan, bahwa segala persiapan Pemilma telah dirampungkan oleh tim PPS.

“Terkait persiapan ruangan sudah kami siapkan, pengamanan kemudian TPS juga ada sepuluh TPS yang kami siapkan dengan Websitenya dan tempat perhitungan nya itu sudah siap juga,” ungkapnya.

Harapan besar juga tak luput ia berikan kepada para peserta pemilih dalam hal ini mahasiswa(i) agar bisa berkontribusi menyalurkan suaranya kepada calon kandidat SEMA yang dianggap bisa memimpin.

“Saya berharap kepada mahasiswa agar bisa berkontribusi menyalurkan suaranya kepada orang-orang yang mereka anggap mampu bisa memimpin IAIN Kendari, karena pimpinan-pimpinan lembaga kemahasiswaan ini seluruhnya adalah hasil dari suara teman-teman mahasiswa dan mahasiswa jangan golput,” tutur Amir.

Pejuang Tak Kenal Lelah

Salah satu ibadah teragung di dalam islam setelah mentauhidkan Allah SWT adalah berbakti kepada kedua orang tua.

Berbakti kepada kedua orang tua merupakan ajaran Islam yang tinggi dan mulia. Tidak hanya itu, berbakti kepada kedua orang tua juga merupakan pondasi dan asas seorang hamba meraih ridho Allah SWT.

Dia juga bentuk manifestasi syukur kepada Allah SWT sekaligus kepada manusia. Iman dan islam seseorang tidak akan sempurna jika tidak diringi dengan berbakti kepada kedua orang tua.

“Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu, atau kalian bisa menjaganya” (HR. Ahmad).

Penegasan kata “Paling Baik” di atas seakan-akan ingin menunjukkan kepada kita akan pentingnya berbuat baik dan berbakti kepada orang tua.

Melalui hadis ini juga  Rasulullah SAW, mengingatkan kepada umatnya termasuk kita agar jangan menyia-nyiakan kebaktian kita kepada orang tua. Mereka adalah jalan termudah agar kita bisa masuk ke surga Allah. Namun meskipun demikian, masih ada saja dari sebagian kita yang abai dengan ini.

Masih ingatkah kita, detik-detik ketika kita akan terlahir. seorang ibu rela bertaruh nyawa hanya demi melihat kita merasakan keindahan dunia.

Ibu yang tak pernah mengeluh menggendong kita kemana mana bahkan sejak kita berada dalam kandungan. Ibu yang mengajarkan kita berjalan dari mulai proses merangkak, berdiri hingga kita mampu berjalan dengan sempurna.

Ibu yang pertama kali mengajarkan kita bicara, ibu yang memandikan kita setiap hari, ibu yang menyuapi kita dengan tepat waktu sekalipun tanpa kita minta karena khawatir anaknya jatuh sakit, ibu yang rela terjaga ketika kita tertidur karena harus menyusui kita, ibu yang memeluk kita ketika kita menangis karena terjatuh.

Masih ingat dengan sosok laki-laki tangguh yang disebut dengan nama ayah. Ayah seakan tak pernah lelah mencukupi segala kebutuhan untuk kita anaknya, bekerja dari pagi hingga malam hari dan tak jarang dari pagi hingga pagi lagi, terkadang semalaman tidak tidur.

Ayah selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kita anaknya, berapa pun biayanya. Dari mulai biaya persalinan, perlengkapan bayi, susu formula. Saat kita mulai menginjak usia 5 tahun biaya yang harus dikeluarkan ayah pun semakin besar karena ditambah lagi dengan biaya pendidikan.

Maka jangan sia – siakan kesempatan bersama orang tua, selagi mereka masih ada. Bersyukurlah karena itu kamu masih nemiliki kesempatan meraih surga dengan mereka.

Penulis: Syafira Damayanty
Mahasiswa asal Wakatobi, suka baca novel.

Ganyang Kampus Islam Dosen Mesum

Di dalam surat kabar aku membaca pemberitaan bahwa salah satu oknum dosen kampus Agama Islam Ngeri (AIN) terciduk melancarkan aksi rudapaksa terhadap mahasiswinya. Sungguh sangat memilukan sekaligus memalukan, seorang perempuan yang melahirkan peradaban ditempatkan begitu hina dan dipandang seolah-olah hanya sebagai pemuas nafsu birahi sang oknum dosen yang mungkin sudah cabul sejak dalam kandungan.

Kepentingan untuk membicarakan perempuan dalam kontruksi gender maupun keberadaannya di ruang publik sesungguhnya tidak mudah. Prosesnya panjang sebab bangunan mitosnya telah terlampau kokoh dan mapan. Terkadang, perempuan yang ingin membicarakan pengalaman ketubuhan dan pikirannya itu seperti sedang berbicara kepada sebuah tembok yang keras kepala. Jangankan direspons, seringkali ia tidak didengar. Kalaupun didengar, ia ditertawakan, lalu dilekati label-label baru yang tentu saja bersifat merendahkan. Bahkan menelisik rentetan peristiwa kasus pelecehan seksual akhir – akhir ini yang terjadi dilingkungan kampus, adagium tentang mari “Mendengar Keluh Kesah Untuk Mahasiswi” berubah menjadi mari “Berbicara Penuh Desah Untuk Dicicipi”. Dasar oknum dosen bajingan, binatang jalang!

Teman-teman mahasiswi harus sadar bahwa maraknya ritual “bercocok tanam” dalam dunia seksualitas di area kampus itu tidak terlepas dari sikap ketidakberdayaan kalian untuk melawan. Kalian masih selalu berkutat pada hal-hal materialistis yang sejatinya itu adalah intimidasi upaya melupakan eksistensi kehormatan jati diri kalian sebagai perempuan. Kamu terlalu takut untuk melawan saudari, kamu rela menggadaikan tubuhmu hanya demi nilai mata kuliah dari oknum dosen biadab yang akan merobek – robek kehormatanmu. Terlalu receh harga tubuhmu jika hanya dihadiahkan dengan secuil nilai. Kalaupun demikian, lebih baik jadi pelacur saja, toh harga tubuhmu akan lebih mahal dari sekadar nilai yang diberikan oleh dosen biadabmu.

Aku ingin mengajak kepada seluruh srikandi-srikandi mudah yang membaca tulisan ini agar kiranya kalian jangan pernah malu ataupun takut untuk mengungkap kekerasan seksual di lingkup kampus, baik itu kampus khusus agama Islam maupun yang umum. Kita ketahui bersama terkadang pihak birokrasi kampus tidak jarang memperlambat penyelesaian kasus pelecehan seksual bahkan cenderung melindungi para pelaku dosen mesum. Namun, tentunya jika saudariku semua tak sedikitpun gentar untuk berontak membunuh tabiat bengis kebinatangan seorang oknum dosen seperti yang dijelaskan di atas niscaya gerakan perlawananmu akan berimplikasi terhadap orientasi kebaikan kepada mahasiswi di seluruh kampus Indonesia.

Aku kira nona sekalian telah banyak belajar dari berbagai kejadian kekerasan seksual yang terus menerus terjadi di kampus Islam kita ini. Olehnya itu, tentu sudah tak ada lagi keraguan untuk melakukan perlawanan. Apakah kalian rela tubuhmu itu dinilai hanya dengan secuil nilai dalam ruang perkuliahan? Berhentilah memberikan pujian terhadap kampus maupun oknum dosen yang tak pernah peduli dengan kejahatan seksual. Kalaupun mereka empati paling hanya secara tekstual saja. Pun kalau diselesaikan kasus pelecehannya itu tidak terlepas dari peran gelombang masa aksi yang selalu konsisten melawan kelaliman itu. Tapi sangat ironi ketika para nona yang diperjuangkan haknya sebagian banyak cuman tinggal duduk meratap perjuangan itu sambil memoles wajah dengan bedak yang ujung-ujungnya akan jadi korban budak seks bagi para dosen bejat lagi.

Yang melahirkan dan merawat peradaban harus pandai membaca tindak-tanduk kebiadaban yang ingin merusak selangkanganmu. Kalian jangan mau hanya dijadikan sebagai objek seksual saja, tetapi berusahalah untuk memberikan afirmasi bahwa kalian adalah rival intelektual yang tak pernah kehilangan mental untuk melawan penindasan secara total!

Sesungguhnya kalian pasti merasa aneh dengan tempat perkuliahan kalian selama ini, sebab begitu kontras nama kampus dengan kejadian kekerasan seksual yang dilakukan oleh beberapa oknum dosen. Mengapa tidak, nama yang dikemas dan tersematkan pada kampusmu seakan begitu rapi, bersih, bahkan terlihat “suci”. Padahal isinya tak lebih seperti tempat sampah yang begitu busuk sehingga mengundang ribuan lalat untuk datang menghirup dan menikmati bau busuk itu. Entah siapa yang menjadi lalat ataupun sampahnya.

Berbagai rentetan tragedi asusila, kampusmu itu seperti tempat binatang yang berperadaban. Jika ditelisik lebih jauh sebenarnya peradaban kampusmu hanyalah sebuah selimut, hanyalah selembar kain yang dipakai untuk menutupi peristiwa naas itu, supaya oknum dosen cabulmu tidak benar-benar terlihat seperti binatang. Terlebih lagi, kalau pelakunya adalah Sanak famili para petinggi birokrasi kampus yang sedang mabuk akan pencitraan dan jabatan. Wuih, keren. Semakin aku ingin mengolok-olok mereka. Hahahahhahah

Hey nona, kalian harus sadar bahwa pemikiran perempuan dalam sejarah perjuangan bangsa ini begitu besar. Salah satunya adalah Gayatri Rajapatni istri Raden Wijaya, raja pertama Majapahit (1293-1309). Namun, ini bukan semata beliau seorang permaisuri yang bijak dan diagungkan, melainkan peran penting Gayatri Rajapatni untuk negeri ini. Mampu merajut cita – cita Nusantara dan pemikiran soal kebhinekaan. Hasil penelitian bertajuk “Jejak Doktrin Bhinneka di Bumi Tulungagung”, yang dilakukan oleh Institute For Javanese Islam Research (IJIR), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Tulungagung, serta Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tulungagung bahwa Buah pemikiran tentang visi penyatuan Nusantara dan kebhinekaan yang disempurnakan oleh Gayatri itulah yang akhirnya menjadi semboyan bangsa ini, yang tertulis apik pada lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila. Ya betul, Bhinneka Tunggal Ika.

Sekilas kisah pemikiran seorang perempuan yang dijelaskan di atas mungkin sudah bisa mengsugesti kawan-kawan mahasiswi, agar bisa membuktikan kepada khalayak ramai bahwa kalian adalah kaum intelektual bukan hanya sekedar mahasiswi yang menjadi penerima jasa seksual. Mulai dari sekarang, prioritaskan dulu isi kepalamu nona, kalau hanya sekedar cantik banci di Thailand mungkin lebih cantik dari kamu. Mari sejenak buka kesadaranmu cantik, jika kampus tidak pernah serius mengatasi kasus pelecehan seksual maka tentunya itu adalah titik gerak perjuangan kalian dalam membongkar kebusukan kampus yang bersembunyi di balik kemunafikan.

Tidak peduli seberapa besar intimidasi dosen cabul kepada kalian, selama analisis kritismu masih hidup maka itulah yang menafasi gerak perlawanan atas tindakan kesewenang-wenangan itu. Sebab aku percaya bahwa kalian adalah srikandi-srikandi hebat yang tak akan pernah patuh dan tunduk seperti budak. Sesungguhnya kamu mampu dengan perlawanan atas kekerasan seksual yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi terhadap dirimu. Olehnya itu, sekali lagi aku memohon agar kalian tidak gentar dan takut dalam memerangi kebiadaban yang sudah seringkali terjadi.

Mungkin aku hanya sebagian kecil dari gelombang yang berisik ketika ada kasus-kasus pelecehan seksual di kampus. Tetapi yang harus paling berisik di sini adalah kalian para mahasiswi yang tidak hanya bersembunyi dibalik topeng bedakmu itu. Seharusnya kalianlah yang menjadi lokomotif penggerak dari setiap kasus asusila yang terjadi, bukan kemudian menyembunyikan kasus tak senonoh ketika kalian tahu bahwa itu benar-benar terjadi. Percuma jadi bunga nan indah tetapi dikelilingi oleh semak-semak belukar. Oii cantik, berusahalah untuk selalu melakukan perlawanan terhadap kedzaliman sebab selalu ada harapan yang harus kalian perjuangkan! Melalui gorong-gorong penghianatan kampus dan dosen kurang ajar yang mesum.

Ingin aku akhiri tetapi bukan dengan kata selamat berpisah, melainkan sampai ketemu lagi! Ya, sampai ketemu lagi dalam tulisan – tulisan yang akan lebih menohok mengolok-olok birokrasi kampus dan dosen yang tak pernah pro atas pemenuhan hak-hak mahasiswa(i). Jika kemudian ada pihak yang tersinggung dengan hasil imajinasi yang aku tuangkan dalam tulisan ini, memang sulit kiranya untuk meyakinkan lalat bahwa bunga lebih indah daripada sampah.

Penulis : Hajar

Suka menegur pikiran menggunakan satir dengan metofor sederhana.

Hukum Perbankan Syariah

Kata hukum (al-hukm) secara bahasa bermakna menetapkan atau memutuskan sesuatu, sedangkan pengertian hukum secara terminologi berarti menetapkan hukum terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dalam perihal ini berarti penetapan hukum yang berkaitan dengan perbankan.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Pengertian bank adalah berupa badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak (Pasal 1 angka 2).

Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank. Mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya (pasal 1 angka 1).

Bank syariah terdiri dari dua kata, bank yang berarti suatu lebaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan dari dua pihak. Kata syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai hukum Islam.

Penggabungan kedua kata yang dimaksud menjadi, “Bank Syariah.” Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak bank uang berlebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai hukum islam.

Selain itu, Bank Syariah biasa disebut Islamic Banking, yaitu suatu sistem operasional tidak menggunakan sistem bunga (riba), apekulasi (maisir) dan ketidakpastian atau ketidakjelasan (gharar).

Menurut Ensiklopedia, Bank Islam atau Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Jadi pengertian hukum perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank yang memenuhi prinsip-prinsip syariah dan memiliki peraturan-peraturan yang harus dilaksanakan.

Gagasan awal Perbankan Syariah adalah ingin membebaskan diri dari mekanisme bunga, atau nonribawi. Mula-mula pembentukan Bank Islam di Indonesia sendiri khususnya banyak menimbulkan keraguan. Hal tersebut muncul mengingat anggapan bahwa sistem perbankan bebas bunga adalah sesuatu yang mustahil dan tidak lazim. Namun demikian, ekonomi syariah, walaupun dapat dikembangkan oleh masyarakat sendiri. Namun tetap membutuhkan legislatif, yang berarti formalisasi syariat Islam menjadi hukum positif, dengan demikian dibutuhkan juga perjuangan politik untuk menegakkan syariat Islam di bidang ekonomi, khususnya dalam bidang Perbankan.

Usaha pemerintah untuk mengembangkan bidang usaha asuransi ini juga tampak, misalnya dengan mengeluarkan berbagai peraturan tentang perizinan usaha perusahaan asuransi jiwa, tata cara perizinan usaha dan pemenuhan deposito perusahaan-perusahaan asuransi kerugian, pengawasan atas usaha perasuransian dan sebagainya.

Berdasarkan keadaan perekonomian Indonesia pada saat ini yaitu dalam bidang asuransi, umat Islam tertarik dengan institusi perekonomian yang membawa mereka maju di dunia modern ini, asalkan selaras dengan semangat agama dan prinsip Hukum Islam. Tetapi persoalan yang hangat dibicarakan di dunia Islam dewasa ini mengenai halal atau haramnya asuransi itu sendiri.

Di tengah-tengah perkembangan asuransi di Indonesia, masih tersisa adanya kesan negatif bahwa asuransi konvensional itu hanya mau menerima premi tapi ketika terjadi musibah, perusahaan asuransi tidak mau membayar klaim. Walau memang sebenarnya alasan tersebut masuk akal, tidak mudah untuk membayar klaim, karena asuransi adalah pengelola dana milik bersama dan tidak sembarang memberikan uang kepada seorang nasabah yang mengajukan klaim tanpa terlebih dahulu menyelidikinya.

Penulis: Elsa Alfionita
Mahasiswa, suka jalan-jalan.

Cetak 3 Gol, Tim Putri Biologi Kalahkan Tim Putri PBS

Reporter: Dila Lestari

Editor: Rizal Saputra

Objektif.id, Kendari – Melakukan pertandingan futsal, dua tim putri adu kebolehan di lapangan hijau Gedung Olahraga (GOR)  Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari pada hari Senin, 20 Desember 2021.

Dua tim putri itu adalah Mahasiswa Program Studi (prodi) Biologi dan  Perbankan Syariah (PBS) yang didominasi oleh angkatan 2019.

Pertandingan ini digelar untuk menjalin persahabatan antara kedua prodi tersebut. Hal ini diungkapkan oleh salah satu pemain yang diwawancara setelah pertandingan selesai.
“Kita adakan pertandingan ini untuk persahabatan dan bersenang-senang.” Ungkap Eka Andriyani selaku tim putri PBS.

Dalam pertandingan sengit yang berlangsung selama dua babak itu berhasil dimenangkan oleh tim putri dari mahasiswa prodi Biologi dengan skor 3-1.
“Pertandingan ini dimenangkan oleh tim Biologi. Skor 3-1.” Ujar Sesar selaku wasit dalam pertandingan tersebut.

Pertandingan ini disambut antusias oleh mahasiswa utamanya mahasiswa dari prodi Biologi dan PBS. Pasalnya pertandingan semacam ini baru pertama kali mereka lakukan.

Sesar berharap, pertandingan ini bisa tetap dilakukan lagi ke depannya agar tetap terjalin persahabatan dan silaturahmi antar mahasiswa.
“Semoga ke depannya cara main mereka lebih bagus lagi, kompak dan bisa mengikuti pertandingan futsal yang di adakan selanjutnya.” Pungkasnya.

Out Of The Box, Mahasiswi IAIN Kendari Punya Hobi Unik

Reporter : Elsa Alfionita

Editor : Al-Izar

Objektif.id, Kendari – Dua tim futsal putri yang merupakan mahasiswi IAIN Kendari adu kebolehan di lapangan hijau, gedung olahraga (GOR) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari. Senin, 20 Desember 2021.

Diketahui dua tim ini merupakan tim yang mewakili Program Studi Perbankan Syariah dan Biologi, kedua tim tersebut merupakan mahasiswi angkatan 2019. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Sesar sebagai wasit dalam pertandingan tersebut.

“Kedua tim merupakan mahasiswi perbankan syariah dan biologi angkatan 2019, mereka bertanding untuk menyalurkan hobi dan menjalin silaturahmi,” ungkap Sesar.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, kedua tim sangat antusias dalam bertanding. Hal tersebut tentu sangat berbeda dengan penampilan mereka sehari-hari saat berkuliah. Antusiasme kedua tim terlihat saat keduanya berebut gol.

“Pertandingan ini dimenangkan oleh tim Biologi dengan skor 3:1, dalam dua babak full.” terang Sesar saat ditemui di pinggir lapangan.

pada umumnya yang diketahui oleh masyarakat luar,tentang mahasiswa IAIN Kendari itu identik dengan keagamaan dan semacamnya.

Hal ini dibuktikan dengan adanya kegiatan ini, Hobi baru yang dilakukan Mahasiswa IAIN Kendari untuk membangun persahabatan antara 2 team tersebut.

“Kegiatan ini dilakukan untuk membangun relasi,bersenang- senang dan melepas penat.” ucap Eka Andriani, Senin 20 Desember 2021, di gedung pelataran Olahraga IAIN kendari.

Payung Teduh Dari Nenek

Perkenalkan namaku Pelita, aku lahir pada bulan September. Kata orang-orang bulan September adalah bulan yang identik dengan keceriaan dan kebahagiaan. Bagaimana tidak hampir di seluruh penjuru dunia mengalami perubahan besar di bulan kelahiranku ini salah satu diantaranya merupakan awal musim gugur, awal musim semi, dan musim hujan. Sayangnya, aku bukan anak perempuan ceria seperti bulan kelahiranku.

Tepat hari ini umurku berinjak 10 tahun. Keluargaku tidak pernah merayakan ulang tahunku ataupun mengucapkannya aku tidak pernah berharap mereka akan mengatakan itu, tapi yang kutahu setiap bulan kelahiranku nenek selalu membelikanku payung. Aku punya banyak sekali koleksi payung. Aku tidak tahu apakah payung adalah hadiah hari ulang tahunku atau bukan karena nenek tidak pernah mengatakan itu.

Aku tidak begitu dekat dengan ayah dan ibuku, aku hanya dekat dengan nenek dan juga adik dari ibuku. Dari kecil aku selalu ditinggal oleh kedua orang tuaku, ibu selalu pergi menemani kakek ke kebun. Kata ibu, kebun kakek sangat jauh untuk sampai ke kebun mereka harus menyeberang menggunakan perahu. Sementara ayah, baru beberapa bulan terakhir ini aku merasakan sosok kehadirannya. Aku selalu bertanya-tanya kepada nenek, bagaimana wujud ayah, di mana ayah atau ayahku itu yang seperti apa.

Mengingat ayah membuatku mengingat tentang kejadian 4 tahun yang lalu, aku bersyukur memiliki daya ingat begitu tajam setidaknya untuk tidak pernah melupakan kenangan yang tak pernah ingin kami alami aku, ibu, dan adik laki-lakiku. Sosok ayah dan ibu sepertinya memang tidak begitu dekat denganku, bahkan saat aku menangis atau kesakitan aku tidak pernah memanggil ibu yang kutahu hanyalah mengadu pada nenek.

“Nenek, Ayahku di mana? Teman-temanku bilang jika ayahku tidak akan pernah kembali,” rengekku.

Kuhamburkan pelukanku pada tubuh nenek, selepas pulang bermain bersama Rara, Guntur dan ketiga temannya mengejekku karena semenjak TK sampai Sekolah Dasar Guntur tidak pernah melihat ayahku. Sebenarnya, tidak hanya teman-teman sekolahku saja yang selalu mengejekku beberapa ibu-ibu tetangga selalu menertawaiku dan menanyakan di mana ayahku atau mereka akan bilang jika aku tidak akan pernah bertemu ayah atau hal yang paling buruknya adalah jika aku sudah memiliki ibu tiri.

“Pelita mau mainan yang banyak kan? Ayah Pelita kan lagi cari uang yang banyak untuk membeli mainan dan buku untuk Pelita.” selalu saja seperti itu jawaban yang kudengar dari nenek.

“Tapi, aku tidak pernah mendapatkan mainan dan buku cerita dari Ayah, Nek.”

“Pelita mau Ayah kembali?”

“Iya, Nek. Aku ingin sekali bertemu Ayah dan mengajak Ayah bermain layang-layang seperti Ayah Guntur.”

“Kalau begitu Pelita harus sholat dan banyak berdoa agar Ayah pulang ke rumah,” titah nenek

“Sholat dan berdoa yang banyak bisa membuat Ayah pulang, Nek?”

Nenek mengangguk tersenyum. Ia mengelus puncak kepalaku

“Nek, kira-kira Ayahku sebesar apa? Apakah seperti Ayah Guntur, Nek?”

Lagi, nenek mengangguk. Kulihat ia mengusap kedua matanya.

“Nenek kenapa? Nenek menangis?”

“Berjanjilah Nak, untuk tidak pernah membenci Ayahmu.”

“Aku berjanji Nek, aku tidak akan pernah membenci Ayah karena aku ingin sekali bertemu Ayah, tidak apa Ayah tak membawakanku buku atau mainan aku hanya ingin membuktikan pada Guntur kalau aku punya Ayah.”

“Percayalah rasa cinta Ayahmu lebih besar daripada Nenek,” kata nenek lagi ia mengusap puncak kepalaku

“Cinta itu apa Nek?”

“Cinta itu kasih sayang, seperti Nenek yang selalu mengusap dan merawat Pelita ketika sakit.”

“Nek, cinta nenek padaku sebesar apa?”

“Sebesar kasih sayang Ayahmu, Pelita.”

“Tapi, aku tidak pernah melihat Ayah. ”

Kata nenek, kasih sayang Ayah melebihi rasa sayangnya padaku. Nenek selalu mengatakan itu padaku berulang kali, walaupun ayah sudah kembali tetap saja tidak ada yang melebihi rasa cinta nenek untukku. Cinta nenek padaku terlalu besar, sebesar langit, tapi kata nenek rasa cintanya sebesar payung yang selalu ia berikan padaku. Karena katanya, rasa cinta yang ia berikan itu cukup membuatku merasakan kehadiran sosok yang tak pernah hadir dalam hidupku. Padahal rasa cintanya padaku lebih dari cukup.

Hari ini tepat dua tahun kedatangan ayah. Aku selalu menghabiskan hari-hariku bermain bersama ayah, walaupun terdengar terlambat untuk bermain bahkan mengenal ayah, namun aku tetap bersyukur. Sekarang hari-hariku di warnai dengan banyak warna. Cinta yang kudapatkan bukan dari satu warna saja, tapi dari berbagai macam warna. Ada Guntur yang selalu datang mengajaku bermain layang-layang dan masih banyak lagi dan juga ayah dan ibu yang sudah banyak meluangkan waktunya padaku.

Teruntuk nenek dan payung teduhnya yang selalu ia berikan setiap hari dan juga payung pemberiannya setiap bulan kelahiranku adalah kenangan yang tak pernah ingin kulupa. Rasa cintanya akan tetap ada walaupun wujudnya telah tiada. Nenek meninggal setelah 5 bulan kedatangan Ayah. Walaupun begitu nenek bilang untuk tidak pernah merasa sedih jika telah tiba kepergiannya, karena katanya aku harus bahagia dan ceria sebagaimana bulan kelahiranku yang selalu identik dengan keceriaan.

Penulis : Elfirawati

Bukan penulis tapi suka menulis, tidak suka hujan tulisan-tulisan lainnya bisa dibaca di blog : https://elfirawati-ereke.blogspot.com

Aku, Laut dan Pencemaran

Aku dan keluargaku tinggal di pesisir pantai dan menggantungkan kehidupan dari hasil laut.

Hampir seluruh aktivitasku tak luput dari desiran ombak yang selalu menderu, dari membuka mata dipagi hari, mandi, pergi sekolah, pulang dari sekolah, bermain dengan kawan sampai akan tidur kembali di malam hari, lantunan lagu dari laut itu tak pernah luput dari telingaku.

Tiap malam, sebelum tidur ayah selalu cerita tentang keindahan dan melimpahnya hasil laut di masa lalu, bercerita tentang ikan yang besar hingga ikan yang mengikuti perahu ayah yang membuat ayah merasa terhibur karena tingkahnya. Hampir tiap malam ayah bercerita tentang itu dan membuat aku penasaran dengan kehidupan di lautan lepas sana.

Aku merasa cerita ayah yang begitu membanggakan itu adalah kehidupan yang paling indah dan menyenangkan.
Sampai suatu ketika ayah mengajak aku untuk melaut agar aku mempunyai pengalaman tentang melaut dan menangkap ikan.

“Nak, besok kan hari Minggu jadi kamu ikut ayah melaut yah, biar bantu ayah tanggkap ikan. ”

Dengan hati gembira dan tanpa pikir panjang aku mengiyakan ajakan ayah. Yah meski aku sedikit ragu karena itu adalah pengalaman pertama aku menjajaki lautan lepas dan berkenalan dengan ikan ikan yang aku pikir akan besarnya seperti badan orang dewasa.

“Ok ayah..!! Besok bangunkan aku lebih pagi yah biar aku siap siap.”

“Iya nak.!! Tidurlah, agar esok bisa bangun lebih awal”

Pagi pagi sekali saya sudah bangun dan siap siap untuk mengikuti ayah berangkat kelaut. Setelah Berjam jam melaut aku dan ayah baru mendapat ikan yang besarnya hanya sekepal tangan, itupun masih bisa dihitung dengan jari tangan.

Aku mulai merasa kecewa dan putus asah dengan keadaan itu.
Aku merasa apa yang ayah ceritakan hanyalah dongeng dan khayalan belaka.
Perasaan jengkel pada ayah mulai merasuk dalam hati dan jiwa aku, namun aku belum berani melayangkan protes pada ayah.

Namun sampai menjelang sore apa yang kami dapat hanya kisaran bisa dimakan untuk malam hari saja. Tanpa ragu aku bertanya pada ayah.

“Ayah..!! apa yang ayah ceritakan tentang laut dan ikan besar itu cuman dongeng yah.??”

Dengan menunduk ayah mulai bercerita.

“Apa yang ayah ceritakan tiap malam pada kamu itu semua benar, ayah tidak mengarang ataupun mendongeng, namun apa yang ayah ceritakan itu hanyalah kenangan masa lalu, dimana masa itu ayah masih seumur kamu, ketika kakek mengajak ayah kelaut dan hasilnya seperti apa yang ayah ceritakan pada kamu tiap malamnya.”

“Namun saat ini kondisinya berbeda, saat ini ikan ikan sudah sangat sedikit yang tinggal di laut kita, mungkin karena banyaknya sampah yang mengotori laut kita, atau mungkin karena banyaknya pencemaran laut yang berasal dan tetesan kapal tangker pengangkut minyak dan solar untuk perusahaan dikota sebelah hingga membuat ikan ikan di laut kita tidak betah tinggal dan berkembang biak.”

Saat mendengar cerita ayah aku merasa bersalah pada ayah karena sudah berani protes pada ayah, sementara ayah pun tak tau kenapa ikan sudah tidak banyak lagi dilautan ini.

Dengan menghela nafas yang panjang lalu ayah berpesan pada aku.

“Nak.!! Sekolah lah yang baik agar kelak kamu menjadi orang pandai dan bisa mengajarkan pada generasimu tentang pentingnya menjaga kebersihan laut.”
Yah mungkin saja dengan kamu ajak dan edukasi mereka tentang laut, mereka paham untuk tidak membuang sampah dan mencemari laut lagi.

Penulis: Tinta Merah, alumni IAIN Kendari, suka jalan-jalan.

Silaturahmi IKBIP di Panti Asuhan Al-Iklas, Menuai Antusias dari Peserta Didik 

Reporter : Enggar Dwi Pratiwi
Editor : Rizal Saputra

Objektif.id, Kendari – Kedatangan Ikatan Beasiswa Indonesia Pintar (IKBIP) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, menuai antusias dari anak-anak Panti Asuhan Al-Iklas Baruga, Minggu (19/12/2021).

Ketau IKBIP, Rahmat Irfan mengatakan, anak-anak yang berada di Panti Asuhan Al-Ikhlas menyambut kedatangan Mahasiswa IKBIP dengan sangat baik ditunjukan dengan cepatnya anak-anak Panti akrab dengan Mahasiswa-mahasiswi yang datang di Panti tersebut.

“Antusias Anak-anak panti sangat baik, mereka menyambut kami datang di sini dengan Antusias mereka senang kita datang di panti ini, mereka akrab dengan kita dan saya juga sangat Apresiasi Kepada teman-teman Panitia yang telah menyukseskan kegiatan ini,” ungkapnya, Minggu (19/12/2021).

Sementara itu, Sekretaris Panti Asuhan Al-Ikhlas Baruga, Dedi purwanto mengucapkan Apresiasi dan rasa terima kasihnya kepada Mahasiswa dan Mahasiswi IKBIP yang telah datang di Panti tersebut sehingga anak-anak di sana dapat merasakan Cinta, Kasih sayang, dan kehangatan yang tidak sering mereka dapatkan.

“Tentunya sangat bahagia ya, mereka di sini kedatangan kakak-kakak di luar sana yang Alhamdulillah dengan penuh cinta datang memberikan kasih sayang yang tidak sering mereka dapatkan,” ucapnya.

Dia juga berterimakasih atas yang telah diberikan Mahasiswa dan Mahasiswi IKBIP IAIN Kendari atas ilmu yang diberikan kepada anak-anak.

“Terima kasih banyak mereka mendapat kehangatan yang berbeda semoga ada ilmu-ilmu yang mereka bisa ambil dari apa yang di ajarkan saat ini dari kakak-kakak IKBIP.

Tidak hanya itu, Dedi Purwanto, berharap dengan adanya kegiatan ini, anak-anak bisa lebih baik lagi serta memiliki etika serta sopan santun.

“Kami berharap supaya adik-adik ini bisa lebih baik, bisa memiliki Etika yang sopan, karena apalah arti sebuah Ilmu kalau tidak beretika kan,” tuturnya.

IKBIP IAIN Kendari Gelar Santunan Anak Yatim

Repoter : Arnina Al Mutmainnah. Nj
Editor : Elfirawati

Objektif.id, Kendari- Ikatan Beasiswa Indonesia Pintar (IKBIB) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, Menggelar Santunan Anak Yatim, di Panti Asuhan Al-Iklas Baruga. Minggu, (19/12/2021).

Dari pantauan objektif.id di lokasi, yang ikut terlibat dalam kegiatan ini yaitu, anggota IKBIB, pengurus panti Asuhan serta anak-anak yang ada di Panti Asuhan Al-Iklas.

Kegiatan ini mengangkat tema Indahnya Berbagi Kebahagiaan dan Meningkatkan Kepedulian untuk Mempererat Ukhuwah Islamiyah.

Ketua Panitia, Maya Selviana mengatakan tujuan diangkatnya tema tersebut untuk bantu anak-anak panti.

“Karena kebersamaan panitia serta kegiatan yang digelar itu mulia untuk menolong anak anak,” kata Maya

Lebih jauh, dia menjelaskan, dana yang diperoleh untuk menyelenggarakan kegiatan ini bersumber dari iuran anggota IKBIB.

“Menggunakan dana tunai yang dikumpulkan oleh anggota IKBIB dari angkatan 2018 hingga angkatan 2021,” jelasnya.

Sementara itu, Sekertaris Panti Asuhan, Dedi Purwanto mengapresiasi kegiatan tersebut karena telah membantu keadaan ekonomi yang tidak stabil.

“Tentunya sangat luar biasa di tengah kekurangan, tapi mereka semangat membagikan sebagian rezekinya untuk adik-adik di sini. Tentunya kami berharap semoga apa yang di lakukan ini menjadi amal ibadah dan semoga kita semua mendapatkan barokah dari kegiatan ini,” tutupnya

Tentang Rumahku Yang Rehat Menjadi Surga

Sebagai seorang transmigran, saya merasa bangga ditempatkan di Provinsi Sulawesi Tenggara. Masyarakatnya sangat baik ditambah budaya toleransi yang menjadikan masyarakat transmigran merasa aman dan nyaman.

Banyak hal yang mendasari keindahan dan nyamannya Bumi Anoa ini. Disamping keragaman budaya, kehangatannya dan juga keanekaragamannya. Sebagai transmigran asal Jawa, saya tetap memilih Bumi Anoa sebagai tempat saya pulang. Sulawesi sepertinya sudah menjadi rumah dan tempat berlabuh terbaik.

Akhir-akhir ini, Kota Kendari sedang dilanda konflik antar ormas. Sangat disayangkan, mengapa hal tersebut bisa terjadi sampai berlarut-larut. Aksi ini menyebabkan korban jiwa dan kekhawatiran masyarakat kota Kendari.

Berdasarkan berita yang beredar, aksi ini berawal dari saling ejek dan ada sebuah teriakan yang membuat provokasi antar kedua ormas. Akhirnya, warga setempat merasakan dampak dari aksi tersebut.

Kabarnya, beberapa jalan kosong dan diasumsikan sebagai tempat yang dianggap menyeramkan. Selain itu, pertokoan tutup dan wargapun lebih memilih untuk berdiam diri di rumah mereka masing-masing demi menyelamatkan diri dari konflik tersebut.

Banyak kalimat-kalimat yang keluar dari mulut masyarakat seperti “jangan lewat sana, bahaya” atau “awas, hati-hati jika kesana nanti”. Masyarakat seolah terkepung oleh sesamanya.

Selain itu, masyarakatpun seolah menjadi buronan yang tak mengerti apa kesalahannya. Sangat ironi, jika kita tidak merasakan kenyamanan di rumah sendiri. Rumah yang seharusnya tempat berpulang dan tempat melepas penat serta meluapkan segala ekspresi justru menjadi tempat yang sangat menyeramkan.

Aksi-aksi yang menyebabkan korban jiwa dan keresahan masyarakat seharusnya tidak terjadi apalagi dalam lingkungan yang di tinggali. Disadari atau tidak, kegiatan tersebut sangat merugikan, baik dalam diri sendiri maupun orang lain.

Jika bisa mengambil jalan tengah untuk berdamai, mengapa tidak?. Orang tua kita terdahulupun sudah mengajarkan tentang perdamaian dan kasih sayang. Bukan tanpa alasan, yakni agar anak keturunannya dapat merasakan ketenangan dan kedamaian dalam menjalani hidup dan bersosial.

Masyarakat dan aparatur negara diharapkan tidak terprovokasi akan hal yang sedang terjadi ini. Sangat disayangkan, sikap toleransi dalam segala hal yang sudah dibangun harus runtuh karena oknum-oknum yang tersulut emosi.

Seharusnya, kita dapat dengan bijak menanggapi sebuah masalah dan menyelesaikannya. Karena, dampaknya bukan hanya tentang diri sendiri tetapi dirasakan bersama.

Harapannya, segala masalah segera selesai, kondisi segera  membaik dan silaturahmi kembali terjaga. Karena apapun alasannya, kekerasan tidak semerta-merta menyelesaikan masalah. Apalagi jika melibatkan banyak orang yang bahkan tak mengetahui apa-apa. Semoga kita terhindar dari kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi.

Penulis: Iqromah
Mahasiswa biasa, suka ngopi dan jalan jalan, bisa disapa di ig:@ikromahiq, twitter: @ahikrom

Usai Terpilih, Wahyu Jisaid Optimis Bakal Tebar Manfaat.

Reporter : Farid Ahmad T
Editor : Elfirawati

Objektif.id, Kendari – Nahkodai Komunitas Mahasiswa Peduli Sosial (KOMAPS) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, Wahyu Jisaid optimis bakal tebar manfaat.

Hal ini ia katakan usai ditetapkan sebagai Ketua Umum pada Musyawarah Besar ke-III KOMAPS IAIN Kendari.

“Saya berharap selain menjadi wadah bagi mahasiswa BPI, Komaps juga tetap konsisten dalam menebar kebermanfaatan,” ungkapnya. Minggu, (19/12/2021).

Sementara itu, Demisioner Ketua Umum KOMAPS, Nanda Ayu Puspita Sabil berharap, ketua yang terpilih ini dapat membawa Komaps  ke arah yang lebih baik lagi.

“Semoga ketua terpilih dapat menahkodai Komaps ke arah yang lebih baik dengan tujuan sesuai dengan visi misi Komaps itu sendiri,” ungkapnya.

Lanjutnya, ia percaya pada ketua yang terpilih dapat memperbaiki kekurangan yang ada pada periode sebelumnya.

“Segala kekurangan yang terdapat di pengurus sebelumnya dapat diperbaiki dan ditingkatkan pada pengurus selanjutnya,” harapnya