KMKU-YK Lantik Pengurus Baru: Komitmen Bersinergi Wujudkan Konawe Utara yang Sejahtera dan Berkeadilan

Yogyakarta, objektif.id – Organisasi Keluarga Mahasiswa asal Konawe Utara di Yogyakarta (KMKU-YK) resmi melantik 24 pengurus baru mereka pada Minggu (3/11/2024), di Balai Kampung Sorokarsan, Yogyakarta, yang mengusung tema “Membangun Sinergitas, Meningkatkan Intelektualitas, Ikhtiar Menyongsong Konawe Utara Sejahtera dan Berkeadilan.”

Tema tersebut dimaksudkan sebagai bentuk tekad kuat organisasi untuk berkontribusi dan bersinergi dalam pembangunan Konawe Utara dengan semangat kebersamaan dan peningkatan kualitas diri.

Pelantikan ini menjadi momentum penting bagi mahasiswa Konawe Utara di Yogyakarta untuk terlibat dalam pembangunan kampung halaman mereka, melalui berbagai program-program kegiatan yang menitikberatkan pada aspek pengembangan kepemimpinan dan kreativitas.

Program-program tersebut tidak hanya ditujukan untuk internal anggota KMKU-YK. Tetapi juga bertujuan membuka peluang kolaborasi dengan organisasi mahasiswa lainnya di Yogyakarta, dengan tujuan agar terjadi pertukaran ide, pengetahuan, dan pengalaman yang akan memperkaya wawasan mahasiswa Konawe Utara.

Sementara itu, Ketua terpilih, Azhabul Kahfi Ramadhan, dalam sambutannya mengajak seluruh anggota untuk berpartisipasi aktif dalam menjalankan visi dan misi organisasi. “Saya ingin seluruh anggota turut serta dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi, sehingga organisasi ini dapat menjadi wadah pembelajaran sekaligus menumbuhkan jiwa kepemimpinan di kalangan mahasiswa Konawe Utara,” ungkap Azhabul.

Hal ini penting dilakukan organisasi yang berfokus pada peningkatan kapasitas mahasiswa, agar serius berkomitmen untuk mencetak generasi muda Konawe Utara yang berdaya saing tinggib melalui program-program yang mendukung peningkatan wawasan, keterampilan, dan kepemimpinan mahasiswa guna mengembangkan potensi intelektual dan karakter anggotanya.

Selain itu, dalam kesempatan tersebut, Azhabul menegaskan bahwa KMKU-YK bukan hanya tempat berkumpulnya mahasiswa asal Konawe Utara, tetapi juga wadah untuk membentuk karakter, membangun solidaritas, dan memupuk semangat sosial. Melalui KMKU-YK, diharapkan para mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan yang relevan dan membangun wawasan yang lebih luas.

Sehingga Ketika kembali ke Konawe Utara nanti, para anggota diharapkan sudah memiliki kesiapan dan kapasitas untuk berkontribusi nyata bagi masyarakat setempat. “Ke depannya, kami berharap KMKU-YK bisa mempererat silaturahmi serta menjadi wadah pembentukan kualitas individu,” ujarnya.

Azhabul juga menekankan pentingnya mempererat silaturahmi di antara anggota. Ia menginginkan, KMKU-YK menjadi tempat bagi mahasiswa Konawe Utara di Yogyakarta untuk menjalin hubungan yang erat dan saling mendukung dalam mengembangkan diri. “Kami ingin KMKU-YK menjadi wadah bagi teman-teman mahasiswa untuk memperkuat ikatan kekeluargaan sekaligus membangun kualitas diri,” tambahnya.

Terjadinya acara pelantikan ini, KMKU-YK mendapat apresiasi dari berbagai tokoh masyarakat Konawe Utara yang tinggal di Yogyakarta. Mereka menaruh harapan besar agar KMKU-YK terus berperan sebagai agen perubahan yang mampu mencetak generasi berdaya saing tinggi dan siap menjawab tantangan global serta kebutuhan pembangunan daerah.

Sebagai penutup, Azhabul menyampaikan bahwa organisasi ini bukan hanya tentang membangun solidaritas antar anggota, tetapi juga tentang persiapan jangka panjang untuk membangun sumberbdaya manusia Konawe Utara yang lebih maju dan berkeadilan.

Azhabul berharap agar seluruh jajaran pengurus baru KMKU-YK berkomitmen untuk membawa organisasi ke arah yang lebih baik. “Kita harus siap melangkah untuk meningkatkan bersinergi wujudkan kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat Konawe Utara, sesuai dengan visi besar yang diusung organisasi.” Harapnya.

Penulis: Rachma Alya Ramadhan  

Editor: tim redaksi

Rahasia Sukses Andriani: Kisah di Balik Gelar Wisudawan Terbaik

Kendari, Objektif.id – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari kembali meluluskan mahasiswa terbaik dalam Wisuda ke-XIII Program Sarjana dan Magister, Rabu, 16 Oktober 2024, di Aula Ballroom Multimedia IAIN Kendari.

Wisuda ini menjadi momen penting bagi ratusan mahasiswa yang akhirnya berhasil menyelesaikan pendidikannya, dan salah satu nama yang mencuri perhatian publik adalah Andriani.

Sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), Andriani bukan hanya sekadar lulus, tetapi berhasil menorehkan prestasi yang luar biasa.

Dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,95, Andriani menyelesaikan studinya hanya dalam waktu 3 tahun 6 bulan. Capaian ini menjadikannya sebagai salah satu lulusan terbaik dalam wisuda kali ini.

Dalam wawancara eksklusif dengan Objektif.id, Andriani mengaku bahwa sejak awal masa kuliahnya, ia tidak pernah menargetkan untuk menjadi mahasiswa terbaik.

Baginya, proses belajar itu sendiri sudah menjadi kepuasan. Andriani menekankan bahwa ia lebih menikmati setiap pelajaran yang ia dapatkan, tanpa merasa harus menjadi yang terbaik di antara banyak mahasiswa.

“Saya tidak pernah berniat menjadi mahasiswa terbaik. Saya hanya suka belajar dan membaca buku. Menurut saya, jika kita tekun, hasilnya akan datang sendiri tanpa harus terlalu berharap,” ujarnya dengan rendah hati setelah prosesi wisuda.

Rupanya, upaya konstruktif Andriani dalam mengorientasikan dirinya pada pengembangan intelektual yang tidak hanya fokus pada ruang akademik perkuliahan ternyata telah membuahkan hasil yang tidak sia-sia.

Karena selain prestasi akademiknya yang gemilang, Andriani juga dikenal sebagai mahasiswa yang aktif dalam berbagai organisasi. Sejak 2020, ia telah menjadi bagian dari kader Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pers, sebuah organisasi yang fokus pada pengembangan kemampuan jurnalistik mahasiswa.

Tidak hanya itu, Andriani juga pernah berkontribusi dalam Senat Mahasiswa (Sema) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema), sebuah organisasi Lembaga Kemahasiswaan Politik di lingkungan IAIN Kendari.

Dengan mencelupkan diri dalam organisasi-organisasi tersebut, Andriani tidak hanya mendapatkan pengalaman berharga di luar kelas, tetapi juga membantu dirinya dalam merajut jejaring sosial yang luas.

Disamping kepadatan jadwal akademik dan organisasi yang menyibukkan, Andriani tetap berupaya menjaga keseimbangan antara tanggung jawab akademik dan non-akademiknya. Bahkan, ia juga merupakan penghuni Ma’had, asrama mahasiswa yang mengharuskan penghuninya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan secara rutin.

“Semua kegiatan ini memang menambah kesibukan, tapi saya justru merasa terbantu karena dengan berorganisasi, saya belajar bagaimana memanajemen waktu dan menentukan skala prioritas. Ini sangat membantu saya untuk tetap fokus dalam studi sekaligus aktif dalam organisasi,” ucap Andriani yang disusul dengan senyumannya.

Dalam wawancara tersebut, Andriani juga tidak lupa membagikan tips suksesnya kepada mahasiswa lain Yang menurutnya penting. Dia menganggap bahwa yang mesti menjadi perhatian mahasiswa adalah rajin membaca buku, diskusi, dan menulis, serta mengikuti perkembangan zaman, sebagaimana tradisi kemahasiswaan yang tidak boleh mati.

“Rajin-rajinlah membaca buku, diskusi, menulis, dan selalu ikuti perkembangan berita. Dengan itu, kita akan terus memperkaya pengetahuan dan tidak ketinggalan informasi”, saran Andriani yang percaya bahwa tradisi kemahasiswaan itu adalah ruang-ruang ilmu pengetahuan yang tak terbatas dan penting bagi setiap mahasiswa.

Meski telah meraih prestasi yang membanggakan di jenjang sarjana, Andriani tidak berhenti di situ. Dia akan terus melenting mengembangkan potensi dirinya.

Salah satunya, dia sementara mempersiapkan langkah berikutnya untuk melanjutkan studi ke jenjang S2 di UIN Alauddin Makassar dengan fokus pada bidang yang sama, yaitu Ekonomi Syariah.

Baginya, pendidikan merupakan jalan panjang yang harus terus dilalui, terlebih dengan impiannya untuk menjadi seorang dosen. “Saya ingin menjadi dosen, dan untuk itu saya akan terus belajar,” tegas Andriani dengan penuh optimisme.

Andriani, melihat profesi dosen merupakan jalan ninjanya untuk terus berkiprah dalam berbagi ilmu dan menjadi bagian dari pengembangan generasi muda di Indonesia, khususnya dalam bidang Ekonomi Syariah yang menurutnya memiliki potensi besar dalam pembangunan ekonomi berbasis nilai-nilai keislaman.

Bahwa apa yang diyakini Andriani dalam menempa dirinya didunia pendidikan itu sejalan dengan apa yang dikatakan Imam Syafi’i, ” jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus menahan perihnya kebodohan”.

Dengan prestasi akademik dan keterlibatannya dalam berbagai kegiatan organisasi menjadi kombinasi yang memperkuat posisinya sebagai role model di kampus.

Sehingga Andriani, adalah salah satu contoh nyata dari sekian banyak mahasiswa bahwa kesuksesan tidak selalu harus dikejar dengan ambisi besar, melainkan dengan dedikasi, disiplin, dan kecintaan terhadap proses belajar itu sendiri.

Sebagai lulusan terbaik, Andriani kini telah menorehkan namanya dalam sejarah IAIN Kendari. Namun, lebih dari itu, ia juga telah memberikan pelajaran berharga bagi mahasiswa tentang pentingnya menempa diri dalam banyak kegiatan kemahasiswaan, yang tidak hanya fokus pada ruang perkuliahan saja akan tetapi dalam proses berorganisasi.

Reporter: Alisa Tri Julela (Anggota Muda)
Editor: Andi Tendri

Pentingkah Organisasi Internal Yang Ada Di Kampus

Objektif.id – Organisasi internal di kampus merupakan sebuah wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensi dan keterampilan di luar akademik. Organisasi ini juga dapat menjadi tempat untuk membangun jaringan dan mengasah kemampuan kepemimpinan.

Organisasi internal di kampus memiliki peranan yang sangat penting dalam memfasilitasi berbagai aktivitas dan kegiatan yang diadakan oleh mahasiswa dan civitas akademika. Alasan mengapa organisasi internal di kampus sangat penting, yaitu :

1. Untuk Membangun Keterampilan dan Pengalaman

Organisasi internal di kampus memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk membangun keterampilan dan pengalaman dalam berbagai aspek, seperti kepemimpinan, pengelolaan waktu, dan kerjasama tim. Dalam organisasi, mahasiswa dapat belajar bagaimana memimpin rapat, merencanakan acara, mempersiapkan laporan keuangan, serta mengelola sumber daya manusia dan keuangan.

2. Untuk Meningkatkan Jaringan

Organisasi internal di kampus juga dapat membantu mahasiswa dalam membangun jaringan dengan teman sebaya dan profesional di luar kampus. Melalui kegiatan yang diadakan oleh organisasi, mahasiswa dapat bertemu dengan orang-orang dari berbagai latar belakang dan bidang pekerjaan, sehingga dapat meningkatkan kesempatan untuk memperluas jaringan dan mencari peluang kerja di masa depan.

3. Untuk Mengembangkan Kreativitas

Organisasi internal di kampus juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan kreativitas dan ide-ide baru. Dalam organisasi, mahasiswa dapat mengeksplorasi minat dan bakat mereka, serta menciptakan acara dan kegiatan yang berbeda dan menarik untuk memperkaya pengalaman kampus.

4. Untuk Meningkatkan Keterlibatan Mahasiswa

Organisasi internal di kampus dapat membantu meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam kehidupan kampus dan meningkatkan rasa kebersamaan dan persatuan di antara mahasiswa. Dalam organisasi, mahasiswa dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dan acara, serta berkontribusi dalam meningkatkan kualitas dan citra kampus.

5. Untuk Membantu Menyeimbangkan Kehidupan Akademik dan Non-Akademik

Organisasi internal di kampus dapat membantu mahasiswa dalam menyeimbangkan antara kehidupan akademik dan non-akademik. Dalam organisasi, mahasiswa dapat membagi waktu mereka antara kegiatan akademik dan organisasi, serta membangun keterampilan yang dapat membantu mereka dalam mencapai tujuan akademik mereka.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa organisasi internal di kampus sangat penting dalam memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar, berkembang, dan berkontribusi dalam kehidupan kampus. Oleh karena itu, mahasiswa sebaiknya mempertimbangkan untuk bergabung dengan organisasi internal di kampus dan memanfaatkan kesempatan yang ada untuk memperkaya pengalaman mereka.

Penulis : Fitrah Ardiansyah H
Editor: Redaksi

Feodalisme Dalam Organisasi

Objektif.id – Kebenaran lebih sering ditemukan disela-sela kekhilafan mereka yang berani berpikir untuk dirinya sendiri daripada diantara mereka yang merasa sempurna tapi malas bernalar. Mayoritas tabiat manusia yang berada dalam organisasi menganggap dirinya adalah yang paling pandai dan mengerti segala sesuatu hal, terutama pada orang-orang yang lebih dulu menyentuh wilayah organisasi. Jejak pengkultusan tersebut sangat jelas terekam dalam banyak tindakan, bahwa hanya mereka yang mempunyai otoritas lebih untuk menentukan sikap dan cara pandangnya.

Mereka yang demikian itu sebut saja “manusia tengil”. karena para manusia tengil ini yakni mereka yang lebih dulu masuk dalam organisasi maka dengan faktor itu seakan ada kebanggaan sebagai “kasta tertinggi” yang melekat pada dirinya. Dengan status sebagai kasta tertinggi itulah dipakainya menjadi instrument untuk melakukan suatu tindakan yang secara terang namun tak tergesah-gesah ingin memberi tahu kita jika yang baru bergabung ke dalam organisasi harus mengagung-agungkan status kasta tersebut.

sistem feodalisme yang terjadi hari ini dibanyak organisasi bukanlah hal yang baru sebab secara historis Budaya feodalisme ini sudah mengakar dalam masyarakat Indonesia karena memang warisan dari zaman kerajaan yang menganut sistem patron-klien, bahkan di eropa pada abad pertengahan feodalisme mengakibatkan kekerasan, penindasan, dan kesewenang-wenangan. Akibat sistem feodalisme, masyarakat cenderung berorientasi pada nilai pelayanan yang berlebihan terhadap penguasa, orang yang dituakan, dan lain sebagainya.

Ironis apabila dalam organisasi yang menjadi tempat pertengkaran pikiran serta dengan segala keistimewaannya tiba-tiba disulap oleh para manusia tengil menjadi tempat peternakan generasi feodalisme. Sangat mengkhawatirkan ketika kemudian kultur ini secara terus menerus berkembang dalam lingkungan organisasi. Yang dimana secara universal kita ketahui bersama bahwa organisasi adalah wadah berkumpulnya satu, dua orang atau lebih dengan memiliki tujuan yang sama, tentunya dalam mencapai tujuan tersebut pasti dilakukan dengan metode yang begitu serius menciptakan manusia berpengetahuan, arif, dan bijaksana.

Tapi bagaimana mungkin semua harapan bisa terwujud kalau yang terjadi dalam organisasi adalah para manusia tengil itu seperti ingin di tuhankan, bahkan tak jarang jika ada yang berbeda pemikiran dari mereka langsung dianggap salah dan melawan bahkan dianggap membahayakan organisasi. Bukankah ”karena ada perbedaan maka untuk itu kita bersatu”? Namun yang ada dikepala manusia ugal-ugalan ini “demi persatuan maka tidak boleh ada perbedaan”.

Sepertinya dalam keadaan sadar ataupun tidak kita bersepakat bahwa mendiamkan kejahatan adalah suatu tindakan kemunafikan. Jika dalam organisasi didominasi oleh kekuatan feodalisme maka jangan salah ketika banyak anggota lain terlebih generasi yang baru bergabung dalam organisasi menjadi produk gagal. Cacat dalam mengaktualisasikan gagasan dan tujuan organisasi, nalar kritis menjadi tidak bertumbuh, cara pendidikannya bukan berbasis pengembangan intelektual.

Anggota yang baru bergabung hanya dianggap sebagai kendaraan untuk mengangkut gagasan orang lain yang sejatinya bertentangan dengan naluri dan keinginan dirinya sendiri. Implikasi kebiasaan tersebut menjadi konsumsi para anggota baru dan dalam banyak kasus para anggota baru melanjutkan sifat yang demikian itu. Teringat pernyataan Yusril Izha Mahendra beliau mengatakan bahwa dalam sistem yang buruk orang baik dipaksa menjadi jahat, dan dalam sistem yang baik orang jahat dipaksa menjadi baik.

Mengapa hal semacam itu terus berulang-ulang dan tidak bisa hilang? Karena keterlibatan manusia bengis dalam organisasi begitu massif terhadap aktivitas generasi baru sekaligus menjadi nyata bahwa regenerasi hadir bukan atas gagasannya sendiri melainkan arahan dan perintah titipan. Kalau tujuan manusia yang duluan bergabung ke organisasi untuk mendidik generasi setelahnya, bukankah tujuan dari pendididikan itu sendiri adalah untuk mempertajam kecerdasan, mengkuhkukan kemauan, serta memperhalus perasaan, sebagaimana yang dikatakan Tan Malaka. Ohh iya, baru-baru ini kita merayakan atau memperingati hari pendidikan nasional dengan icon tokohnya yakni Ki Hajar Dewantara yang mempunyai falsafah pendidikan “Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”, yang berarti di depan menjadi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan. Semoga dimomentum hari pendidikan menjadi titik balik dalam menumbuhkan kesadaran kolektif kita bahwa feodalisme adalah musuh dari pendidikan. Bukan hanya Tan Malaka atau Ki Hajar Dewantara yang orientasi pemaknaan terhadap pendidikan untuk melawan feodalisme tetapi semua tokoh bangsa menginginkan hal serupa.

Kalau organisasi menjadi salah satu alternatif untuk melakukan proses pendidikan atau kaderisasi maka organisasi jangan hanya menjadi alat penjinakan yang memanipulasi generasi baru, agar mereka dapat diperalat untuk melayani kepentingan manusia-manusia yang telah disebutkan diatas. Selain daripada itu, anomaly yang banyak terjadi pada generasi baru adalah mengaminkan tindakan-tindakan despotis para pendahulunya, membenarkan sesuatu yang salah. Keadaan semacam itu dianggap sebagai rasa terimakasih kepada para pendahulunya sehingga tidak mengherankan kalau kemudian siklus moral hazard yang mengakar kuat dalam organisasi semakin berkembang biak.

Sebenarnya dilain pihak masih ada manusia-manusia yang serius mengabdikan dirinya pada organisasi, yang ingin melakukan perubahan radikal demi perbaikan organisasi namun karena otoritas feodalismenya begitu kokoh maka tak jarang banyak yang dipinggirkan karena dinilai sebagai penggangu. Sudah jamak diketahui oleh banyak orang bahwa organisasi dengan kultur feodalismenya mengalami kemacetan berpikir, mempertahankan yang patuh terhadap kesewenang-wenangan. Ketika ada yang tidak menghadirkan pemikiran berbeda maka disitu manusia-manusia yang hanya membebek akan dirawat dan dianggap loyal terhadap organisasi. Padahal tujuan paling fundamental kita masuk berorganisasi yakni melatih kecakapan berpikir kritis bukan malah dijadikan manusia yang bangga mengkerdilkan pikiran serta menghamba pada kemunafikan.

Penulis : Hajar
Editor: Redaksi

Organisasi, Penting atau Tidak?

Objektif.id – Setelah menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) kebanyakan dari kita akan melanjutkan pendidikan yang di sebut perkuliahan.

Dalam dunia perkuliahan tidak sedikit dari senior-senior yang menawarkan untuk bergabung ke dalam sebuah organisasi. Pertanyaan yang se dari dulu sering muncul pada kalangan Mahasiswa adalah “Organisasi Penting Atau Tidak?.

Ketika pertanyaan ini muncul maka tidak sedikit dari kalangan Mahasiswa yang mengatakan bahwa organisasi itu ” Penting” Dan tidak sedikit pula yang mengatakan “Tidak Penting”. Tentu ketika muncul pernyataan seperti ini, maka menurut saya ini semua tergantung pada diri pribadi seorang Mahasiswa.

Ketika seorang mahasiswa ingin memperluas relasi maka organisasi adalah sebuah wadah yang tepat untuk memperluas relasi seorang mahasiswa, yang dimana hari ini para pemimpin Indonesia terlahir dari berbagai macam organisasi. Sebelum melangkah jauh,disini dapat kita tarik sedikit kesimpulan bahwa Organisasi adalah tempat yang tepat untuk memperluas relasi seorang mahasiswa.

Mengutip perkataan dari seorang senior saya, yang tidak perlu di sebutkan namanya beliau pernah mengatakan kepada saya “Adinda ketika kamu ingin besar dan memperluas relasi maka masuklah kedalam sebuah organisasi, organisasi yang menurut kamu bisa membesarkan dan mengarahkan kamu ke arah kebaikan”.

Disini kita dapat melihat di dalam dunia kampus sangat jelas perbedaannya, anak organisatoris dan yang tidak bergabung kedalam sebuah organisasi. Yang bergabung kedalam sebuah organisasi mereka akan lebih aktif dalam berbagai kegiatan baik itu di dalam kampus maupun di luar kampus.

Anak organisatoris mereka akan lebih spesifik memikirkan berbagai kepentingan yang arahannya untuk kemaslahatan umat/orang banyak. Karna mereka sadar akan perannya sebagai Mahasiswa bahwa di pundak mereka telah di titipkan beban moral yang bertanggung jawab untuk kepentingan rakyat yang tidak terlepas dari perannya sebagai seorang Mahasiswa.

Namun terlepas dari itu semua ada tanggung jawab dari kedua orang tua untuk menyelesaikan studinya, organisasi penting bagi seorang mahasiswa untuk memperluas relasi namun ada tanggung jawab dari orang tua yang harus di selesaikan secepatnya. Maka akan lebih baik ketika organisasi tuntas dan perkuliahan juga tuntas.

Terakhir,Pesan dari seorang komika ternama Sulawesi Tenggara (Raim Laode) “pilihlah organisasi yang sifatnya tidak menghambat perkuliahanmu”.

Penulis: Muhammad Arya
Editor: Redaksi

“Penulis adalah Jurnalis muda UKM Pers Angkatan 22, juga merupakan mahasiswa aktif Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari”