Objektif.id
Beranda INTERPRETASI Opini Kuota Internet Macet, UKT Menjepit, Orang Tua Menjerit

Kuota Internet Macet, UKT Menjepit, Orang Tua Menjerit


(Ilustrasi Stres. Foto: Repro Google.com)


Penulis : Mahasiswa Tampannya IAIN kendari

       Semenjak covid-19 masuk ke Indonesia 02-03-2021 pemerintah pun menghimbau untuk melakukan social distancing atau jaga jarak dan juga menghimbau untuk tetap berada di rumah dan sekarang sudah ada ppkm yang sudah memasuki level 4 dan entah sampai level berapa mungkin sampai level max.

Semenjak pandemi ini membuat beberapa kegiatan harus di kerjakan di rumah termaksud perkuliahan.

Selama masa pandemi ini, kegiatan perkuliahan juga dilakukan dari dalam rumah. sudah banyak perguruan tinggi yang mulai mengubah metode perkuliahan yang awalnya bertatap muka menjadi online, dan membatasi kegiatan di sekitar kampus karena ancaman wabah COVID-19 ini. Salah satunya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari yang melakukan skema perkuliahan secara daring sejak Maret 2020.

    Selama berubahnya skama perkulihan yang tadinya di ruangan, praktek, dan bercanda tawa dengan teman-teman di ruangan, semuanya berubah semenjak pandemi yang entah akan berakhir sampai kapan. Perkulihan saat ini hanya melalui via whaspt, zoom dan segala bentuk online lainnya.

    Akan tetapi selama melakukan perkuliahan online kuota internet yang harus selalu terisi, dan itu di tanggung sendiri oleh mahasiswa yang biayanya bukan main juga tiap bulannya dan tambah lagi gangguan jaringan.

Pihak kampus hanya berapa kali membagikan kuota untuk para mahasiswanya dan katanya semua itu tergantung keputusan pusat yaitu kementerian agama yang menjadi naungan IAIN Kendari ini, Seperti kata dari warek III ketika di temui teman-teman mahasiswa.

“Karena kuota ini bukan pengadaan di kampus pengadaannya harus dari kementerian agama”.

    Bukan hanya masalah kuota saja yang menjadi masalah kami mahasiswa tetapi SPP/UKT yang apa bila tiba di penghujung semester akan menjadi kewajiban yang mutlak bagi kami mahasiswa dan itu sungguh sangat memberatkan kami di tengah pandemi covid-19 yang entah akan berakhir kapan.

    Perkuliahan yang di lakukan di balik layar tetapi SPP tetap harus di bayar Orang tua mahasiswa menjerit Untuk pembayaran SPP/UKT anaknya dan tak sedikitpun mahasiswa menikmati fasilitas kampus.

Kuliah di balik layar SSP tetap di bayar…..Yaa

    Kuota internet untuk melaksanakan kuliah di tanggung sendiri oleh mahasiswa dan ketika ada permasalahan nilai terhadap dosen sangat sedikit kebijakan untuk perbaikan padahal kita ini susahnya minta ampun untuk membeli kuota untuk mengikuti setiap perkuliahan. Tidak hanya itu, ketika ada pengurusan untuk keringanan ukt syaratnya juga sungguh terlalu Kenapa tidak saja pihak kampus melakukan pemotongan 40%-50% secara menyeluruh kan kuliahnya juga online dan kami tidak menikmati fasilitas kampus sedikitpun.

Seperti percakapaan senior dan junior

Ketika senior bertanya pada temanku tentang pengurasan pengurangan UKT

Seniorku: “kau kamu tidak mengurus pengurangan UKT kah.?

Junior: “tidak”

Seniorku: “kenapa….?

Junior: “masa syaratnya tidak ada kategorinya untuk orang tua ku, masa saya mau karang terdampak Korona, tidak mungkinnya mi, sama saja saya minta²kan itu”.

Dan berikut syarat-syarat untuk pengurangan ukt saya lampirkan.

Cobalah di simak dengan baik

    Masa yang harus mendapatkan keringanan UKT hanya orang tuanya yang meninggal di tengah pandemi, mengalami pemutusan kerja, mengalami kerugian usaha dan mengalami penurunan.  pendapatan. Padahal kita mahasiswa juga terdampak dari segi pendidikan.

    Lalu bagaimana dengan kami yang orang tuanya sudah memang pendapatannya menengah ke bawah sejak dulu.

    Kenapa sih pihak kampus tidak mau memotong secara keseluruhan saja dan tidak usah adakan persyaratan khusus untuk UKT ini kan kita kuliah online ji juga. Kuota tanggung sendiri UKT bayar utuh…? Padahal semenjak pandemi ini, kita mahasiswa sangat terdampak darinya perkuliahan yang harusnya dilakukan di ruangan.

Para pimpinan IAIN Kendari “sungguh ironis dan bau terasi” kata dari diksi puisinya seniorku.

    Kepada pihak kampus mungkin kalian harus juga membuat dena/peta di kampus untuk para mahasiswa baru yang bisa di bilang mahasiswa yang terlahir dari generasi online, kan kasihan apa bila mereka memasuki kampus ini, mereka tersesat padahal luasnya kampus ini tidak seperti stadion bernabeu atau sirkuit mandalika, seperti berberapa bulan lalu sebelum PBAK ada maba yang mencari koperasi kampus untuk membeli almater tapi dia datangnya di gedung PKM(pusat kegiatan mahasiswa) dan bebera hari yang lalu lagi ketika aku dan teman-temanku duduk bersantai sambil mengisap rokok suria  di fakultas FEBI ada seorang maba yang bertanya di mana fakultas SYARIAH padalah sudah jelas ketika dia menoleh ke kanan tulisan yang menandakan bahwah di sanalah adanya fakultas yang dia cari, saya tidak menyalahkan dia bertanya, tetapi untuk mengantisipasi mahasiswa yang tersesat seperti itu di kampus yang luasnya tidak sampai 100 hektar, maka pihak kampus harus membuatkan dena/peta untuk para maba itu.

Ketika aku selesai menuliskan ini dan di terbitkan, mungkin saya akan di cari oleh pihak kampus. dan ketika itu terjadi saya hanya bisa katakan dari tulisanku ini, walaupun tidak beraturan tetapi ini keluh kesah saya selama kuliah online, saya adalah mahasiswa tergantengnya IAIN Kendari kalau mau cari saya mungkin pihak kampus harus mengadakan perlombaan mahasiswa ganteng atau semacam idol se IAIN kendari ini dan yakin dan percaya bahwa saya akan ikut dalam perlombaan itu.

Aku cinta padamu IAIN Kendari tapi sayang cintaku bertepuk sebelah tangan hanya karna kebijakan dari birokrasimu.

admin

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan