Objektif.id
Beranda Sastra Cerpen Yang Tak Terlihat 

Yang Tak Terlihat 

Ketgam: Foto Ilustrasi

Namaku Tiara Anastasya. Ibuku telah lama meninggal saat melahirkanku, dan karena depresi ayahku pun menyusul ibu. Aku tinggal bersama nenek, namun seminggu yang lalu ia berpulang menyisakan diriku seorang.

Saat ini aku telah sampai di sekolah, tapi ada yang berbeda hari ini suasananya sangat ramai dimana para senior sedang membagi-bagikan brosur. Langsung saja aku mengunjungi salah satu senior disana lalu kemudian mengambil brosurnya yang bertuliskan “Pendaftaran Terbuka Ekskul Musik”.

Sekilas tentang Ekskul Musik. Ekskul ini merupakan salah satu ekskul yang banyak diminati karena, ekskul ini telah banyak melahirkan generasi yang berbakat dan selalu menjadi pemenang di setiap kompetisi musik yang ada hingga ke ajang internasional.

Singkat cerita, aku pun mendaftar. Setelah itu, kami digiring untuk uji keterampilan bermain musik. Kebetulan aku cukup lihai bermain gitar jadi tentunya aku lolos uji seleksi ini. Rasanya sangat senang sekali apalagi aku dapat berkenalan dengan banyak teman-teman baru yang sama-sama menyukai musik sepertiku.

Pada suatu hari, sepulang sekolah aku berniat untuk mengasah kemampuan gitarku menjadi lebih baik. Jadi, aku memutuskan ke ruang musik sebentar. Saat membuka pintu ruangan alangkah terkejutnya diriku menemukan banyaknya puntung rokok serta botol minuman yang bertebaran, ditambah salah satu seniorku yang bernama kak Aldi yang hanya selonjoran kaki di sofa yang ada di ruang musik tersebut.

“ Bersihkan, saat aku bangun aku tidak ingin melihat satupun kotoran atau tau sendiri akibatnya ”, Kata kak Aldi. Kemudian ia lanjut tidur.

Karena aku menghormatinya sebagai seniorku jadi, aku membersihkan sampah-sampah yang ada di ruangan ini. Dan setelah bersih, aku pun melanjutkan niatku datang ke tempat ini. Saking fokusnya aku tidak sadar bahwa sudah ada sepasang kaki menjulang. Dan saat aku menengok ke atas, ternyata itu adalah kak Aldi.

“ Kenapa ya kak? ”, Tanyaku heran.

“ Ritme dan tempo untuk lagu yang kau mainkan salah ”, Tegur Kak Aldi.

“ Sini aku ajarkan cara yang tepat itu gini ”, Lanjutnya. Mengambil gitar itu kemudian duduk di sampingku dan mempraktekkannya.

Di dalam kamar, saat mengerjakan tugas sekolah terlintas di pikiranku tentang kejadian tadi. Dan tiba-tiba aku teringat salah satu aturan tata-tertib yang mengatakan siswa dilarang membawa atau mengonsumsi rokok apalagi minuman keras bahkan aturan itu dibacakan dengan lantang setiap upacara bendera.

“Apa sebaiknya ku laporkan saja yang kulihat tadi? tapi aduh…aku tidak punya sesuatu untuk dijadikan barang bukti dan pasti puntung rokok dan botol minuman itu sudah diangkut oleh tukang bersih-bersih sekolah”, Ucapku bermonolog.

Di suatu hari saat berniat pulang sekolah, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Jadi, sambil menunggu hujan reda aku pun mampir ke ruang musik. Saat baru saja ingin membuka pintu aku mendengar suara-suara aneh di dalam. Karena penasaran, aku kemudian mengintip di sela-sela pintu dan apa yang kutemukan adalah sebuah pemandangan menjijikan seniorku Kak Rian dan Kak Rani. Tanpa babibu aku langsung beranjak dari tempat yang sudah ternodai itu.

Sudah berulang kali aku dapatkan kejadian seperti itu selama 3 bulan sejak aku masuk dalam Ekskul Musik ini, entah antar sesama senior maupun antar senior dan junior. Karena sudah muak, aku pun diam-diam memotret kelakuan mereka dan melaporkannya kepada pihak sekolah. Namun, yang kudapatkan sebaliknya adalah teguran bahkan mereka tidak segan-segan mengancamku jika aku melaporkan hal ini kepada pihak berwajib.

Sebenarnya ada apa dengan orang-orang di sekolah ini? mereka seakan-akan menutup-nutupi. Setelah kutelusuri alasan pihak sekolah berbuat demikian, ternyata tak bukan karena orang tua para senior Ekskul Musik ini adalah orang penting dalam pemerintahan. Semuanya menjadi masuk akal sekarang yaitu karena uang dan kekuasaan.

Semenjak kejadian itu, sudah terhitung sebulan aku tak pernah datang lagi ke ruang musik. Hari ini, aku sedang bersantai di halaman rumah sambil menikmati cemilan dan minuman dingin yang telah aku buat.

“ kriiing ”, sebuah notifikasi muncul. Tak ayal bunyinya mengejutkanku.

Aku pun meraih ponselku, dan membukanya ternyata pesan dari grup ekskul yang mengatakan untuk datang rapat persiapan tampil di pentas seni. Tapi, yang membuatku heran disini adalah kenapa tempat rapatnya di tempat karaoke, kan sungguh tidak masuk akal. Namun, karena aku berniat mengundurkan diri secara terbuka, jadi, aku pun memutuskan untuk datang ke tempat tersebut.

Saat sampai ke tempat tujuan aku langsung masuk di salah satu ruangan seperti yang tertera dalam grup sebelumnya. Di dalam ruangan tersebut yang kudapatkan hanyalah para senior laki-laki. Melihat hal itu aku memutuskan menunggu yang lain di luar ruangan saja. Saat hendak berbalik tiba-tiba aku ditarik dan kedua tanganku ditahan. Aku panik, mereka mau apakan diriku? apalagi dihadapanku sudah berdiri kak Aldi yang menatapku tajam.

“ Kak apa-apaan ini? ”, Tanyaku. Sambil berusaha melepaskan diri.

“ Pakai bertanya lagi, guys sikat dia ”, Ujar kak Aldi. Tanpa menghiraukan pertanyaanku.

Hari itu sungguh kejadian mengerikan sekaligus menjijikan yang aku alami dalam hidup ini. Kejadian dimana, harga diriku dan tubuhku rusak serta hancur berkeping-keping.

“Inilah akibatnya jika coba melawan kami”, Ujar kak Aldi. Sambil menamparku 3 kali. Lalu pergi begitu saja meninggalkanku.

Beberapa saat kemudian, dengan langkah tertatih menahan perih dan sakit akupun mulai berjalan keluar. Orang-orang sekitar hanya memandangku bahkan terkesan mengabaikan.

“Ibu, aku sudah tak sanggup lagi mereka jahat bu, mereka semua gila, bawa aku pergi dari sini bu”, Ucapku. Sambil terisak.

Saat melihat truk dari kejauhan, tanpa pikir panjang langsung saja kutabrakkan diri ini pada truk yang sedang melaju itu, dan Sebelum benar-benar menutup mata, akhirnya setelah selama 16 tahun hidup aku dapat melihat ibuku sedang tersenyum kepadaku.

“Ibu, aku datang…”, Ucapku. Sambil membalas senyumannya.

TAMAT

Penulis : Rose Nere
Editor: Redaksi

Tim Redaksi

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *