Objektif.id
Beranda INTERPRETASI Opini Wanita dan Polemiknya Dalam Berkarir

Wanita dan Polemiknya Dalam Berkarir

Dila Lestari Sri Wulandari, Foto: Ist

Penulis: Dila Lestari Sri Wulandari

Objektif.id, Kendari – Wanita karir adalah wanita yang bekerja pada orang lain atau memiliki usaha sendiri, namun disisi lain wanita karir bekerja bukan hanya untuk mandiri secara finansial tetapi juga untuk mengembangkan potensi dirinya.

Dalam Islam, wanita pada dasarnya tidak dilarang untuk bekerja. Terdapat 3 pandangan berbeda dari para ulama mengenai perempuan yang memilih berkarir. Pertama, mereka yang mengizinkan perempuan bekerja tanpa syarat apapun. Kedua, tidak mengizinkan sama sekali, dan yang ketiga, mengizinkan tetapi dengan syarat tertentu.

Dalam Kitab Al-Mawsu’at al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, ulama dan cendekiawan asal Mesir, Sayid Qutb, mengatakan ajaran Islam cenderung memilih pandangan yang terakhir. Perempuan diperbolehkan bekerja selama hal itu tidak menghalangi kodrat kewanitaannya yang berhubungan dengan unsur biologis.

Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:

“Sebaik-baik canda seorang muslimah di rumahnya adalah bertenun,” demikian sabda Nabi Muhammad SAW yang menekankan agar perempuan juga tekun berkarya.

Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadits juga mengatakan bahwa, Allah SWT sangat mencintai hamba-nya yang mau bekerja dengan sungguh-sungguh, termasuk dari kaum hawa.

“Sesungguhnya Allah SWT mencintai orang yang melakukan satu pekerjaan dengan sungguh-sungguh dan profesional (al-itqan).” (HR. al Baihaqi, Abu Ya’la, Ibn Asakir).

Jika melihat dari segi kesetaraan gender yang merujuk pada suatu keadaan setara antara laki-laki dan perempuan dalam pemenuhan hak dan kewajiban, namun diskriminasi berdasarkan “perempuan” atau “laki-laki” masih banyak terjadi pada seluruh aspek kehidupan.

Dalam menitih sebuah karir wanita harus menghadapi polemik, salah satunya adalah perempuan harus memilih untuk meneruskan kiprahnya dalam dunia kerja atau mengurus keluarga dengan baik dan menjadi Ibu rumah tangga. Hal tersebut dikarenakan adanya faktor budaya yang mengatakan bahwa pekerjaan seorang wanita hanyalah mengurus rumah tangga.

Bahkan ketika wanita telah menempuh jenjang pendidikan yang tinggi, tetap dinilai lebih baik kalau berkonsentrasi pada keluarga atau kerja yang bersifat domestik (di dalam rumah tangga) dibandingkan memanfaatkan keahlian dari hasil pendidikan tingginya. Meskipun secara kodrati tugas wanita adalah mengurus keluarga, wanita juga berhak diberikan ruang dan waktu untuk berkiprah atau berkarir guna mencapai cita-citanya sama seperti laki-laki yang berhak mencapai keinginannya tanpa harus memilih keluarga atau karir dan memikirkan sudut pandang masyarakat sekitar.

Anggapan bahwa perempuan, mau setinggi apapun pendidikannya, cuma akan berakhir di dapur sudah kadaluarsa. Jika perempuan memilih untuk di rumah, tak masalah sepanjang ia memilihnya tanpa tekanan. Kenyataannya kerja-kerja di rumah juga terbilang lebih berat ketimbang mereka yang bergumul di sektor non-domestik. Bayangkan saja, mengurus anak, membersihkan rumah, memasak, semua dilakukan tanpa bayaran selama 24 jam penuh. Beruntung jika perempuan-perempuan ini memiliki support system yang memadai, tapi jika tidak, makin bertambah malang lah mereka.

Di sisi lain, jika perempuan memilih berkarir di luar pun, itu tak mengurangi ke-perempuan-an dirinya. Yang bermasalah adalah ketika perempuan tak berada dalam kondisi ideal untuk menentukan nasibnya sendiri. Misalnya, dikungkung norma agama, tak diberi kesempatan oleh keluarga, dalam hal ini suami, dan kondisi-kondisi tak setara lainnya.

Memiliki karir cemerlang adalah impian banyak perempuan. Namun, hal ini seringkali terganjal karena anggapan bahwa perempuan hanya boleh di rumah mengurus anak. Pandangan ini tak lagi relevan di masa sekarang karena perempuan yang memilih berkarir justru membawa banyak manfaat bagi keluarga.

Ada banyak keuntungan yang didapatkan dengan menjadi wanita karir, seperti :

1. Mandiri

Bukan berarti perempuan karir tak butuh bantuan orang lain, tetapi mandiri berarti memiliki penghasilan sendiri yang nantinya bisa digunakan untuk membantu keuangan keluarga. Jadi, ketika ada kebutuhan mendesak, Anda bisa memakai dana pribadi tanpa bergantung dari pemberian suami.

2. Percaya Diri

Pekerjaan membutuhkan keterampilan yang mungkin tidak dimiliki oleh setiap orang. Dengan bekerja, Anda jadi lebih percaya diri dengan keterampilan yang Anda miliki. Apalagi jika pekerjaan Anda saat ini cukup menjanjikan. Level percaya diri Anda akan naik dan hal itu tentunya membawa dampak positif bagi diri Anda sendiri.

3. Tidak Merepotkan Orang Lain

Tak dipungkiri, sebagai mahkluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain. Tapi, bukan berarti harus merepotkan setiap waktu bukan? Dengan bekerja, Anda akan mandiri secara finansial dan hal itu akan memudahkan Anda untuk menyelesaikan berbagai macam urusan.

4. Berpengetahuan Luas dan Berwibawa

Ketika bekerja, Anda akan dituntut untuk terus belajar. Anda pun akan mendapatkan ilmu pengetahuan baru setiap harinya. Dengan ilmu pengetahuan, ada banyak hal yang bisa Anda capai dalam hidup. Anda juga akan lebih disegani oleh orang lain.

5. Manajemen Waktu yang Baik

Jika Anda bekerja dan sudah berkeluarga, tentu tantangan yang dihadapi lebih sulit. Mau tidak mau, Anda akan belajar mengatur waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Disadari atau tidak, Anda pada dasarnya sedang belajar manajemen waktu yang baik. Hal ini tentunya akan menguntungkan Anda ke depannya.

Bagi wanita yang sudah menikah dan mempunyai anak, skala prioritas tentunya harus ditetapkan ketika memilih untuk bekerja. Menggunakan jasa baby sitter atau penitipan anak mungkin dapat menjadi salah satu opsi bagi sebagian orang. Namun, bagi mereka yang tetap memilih untuk mengasuh anaknya sendiri, skill manajemen waktu dan multitasking haruslah diterapkan. Selain itu, energi dan kesabaran ekstra juga harus disiapkan.

Agar semua tanggung jawab dapat dikerjakan, penting untuk menentukan kapan harus bekerja dan beristirahat. Jangan paksa tubuh untuk bekerja secara berlebihan setiap harinya. Karena tubuh memiliki limit-nya tersendiri.

Semua pekerjaan pada hakikatnya dapat dikerjakan oleh semua orang, terlepas dari gender apapun. Hal yang membedakannya hanyalah skill, kemampuan fisik, mental, dan pengalaman seseorang.

Tidak dapat dipungkiri, beberapa perusahaan tanpa disadari masih mempertahankan kebijakan diskriminatif terhadap perempuan. Seperti melakukan pembatasan pada beberapa bidang pekerjaan dan menerapkan persyaratan jenis kelamin tertentu bagi pelamarnya.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Indonesia hingga harus menerapkan kebijakan yang mengharuskan kuota anggota DPR sebanyak 30% diisi oleh wanita. Harapannya, hal ini dapat mendorong promosi terhadap keterwakilan perempuan dan dapat menjadi contoh di sektor lain dalam merekrut karyawan.

Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional juga menjadi salah satu cara pemerintah Indonesia untuk meningkatkan keterwakilan perempuan di dalam proses pembangunan nasional. Hal ini patut untuk diapresiasi.

Dalam memilih jenis pekerjaan, banyak hal yang menjadi pertimbangan khusus bagi perempuan yang telah berumah tangga dan memiliki anak. Untuk itu, pastikan jenis pekerjaan yang di pilih sesuai dengan prioritas dan kebutuhan.

Sangat penting untuk mendiskusikan pilihan karir terlebih dahulu bersama pasangan. Bicarakan apa yang menjadi prioritas yang ingin dicapai untuk kalian saat ini, apakah itu sekadar tambahan finansial, mengikuti passion atau meniti karir.

Penulis adalah mahasiswa aktif Institut Agama Islam (IAIN) Kendari.

admin

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan