Aku, Laut dan Pencemaran
Aku dan keluargaku tinggal di pesisir pantai dan menggantungkan kehidupan dari hasil laut.
Hampir seluruh aktivitasku tak luput dari desiran ombak yang selalu menderu, dari membuka mata dipagi hari, mandi, pergi sekolah, pulang dari sekolah, bermain dengan kawan sampai akan tidur kembali di malam hari, lantunan lagu dari laut itu tak pernah luput dari telingaku.
Tiap malam, sebelum tidur ayah selalu cerita tentang keindahan dan melimpahnya hasil laut di masa lalu, bercerita tentang ikan yang besar hingga ikan yang mengikuti perahu ayah yang membuat ayah merasa terhibur karena tingkahnya. Hampir tiap malam ayah bercerita tentang itu dan membuat aku penasaran dengan kehidupan di lautan lepas sana.
Aku merasa cerita ayah yang begitu membanggakan itu adalah kehidupan yang paling indah dan menyenangkan.
Sampai suatu ketika ayah mengajak aku untuk melaut agar aku mempunyai pengalaman tentang melaut dan menangkap ikan.
“Nak, besok kan hari Minggu jadi kamu ikut ayah melaut yah, biar bantu ayah tanggkap ikan. ”
Dengan hati gembira dan tanpa pikir panjang aku mengiyakan ajakan ayah. Yah meski aku sedikit ragu karena itu adalah pengalaman pertama aku menjajaki lautan lepas dan berkenalan dengan ikan ikan yang aku pikir akan besarnya seperti badan orang dewasa.
“Ok ayah..!! Besok bangunkan aku lebih pagi yah biar aku siap siap.”
“Iya nak.!! Tidurlah, agar esok bisa bangun lebih awal”
Pagi pagi sekali saya sudah bangun dan siap siap untuk mengikuti ayah berangkat kelaut. Setelah Berjam jam melaut aku dan ayah baru mendapat ikan yang besarnya hanya sekepal tangan, itupun masih bisa dihitung dengan jari tangan.
Aku mulai merasa kecewa dan putus asah dengan keadaan itu.
Aku merasa apa yang ayah ceritakan hanyalah dongeng dan khayalan belaka.
Perasaan jengkel pada ayah mulai merasuk dalam hati dan jiwa aku, namun aku belum berani melayangkan protes pada ayah.
Namun sampai menjelang sore apa yang kami dapat hanya kisaran bisa dimakan untuk malam hari saja. Tanpa ragu aku bertanya pada ayah.
“Ayah..!! apa yang ayah ceritakan tentang laut dan ikan besar itu cuman dongeng yah.??”
Dengan menunduk ayah mulai bercerita.
“Apa yang ayah ceritakan tiap malam pada kamu itu semua benar, ayah tidak mengarang ataupun mendongeng, namun apa yang ayah ceritakan itu hanyalah kenangan masa lalu, dimana masa itu ayah masih seumur kamu, ketika kakek mengajak ayah kelaut dan hasilnya seperti apa yang ayah ceritakan pada kamu tiap malamnya.”
“Namun saat ini kondisinya berbeda, saat ini ikan ikan sudah sangat sedikit yang tinggal di laut kita, mungkin karena banyaknya sampah yang mengotori laut kita, atau mungkin karena banyaknya pencemaran laut yang berasal dan tetesan kapal tangker pengangkut minyak dan solar untuk perusahaan dikota sebelah hingga membuat ikan ikan di laut kita tidak betah tinggal dan berkembang biak.”
Saat mendengar cerita ayah aku merasa bersalah pada ayah karena sudah berani protes pada ayah, sementara ayah pun tak tau kenapa ikan sudah tidak banyak lagi dilautan ini.
Dengan menghela nafas yang panjang lalu ayah berpesan pada aku.
“Nak.!! Sekolah lah yang baik agar kelak kamu menjadi orang pandai dan bisa mengajarkan pada generasimu tentang pentingnya menjaga kebersihan laut.”
Yah mungkin saja dengan kamu ajak dan edukasi mereka tentang laut, mereka paham untuk tidak membuang sampah dan mencemari laut lagi.
Penulis: Tinta Merah, alumni IAIN Kendari, suka jalan-jalan.