(Suasana saat pelaksanaan vaksinasi tahap satu di Aulamini Perpustakaan IAIN Kendari. Foto: Rizal)
Reporter : R. Saputra Editor : Al-Izar
Kendari, PersKampusBiru.com – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari bekerja sama dengan Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara (POLDA SULTRA) menggelar program vaksinasi COVID-19 tahap satu, bagi mahasiswa (IAIN) Kendari.
Kegiatan berlansung pukul 08.00 WITA di gedung Aula pertpustakaan IAIN Kendari, kamis (2/9/2021).
Rektor IAIN Kendari Prof. Dr. Faizah Binti Awad, M.Pd, mengatakan bahwah Mahasiswa itu tidak masuk kategori takut untuk di vaksin dan sudah menyakini bahwa kesehatan itu penting.
“Selama ini kan banyak masyarakat yang meragukan, ketakutan ketakutan dengan vaksin ini,ada efek samping dan sebagainya. Nah dengan begini kan berarti mereka sudah hilang dari presepsi itu, dari dugaan negatif itu yang dipengaruhi dengan medsos itu yang sengaja mengumbar berita-berita yang mencemaskan masyarakat. Oleh kaerena itu mahasiswa tidak masuk kategori yang takut terhadap vaksin itu” kata Rektor, kamis (2/9/2021).
Senada dengan hal itu Supervisor Garai III Polda SULTRA, Dr. Rima Anggraini Asbar, mengatakan animo serta kesadaran bahaya vaksin itu sangat tinggi.
“Alhamdulilah animo mahasiswanya bagus, antusianya tinggi sekali untuk vasin” kata Dokter, kamis (2/9/2021).
Tidak hanya itu, dia juga berharap kepada mahasiwa yang sudah melaksanakan vaksinasi agar selalu menjaga protokol kesehatan.
“untuk yang sudah mendapatkan vaksin tetap menjaga protokol kesehatan, istrahat yang cukup, makannya harus bergizi dan kemudian banyak minum air putih”
“bila ada keluhan setelah vaksinasi ini, biasanya keluhan yang terjadi setelah faksinasi ini, sakit kepala, demam, sakit uluhati.Tetapi tidak usah khawatir karna, hal-itu adalah wajar pasca vaksinasi. Artinya apa berarti sudah ada proses pembentukan antibodi, respon imun sudah dimulai,”
Diakhir Rektor IAIN Kendari Prof. Dr. Faizah Binti Awad berharap setelah diadakannya vaksin ini semoga kita sudah bisa melaksanakan kuliah secara ofline.
“kita harap dengan vaksin ini, nanti kita melaksanakan kita melaksananakan proses pembelajaran sevara ofline dengan tetap mengikuti panduan dari pusat” harap Rektor.
Populer akhir-akhir ini selain isu politik, korupsi, dan isu sosial lainnya adalah persoalan pendidikan. Sebab menteri pendidikan Nadiem Makarim akan melaksanakan pembelajaran tatap muka secara bertahap dimasa pandemi covid-19 dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Dengan adanya Pandemi hari ini Yang berdampak negatif mempengaruhi segala aktivitas kehidupan kita baik dari segi perekonomian, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. membuat kita dalam keterbelakangan moral sosial.
Terlebih lagi sistem pembelajaran hari ini mengalami penurunan yang sangat signifikan untuk melanjutkan amanat UUD 1945 dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejatinya pendidikan atas Pandemi ini membuat intensitas kualitas paradigma peserta didik mengalami kejumudan untuk meningkatkan intelektualitas dalam berfikir secara produktif.
Bukan sesuatu yang tabu lagi ihwal menurunnya militansi belajar peserta didik atas eksistensi Pandemi ini dengan diterapkannya pembelajaran secara online, sehingga mengakibatkan daya nalar kritis serta analisis peserta didik Mengalami penurunan secara drastis. Mengapa demikian, karena penerapan pembelajaran seperti itu tidak akan efisien untuk membentuk insan akademis yang berkualitas di dalam diri peserta didik. Hal seperti inilah yang semakin menggiring kita dalam keterkungkungan berfikir.
Dan diketahui bersama bahwa tidak semua peserta didik yang berada di pelosok desa mempunyai jaringan atau sinyal dengan baik untuk mengikuti pembelajaran secara online, terlebih lagi persoalan pemenuhan dan kebutuhan kuota internet yang setiap saat tidak bisa dipenuhi oleh orang tua karena mengalami defisit perekonomian atas Pandemi hari ini. Mo gila saya eeee
Anomali tersebut tentu menjadi prioritas pemerintah untuk mencarikan solusinya terkhusus di bidang pendidikan. syukur Alhamdulillah, menteri pendidikan dan kebudayaan Nadiem Makarim mampu membaca situasi pembelajaran yang membosankan itu dengan cara akan menerapkan kebijakan pembelajaran secara tatap muka.
Jadi stop mi ko demo-demo menuntut belajar tatap muka, tapi tidak masalah ji sebenarnya kalau demo karena sudah kewajiban negara memang untuk menjadi fasilitator dalam menyediakan sistem pembelajaran yang efektif sebagaimana amanat konstitusi yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Yang menjadi masalah itu ketika sudah tatap muka baru masih malas ji juga ko belajar.
Namun yang akan menjadi bahan diskusi kita adalah seperti apa sistem pembelajaran yang akan diterapkan nantinya ? Sebab transisi belajar online menuju offline itu hanya persoalan teknis saja saudara. Takutnya pola yang dipakai masih menggunakan cara-cara yang lama. Cara-cara lama yang dimaksud disini yaitu situasi pengajaran yang lebih menonjolkan peranan tenaga pendidik dengan anggapan bahwa pekerjaan mereka tidak lebih hanya sekedar menuangkan air kedalam gelas kosong. Sehingga mengakibatkan peserta didik lebih bersifat pasif dan hanya menerima apa yang disuguhkan oleh tenaga pendidik tanpa ada pertengkaran intelektual diantara keduanya.
Belajar itu lebih dari sekedar mengingat. Bagi peserta didik untuk dapat benar-benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus belajar memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri, dan selalu bergaul dengan ide-ide. Sehingga tugas pendidikan tidak dikonotasikan hanya sekedar menuangkan sejumlah informasi kedalam benak peserta didik, tetapi mengusahakan agar konsep-konsep penting yang sangat berguna tertanam kuat dalam benak peserta didik. Bahkan untuk persoalan kurikulum itu tidak sepenuhnya direncanakan dan disusun sendiri oleh tenaga pendidik tetapi harus melibatkan peserta didik itu sendiri, karena peserta didiklah yang mengerti betul apa yang menjadi kebutuhannya untuk meningkatkan pengembangan diri. Itu yang tidak ada di dalam sistem pendidikan kita saudaraku….
pandangan terhadap sekolahpun atau kampus sebagai alat transformasi pendidikan sudah mendapat banyak kritik, salah satunya adalah Paulo freire. Beliau mengatakan bahwa sekolah dan kampus selama ini hanya menjadi alat “penjinakan”, yang memanipulasi peserta didik agar mereka dapat diperalat untuk melayani kepentingan kelompok yang berkuasa. Bahkan tidak jarang sekolah dan kampus yang dibayar mahal hanya mampu melahirkan generasi yang jago nge-game dan poles wajah. Pertanda bahwa memang ada yang rusak di sistem pendidikan kita.
Tidakkah di abad ke-20 telah terjadi perubahan besar mengenai konsepsi pendidikan dan pengajaran dalam menanggulangi krisis terkait pendidikan. Diyakini bahwa tanpa ada upaya-upaya penanggulangan Secara cepat dan tepat, dikhawatirkan akan terjadi pembodohan masal pada bangsa Indonesia yang pada gilirannya akan mengakibatkan apa yang sering disebut sebagai “hilangnya satu generasi”. Tentunya kita tidak rela untuk melihat generasi bangsa ini mengalami degradasi intelektual !!! Tentu tidak sodara.
Di sini (abad 20) Salah satu tokoh yang sungguh mengagumkan adalah ki hadjar Dewantoro. Betapa rumusan ki Hadjar Dewantoro telah jauh mencakup ke depan. Ki Hadjar Dewantoro adalah seorang futuris. Beliau telah melihat bahwa hak-hak asasi manusia dan kehidupan global abad 21 merupakan suatu yang tidak dapat dielakkan. Sehingga pendidikan tidak terlepas dari upaya untuk kerja sama dengan seluruh stakeholder guna meningkatkan derajat manusia. Dengan kata lain hak-hak asasi manusia dan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama.
PANDANGAN KI HADJAR DEWANTORO
Pendidikan adalah upaya untuk memerdekakan manusia dalam arti bahwa menjadi manusia yang mandiri, agar tidak tergantung kepada orang lain baik lahir ataupun batin. Kemerdekaan yang dimaksud Ki Hadjar Dewantoro terdiri dari tiga macam, yaitu berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, dan dapat mengatur dirinya sendiri. Pendidikan merupakan hak semua warga negara, tidak membedakan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). Ki Hadjar Dewantoro juga menegaskan bahwa pendidikan adalah tuntutan di dalam tumbuh dan berkembangnya peserta didik. Salah satu pikiran Ki Hadjar Dewantoro tentang pendidikan di wujudkan dalam bentuk taman siswa.
TAMAN SISWA
Taman siswa didirikan 03 Juli, 1922. Taman sisiwa merupakan badan perguruan yang sudah diselaraskan dengan kepentingan bangsa dan negara. Lahirnya taman siswa juga diilhami oleh model pendidikan penjajahan yang tidak menyelesaikan persoalan peningkatan kualitas sumber daya manusia waktu itu. Menurutnya pendidikan zaman penjajahan memiliki ciri perintah, hukuman, dan ketertiban. Seperti pola kaderisasi para wakanda ya… Hehehehheeh becanda kanda.
Model pendekatan pendidikan seperti itu menurut Ki Hadjar Dewantoro merupakan salah satu perkosaan terhadap kehidupan batin anak-anak. Oleh karena itu, tidak heran apabila hasil pendidikan penjajahan waktu itu melahirkan anak dengan Budi pekerti yang rusak sebagai akibat dari anak yang hidup di bawah paksaan dan hukuman, yang biasanya tidak setimpal dengan kesalahannya. Apabila telah dewasa, mereka tidak akan mampu bekerja kalau tidak dipaksa atau kalau tidak ada perintah.
Pendidikan pada taman siswa tidak menggunakan pendekatan paksaan. Dasar pendidikan yang dipergunakan adalah momong (merawat), among ( memberi contoh), Dan ngemong ( proses untuk mengamati). Dalam pelaksanaannya lebih kepada membimbing dan memimpin peserta didik untuk berkembang sesuai dengan kodratnya, sehingga peran tenaga pendidik sebagai pendamping dan orang yang membantu harus mengarahkan peserta didik sesuai dengan perkembangan dan kebutuhannya. Tanpa ada paksaan sama sekali.
Agar sekolah, dan kampus bisa menjawab kritik ataupun permasalahan sistem pendidikan kita, tentu saja sekolah dan kampus harus menunjukkan bahwa belajar bukan hanya proses transformasi dari tenaga pendidik ke peserta didik, tetapi juga upaya pengembangan potensi peserta didik berdasarkan atas kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik.
Salah satu yang harus dilakukan tenaga pendidik adalah melakukan reformasi di dalam cara mengajar kepada peserta didik dengan menggunakan metode belajar humanistik.
BELAJAR HUMANISTIK
Teori belajar ini berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang di cita-citakan, serta tentang proses belajarnya yang paling ideal. Pelopor dari teori belajar humanistik adalah Jurgen Habermas. Proses belajar ideal menurut Jurgen yaitu proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri, maksudnya adalah mampu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri serta realisasi diri secara optimal. Tapi bagaimana kita mau pake metode humanistik kalau pendidiknya selalu merasa paling benar, di debat sedikit sama peserta didik langsung meposodo (baper). Popado (fuck)
Dalam pelaksanaan teori humanistik ini, materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak yang akan belajar maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya.
Penulis berpendapat bahwa teori belajar humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar peserta didik pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan untuk mencapai tujuannya.
Hal tersebut tentu akan dapat membantu pendidik dalam menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti perumusan tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta pengembangan alat evaluasi ke arah pembentukkan karakter peserta didik.
Sa cuman mo bilang, kegiatan pembelajaran tahap demi tahap secara ketat, sebagaimana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dinyatakan secara eksplisit dan dapat diukur, kondisi belajar yang diatur dan ditentukan sendiri oleh pendidik, mungkin saja berguna bagi pendidik tetapi tidak berarti bagi peserta didik. Olehnya itu, agar proses belajar lebih bermakna bagi peserta didik maka diperlukan keterlibatan penuh dari peserta didik itu sendiri, sehingga peserta didik akan mendapatkan pengalaman belajar yang berharga dan efektif.
Belum lama ini, Menteri Agama Republik Indonesia telah menyampaikan kebijakannya mengenai penurunan Uang Kuliah Tunggal (UKT) untuk mahasiswa PTKIN. Tak heran lah, sebab PTKIN menjadi binaan Kementerian Agama. Terimakasih Gus Menteri, sepertinya kami tertolong lagi nih, hehe… “Gus memang perduli kepada Mahasiswa”.
Sepertinya kabar itu merupakan kabar baik bagi mahasiswa. Sebab, pandemi yang berdampak pada sektor ekonomi menjadikan banyak mahasiswa bingung “duitnya dapat dimana?”. Lagian sekarang PPKM, memang nyari ngutang dimana? Pembayaran mau tutupmi ee.
Sekelas PTKIN biaya pendidikannya lebih kecil sebenarnya dibandingkan dengan kampus umum dan swasta lainnya, namun tetap juga tetap terus menjadi perhatian pemerintah dan instansi pendidikan untuk meringankan biaya pendidikan akibat dampak yang dialami mahasiswa selama pandemi COVID-19, utamanya PPKM. Akhir-akhir ini begitu terang-benderang kita dipertontonkan dengan aksi-aksi beberapa instansi pendidikan yang acuh dari intruksi pemerintah dalam hal pengurangan biaya pendidikan.
Sebagai mahasiswa mahasiswa ekonomi ke bawah sebenarnya merasa kecewa dengan aksi-aksi seperti itu. “Sebut saja PHP”. Tapi sudahlah, penulis tidak ingin terlalu mengulas PHP seperti apa yang dimaksud, “Sakit jika di ulas lagi”.
Kabarnya, jika tidak keliru, tujuh hari lalu keringanan uang semester mencapai lebih dari Rp 169 miliar pada tahun anggaran 2021 berdasarkan pengakuan Gus Menag. “Keringanan UKT tersebut tersebar di 58 PTKIN yang terdiri dari 24 Universitas Islam Negeri (UIN), 29 Institut Agama Islam Negeri (IAIN), dan 5 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN),” (Gus Menag).
Apa yang disampaikan Gus Menag sebenarnya terjadi, namun beberapa instansi pendidikan PTKIN seakan tidak merespon positif niat baik Kementerian Agama. Demikian tersebut dapat dikroscek di kampus saya kuliah. “Gus Menag? dikampus saya kuliah hanya perpanjangan bayar biaya pendidikan saja nggak ada penurunan yang ta maksud bela, hemm”. Apa kabar Bunda?.
Mengutip apa yang disampaikan Gus Menag, “keringanan UKT diberikan dalam dua semester, yakni genap (Februari 2021) dan ganjil (Agustus 2021). Keringanan tersebut terbagi dua jenis, yaitu penurunan UKT satu tingkat di bawahnya atau pengurangan UKT dengan rentang 10% sampai 100%”. Jelas kan , semester ini ada lagi penurunan biaya pendidikan. Bunda Apa Kabarnya?.
Kami mahasiswa sekarang beranggapan jika afirmasi Menag kepada mahasiswa dan orang tuanya yang mengalami dampak dari pandemi COVID-19 tidak terealisasi atau “Janji-janji Jhe Deela, tidak ada eya jhe kasiank”. “Tidak masalah sebenarnya, tapi hati-hati saja Bund dengan PHP”.
Ini bukan salah Gus Menag lagi..
Tapi tidak tau siapa mau disalahkan?
Tapi ramalan penulis, mungkin karena instansi pendidikan abai atau cuek dengan afirmasi Gus Menag. Sebagai catatan “Gus Menag perlu mengevaluasi aspirasi itu”.
Apa Kabar Bunda?.
Beberapa hari lalu, banyak mahasiswa ‘menggerutu’, mungkin karena fulusnya kurang. Diperpanjang pembayaran pendidikan, bukan bertambah fulusnya tapi malah berkurang karena membiayai perut. Banyak sebenarnya bertanya, “Tidak adakah pengurangan biaya pendidikan?” Saya jawab : “Adaji, tanya bunda langsung bagaimana kabarnya?”.
Afirmasi Gus Menag itu sudah menjadi jawaban dari depresi mahasiswa soal dampak ekonomi dengan biaya pendidikan dianggap membebani selama pandemi COVID-19. Terimakasih Gus Menag, Apa Kabar Bunda?.
Istilah Childfree akhir akhir ini menjadi perbincangan hangat dijagat maya setelah YouTuber Gita Savitri mendeklarasikan diri sebagai Childfree. Istilah Childfree mungkin terkesan masih tabu di kalangan masyarakat Indonesia secara umum yang notabene lebih cenderung mengadopsi budaya Parenting (pengasuhan). Secara sederhana istilah Childfree adalah keputusan yang diambil seseorang untuk tidak memiliki anak setelah mereka menikah. Mereka tidak berusaha untuk hamil secara alami ataupun berencana mengadopsi anak.
Alasan yang paling umum untuk memutuskan menjadi childfree adalah bahwa cara ini efektif untuk menekan overpopulasi selain itu juga childfree merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan bumi.
Di sisi lain juga ada factor ekonomi dan factor social yang melatar belakangi lahirnya penganut childfree. Mereka memiliki kekhawatiran tidak akan bisa membiayai biaya hidup anak kelak, ada yang beranggapan bahwa anak hanya akan menjadi beban dan penghambat kesuksesan karir, ada juga tidak menyukai anak anak serta khawatir tidak bisa menjadi orang tua yang baik.
Lantas bagaimana islam dalam merespon dan menyikapi paham ini? Yang secara nyata islam merupakam agama mayoritas di Indonesia sehingga tentunya islam memiliki tanggung jawab moral dalam memberikan pencerahan baik itu secara spiritual, ekonomi maupun social atas dampak dari hadirnya paham ini.
Pengertian dan Sejarah Childfree
Dikutip dari Wikipedia, childfree adalah sebuah keputusan atau pilihan hidup untuk tidak memiliki anak, baik itu anak kandung, anak tiri, ataupun anak angkat. Istilah childfree dibuat dalam bahasa Inggris di akhir abad ke 20 oleh St. Augustinesebagai penganut kepercayaan Maniisme (Maniisme adalah salah satu aliran keagamaan yang bercirikan Gnostik atau Gnostisisme. Gnotisisme sendiri adalah gerakan keagamaan yang mencampurkan berbagai ajaran agama, yang biasanya pada intinya mengajarkan bahwa manusia pada dasarnya adalah jiwa yang terperangkap di dalam alam semesta yang diciptakan oleh Tuhan yang tidak sempurna), percaya bahwa membuat anak adalah suatu sikap tidak bermoral, dan dengan demikian (sesuai sistem kepercayaannya) menjebak jiwa-jiwa dalam tubuh yang tidak kekal. Untuk mencegahnya, mereka mempraktikkan penggunaan kontrasepsi dengan sistem kalender.
Dalam buku No Kids: 40 Reasons For Not Having Children,Corinne Maiertertulis beragam alasan bagi seseorang yang memilih dan memutuskan untuk childfree. Mulai dari kurangnya finansial, masalah kesehatan, hingga kepedulian akan dampak negatif pada lingkungan yang bisa mengancam seperti over population dan kelangkaan sumber daya alam.
Sebenarnya paham Childfree ini sudah lama mencuat sejak akhir tahun 2000 an dan bahkan di Negara – Negara maju pilihan hidup ini sudah menjadi sesuatu yang populer.
Islam dan Childfree
Surat An Nahl Ayat 72, Allah SWT berfirman, yang artinya:
“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?”
Maka dapat dilihat tujuan pernikahan dalam Islam salah satunya ialah untuk memperoleh keturunan. Tentunya dengan harapan keturunan yang diperoleh ialah keturunan yang saleh dan salehah, agar dapat membentuk generasi selanjutnya yang berkualitas.
Selain itu juga tujuan pernilakan ialah membangun generasi beriman. Pasalnya membangun rumah tangga islam yang harmonis, sudah turut serta membangun generasi muslim yang beriman agar tidak terjadi kepunahan. Sebagaimana dalam salah satu surah Al-Quran berikut, artinya:
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur ayat 21).
Sehingga secara sederhana salah satu tujuan pernikahan ialah gerakan melahirkan regenerasi yang berkualitas, baik itu berkualitas secara spiritual, intelektual dan emosional agar di masa depan generasi ini bisa terus berjuang untuk mempertahankan eksistensi agama Islam.
Jadi jika kita menyimpulkan hubungan antara Islam dan childfree itu sangat saling bertolak belakang karena Islam sangat menganjurkan adanya keturunan sebab salah satu tujuan pernikahan dalam islam ialah untuk melahirkan regenerasi beda halnya dengan paham childfree yang bertindak secara deregenersi berupaya untuk tidak ingin memiliki keturunan dalam balutan hangatnya ikatan suami istri.
Childfree dari Segi Ekonomi
Alasan yang paling fundamental para penganut Childfree dari segi ekonomi adalah ketakutan dan ketidakmampuan untuk membiayai biaya kebutuhan anak. Factor finansial memang sangatlah penting dalam membina rumah tangga. Hanya saja jika hal itu di jadikan salah satu alasan utama untuk memilih menjadi Childfree rasanya konyol saja sebab di luar sana masih banyak pasutri (pasangan suami istri) yang berharap ingin memiliki keturunan namun tak kunjung di berikan.
Bahkan Tuhanpun sudah menjamin bahwa setiap anak sudah memiliki rejekinya masing – masing jadi kenapa kita harus pesimis akan masalah finansial jika kita sudah memiliki keturunan. Keluarga adalah alasan utama dari setiap perjuangan besar dan anak adalah bunga – bunga dunia sehingga di situlah pentingnya kehadiran seorang anak mampu memberikan warna dan keindahan dari setiap perjuangan besar.
Bila kita memiliki kendala dalam mendidik anak maka bukan anaknya yang tidak mau kita hadirkan dalam rumah tangga akan tetapi justru kita harus belajar mengelola finansial keluarga dan belajar berbagai hal agar mental kita siap untuk menjemput kehadiran buah hati dalam rumah tangga.
Jadi menurut penulis, dilihat dari kuatnya anjuran, keutamaan serta urgensitas keberadaan keturunan yang sholeh dan sholeha dari suatu pernikahan, serta pertimbangan yang tidak prinsipil untuk tidak memiliki keturunan. Maka prinsip childfree dalam suatu pernikahan sebagaimana kasus di atas hendaknya tidak di adopsi oleh kaum muslim/muslimah, sebab hal tersebut tidak sesuai dengan anjuran agama, serta menyalahi makna substansi dari sebuah pernikahan.
Film Semesta (SEMES7A) adalah film dokumenter berdurasi 90 menit yang menceritakan kisah orang-orang pegiat lingkungan dengan berbagai latar belakang yang berbeda dari 7 daerah di Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Marauke.
Film ini adalah keluaran rumah produksi Tanakhir Film yang di sutradarai oleh Chairun Nissa,dengan produser Nicolas Saputra dan Mandy Marahimin. Film ini dirilis pada Desember 2018 di Festival Film Indonesia dan pada 30 Januari 2020 rilis di bioskop-bioskop seluruh Indonesia.
7 cerita di dalam film ini adalah tokoh dan juga orang-orang disekitarnya yang mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap keseimbangan dan pelestarian alam, tidak harus dalam skala yang besar tetapi mereka memulai dari hal-hal kecil disekitarnya. Yang menjadi menarik adalah cara yang mereka gunakan dalam melakukan hal itu berbeda-beda sesuai dengan asal daerah masing-masing, ada yang di latar belakangi oleh Agama, budaya turun temurun, ilmu pengetahuan, kesadaran diri dan hal-hal yang lainnya.
Bali
Tjokorda Raka Kerthyasa, tokoh dari Bali menceritakan tentang hari suci umat Hindu yang dirayakan setiap tahun, yaitu hari raya Nyepi. Dia mengatakan hari raya Nyepi sangat erat kaitannya dengan manusia dan alam secara universal.
Pada saat hari raya Nyepi, masyarakat di Bali tidak diperbolehkan untuk melakukan aktivitas apapun dan bahkan tidak menyalakan listrik selama 24 jam dan dampaknya adalah alam bisa mengadakan pembenahan diri, walaupun hanya satu hari tapi dampak yang dirasakan itu sangat luar biasa terhadap lingkungan dengan menghemat 30.000 ton karbon bagi atmosfer bumi dan mengurangi emisi harian di Bali hingga sepertiga.
Sungai Utik, Kalimantan Barat
Jauh dari kota besar dan kehidupan yang modernmenjadikan masyarakat di Sungai Utik sangat menggantungkan hidupnya pada alam, akan tetapi hal tersebut tidak lantas membuat mereka semena-mena mengeksploitasi alam di sekitarnya. Mereka sangat memiliki kesadaran dalam menjaga keseimbangan alam, karena itu merupakan tradisi atau warisan turun temurun dari leluhur yang masih di pertahankan.
Agustinus Pius Inam, tokoh di dalam film tersebut yang juga masyarakat asli Sungai Utik menceritakan, apapun yang ada di hutan itu adalah milik mereka mulai dari obat-obatan, makanan, air dan kebutuhan lainnya sudah disediakan oleh alam.
Pohon-pohon di daerah itu tidak diperbolehkan untuk ditebang sembarangan, dan masyarakan hanya di perbolehkan untuk menebang 3 pohon dalam setahun. Itulah bukti bahwa kepercayaan leluhur tetap mereka pertahankan, jika tidak maka semua budaya dan tradisi akan hilang, termasuk menjaga hutan. Karena itulah masyarakat adat seperti mereka adalah harapan terbesar sebagai pelindung hutan di Kalimantan.
Bea Muring, Nusa Tenggara Timur
Menuju ke NTB dengan tokoh di film ini yaitu Romo Marselus Hasan, dia menceritakan bahwa pada awalnya di daerah Bea Muring itu tidak memiliki listrik dan hanya mengandalkan mesin generator. Akan tetapi karena setiap malam itu kurang lebih terdapat 50 mesin generator, maka itu akan menimbulkan sebuah polusi.
Pada akhirnya mereka menemukan solusi yang ramah lingkungan, yaitu dengan memanfaatkan aliran arus sungai besar di daerah tersebut dan mereka membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
Yang mengesankan dari sikap masyarakat di daerah ini adalah ketika terjadi kerusakan pada PLTMH itu karena banjir, merekas secara swadaya memperbaikinya tanpa menunggu atau mengharapkan bantuan dari pihak manapun, itu artinya mereka mau mengubah nasib mereka dengan usaha sendiri.
Dan alasan mengapa mereka sangat menfokuskan pada pengembangan PLTMH ini karena supaya masyarakat menjadi semakin memiliki kesadaran untuk terus menjaga lingkungan, khusunya menjaga mata air sebagai energi utama PLTMH itu.
Kapatcol, Papua Barat
Tokoh film di daerah ini adalah seorang perempuan bernama Almina Kacili, dia bersama kelompok perempuan di daerah Kapatcol berusaha melestarikan kembali sumber daya laut di daerah itu yang akhir-akhir ini semakin berkurang karena eksploitasi yang berlebihan bahkan dilakukan oleh masyarakat di luar Kapatcol yang juga mengakibatkan rusaknya terumbu karang dan hal negative lainnya.
Pada akhirnya Almina Kacili dan Kelompoknya memutuskan melakukan “Sasi” selama 6 bulan di wilayah laut yang memang menjadi hak mereka. Sasi sendiri adalah adat masyarakat bagian Indonesia timur yang melarang siapapun mengambil hasil laut di daerah tertentu dalam jangka waktu yang telah disepakati.
Manfaat dari Sasi ini juga adalah untuk menghindari eksploitasi berlebihan pada sumber daya laut dan memberikan kesempatan untuk biota laut beregenerasi sehingga mereka akan tetap lestari di wilayah itu.
Pameu, Aceh
Pada bagian ini menceritakan tentang sekelompok gajah Sumatra yang sering memasuki pemukiman masyarakat bahkan membuat masyarakat ketakutan, namun tidak membuat masyarakat di situ marah ataupun sampai berbuat anarkis terhadap gajah.
M. Yusuf sebagai tokoh didalam film ini menjelaskan bahwa manusia tidak harus menyalahkan seekor gajah karena merusak pemukiman, tetapi manusia harus berfikir bahwa pasti sedang ada yang salah dengan kondisi alam sebagai tempat habitat gajah dan rusaknya alam itu sendiri karena ulah manusia, karena baik prilaku manusia terhadap alam, maka akan baik juga alam membalasnya, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu betapa pentingnya kita sebagai manusia untuk tetap menjaga keseimbangan alam.
Imogiri, Yogyakarta
Tokoh film di daerah Imogiri ini adalah Iskandar Waworuntu, dia adalah seseorang yang sangat menekankan “Thayyib” di dalam hidupnya. Thayyib sendiri berasal dari bahasa arab yang berarti baik dan mulia. Itu berarti Iskandar Waworuntu sangat berlandaskan ajaran agama Islam di dalam menjalani hidupnya,
Oleh jarena itu dia dan keluarganya menjalankan pelatihan permakultur, yaitu sebuah model pertanian uang meniru ekosistem alami, pelatihan ini menekankan hubungan antara manusia dengan alam. Dan artinya dalam prosesnya sangat ramah lingkungan tetapi juga bisa bermanfaat untuk manusia, dengan model bercocok tanam seperti ini yang ramah lingkungan dan berpihak kepada alam, maka akan lebih bermanfaat walaupun masih dalam skala yang kecil.
Jakarta
Yang terakhir adalah kota Jakarta, dan tokoh di dalam film ini adalah seorang wanita bernama Soraya Cassandra bersama suaminya yang membuat Kebun Kumara untuk mengarap sayuran organic.
Kendala membuat hal seperti ini di kota besar Jakarta adalah sulitnya mencari lahan yang ideal, namun dengan niat menjadikan lahan itu menjadi hijau, lestari dan tempat pendidikan maka itu bukan menjadi sebuah kendala bagi Soraya.
Pada akhirnya terciptalah sebuah Kebun Kumara ini, selain untuk menghasilkan sayur-sayuran organic, kehadiran kebun hijau di tengah tengah kota urban seperti Jakarta merupakan sebuah hal yang positif tentunya dan berharap semakin banyak yang melakukan itu untuk membuat perubahan iklim menjadi lebih baik.
Semenjak covid-19 masuk ke Indonesia 02-03-2021 pemerintah pun menghimbau untuk melakukan social distancing atau jaga jarak dan juga menghimbau untuk tetap berada di rumah dan sekarang sudah ada ppkm yang sudah memasuki level 4 dan entah sampai level berapa mungkin sampai level max.
Semenjak pandemi ini membuat beberapa kegiatan harus di kerjakan di rumah termaksud perkuliahan.
Selama masa pandemi ini, kegiatan perkuliahan juga dilakukan dari dalam rumah. sudah banyak perguruan tinggi yang mulai mengubah metode perkuliahan yang awalnya bertatap muka menjadi online, dan membatasi kegiatan di sekitar kampus karena ancaman wabah COVID-19 ini. Salah satunya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari yang melakukan skema perkuliahan secara daring sejak Maret 2020.
Selama berubahnya skama perkulihan yang tadinya di ruangan, praktek, dan bercanda tawa dengan teman-teman di ruangan, semuanya berubah semenjak pandemi yang entah akan berakhir sampai kapan. Perkulihan saat ini hanya melalui via whaspt, zoom dan segala bentuk online lainnya.
Akan tetapi selama melakukan perkuliahan online kuota internet yang harus selalu terisi, dan itu di tanggung sendiri oleh mahasiswa yang biayanya bukan main juga tiap bulannya dan tambah lagi gangguan jaringan.
Pihak kampus hanya berapa kali membagikan kuota untuk para mahasiswanya dan katanya semua itu tergantung keputusan pusat yaitu kementerian agama yang menjadi naungan IAIN Kendari ini, Seperti kata dari warek III ketika di temui teman-teman mahasiswa.
“Karena kuota ini bukan pengadaan di kampus pengadaannya harus dari kementerian agama”.
Bukan hanya masalah kuota saja yang menjadi masalah kami mahasiswa tetapi SPP/UKT yang apa bila tiba di penghujung semester akan menjadi kewajiban yang mutlak bagi kami mahasiswa dan itu sungguh sangat memberatkan kami di tengah pandemi covid-19 yang entah akan berakhir kapan.
Perkuliahan yang di lakukan di balik layar tetapi SPP tetap harus di bayar Orang tua mahasiswa menjerit Untuk pembayaran SPP/UKT anaknya dan tak sedikitpun mahasiswa menikmati fasilitas kampus.
Kuliah di balik layar SSP tetap di bayar…..Yaa
Kuota internet untuk melaksanakan kuliah di tanggung sendiri oleh mahasiswa dan ketika ada permasalahan nilai terhadap dosen sangat sedikit kebijakan untuk perbaikan padahal kita ini susahnya minta ampun untuk membeli kuota untuk mengikuti setiap perkuliahan. Tidak hanya itu, ketika ada pengurusan untuk keringanan ukt syaratnya juga sungguh terlalu Kenapa tidak saja pihak kampus melakukan pemotongan 40%-50% secara menyeluruh kan kuliahnya juga online dan kami tidak menikmati fasilitas kampus sedikitpun.
Seperti percakapaan senior dan junior
Ketika senior bertanya pada temanku tentang pengurasan pengurangan UKT
Seniorku: “kau kamu tidak mengurus pengurangan UKT kah.?
Junior: “tidak”
Seniorku: “kenapa….?
Junior: “masa syaratnya tidak ada kategorinya untuk orang tua ku, masa saya mau karang terdampak Korona, tidak mungkinnya mi, sama saja saya minta²kan itu”.
Dan berikut syarat-syarat untuk pengurangan ukt saya lampirkan.
Cobalah di simak dengan baik
Masa yang harus mendapatkan keringanan UKT hanya orang tuanya yang meninggal di tengah pandemi, mengalami pemutusan kerja, mengalami kerugian usaha dan mengalami penurunan. pendapatan. Padahal kita mahasiswa juga terdampak dari segi pendidikan.
Lalu bagaimana dengan kami yang orang tuanya sudah memang pendapatannya menengah ke bawah sejak dulu.
Kenapa sih pihak kampus tidak mau memotong secara keseluruhan saja dan tidak usah adakan persyaratan khusus untuk UKT ini kan kita kuliah online ji juga. Kuota tanggung sendiri UKT bayar utuh…? Padahal semenjak pandemi ini, kita mahasiswa sangat terdampak darinya perkuliahan yang harusnya dilakukan di ruangan.
Para pimpinan IAIN Kendari “sungguh ironis dan bau terasi” kata dari diksi puisinya seniorku.
Kepada pihak kampus mungkin kalian harus juga membuat dena/peta di kampus untuk para mahasiswa baru yang bisa di bilang mahasiswa yang terlahir dari generasi online, kan kasihan apa bila mereka memasuki kampus ini, mereka tersesat padahal luasnya kampus ini tidak seperti stadion bernabeu atau sirkuit mandalika, seperti berberapa bulan lalu sebelum PBAK ada maba yang mencari koperasi kampus untuk membeli almater tapi dia datangnya di gedung PKM(pusat kegiatan mahasiswa) dan bebera hari yang lalu lagi ketika aku dan teman-temanku duduk bersantai sambil mengisap rokok suria di fakultas FEBI ada seorang maba yang bertanya di mana fakultas SYARIAH padalah sudah jelas ketika dia menoleh ke kanan tulisan yang menandakan bahwah di sanalah adanya fakultas yang dia cari, saya tidak menyalahkan dia bertanya, tetapi untuk mengantisipasi mahasiswa yang tersesat seperti itu di kampus yang luasnya tidak sampai 100 hektar, maka pihak kampus harus membuatkan dena/peta untuk para maba itu.
Ketika aku selesai menuliskan ini dan di terbitkan, mungkin saya akan di cari oleh pihak kampus. dan ketika itu terjadi saya hanya bisa katakan dari tulisanku ini, walaupun tidak beraturan tetapi ini keluh kesah saya selama kuliah online, saya adalah mahasiswa tergantengnya IAIN Kendari kalau mau cari saya mungkin pihak kampus harus mengadakan perlombaan mahasiswa ganteng atau semacam idol se IAIN kendari ini dan yakin dan percaya bahwa saya akan ikut dalam perlombaan itu.
Aku cinta padamu IAIN Kendari tapi sayang cintaku bertepuk sebelah tangan hanya karna kebijakan dari birokrasimu.
Mengawali tulisan ini, penulis mengajak pembaca mereview kembali bagaimana wabah COVID-19 menguasai dunia tak terkecuali indonesia, hampir 2 tahun sejak hidupnya wabah ini yang kemudian berbagai negara dari belahan dunia mencari solusi dari problem ini. Terlepas dari itu pemerintah indonesia sebagai kuasa-kuasa yang hari ini berkuasa menggunakan kekuasaanya untuk membentuk kebijakan atau aturan yang katanya menstabilkan kondisi negara di era pandemi, dari kebijakan PSBB, PSBB Transisi sampai PPKM level pedas sampai terpedas. Yang mempengaruhi berbagai sektor dari ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya, terkhusus dunia pendidikan siswa dan mahasiswa dipaksa melaksanakan pembelajaran atau kuliah online atau yang kita sapa Dalam Jaringan (DARING) Sebagai delik atas kekuasaan. Dalam prosesnya masih banyak pra mahasiswa baru yang bertanya Apa itu kampus ? apa urgensinya kuliah?
Kampus
Kampus dari bahasa Latin campus yang berarti “lapangan luas”, “tegal”. Dalam pengertian modern, kampus berarti, sebuah kompleks atau daerah tertutup yang merupakan kumpulan gedung-gedung universitas atau perguruan tinggi. Bisa pula berarti sebuah cabang daripada universitas sendiri.
Kuliah
Kuliah adalah kegiatan belajar-mengajar di jenjang pendidikan tinggi. Tujuan kuliah sendiri adalah bagaimana Membentuk karakter dan mengembangkan diri, Membuka wawasan dan memperluas pengetahuan, Meningkatkan keterampilan yang bermanfaat dan Memperoleh relasi sebanyak-banyaknya.
Namun faktanya tidak demikian, kampus hanyalah lahan bisnis tanaman yang menghasilkan bagi yang menanamnya, bagaiamana tidak mahasiswa telah membayar spp atas tagihan kewajiban, lantas apakah haknya terpenuhi secara penuh? Saya rasa tidak salah satunya kebijakan kuliah Daring dari manifestasi aturan yang berkuasa, mencerdaskan atau membodohi, silahkan simpulkan sendiri. Dosen hari ini tak lebih dari penceramah yang hanya di berargumentasi bukan lagi media diskusi, sebut saja dosen A, memfasilitasi link untuk masuk media sosial hanya untuk mengugurkan kewajiban. Mahasiswa yang tak mengikuti aturan dianggap tak hadir yang melawan dianggap tak sopan. Dear Dosen, sesungguhnya kita bukanlah robot yang digerakan dengan remot ataupun budak yang harus diadili dengan dalih mengajari.
Sejarah peradaban indonesia mencatat bagaiamana awal mula pergerakan mahasiswa tanah air era 1908 dengan didirikanya organisasi budi utomo yang dibentuk atas asas sistem kolonialisme Belanda yang menurut mereka sudah selayaknya dilawan dan rakyat harus dibebaskan dari bentuk penguasaan terhadap sumber daya alam yang dilakukan oleh penjajah terhadap bangsa ini. Begitupula tahun 1998 silam, mahasiswa bergerak membawa satu niat abadi bagaimana kemudian turunya sebuah rezim yang dianggap otoriter dan akhirnya soeharto turun tahta. Hal diatas adalah sepenggal kisah masa lalu yang mungkin bisa terjadi di masa ini? Jika kita mampu berfikir bahwa bukan aturan yang membatasi pikiran yang tapi pola pikir yang mengkerdilkan cara pikir.
Akhir kata Penulis ingin mengajak umat mahasiswa agar kiranya ditengah kebijakan kuliah online fasilitas yang dihasilkan dari evolusi zaman yang kemudian merubah kontruksi berfikir yang kolot menjadi modern kiranya menjadi alat 1000 manfaat dalam pengembangan otak manusia, bukan hanya kampus sebagai media berfikir, bahwa masih banyak alat merubah pola pikirdari membaca buku, diskusi dan berselancar dalam dunia fiksi.
Kendari, PersKampusBiru.com – Pentingnya menjaga ekosistem alam. Unit Kegiatan Mahasiswa Pers (UKM-Pers) gelar diskusi flim dokumenter, jumat (27/8/202).
Kegiatan diskusi flim dokumenter yang berjudul “SEMES7A” di laksanakan di pelataran kantor UKM-Pers, dimulai pukul 20. 00 – 23-00 WITA.
Ketua Umum UKM-Pers M. Ilham Pranata mengatakan, tujuan diakan diskusi flim ini, agar dapat mengambil hikma dari flim semensta yang ditayangkan.
“Adapun tujuan dengan di adakan diskusi film ini yaitu agar teman2 dapat mengambil pelajaran dam hikmah dari film semesta ini,” kata M Ilham, jumat, (27/8/2021).
Pemantik dalam diskusi flim dokumenter Muh. Sulhijah mengatakan, ada tiga poin penting yang bisa kita ambil dari flim dokumenter ini.
“Pertama, indonesia dengan berbagai Suku Budaya dan Agama, punya cara atau metode masing-masing untuk menjaga alam. Kedua, menjaga alam tudak musti harus persoalan yanag besara dulu, minimal tidak pada hal-hal yang kecil. ketiga hutan adalah ibu sedangkan air adalah darah, karna hutan adalah ibu air adalah dara maka harus kita jaga,” ungkap M. Sulhijah saap memulai diskusi jumat, (27/8/2021).
Muh. Sulhijah melajutkan, “untuk menjaga alam tidak musti dari hal-hal yang besar saja akan tetapi hal-hal yang kecil juga perlu”.
Dia berharap diskususi-diskusi seperti ini harus tetap dilaksanakan. “Diskusi seperti ini akan menjadi hal yang kemudian kita istikomakkan, mungkin seminggu sekali atau dua minggu sekali itu penting,” harap Muh Sulhijah.
Di akhir dia berpesan diskusi ini tidak berhenti sampai di sini saja, tetapi harus sampai pada tahap implementasi.
“Untuk pengurus UKM-Pers bahwa diskusi ini tidak hanya berhenti di sini tetapi harus sampai pada taham implementasi, minimal kita tidak membuang sampah semabarang” tutup.
Tidak terasa semenjak covid 19 melanda dunia, lingkungan kampus dan kemahasiswaan telah melahirkan 2 generasi, kita istilahkan saja dengan generasi online atau generasi daring.
Tentu ini unik, kenapa penulis katakan unik sebab berbeda dari generasi sebelumnya yang terlahir dengan metode offline. Lantas pertanyaannya apa sih yang membedakan generasi online dan generasi offline?
Penulis bisa mengatakan bahwa yang membedakan hanyalah terletak pada metode sehingga secara substansi tidak ada yang bisa di lebihkan. Maka poin pentingnya adalah penulis berusaha menekankan bagaimana pentingnya suatu proses mau seperti apapun caranya sebab di setiap proses di situ terdapat nilai yang nilai itu tidak bisa di ganti oleh nominal.
Pembaca yang budiman, melalui tulisan ini penulis ingin menyapa para calon calon pemimpin bangsa (genersi online) selamat datang, selamat menjadi mahasiswa. Ini bukan persoalan status kawan tapi ini persoalan tanggung jawab sebab di atas pundak kawan kawan terdapat jutaan harapan, harapan siapa? Harapan orang tua, harapan keluarga dan harapan masyarakat yang ada di sekeliling kita.
Menjadi mahasiswa bukan hanya semata mata kita mengenyam pendidikan dan berakhir pada gelar sarjana tetapi kenyataanya lebih dari itu, kita di tekankan menjadi manusia yang responsive dalam artian peka terhadap situasi yang ada, kita di tekankan untuk tau diri dan sadar diri sehingga rasa tanggung jawab itu bisa lahir dari diri kita.
Salah satu cara untuk melahirkan rasa tanggung jawab itu adalah dengan berorganisasi, kenapa organisasi begitu penting? Sebab organisasi adalah ikhtiar membentuk karakter diri dalam artian gerakan kualitas diri, mahasiswa merupakan agent of change yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam menjalankan amanah tersebut mahasiswa dituntut lebih aktif serta kritis dalam menghadapi sesuatu.
Organisasi merupakan tempat untuk mengasah berbagai hal termasuk dua hal diatas. Dalam berorganisasi kita akan terasah maupun terlatih dalam suatu kebersamaan dengan orang lain dengan melupakan masing-masing ego yang dimiliki setiap orang. Sejatinya organisasi merupakan suatu yang sangat sulit dipisahkan dengan mahasiswa yang sedang belajar didalam maupun di luar kampus. Organisasi merupakan elemen sangat penting sebagai alat penunjang mahasiswa saat mereka sedang berproses.
Berorganisasi menuntun kita dapat mengetahui dunia kampus lebih luas. Dalam berorganisasi seseorang di bentuk mentalnya. Jika kita sudah punya mental, maka kita akan dipermudah untuk melanjutkan perjalanan organisasi di tahap selanjutnya. Berbeda dengan orang yang tidak pernah mengikuti organisasi, jangankan untuk berbicara di depan orang ramai, berdiskusi dengan ruang lingkup kecil pun dia tidak sanggup untuk menyalaurkan pendapatnya. Oleh karena itu organisasi dianggap sangat penting bagi mahasiswa.
Ingat kawan kawan tidak ada orang yang besar di Negara ini tanpa melalui proses dalam berorganisasi sebab di organisasi juga mengajarkan kita tentang ilmu kepemimpinan, menajeman, administrasi dan ilmu – ilmu yang mempu menujang kualitas diri kita. Sehingga kuliah tanpa beroganisasi itu ibaratkan memakan sayur tanpa garam rasanya akan hambar tidak ada sensasi dan kenikmatan di dalamnya. Dan pada akhirnya menjadi mahasiswa hukumnya wajib untuk berorganisasi.
Tentang Dosen
Secara definisi dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Yang artinya dosen adalah guru sekaligus mitra diskusi dalam proses perkuliahan sehingga keharmonisan antara dosen dan mahasiswa harus di utamakan.
Antara dosen dan mahasiswa tidak ada yang lebih tinggi darajatnya kedua – duanya sama, dosen tidak akan dikatakan dosen kalau tidak memiliki mahasiswa begitupun sebaliknya mahasiswa tidak ada gunanya kuliah kalau tidak memiliki dosen, sehingga dosen harus menyayangi mahasiswanya dan mahasiswa harus menghargai dosennya. Dan dosen juga itu bukan tuhan yang setiap perkataanya itu adalah mutlak kebenaran sehingga sebagai mahasiswa harus pandai – pandai memfilter setiap perkataan dosen kalau dia salah maka sampaikan bahwa itu salah begitupun sebaliknya karena ruang akademik adalah arena pertarungan intektual baik itu antara dosen dan mahasiswa maupun antara mahasiswa dan sesama mahasiswa.
Kawan dunia kampus adalah mimbar akademik maka aktualisasi diri dalam lingkungan kampus itu sangatlah penting. Kita harus kristis terhadap persoalan – persoalan kampus apa lagi itu yang menyangkut mahasiswa. Terkadang kita sering menemukan dosen yang mempersulit mahasiswa, sulit untuk di hubungi, gemar memarahi dan memberikan nilai yang tidak wajar maka dosen seperti itu harus di ingatkan sebab tindakan seperti itu adalah upaya merusak keharmonisan antara dosen dan mahasiswa. Jadi kawan jangan takut sama dosen.
Bersahabat dengan Senior
Sebagai mahasiwa baru mungkin sudah tidak asing lagi dengan kata senior. Iya senior, walaupun penulis yakin bahwa belum semua mahasiswa baru tahun ini sudah mengenal senior – seniornya. Senior itu kejam, senior itu sombong, senior itu jutek, senior itu suka marah – marah dan mungkin itu yang ada di kepala kalian, tapi tenang kawan senior tidak semengirikan itu walaupun mungkin bias jadi ada tetapi itu hanya segelintir orang saja.
Senior dan junior merupakan hubungan yang tidak bisa di pisahkan ia mengkristal secara emosional dengan berbagai macam alasan dan latar belakang. Senior tidak akan pernah ada tanpa ada junior begitupun junior ia tidak akan ada tanpa ada senior maka jangan menganggap senior secara berlebihan.
Pada prinsipnya senior adalah seseorang yang lebih matang dalam pengalaman dan kemampuan sehingga secara sederhana senior itu adalah sahabat dalam berdiskusi untuk mengetahui lebih jauh terkait dunia kampus dan dunia kemahasiswaan maka sebagai mahasiswa baru jangan merasa takut ataupun sungkan untuk bersahabat dengan senior.
Dan pada akhirnya sebagai penutup dari tulisan ini penulis ingin menekankan satu hal kepada adik adik mahasiswa baru bahwa kalian adalah orang – orang yang di pilih atas dasar restu Tuhan untuk dapat dan bisa merasakan nikmatnya pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi maka pesannya adalah bersyukurlah sebab masih banyak saudara – saudara kita yang ingin merasakan nikmatnya melanjutkan pendidikan sampai kejenjang perguruan tinggi tetapi apalah daya Tuhan masih berkehendak lain.
Bagaimana cara mensyukurinya yakni dengan memanfaatkan setiap momen dan peluang yang ada sehingga segala rutinitas yang kita lakukan ada nilai produktifitas di dalamnya. Teruslah maju dan berkembang lebih baik setiap waktunya, nikmatilah setiap prosesnya sebab hasil tidak akan pernah menghianati proses. Kita bukanlah Takemicih (karakter utama dalam serial kartun Tokyo revengers) yang bisa kembali ke masa lalu dan mengubah masa depan.
Penulis adalah mahasiswa aktif Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari.
(Ketgam: suasana nonton bersama di pelataran kantor UKM-Pers. Foto: Amir)
Reporter : Andika Editor : Muh. Aksan
Kendari, PersKampusBiru.com – Unit Kegiatan Mahasiswa Pers (UKM-Pers) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari gelar nonton bersama dan Diskusi Film, sabtu (21/8/2021)
Kegiatan itu dilaksanakan di Taman Literasi UKM-Pers IAIN Kendari, pukul 20:00 hingga pukul 01:35 WITA .
Pelaksana Tugas (PLT) Ketua Umum UKM -Pers, Al-Izar menyampaikan bahwa, tujuan diadakannya diskusi Flim berjudul Bumi Manusia, iyalah menjadi wadah belajar serta untuk menambah wawasan teman-teman khususnya Anggota UKM-Pers.
“Tujuan film Bumi Manusia ini, supaya ada media belajar atau diskusi untuk teman-teman Anggota UKM-pers IAIN kendari dalam menambah wawasan,” kata Al-izar minggu, (21/8/2021).
Pemantik dalam diskusi flim, Dedi Hardianto mengatakan, karakter generasi sekarang ini minat baca bukunya kurang.
“karakter generasi sekarang ini kan sudah malas membaca,” kata dia saat diwawancarai, sabtu (21/8/201).
Lanjut dia dengan menonton dan mendiskusikan flim seperti ini akan lebih baik. Tapi alangkah lebih baaiknya harus membaca bukunya.
“Menonton film itu lalu mendiskusikannya akan lebih mudah ketimbang membaca buku, tapi karena menonton itu akan memotong jalan cerita, jadi supaya lebih tertarik lagi dan bagus lagi kita harus membaca buku juga, jadi harus imbangi antara membaca dan menonton film nya,” tambahnya
Senada dengan itu, salah satu peserta diskusi flim “Bumi Manusia” Ismail Fathar Makka mengatakan, dalam flim tidak menceritakan full itu artinya sutradara mengarahkan kita untuk membaca bukunya.
“Film ini tidak tuntas itu artinya sutradara menginginkan kita untuk membaca bukunya tersebut”. ungkapnya saat berdisk.
Diakhir Dedi Hardianto selaku pemantik mengharapkan kegiatan-kegiatan seperti ini harus dilestaraikan apalagi generasi sekarang sudah malas membaca buku.
“Kegiatan begini harus tetap ditumbuhkan dan dilestarikan karena wadah belajar itu ada beberapa macam selain Membaca buku dan juga menonton film.” harapnya.
Kendari, perskampusbiru.com – Dalam memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76, Unit Kegiatan Mahasiswa Seni (UKM-Seni) Gelar Pentas Seni, Selasa (17/8/2021).
Dari pantauan perskampusbiru.com di lokasi, Kegiatan mulai dilakukan 20:30 sampai 22:00 WITA, dengan beragam tampilan-tampilan diantaranya Musikalisasi Puisi, Tari Kreasi, Mix Berkibarlah Benderaku, Penayangan Video Visual, Puisi Musikal, Pembacaan Puisi, Penayangan Vidoe Karya dan Video Dukumenter Perjalanan UKM-Seni.
Ketua Pelaksana Kegiatan Aditia Furqansyah mengatakan, Tema yang diangkat dalam kegiatan Pentas seni ini iyalah “Merdeka Berkarya” Kegiatan ini, kita konsepkan untuk mengenang para pahlawan yang telah memperjuangkan Indonesia.
“Kita konsep untuk mengenang para pahlawan yang telah memperjuangkan Indonesia,” kata Aditia Furqansyah saat ditemui wartawan kampusbiru.com
Lanjut dia, Tidak hanya itu Pentas Seni kali ini sebagai bentuk kritikan kami atas beberapa kebijakan-kebijakan Pemerintah selama 76 tahun Indonesia merdeka.
“Untuk mengkritik beberapa kebijakan-kebijakan Pemetintah selama 76 tahun merdeka,” ungkapnya.
Di akhir Aditia Furqansya berharap dengan adanya kegiatan pentas seni kali ini bisa membangun sprit anak muda agar selalu berkarya.
“Beberapa karya-karya kami yang telah kami tampilkan bisa merefleksi terus membangun spirit untuk anak-anak muda agar selalu berkarya” harap Aditia Furqansya.
Editor: Al-Izar Kendari, PersKampusBiru.com – setelah berakhir hari ini 13 Agustus 2021, pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari buka kembali Pembayara UKT tahap II, 18 sampai 28 Agustus 2021.
Hal itu dilakukan karena masih banyak mahasiswa yang belum melakukan pembayaran UKT.
“Namun setelah dipresentasi masih sekitar 30% mahasiswa yang belum menyelesaikan pembayaran SPP/UKT atau terlambat bayar” dikutip dari surat Wakil Rektor II, nomor: 0002/R.2/HM.00/08/2021, perihal Penyampaian Pembayaran UKT Mahasiswa. Jumat (13/08/2021).
Lebih lanjut, Pembayaran SPP/UKT Tahap II dimulai pada tanggal 18 sampai dengan 28 Agustus 2021 pada Bank Syariah Indonesia (BSI) Kendari.
Alwan Aprilianto salah satu mahasiswa IAIN Kendari yang terlambat membayar UKT merasa bersyukur atas perpanjangan pembayaran UKT Tahap Dua ini.
“Alhamdulilah masih ada perpanjangan,” ugkap Alwan saat diwawancarai lewat via telepon, jumat 13 Agustus 2021.
Lanjut Alwan Aprilianto dia mengatakan kalau tidak apa perpanjangan pembayaran UKT kemungkinan besar urusan-urusan kita dikampus akan tertunda, apalagi mahasiswa semester akhir.
“Syukurlah, Kalau tidak ada perpanjangan mungkin segala kegiatan dikampus pasti akan tertunda apalagi untuk mahasiswa semester akhir.” Kata Alwan.