Dalam Rangka Pemilu Damai 2024, Sahabat Adhyaksa Kejati Sultra Gelar Koordinasi bersama Polda Sultra dan Sultrademo

Kendari, Objektif.id – Sahabat Adhyaksa Kejati Sultra berkolaborasi bersama Pokdar Kamtibmas Polda Sultra, dan Sultrademo Pemantau Pemilu menggelar koordinasi di Mapolda Sultra pada, Rabu (15/11/2023).

Kegiatan ini bertajuk kampanye semarak keadilan pemilihan umum dengan mengangkat tema “Mitigasi Tindak Pidana Pemilu 2024, Menuju Indonesia Emas 2045”.

Ketua Umum Sahabat Adhyaksa Kejati Sultra Laode Hidayat, mengatakan acara ini merupakan wadah pemberian edukasi kepada masyarakat dan pihak penyelenggara pemilu untuk menyukseskan jalannya pesta demokrasi berkualitas dan damai sesuai dengan agenda Indonesia Emas 2045.

“Mengapa demikian karena bangsa ini ada agenda terkait Indonesia Emas 2045 dan agenda tersebut bisa kita capai apabila bangsa ini mengalami status politik yang berkualitas apa lagi kita pesta demokrasinya sekarang adalah pemilu serentak,” ungkapnya.

Ia juga menambahkan bahwa fokus kegiatan ini berada pada masalah yang sering terjadi pada saat berlangsungnya pemilu maupun pasca pemilu.

“Biasanya dalam proses pemilu ataupun setelahnya terdapat banyak masalah yang timbul seperti ujaran kebencian dan money politik, nah untuk itulah kita sosialisasikan melalui edukasi agar bangsa kita cerdas secara politik,” sambungnya.

Hidayat berharap kampanye semarak keadilan ini dapat menyentuh hingga ke pelosok-pelosok desa.

“Supaya masyarakat daerah dengan masyarakat di kota itu punya pemahaman yang sama terkait materi yang kami kampanyekan,” harapnya.

Diketahui, Sahabat Adhyaksa Kejati Sultra ini akan kembali menggelar kampanye semarak keadilan di 17 kabupaten kota yang nantinya akan bekerjasama dengan Kejari dan Bawaslu masing-masing kabupaten.

Penulis: Tesa Ayu Sri Natari

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Mahasiswa Diwajibkan Merogoh Kocek Untuk Wisuda, Efektifkah?

Objektif.id – “Habis gelap terbitlah terang” begitulah kata pepatah yang sangat relate dengan kehidupan para mahasiswa, karena seperti yang kita tahu dari mulai menjadi seorang mahasiswa mereka tiada hentinya berjuang mati-matian hingga berhasil meraih gelar sarjana yang diinginkan melalui prosesi wisuda.

Wisuda adalah sebuah momen berharga yang dirayakan oleh para mahasiswa yang telah menyelesaikan studi akademiknya. Para wisudawan ini biasanya akan menggunakan baju toga yang menjadi simbol keberhasilan mereka dan kemudian dapat ditunjukkan kepada orang-orang tersayang. Namun, apa jadinya jika momen tersebut terdapat transaksi di dalamnya?

Well, sayang seribu sayang masih banyak universitas-universitas yang mewajibkan mahasiswanya membayar demi menikmati momen wisuda yang telah dinanti itu. Biaya yang dikenakan pun bisa dibilang tidak sedikit, sebagai contoh salah satu PTN ternama UI biaya wisudanya dikenakan sejumlah 1 juta rupiah disertai sumbangan sejumlah Rp300.000. Sedangkan, untuk universitas lain yang mana hanya untuk pendaftaran saja dibebankan dengan biaya mencapai Rp 2 juta dan ini belum termasuk biaya tambahan lainnya.

Disisi lain, untuk “Kampus Biru” sendiri biaya yang dikeluarkan hanya untuk pembelian baju toga serta sewa hotel sejumlah Rp450.000. Dilihat dari segi harga yang dibebankan dari pihak kampus biaya ini bisa dibilang tidak sedikit dan tidak banyak juga.

FYI, kewajiban membeli atribut wisuda ini, disertai dengan nota pembayaran merupakan bagian dari syarat untuk pengambilan ijazah.

Nah, selaras dengan hal diatas, penulis telah merampung pendapat dari beberapa mahasiswa yang telah wisuda tahun ini ada yang tidak sepakat dan sebagian lagi mengaku tidak apa-apa akan biaya tersebut.

Sebut saja Paijo dan Painem yang merupakan Alumni wisudawan yang tidak sepakat tentang hal itu.

“Untuk harga Rp450.000 itu bagi saya kurang efektif karena hanya dipakai sekali untuk berfoto setelah itu pakaiannya hanya menjadi kenang-kenangan saja,” ungkap mereka saat diwawancarai online oleh Objektif.id (06/11/2023).

Sementara itu, sebut saja Juminten dan Sumarni tidak mempermasalahkan biaya yang dibebankan tersebut.

“Tidak apa-apa mengeluarkan uang segitu untuk yang terakhir kalinya, karena baju tersebut sudah menjadi hak milik kita dan juga sebagai tanda perjuangan kita selama kuliah,” ucapnya.

Hm, berdasarkan ketidakseimbangan argumentasi yang di atas maka, penulis menyimpulkan bahwa terkait pembayaran untuk wisuda ini efektif ataupun tidak itu kembali ke pribadi masing-masing setiap orang.

Terakhir, baru-baru ini telah ramai diperbincangkan sistem wisuda UNS yang terbilang beda dari sistem wisuda pada umumnya, yang di mana mereka telah menghilangkan biaya administrasi serta menyewakan saja atribut wisuda kepada para mahasiswa. Semoga saja universitas lain dapat mencontoh UNS terutama untuk “Kampus Biru” kita tercinta karena dengan mengubah sistem wajib beli dengan sewa-menyewa juga tidak merugikan dua belah pihak baik dari pihak kampus maupun mahasiswa.

Penulis: Tesa Ayu Sri Natari

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Maraknya Pelecehan Seksual dan Ketabuannya Dalam Pandangan Masyarakat Indonesia

Objektif.id – Kriminalitas merupakan aktivitas yang melanggar hukum dan norma masyarakat. Dalam era globalisasi saat ini, kriminalitas semakin merajalela, seperti contohnya saja tindakan kriminal pelecehan seksual yang sudah sangat kompleks terjadi dan sulit untuk ditangani.

Saat ini, isu pelecehan seksual atau kekerasan seksual menjadi topik yang hangat diperbincangkan masyarakat luar negeri maupun dalam negeri, dikarenakan hampir setiap tahunnya terjadi. Adapun, pelecehan seksual ini, dapat terjadi di mana saja dan tertimpa oleh siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang yang sudah lanjut usia pun bisa menjadi korban akibat dari aksi kekerasan ini.

Dihimpun, dari data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemenpppa RI) terhitung sejak 1 Januari 2023 hingga sekarang telah terjadi kasus pelecehan seksual sebanyak 21.920 kasus dengan korban laki-laki sekitar 4.497 sedang korban perempuan sekitar 19.388. Adapun, tempat kejadian pelecehan seksual tersebut paling banyak berada di lingkup rumah tangga dengan kasus mencapai 13.423 kejadian.

Sungguh ironis melihat negeri tercinta kita rentang terjadi pelecehan seksual. Apalagi, melihat data tersebut yang paling banyak terjadi berada di lingkungan keluarga, yang mana sejatinya menjadi tempat hunian teraman. Namun, nyatanya tidak seperti itu.

Pornografi Pemicu Utama Terjadinya Pelecehan Seksual

Ya, tidak salah lagi salah satu faktor utama yang menjadikan seseorang melakukan tindakan seksual kepada orang lain disebabkan oleh konsumsi tayangan pornografi.

Sebelum ke pembahasan selanjutnya bagi yang belum tahu pornografi itu menurut KBBI adalah “penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi.” Singkatnya pornografi itu adalah sebuah alat yang digunakan untuk memenuhi hasrat biologis manusia.

Jadi, kenapa pornografi se-berbahaya itu? Jika ditelisik dari faktor psikologis, visual yang terdapat dalam tayangan pornografi secara otomatis akan tersimpan dan terekam berulang kali dalam otak. Terutama jika hal ini terjadi kepada anak-anak maupun remaja yang bila terpapar dengan konten berbau pornografi maka hal ini akan menciptakan kebingungan baru, stress, kecanduan hingga puncaknya mereka tidak segan melampiaskan hasrat mereka terhadap orang lain yang mereka temui.

Seperti yang terjadi pada kasus pelecehan seksual di 2021 lalu dilansir dari Republika.co.id berdasarkan laporan dari Kemenpppa bahwa telah terjadi kasus pemerkosaan dan pembunuhan di Bandung yang dilakukan oleh remaja pria berusia 17 tahun kepada korban perempuan berusia 10 tahun. Hal ini terjadi karena kecanduannya terhadap pornografi.

Itulah, teman-teman dalam mencegah hal tersebut peran orang tua sangat penting untuk menjauhkan anak dari jangkauan perilaku negatif terutama yang berbau pornografi. Melihat sekarang semakin canggihnya teknologi maka, akses untuk ke sana pun semakin mudah. Waspadalah dalam berselancar jangan terlalu mendalami.

Pendidikan Seksual Masih Menjadi Hal Tabu Untuk Dibicarakan

Kenapa masih maraknya terjadi kasus pelecehan seksual atau kekerasan seksual? Dikarenakan masyarakat kita belum melek akan ajaran seksualitas. Indonesia sebagai sebuah negara yang masih kental akan budaya dan agama menjadikan pembahasan seksualitas masih tabu dalam masyarakat.

Hal tersebut dikarenakan mereka masih mempertahankan stigma bahwa jika membahas hal-hal yang mengandung seks akan merusak norma dan nilai-nilai budaya yang telah berlaku sejak turun-temurun. Selain itu, masih kental dalam pikiran masyarakat Indonesia menjadikan korban perempuan dari tindak kekerasan seksual sebagai pihak yang bersalah dan bertanggung jawab penuh atas kejadian tersebut. Sungguh miris, untuk itulah melalui tulisan ini semoga pemikiran-pemikiran seperti itu sudah tidak ada lagi dalam lingkungan masyarakat.

FYI, perlu diketahui bahwa pelajaran seksualitas itu sangat penting, karena di dalamnya terdapat banyak unsur mengenai tubuh kita secara mendalam. Selain itu, dengan adanya pendidikan seks yang dimulai sejak dini dapat mencegah timbulnya orientasi seksual menyimpang, mencegah terjadinya kehamilan usia dini, dan yang paling penting membuat mereka lebih menghargai lawan jenisnya sehingga tidak terjadilah yang namanya tindak pelecehan seksual.

Sekarang ini, Pemerintah Indonesia juga sudah mulai mengadakan sosialisasi terkait pentingnya pendidikan seksual. Jadi, yuk kita juga mulai buang jauh-jauh stigma yang mengatakan bahwa seksualitas itu tabu demi mewujudkan bangsa yang cerdas dan berbudi pekerti.

Penulis: Tesa Ayu Sri Natari

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Persahabatan Si Miskin dan Si Kaya

Objektif.id – Alkisah terdapat seorang sahabat yang telah bersama-sama sejak kecil. Kedua sahabat ini bernama Rayyan dan Andi. Rayyan yang merupakan seorang anak saudagar kaya, namun memiliki keterbatasan fisik yaitu ia tidak bisa melihat. Sedangkan, Andi hanyalah seorang anak petani yang rajin dan tekun.

Di suatu pagi yang cerah diselingi kicauan burung, Andi terlihat berlari menghampiri sebuah rumah mewah dipertengahan desa. Rumah tersebut tak lain dan tak bukan adalah rumah sahabat kecilnya Rayyan. Tujuan Andi ke rumah berniat mengajak Rayyan belajar bersama dikarenakan keterbatasannya ia diharuskan homeschooling oleh orangtuanya.

“Assalamualaikum, Rayyan ada mang?” Tanya Andi kepada satpam yang berjaga di pos depan rumah Rayyan.

“Iya den, mari silahkan masuk.” Jawab satpam.

Andi bersama dengan satpam melangkah menyusuri rumah yang mewah tersebut menuju kamar sang putra tunggal keluarga itu. Setelah sampai di depan kamar, sang satpam pamit undur diri kemudian Andi pun mengetuk pintu yang berukiran rumit tersebut. Pintu terbuka memunculkan seorang pria yang memegang tongkat untuk menunjang penglihatannya.

“Ray, yuk ikut aku belajar bersama anak-anak!” Seru Andi. Mendengar hal tersebut Rayyan pun menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia setuju untuk ikut.

Singkat cerita,,, mereka berdua pun telah sampai ke tempat tujuan. Tempat tersebut ialah sebuah gubuk di pinggir ladang yang memang biasa digunakan oleh anak-anak sekitar untuk belajar maupun mengaji.

“Assalamualaikum adik-adik!” Seru Andi dan Rayyan.

“Waalaikumsalam kak Andi dan kak Rayyan.” Balas anak-anak tersebut.

Tempat itu pun seketika di isi oleh seruan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan anak-anak kepada Andi dan Rayyan terkait materi yang disampaikan dan masih banyak lagi yang mereka lakukan. Andi pun melihat sahabatnya Rayyan yang sedang bercanda-gurau bersama anak-anak, dalam hati ia berjanji bahwa akan selalu mengukir senyuman digaris wajah sahabatnya itu.

Itulah kisah persahabatan sederhana antara Andi dan Rayyan yang menjadi bahwa status sosial itu tidak penting dalam persahabatan.

TAMAT

Penulis: Tesa Ayu Sri Natari

Editor: Melvi Widya

Dua Sisi

Objektif.id – Dua sisi di sini adalah sebuah kondisi, latar belakang, dan perasaan dari seseorang yang tersembunyi atau dapat dikatakan hanya tuhan dan ia seorang saja yang tahu.

Kisah ini bercerita tentang dua kehidupan yang berbeda, dimana terdapat dua anak manusia yang berusaha bertahan dari jerat derita yang mereka alami.

Kisah pertama, seorang pria bernama Aldan merupakan remaja 18 tahun yang berasal dari keluarga terpandang. Orang-orang jika melihat statusnya pasti berpikiran bahwa kehidupannya bahagia dan tercukupi. Namun, yang tidak semua orang tahu adalah kehidupannya jauh dari kata bahagia.

Semuanya bermula pada kejadian dua tahun lalu. Aldan saat itu tengah mengendarai mobilnya selepas dari sekolah. Saat di persimpangan jalan rem mobilnya tiba-tiba blong, ia mencoba mengendalikan mobilnya namun naasnya takdir berkata lain, mobil tersebut oleng kemudian menabrak dan menewaskan sebuah pengendara motor yang di kendarai oleh seorang ibu yang sedang membonceng anaknya.

Kejadian tersebut berlalu begitu cepat. Persidangan pun di mulai yang tentunya dimenangkan oleh pengaruh privilege keluarga Aldan. Namun, sayangnya akibat dari peristiwa itu hanya menyisakan perasan trauma yang mendalam hingga percobaan mengakhiri hidup tak luput ia lakukan. Jika saja ia tidak meminum pil penenang mungkin ia tak akan bertahan hingga detik ini. Ibaratnya, jasadnya utuh, tetapi jiwanya mati.

Kisah kedua, bercerita tentang seorang perempuan bernama Ana berusia 14 tahun dan berasal dari keluarga menengah tidak kaya dan tidak miskin juga. Ia merupakan seorang gadis yang ceria, mudah bergaul, dan tentunya senang menolong orang yang kesusahan.

Dibalik sifatnya yang ceria ada tertanam sebuah rahasia yang bahkan keluarganya sendiri pun tidak mengetahuinya. Yah, ia terjangkit penyakit leukimia akut yang kapan saja dapat merenggut jiwa-raganya. Penyakit ini diketahuinya dua tahun lalu, saat setiap kali kepalanya sering sakit dan juga kadangkala mimisan.

Bukannya tidak ingin memberitahukan hal tersebut kepada keluarganya hanya saja, ia tidak sanggup melihat kesedihan yang terpancar dari raut wajah keluarganya. Mengingat kedua orang tuanya juga harus bekerja keras untuk membiayai sekolah adik dan kakaknya.

Ana di usianya yang masih terbilang di bawah umur harus dipaksa dewasa oleh keadaan. Kehidupannya sekarang, selalu tergantung pada obat-obatan hingga tiba saatnya obat tersebut tak mampu lagi menunjang kehidupannya. Sedang, untuk menjaga kewarasannya tetap stabil yang dapat dia lakukan hanyalah terus berdoa kepada Tuhan.

TAMAT

Penulis: Tesa Ayu Sri Natari
Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Mengenal Animasi dan Alasan Orang Dewasa Masih Senang Menikmatinya

Objektif.id – “Tidak usah malu kalau hobimu nonton anime ataupun kartun, karena ribuan orang di luaran sana lebih hobi nonton aib orang lain”- Dodit Mulyanto.

Animasi adalah sebuah seni gambar yang bergerak cepat untuk menciptakan suatu ilusi tertentu. Animasi terbagi menjadi beberapa bagian yaitu; Animasi 2D, Animasi 3D, Infografis (slide PowerPoint), Stop Motion, Motion Graphic (video konten promosi), dan Isometric.

Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk mengenal animasi, penulis akan sedikit memaparkan tentang sejarah animasi yang perlu diketahui bahwa dalam perkembangannya melewati proses yang tidak instan. Berawal dari tahun 1900-1930 (The Silent Era). Pada masa ini, manusia sudah mulai bermain ilusi gambar hitam-putih tanpa narasi dan dibuat dengan alat seadanya. Animasi terkenal pada saat itu ialah animasi Mickey Mouse oleh Walt Disney.

Memasuki The Golden Age Of Animation (1930-1960) animasi sudah menggunakan warna, kemudian pada masa The American Television Era (1960-1980), animasi sudah mulai ditayangkan secara komersial yakni pada siaran saluran TV, hingga akhirnya pada Modern Era (1980-now) animasi semakin berkembang pesat dengan adanya teknologi sehingga orang-orang tidak hanya dapat menikmati animasi melalui TV, tetapi juga bisa mengaksesnya dari platform lain seperti YouTube, Disney Hotstar, dan lainnya.

Dampak – Dampak Perubahan Animasi di Era Sekarang

Sering kita kenal animasi merupakan sebuah tontonan yang dikhususkan untuk anak-anak. Namun, apakah kalian tahu? bahwa animasi atau sinema kartun ini ternyata dapat ditonton di seluruh kalangan usia bahkan terkadang ada yang hanya dikhususkan untuk kategori tertentu.

Kita pasti sudah sering melihat sebuah tanda seperti G, PG-13, R, dan D/NC-17. Tanda-tanda ini adalah rating usia dalam sebuah film maupun sinetron. Disinilah perlunya kita mengetahui simbolik-simbolik seperti itu, karena tiap simbolnya memiliki makna yang berbeda-beda jika G (semua usia), PG-13 (usia 13 tahun kebawah), R (usia 17 tahun kebawah), sementara D/NC-17 (usia 18 tahun keatas).

Tidak hanya persoalan tanda rating usia, tetapi yang memprihatinkannya adalah animasi era sekarang ini telah banyak memuat unsur LGBT di dalamnya contohnya animasi Lightyear yang sempat viral di tahun 2022, karena isi ceritanya sangat kental akan LGBT. Tentunya hal seperti ini harus dihindari karena akan berdampak pada psikologis seksualitas pada anak. Jadi, peran orang tua sangat penting dalam memilih tontonan kepada anak-anak meskipun tontonan tersebut hanyalah sebuah animasi semata.

Orang Dewasa dan Kartun

Teman-teman pernah kepikiran tidak sih kenapa orang-orang senang menonton kartun terkhususnya pada orang dewasa? well, ternyata menonton kartun dapat memberikan dampak positif secara psikologis kepada orang dewasa.

Seperti yang kita tahu bahwa orang dewasa terkenal dengan slogannya yaitu “waktu adalah uang”. Saking sibuknya sehingga membuat mereka tidak memiliki waktu yang banyak untuk sekedar refreshing ke tempat-tempat wisata dan pada akhirnya mereka lebih memilih alternatif lain dengan menonton sebuah film di platform nonton online. Namun, bukannya menonton film yang diperankan oleh orang asli sebaliknya beralih menonton film yang berjeniskan animasi untuk menghilangkan kejenuhan yang mereka miliki.

Selain itu, beberapa dari mereka mengaku menonton kartun karena suka dan hobi dalam hal ini yang dimaksudkan adalah anime yang merupakan animasi dari negeri sakura Jepang. Anime ini mempunyai berbagai macam genre beserta alur cerita yang unik, inspiratif, visual yang memanjakan mata, dan jangan lupakan juga yang memang rata-rata ditujukan untuk penonton dewasa. Orang dewasa juga masih senang menonton kartun dikarenakan merasa bernostalgia hanya bermodalkan dengan menonton kartun saja dapat mengingatkan mereka tentang kenangan-kenangan indah di masa kecil dulu.

Penulis : Tesa Ayu Sri Natari
Editor: Melvi Widya

Untukmu yang Abadi

“Jika kamu membuat seorang seniman jatuh hati, maka saat itu juga kamu dinyatakan abadi dalam karyanya”…

Objektif.id – “Krieeettt”, Suara pintu terbuka.

Aroma lilin terapi dipadu dengan semerbak bau cat dan kanvas di sebuah ruangan yang dibuka oleh seorang wanita. ia pun mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan yang dipenuhi lukisan wajah seorang wanita dengan berbagai macam ekspresi. Satu yang menarik perhatian wanita itu adalah dimana di tengah ruangan bertengger kursi dan kanvas di depannya yang tertutup oleh kain merah.

Si wanita pun berjalan menuju ke arah kursi itu berada. Setelahnya, ia melihat sebuah buku tergeletak begitu saja di kursi itu yang dililit dengan benang merah. Ia pun kemudian duduk sambil membuka lilitan di buku itu dan mulai membuka lembaran pertama…

3 Januari 1998
Seperti biasa aku menjajakan lukisanku kepada orang-orang di pinggir kota. Saat itu juga aku melihatmu. Senyuman yang selalu kamu berikan kepada para pelanggan tak henti-hentinya selalu membuatku tersihir. Hingga saat aku sedang melukis, tanpa kusadari aku malah melukis wajahmu. Rasanya sangat malu sekaligus lucu. Mungkin ini yang dinamakan orang-orang cinta. Aku harus akui itu bahwa aku telah jatuh cinta kepadamu.

3 Februari 1998
Setiap kali aku melihatmu bahagia jantung ini selalu berdebar tak karuan. Suatu hari aku mendapatkanmu tiba-tiba menangis dan murung hatiku ikut sakit melihatnya. Aku sangat ingin menghampiri dan bertanya apa yang telah membuatmu bersedih sedemikian rupa, sekaligus menghapus butiran air mata yang mengalir di pipimu. Namun, aku terlalu takut dan pengecut yang dapat kulakukan hanyalah memandangmu dari kejauhan.

5 Februari 1998
Hari ini aku terbangun dengan badan yang lemas dan kepala yang pusing. Aku pun memeriksakan diri ke dokter. Namun, bukannya mendapatkan solusi atas sakit yang kuderita yang ada malah hanyalah sebuah kabar buruk yang membuat kepalaku bertambah sakit saat mendengarnya. Dimana, ternyata aku mengidap kanker darah stadium akhir. Ya sebuah penyakit yang bisa kapan saja merenggut nyawaku. Tuhan apakah harus secepat ini? Apakah aku tidak akan diberi kesempatan lagi untuk merasakan setitik kebahagian?.

6 Februari 1998
Kejadian kemarin bagaikan mimpi buruk bagiku. Setiap kali mengingat dirimu, bayang-bayang akan penyakit itu juga ikut melintas dalam pikiranku. Tuhan, ku mohon cukup sebentar saja biarkan aku setidaknya dapat bersamanya. Setelah itu terserah padamu Tuhan aku pasrahkan diri ini.

8 Februari 1998
Hari ini, tidak ada angin atau hujan kamu tiba-tiba saja datang menghampiriku dan mengajakku berbincang sambil memakan roti di trotoar tempat biasa aku menjajakan lukisanku. Tentunya aku senang sekali, karena semalam doaku seakan di ijabah oleh Tuhan. Terima kasih Tuhan, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang kudapat ini.

3 Oktober 1998
Semenjak peristiwa makan roti bersama hari itu, kami jadi lebih sering berbincang tentang kehidupan kita masing-masing. dan pada malam ini kami akan pergi dinner serta aku akan mengutarakan isi hatiku untuk melamarnya. Aku tak henti-hentinya berdoa semoga Tuhan memperlancarkan niatku ini.

10 Oktober 1998
Hari ini adalah hari pernikahanku. Semuanya bagaikan mimpi bagiku yang dimana semula aku hanya dapat memandangmu dari jauh, sekarang aku dapat melihatmu sedekat ini berdiri tepat di sampingku. Di tengah menyalami para tamu undangan kepalaku tiba-tiba terasa sangat sakit dan semuanya gelap. Saat aku terbangun, aku sudah berada di rumah sakit kemudian aku melihatmu dengan masih balutan gaun pengantin tertidur di kursi samping brankar rumah sakit. Hatiku serasa teriris belati yang tajam saat melihat bagaimana aku melihatmu dengan keadaan seperti ini. Maafkan diriku yang tidak berdaya ini. Karena, keinginanku untuk merasakan kebahagiaan sebelum malaikat menjemputku aku harus bersikap egois dan pengecut hanya untuk bersamamu.

30 Desember 1998
Sudah seminggu, sejak kita bertengkar. Dikarenakan aku tidak ikut pergi menghabiskan malam tahun baru bersama, dan berakhir kamu pergi meninggalkanku sendiri di rumah ini. Kurasa sudah seharusnya seperti itu. Karena, jika kamu tetap di rumah ini hingga pergantian tahun nanti maka itu artinya kamu harus melihatku untuk pergi selama-lamanya. Sungguh aku tidak sanggup jika harus melihatmu bersedih…
Untukmu, saat kamu menemukan buku ini mungkin aku sudah tiada. Sebagai permintaan maafku karena telah menutupi penyakit yang kuderita darimu, aku hanya dapat memberikan sebuah lukisan ini kepadamu Semoga kamu suka ya. Satu lagi entahlah ini sekedar firasat atau bukan tapi aku yakin bahwa anak kita nantinya akan terlahir kembar, berikanlah mereka nama Amaranggana yang artinya bidadari dan Narendra yang berarti raja. Maaf ya, aku tidak bisa menemanimu melewati masa-masa kehamilan hingga melahirkan. Namun, percayalah bahwa aku akan tetap mengawasimu dari atas nanti. Berbahagialah, selamat tinggal, Ti Amo.

Kembali ke masa sekarang…

Setelah menutup lembaran terakhir, sambil menangis tersedu-sedu Si wanita bangkit dari kursi yang didudukinya dan mulai melangkah secara perlahan-lahan ke depan mendekati sebuah kanvas yang tertutupi kain merah. Ia pun membuka kain itu, dan alangkah terkejutnya dia melihat sebuah lukisan yang menggambarkan seorang wanita diapit oleh dua orang anak kecil. ia semakin menangis lirih. Dadanya kian sesak disertakan berbagai kalimat penyesalan yang tak luput terucap dari mulutnya karena ketidakpekaan-nyalah suaminya harus menanggung semuanya sendirian.

TAMAT

Penulis: Tesa ASN
Reporter: Melvi Widya

HMI Cabang Kendari Soroti Usulan Wakil Ketua Komisi X DPR RI

Kendari, Objektif.id – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Kendari soroti usulan Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf yang melibatkan Aparat Penegak Hukum (APH) sebagai pembina Bimbingan penyuluhan (BP) di lingkungan sekolah. (05/10/2023)

Dede Yusuf, melalui rilis kepada parlementaria (3/10) beranggapan bahwa hal ini sebagai bentuk pemberian sanksi disiplin dan guru hanya sebatas mengajar saja juga berdasarkan revisi Permendikbud nomor 46 tahun 2023 tentang Pencegahan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan (PPKSP).

Di sisi lain, HMI cabang Kendari melalui bidang Pembinaan Anggota (PA), Zuhur Lamade tidak sepakat akan usulan yang dilakukan Wakil Ketua Komis X DPR RI tersebut, karena menilai bahwa APH ini tidak memiliki ilmu mendasar dan hanya mencoreng nama baik Bimbingan dan Konseling (BK).

“Secara keilmuan bahwa pengusulan Babinsa sebagai guru BK tidak tepat karena tidak memiliki latar belakang keilmuan untuk berdiri di bidang itu sehingga melahirkan stigma bahwa guru BK yang seharusnya menjadi sahabat siswa justru nampak polisi di sekolah,” bebernya.

Ia juga mempertanyakan masa depan mahasiswa(i) dari lulusan Bimbingan dan Konseling (BK), juga mengharapkan pemerintah mencabut usulannya dan fokus kepada fasilitas penunjang program ke-BK-an.

“Saya pikir banyak penelitian di sekolahan oleh mahasiswa bimbingan dan konseling seharusnya menjadi rujukan dalam membangun kebijakan serta lebih baik program guru BK mendapat dukungan dari sistem karena masih banyak sekolah yang tidak memiliki ruangan konseling jadi, usulan itu saya harap tarik kembali karena ini bukan menyelesaikan masalah namun menambah masalah,” pungkasnya.

Penulis: Tesa
Editor: Melvi

Fenomena Respon Dosen Kepada Mahasiswa Berdasarkan Muka

Objektif.id – Dunia perkuliahan adalah proses akhir seorang pelajar dalam menempuh pendidikan yang disebut universitas atau institut. Adapun, lingkungan perkuliahan menghadirkan beberapa fasilitas penunjang akademik dan juga interaksi sosial antar rekan mahasiswa maupun para tenaga pendidik.

Berbicara tentang interaksi sosial antara tenaga pendidik/dosen dengan mahasiswa merupakan suatu hal yang sangat penting, namun meskipun begitu banyak keluhan dari beberapa mahasiswa yang merasa bahwa sang dosen pilih kasih terutama dalam hal penginputan nilai yang dimana nilai mahasiswa yang jarang hadir, jarang kumpul tugas nilai akhirnya atau IPK-nya malah lebih bagus dibandingkan mahasiswa lainnya. Hm, sangat suspicious right? Apakah mahasiswa ini menggunakan sistem orang dalam? Who knows that.

Ada juga kasus serupa yang sudah familiar di telinga kalangan mahasiswa yaitu diacuhkan dosen pembimbing dimana saat di chat ataupun di telepon untuk pengajuan judul proposal malah message hanya di read dan telepon tidak responsif ditambah sang dosen pembimbing ini keberadaannya sangat susah ditemukan di kampus jadi, dia harus melalui chat terlebih dahulu, namun yang ada malah sebaliknya. Sungguh miris sekali niat ingin mencapai target lulus tepat waktu malah harus tertunda dikarenakan situasi yang seperti ini.

Sikap acuh yang dilakukan dosen tidak sampai disitu saja, tetapi juga ada beberapa oknum dosen yang over responsif mahasiswa yang good looking plus orang tuanya memiliki jabatan di pemerintahan, karena saking overratednya banyak mahasiswa yang kurang nyaman akan hal tersebut misalnya, mahasiswa good looking ini selalu dipuji setiap si dosen ini masuk padahal mahasiswa ini tidak memiliki pencapaian bahwa ia layak untuk dipuji. Bukti nyata bahwa pendidikan kita terbelakang, karena bukannya memberikan ilmu yang bermanfaat sebagaimana tugas tenaga pendidik malah sibuk mencari muka.

Dari sekian banyak permasalahan antara dosen dan mahasiswa, penulis juga akan memberikan sebuah tips cara menghadapi sikap dosen yang acuh tak acuh dan pilih kasih yaitu :

1. Belajar untuk terbuka dan sampaikan perasaan tidak nyaman kepada dosen yang dirimu anggap pilih kasih.

2. Jika, cara pertama tidak berhasil maka dapatkanlah dukungan dari teman ataupun pihak yang berwenang yakni pimpinan kampus dengan adanya campur tangan dari pihak berwenang maka akan meminimalisasi perilaku dosen yang tidak mencerminkan tenaga pendidik.

3. Tunjukkan pencapaian dan keberhasilan kamu selama mengikuti mata kuliah yang ia bimbing. Adapun, jika merasa perhatian dosen hanya kepada orang-orang good looking cukup hiraukan dan fokus kepada tujuan utama kamu berkuliah tips ini berlaku jika peristiwa tersebut tidak mempengaruhi nilai akademisi kamu.

4. Terakhir, jika kamu sudah frustasi menghadapi sikap dosen yang seperti itu jalan satu-satunya yaitu mencari dosen pengganti. Semoga bermanfaat tipsnya.

Penulis : TN

Editor: Melvi Widya