Parah, Oknum Dosen IAIN Kendari “Larang” Mahasiswa Ikuti Perkuliahan Karena Tidak Bawa Buku Tulis

Kendari, Objektif.id – Seorang mahasiswa bernama Harpan Pajar di Kampus IAIN Kendari Sultra tampak siap mengikuti perkuliahan. Namun, semangatnya harus berakhir dengan kekecewaan sebab salah satu oknum dosen inisial (KNS) mengeluarkan dirinya dari ruangan perkuliahan karena tidak membawa buku tulis.

Peristiwa yang dialami Harpan pada, Jumat (28/06/2024) sekitar Pukul 10.35 Wita itu bermula ketika dirinya hendak mengikuti mata kuliah Etika Bisnis Islam yang merupakan salah satu mata kuliah di jurusan Ekonomi Syariah yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI).

Harpan Pajar yang merupakan Demisioner Ketua Senat Mahasiswa (SEMA) IAIN Kendari periode 2023 – 2024 mengaku, menyesalkan tindakan arogansi oknum dosen yang dilakukan pada dirinya. Sebab dirinya tidak menyangka akan disuruh keluar dari ruangan hanya karena tidak membawa buku tulis.

“Saya juga kaget sampai baju saya ditarik untuk meninggalkan ruangan, sementara selama ini semua arahannya sebagai dosen saya turuti, sudah sering saya masuk kuliah tidak bawa buku. Tapi tiba-tiba disuruh keluar hanya karena tak bawa buku tulis, saya kira itu tindakan yang tidak adil”, bebernya.

Ia juga mengungkapkan bahwa sikap oknum dosen tersebut adalah praktik otoriter, karena oknum dosen tersebut mengatakan bahwa diruang perkuliahan merupakan kelas dosen.

“Dosen yang bersangkutan juga mengatakan bahwa kelas yang ia masuki adalah kelasnya, kalau seperti itu dimana letak demokratisnya. Dan perkataan itu disaksikan oleh mahasiswa lain yang ada di kelas,” ungkapnya.

Aksi oknum dosen tersebut menuai kritik dari Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Ekonomi Syariah, M. Safaruddin Asri. Ia mengatakan, jika perbuatan tersebut bagian dari pembungkaman hak akademik serta ketidakadilan yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa.

“Tidak masuk akal hanya karena tidak bawa buku baru mau di kasih keluar dari ruang kelas. Tidak adil itu. Apakah tidak bawa buku tulis mahasiswa tidak bisa mendapatkan hak akademiknya. ini kan konyol”, imbuhnya.

Sebelum berita ini diterbitkan, dosen yang bersangkutan telah dihubungi namun dosen tersebut memblokir WhatsApp dari tim Objektif.id yang ingin mengkonfirmasi peristiwa yang terjadi.

 

Penulis: Al-izar
Editor: Melvi Widya

Melonjaknya Kasus DBD, HMI Sultra Minta Pemerintah Lebih Perhatikan Masyarakat

Kendari, objektif.id – Selama beberapa pekan ini, masyarakat Sulawesi Tenggara tengah dirisaukan dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terus meningkat. Oleh karena itu, HMI cabang Sultra sebagai perwakilan suara rakyat menekankan kepada Pemprov segera terjun memperhatikan masyarakat, (9/2/2024).

Wasekum Badko HMI Sultra, Sarlan Lario, mengatakan akibat derasnya arus lonjakan orang yang terjangkit DBD membuat sejumlah rumah sakit kewalahan menangani hal tersebut.

“Kami memperhatikan ada beberapa rumah sakit menempatkan pasiennya di lorong-lorong rumah sakit, karena terlalu banyak pasien DBD, untuk itulah kita semua harus terlibat dalam kasus ini khususnya masyarakat kota Kendari dengan memperhatikan lingkungan sekitar rumah tetap bersih, tidak membuang sampah sembarangan, dan selalu membersihkan bak air,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Sarlan juga melakukan sejumlah aksi bersama para relawan untuk membantu masyarakat menangani kasus DBD tersebut.

“Kami juga mengundang kepada segenap relawan-relawan yang ada di kota Kendari untuk menyisihkan sebagian hartanya membantu masyarakat Sulawesi Tenggara melakukan langkah-langkah pencegahan agar anak-anak kita serta saudara-saudara kita bisa terhindar dari gejala DBD,” pungkasnya.

Diketahui, berdasarkan catatan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Sultra, bahwa Kasus DBD dari Desember hingga pertengahan Januari 2024 telah mencapai 494 kasus. Kota Kendari beserta Konawe Selatan masuk kategori daerah rawan terjangkit DBD.

 

Penulis: Tesa Ayu Sri Natari
Editor: Melvi Widya

Aniaya Warganya Hingga Babak Belur, Oknum Kades di Konawe Selatan Dilaporkan ke Polisi

Kendari, Objektif.id – Diduga oknum Kepala Desa (Kades) Desa Tetesingi, Kecamatan Mowila, Kabupaten Konawe Selatan (KonSel) dengan inisial AY menganiaya warganya sendiri, inisial RV (17), hingga babak belur.

Sami (48), orang tua korban, mengatakan peristiwa itu terjadi pada Selasa (26/12/2023) sekitar pukul 17.30 WITA di rumah pelaku.

Sami mengaku sebelum terjadi pemukulan, awalnya kades tersebut meminta salah satu oknum aparat desa untuk memanggil korban RV datang menemuinya di rumahnya dengan alasan urusan tetangga.

Sami juga mengungkapkan, sempat memberi tawaran kepada utusan kades tersebut untuk menunda panggilan itu beberapa menit karena, dirinya mau melaksanakan ibadah sholat ashar.

Namun, oknum aparat desa tersebut meminta Sami dan anaknya (korban) untuk segera menemui AY dengan alasan panggilan ini hanya memakan waktu beberapa menit saja. Saat sampai di rumah kades, telah banyak warga yang berkerumun menanti kehadiran Sami serta anaknya.

Setelah itu, AY langsung bertanya kepada korban maksud dari pesan suara via WhatsApp dari korban yang dikirimkan kepada anaknya.

Tanpa berlama-lama, oknum kades itu langsung melancarkan pukulan sebanyak lima kali berturut-turut ke arah muka korban hingga menyebabkan luka-luka.

Meski sementara di pukul oleh AY, RV saat itu menjawab bahwa, anak kades tersebutlah dengan inisial SL, yang duluan memulai melontarkan bahasa kasar kepada orang korban.

“Luka di bibir, hidungnya mengeluarkan darah, serta rasa sakit di bagian kepala,” kata Sami saat dikonfirmasi wartawan objektif.id Selasa, (26/12/2023)

Disisi lain, oknum kades AY, mengakui bahwa dirinya telah melakukan penganiayaan terhadap salah satu warganya, yaitu inisial RV.

“Iya betul, tapi harus ada dasarnya. Tidak ada asap tidak ada api, tiba-tiba dia (RV) dia kata-katai saya,” ucapnya saat dikonfirmasi melalui via telepon.

Sementara itu, Kepala Seksi Umum (Kasium) Polsek Mowila, Bripka Ketut Suadi, akan mengusut peristiwa penganiayaan tersebut.

“Hari ini korban sudah melapor, besok korban akan dimintai keterangan oleh Kanit Reskrim,” ucapnya.

Penulis: Rizal Saputra 

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Diduga Ada Persekongkolan Jahat, Mahasiswa Meminta Birokrasi Hentikan Pembangunan Laboratorium Multimedia IAIN Kendari

Kendari, Objektif.id – Sekelompok mahasiswa IAIN Kendari yang tergabung dalam Konglomerasi Mahasiswa Peduli Kampus (Ko Peka) menyikapi ketidaklayakan pembangunan Laboratorium Multimedia IAIN Kendari melalui aksi demonstrasi di depan gedung tersebut Pada Kamis, (14/12/2023).

Dalam aksi tersebut, mereka menuntut Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk transparansi dan mengevaluasi kinerja pengawas pada proyek pembangunan Laboratorium Multimedia IAIN Kendari.

Ketgam: Pondasi Tiang yang retak pada bangunan Laboratorium Multimedia IAIN Kendari. Foto: Izar/Objektif.id

Korlap, Muh. Adriansyah, mengatakan bahwa pihaknya menduga telah terjadi persekongkolan jahat antara PPK dengan Birokrasi kampus untuk meloloskan PT. Wirabaya Nusantara Permai sebagai kontraktor pelaksana yang dinilai tidak menjalankan tugasnya dengan maksimal.

“Kami menemukan bahwa, pada kontrak pembangunan Laboratorium Multimedia IAIN Kendari ini, terdapat proses kongkalikong yang mana terindikasi ada persekongkolan antara PPK dan Birokrasi kampus, apalagi kami tidak mendapatkan data-data pembangunan di LPSE Kemenag,” ungkapnya.

Dia juga, membeberkan pada bangunan Laboratorium Multimedia IAIN Kendari yang setengah jadi tersebut, sudah memiliki beberapa kerusakan yang mengkhawatirkan. Misalnya, keretakan pada dinding, plafon, tiang, ventilasi, serta papan outdoor yang mulai mengelupas. Oleh karena itu, mereka meminta PPK untuk mengontrol dengan ketat proses pengambilan bahan materialnya.

Lebih lanjut, Adriansyah, mengungkapkan akan mengambil tindakan tegas jika aksi mereka tidak diatensi oleh pihak kampus.

“Jika semisal tidak diatensi, kami harus menghentikan pembangunan ini. Sebab kalau masih dilanjutkan takutnya akan memakan korban, dan seperti yang kita lihat, para pekerjanya tidak dilengkapi dengan alat safety proyek,” pungkasnya.

Penulis: Tesa Ayu Sri Natari

Editor: Melvi Widya

Setelah Gagal “Dipalak” Kampus, Wisudawan IAIN Kendari Diusir Saat Hadiri Kegiatan Wisuda

Kendari, Objektif.id– Entah apa yang dipikirkan oleh pihak kampus IAIN Kendari sehingga mengusir salah satu wisudawan Fakultas Syariah Program Studi Hukum Tata Negara, Andi, saat hendak mengikuti acara wisuda ke-XII IAIN  di salah satu hotel yang berada di kota Kendari, Selasa (28/11/2023), sekira pukul 07.40 Wita.

Andi mengaku jika dirinya tidak diizinkan untuk masuk kedalam hotel karena dia belum melunasi uang wisuda sesuai dengan surat edaran nomor: 0012/In.23/FS.2/HM.00.11.2023 yang ditandatangani oleh Wakil Dekan II Fakultas Syariah, Mahruddin.

Dalam surat edaran tersebut, para calon wisudawan dibebankan membayar uang wisuda senilai Rp 450.000 yang dialokasikan untuk pembayaran baju wisuda dan toga senilai Rp 350.000, sumbangan alumni Rp 50.000, dan dokumentasi Rp 50.000.

Melihat jumlah yang ditetapkan pihak fakultas terlalu tinggi, Andi berinisiatif untuk meminjam baju wisuda dan toga kepada alumni dengan maksud mengurangi biaya pembayaran wisuda dan hanya membayar iuran alumni dan dokumentasi kepada pihak koperasi kampus.

“Kemarin siang saya ketemu dengan pihak koperasi, rencananya saya hanya mau bayar uang iuran alumni dan dokumentasi saja, senilai Rp 100.000. Tapi, pihak koperasi menolak dengan alasan bahwa itu sudah menjadi kebijakan kampus, jika S1 membayar Rp 450.000 dan untuk S2 senilai Rp 600.000,” ungkap Andi.

Setelah “diusir”, ia berusaha meminjam uang agar bisa melunasi uang wisuda untuk mendapatkan undangan dari pihak fakultas.

“Pas tadi di gedung ndak bisa masuk, saya langsung pinjam uang untuk ambil undangan di fakultas. Tapi, ruang Tata Usaha (TU) tutup sekitar jam 08.30 Wita,” bebernya.

Sebelumnya, Wakil DEKAN II Fakultas Syariah, Mahruddin mengatakan, pembayaran baju wisuda dan toga, sumbangan alumni, dan dokumentasi, itu merupakan kebijakan dari kantor pusat, bukan dari pihak Fakultas.

“Saya sempat tanyakan juga itu, bahwa di Fakultas Ushuluddin Aadab dan Dakwah (FUAD) bisa pinjam toga. Tapi, saya dijawabkan, tidak ada yang pinjam semuanya harus beli,” tutur Mahruddin kepada Objektif.id via WhatsApp pada Senin (27/11/2023).

Penulis: Hajar
Editor: Melvi Widya

Menginspirasi! Karena Kecintaan kepada Anak-Anak, Mahasiswi Ini Jadi Guru Les Privat

Kendari, Objektif.id – Dua mahasiswi cantik asal Institut Agama Islam Negeri Kendari, Novi Arlianti Amir (19) dan Melvina Nurcahyani (19), membuka jasa les privat bagi anak TK maupun SD, untuk membantu orang tua dalam mendidik anaknya.

Mahasiswi yang sekarang duduk di semester tiga ini telah membuka jasa les privat ini sekitar tiga bulan  yang dapat dibilang masih tergolong sangat kecil karena baru memulai.

Ketgam: Novi (sebelah kanan) bersama rekannya Melvina (sebelah kir). Foto: Ist.

Novi mengungkapkan, dalam proses mengajar seorang anak terdapat berbagai kesulitan yang mereka dapatkan, misalnya  anak yang mudah bosan, tidak fokus, ditambah anak zaman sekarang yang kehidupannya hanya seputar tentang gadget.

“Tantangan utama bagi kami adalah mengatasi kebosanan dan distraksi anak-anak. Kami perlu memahami karakter mereka, menggunakan metode pembelajaran yang sesuai, dan menciptakan media serta alat pembelajaran menarik untuk mempertahankan minat mereka. Terlebih lagi, tantangan terberat nya adalah menghadapi distraksi dari gadget,” tutur Novi pada objektif.id  melalui via WhatsApp, pada Jumat (17/11/2023).

Selain itu, Melvina juga menambahkan, untuk mengatasi kesulitan yang ada mereka menawarkan konsep pembelajaran yang menyenangkan dan pastinya disukai oleh anak-anak.

“Jadi untuk menghilangkan rasa bosan dari anak-anak, ada beragam cara. Misalnya, dalam belajar, kita sediakan konsep belajar sambil bermain untuk melatih gerak motorik dan sensorik anak,” ungkap Melvina.

Lebih lanjut, mereka juga menciptakan media pembelajaran yang menarik minat anak-anak, menjadikan pembelajaran tidak hanya menyenangkan dalam bayangan, tetapi juga dalam praktiknya. Menurut mereka, Pembelajaran menjadi lebih fokus dan intensif dengan satu atau dua murid per-sesi, serta memastikan setiap anak mendapatkan perhatian penuh.

Meskipun jurusan Ekonomi Syariah, Novi dan Melvina melihat peluang dalam membuka usaha les privat. Menurut mereka, les privat adalah bidang jasa yang minim modal. Berbeda dengan usaha produk yang memerlukan biaya besar, les privat memberikan kesempatan untuk meningkatkan wawasan melalui layanan pendidikan.

Biaya les privat yang mereka tawarkan juga terjangkau, berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp 80.000 per pertemuan. Dengan demikian, mereka memastikan layanan mereka dapat diakses oleh berbagai kalangan masyarakat.

Novi dan Melvina berharap usaha les privat mereka tidak hanya membantu orang tua dalam mendidik anak-anak, tetapi juga memberikan pengalaman belajar yang berkesan bagi setiap murid. Dengan pendekatan kreatif dan fokus pada kebutuhan individual, keduanya menghadirkan alternatif pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.

Penulis: Rachma Alya Ramadhan

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Melalui Musyawarah Kerja Nasional XV, PPMI Harap Payung Hukum Persma Terwujud

Makassar, Objektif.id – Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) laksanakan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) yang ke-XV, di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Kota Makassar,Sulawesi Selatan pada Kamis, (16/11/2023).

Kegiatan Mukernas ini mengusung tema “Jalan Terjal Pers Mahasiswa Melawan Represi di Negara Demokrasi” Yang ikuti oleh sebanyak 30 perwakilan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM),Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pers. Yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.

Ketua panitia kegiatan Fawwaz Sabirin mengatakan diadakannya Muskernas ini, adalah buntut dari tidak adanya payung hukum Pers mahasiswa, seperti yang telah terjadi Persma Makassar yang mengalami intervensi akibat pemberitaan.

“Baru-baru ini kejadian teman-teman pers Makassar itu dia diancam hampir dipukul oleh dekan karena tulisannya yang kritis dan dia ini dekannya juga mudah tersinggung,” Kata Fawwaz saat ditemui langsung oleh wartawan Objektif.id.

Sementara itu, Sekjen PPMI Dimas Wahyu Gilang B. selaras dengan tema yang diangkat berpendapat bahwa kondisi Persma saat ini sedang berada dititik yang terjal melalui kompleksnya masalah yang dihadapi.

“Berangkat dari kegiatan teman-teman Persma yang dianggap bermasalah karena kebebasan mimbar akademik belum dijalankan dan peliputan yang tidak mudah didapatkan kadang kita harus melalui jalan di represi terlebih dahulu disinilah PPMI hadir sebagai wadah perlindungan,” tuturnya.

Ia juga berharap setelah Muskernas ada langkah awal untuk menuju kebebasan akademik dalam hal ini kerja-kerja Persma yang tidak lagi di represi.

“Kita mengusahakan langkah kebebasan akademik dari kebebasan akademik kita itulah memperjuangkan bahwa Persma tidak takut lagi di represi saat liputan meskipun langkahnya kecil itu lebih baik daripada tidak sama sekali,” pungkasnya.

Penulis: Fitriani 

Editor: Melvi Widya

Kisah Haru, Sepasang Suami-Istri Lansia Mengais Sesuap Nasi Melalui Usaha Laundry

Kendari, Objektif.id – Di tengah maraknya para pemuda-pemudi yang membuka jasa usaha laundry, dibalik itu semua terdapat sepasang suami-istri yang sudah lanjut usia (Lansia) yang masih bertahan menekuni jasa laundry yang bertempat di jln. Kompleks Pasar Baruga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.

Sepasang suami-istri ini bernama Marsuki (81) dan iimrohana (80). Mereka telah membuka jasa usaha laundry ini sejak berdirinya pasar baruga yakni, sejak tahun 2001 hingga sekarang.

Ketgam: Kakek marsuki dan istrinya iimrohana. Foto: Siti Maharani/Objektif.id

Marsuki, atau kerap dipanggil pakde oleh orang-orang sekitar, sementara sang istri dikenal dengan sebutan neneknya Lia. Sebelum menekuni usaha laundry ini ia dulunya bekerja sebagai sopir angkutan barang berat hingga menjadi tukang sapu jalanan di pasar baruga. Namun, karena kelelahan akhirnya, ia memilih untuk berhenti dari pekerjaan yang telah dilakoninya sejak tahun 1962 tersebut.

Tidak lama setelah itu, terbitlah sebuah ide dalam pikirannya untuk membuat jasa laundry di kediamannya. Istrinya saat ditemui oleh wartawan Objektif.id mengatakan saat kali pertama membuka jasa laundry tersebut, orang-orang yang menggunakan jasanya hanya membayar dengan sebungkus mie instan.

“Pertama kali buka, kita masih dibayar pakai 1 bungkus Indomie kadang yang paling tinggi Rp5.000 dulu, karena memang niat kita itu membantu mereka yang kesusahan,” kata wanita kelahiran Bandung tersebut, pada Kamis (19/10/2023).

Untuk diketahui, Selama menjalankan usahanya yang telah beroperasi 22 tahun itu. Dulunya, dibantu oleh sang cicit. Namun, setelah si cicit menikah usaha tersebut kini hanya dijalankan oleh mereka berdua dengan mengandalkan 2 mesin cuci yang tersisa.

Mereka juga tidak mengandalkan yang namanya karyawan karena mereka takut jika ada campur tangan orang lain maka cucian tersebut dapat tercecer.

“Jika ada yang pesan yang cuci dan jemur pakaian itu kakek, sedangkan nenek bagian melipat karena saat ini nenek sudah sakit-sakitan,” ungkapnya.

Ketgam: Tampak depan rumah yang ditinggali oleh kakek Marsuki dengan istrinya. Foto: Siti Maharani/Objektif.id

Meskipun, telah menginjak usia yang terbilang sudah tidak muda lagi tidak membuat sepasang suami-istri itu untuk berhenti bekerja, bahkan terkadang untuk memenuhi kebutuhan hariannya hanya berasal dari pendapatan laundry. Sekalipun mereka memiliki anak 4, cucu 3, serta cicit 4 yang siap membantu kapan saja.

“Kita itu meskipun sudah tua harus kreatif jangan hanya mengharapkan anak, saya selalu bilang kepada anak saya bahwa selama bapak masih bisa merayap nak biarkan kecuali bapak sudah lumpuh itu baru tanggungan kalian,” tutur pria kelahiran Sumatera tersebut.

Biasanya, setiap usaha laundry pasti dihitung per-kilogram. Namun, hal itu tidak berlaku untuk usaha laundry kakek Marsuki dan istrinya yang hanya mengandalkan banyak ataupun sedikitnya cucian yang diterima dengan dibandrol harga mulai dari Rp20.000 – Rp50.000.

Kakek Marsuki juga mengungkapkan bahwa selama mereka menjalani usaha tersebut pernah sekali terjadi kerusakan pada mesin cucinya. Namun, semua itu bisa diatasi cepat olehnya dengan memperbaikinya kembali.

Selain itu, hubungan yang terjalin dengan pelanggan terbilang baik. Kakek Marsuki bisa dibilang orang yang tidak hanya mementingkan urusan duniawi. Melalui usaha laundry-nya ia menyempatkan diri untuk beramal dengan cara mencuci sajadah, mukena, dan gorden yang ada di mushola-mushola pasar baruga.

“Insyaallah hubungan terjalin baik meskipun terdapat beberapa pelanggan yang terlambat bayar tapi itukan hal yang lumrah namanya juga orang jualan tidak boleh kita bersikeras sabar saja jika dia ada uang pasti bayar,” bebernya.

Lanjutnya, kakek Marsuki tidak merasa menyesal telah membuka jasa laundry ini meskipun pendapatan yang diterima tidak seberapa.

“Ya saya tidak menyesal, karena saya meyakini bahwa seenak-enaknya hidup sama orang, lebih enak usaha sendiri walaupun kecil-kecilan daripada besar tapi usahanya orang,” pungkasnya.

Penulis: Siti Maharani

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Minim Sosialisasi Sebabkan Jumlah Mahasiswa Fisika IAIN Kendari Sedikit

Kendari, Objektif.id – Program Studi Fisika Institut Agama Islam Negeri Kendari merupakan salah satu jurusan dengan peminat paling sedikit hal tersebut disebabkan karena minimnya sosialisasi yang dilakukan.

“Tidak ada anggaran khusus yang dialokasikan untuk prodi fisika dan masih kurang sosialisasi tapi dari prodi sudah berusaha,” kata Zainuddin selaku kaprodi fisika.

Menanggapi hal tersebut, Wakil dekan ll FTIK Erdiyanti menyampaikan bahwa fakultas mengakomodir semua program dari setiap prodi dalam pembagian anggaran.

“Saya tidak mengatakan bahwa prodi fisika memiliki sedikit mahasiswa, dan anggarannya pun sedikit. Namun, anggaran sudah dibagi setiap fakultas,” ungkap Erdiyanti pada Senin, (2/10/23).

Ia juga berharap semoga ada kerja sama yang lebih erat antara dosen dan mahasiswa untuk meningkatkan efektivitas sosialisasi terutama di daerah pelosok guna membantu upaya dalam meningkatkan jumlah mahasiswa program studi fisika.

Dilain sisi salah satu mahasiswa program studi fisika, Arif mengungkapkan bahwa ia lebih merasa nyaman dengan jumlah mahasiswa yang sedikit.

“Dengan hanya 2-3 orang di kelas, belajar jadi lebih menyenangkan dan kita mendapatkan perhatian lebih dari dosen. Dan Alhamdulillah, saya belum pernah mendapatkan kesulitan dijurusan yang saya pilih,” pungkasnya.

Penulis: Winarti
Editor: Melvi Widya

Viral, Detik-Detik Warga di Koltim Disantap Buaya

Kolaka Timur, Objektif.id – Seorang warga di Desa Pekorea, Kecamatan Aere, Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara diterkam buaya pada, Minggu (15/10/2023).

Dari rekaman video berdurasi 37 detik yang diterima Objektif.id, terlihat predator berdarah dingin itu sedang mencabik-cabik kaki korban yang diketahui berinisial MZ (48) di tepi sungai.

Terdengar, warga yang merekam kejadian tersebut berteriak histeris meminta salah seorang yang disinyalir merupakan seorang perugas untuk menembak buaya tersebut.

“Tembak pak, tembak pak,” teriak warga dalam rekaman video.

Kepala Kantor Pencaharian dan Pertolongan (KPP) Kendari, Muhamad Arafah menceritakan kronologi kejadian tersebut bermula saat korban hendak menjaring ikan di Sungau Wunggulok, sekira pukul 14.15 Wita.

“Rekan korban yang menyaksikan kejadian itu langsung berteriak meminta bantuan pertolongan ke warga sekitar hingga akhirnya warga berdatangan,” ungkap Arafah.

Meski demikian lanjut Arafah, korban sudah tidak bisa deselamatkan dari cengkraman predator air tawar itu.

Diketahui, hingga saat ini Tim SAR masih melakukan penyisiran di sekitar sungai guna mencari jasad korban.

Penulis: Rizal Saputra
Editor: Wahyudin Wahid

Mahasiswa Penerima KIP IAIN Kendari Dilarang Demo Melalui Penandatanganan Pakta Integritas

Kendari, Objektif.id – Sejumlah mahasiswa penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari dilarang untuk berpartisipasi dalam aksi demontrasi karena terikat dengan pakta integritas.

Diketahui, para mahasiswa penerima beasiswa KIP  yang mengikuti aksi demonstrasi di kampus, pihak birokrasi akan memberikan SP1, SP2, dan SP3.

Hal ini terungkap saat salah satu mahasiswa penerima KIP Kuliah, Erlan membeberkan fakta bahwa mahasiswa penerima bantuan tersebut memang terikat oleh pakta integritas yang ditandatangani pada saat mereka dinyatakan lulus sebagai penerima bantuan tersebut.

“Saya lulus sebagai penerima beasiswa itu, dan ada pakta integritas yang ditandatangani,” beber Erlan kepada Objektif.id pada Selasa (10/10/2023).

Tidak hanya itu lanjut Erlan, mahasiswa penerima bantuan Kartu Indonesia Pintar (KIP) akan diberikan surat peringatan melalui Kepala Program Studi (Kaprodi) ketika kedapatan melakukan aksi demonstrasi di dalam kampus.

“Konsekuensinya, jika kedapatan demo di kampus akan diberikan surat peringatan lewat Kaprodi dipanggil ditanya kenapa ikut demo,” ujar Erlan.

Pimpinan kampus melalui Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama IAIN Kendari, Sitti Fauziah mengatakan bahwa meraka berhak menyampaikan pendapat, namun alangkah baiknya mereka harus mengesampingkan demonstrasi.

“Kewajiban penerima KIP sebaiknya mengesampingkan demo, ketika ada pendapat sebaiknya langsung kepada yang bersangkutan, misalnya langsung ke Warek dan disampaikan dengan cara yang baik,” tutur Fauziah kepada Objektif.id.

Warek III perempuan pertama di IAIN Kendari ini juga menyampaikan bahwa mahasiswa yang menerima bantuan KIP Kuliah itu sebagai mahasiswa percontohan yang nilainya tidak bisa turun.

“Mahasiswa KIP itu sebagai mahasiswa percontohan yang nilainya tidak bisa turun,” pungkasnya.

Reporter : Nurhawati
Editor : Melvi Widya

IAIN Kendari Tetapkan UKT Rp 400 Ribu, Informasi ‘Tidak Merata’

Kendari, Objektif.id – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari memberikan keringanan Uang Kuliah Tunggal (UKT) kepada mahasiswa baru Sebesar Rp 400.000.

Diketahui, keringanan UKT ini diberikan kepada maba yang secara ekonomi kurang mampu.

Salah satu penerima keringanan UKT, Wati (Nama samaran) mengungkapkan, bahwa sebelumnya dia dibebankan UKT sebesar Rp1,4 juta. Namun, setelah melampirkan beberapa data pada saat registrasi ulang pendaftaran mahasiswa baru, dia hanya dibebankan membayar UKT sebesar Rp 400.000.

“Saya mengira mendapatkan beasiswa dalam bentuk tunai dengan melampirkan data-data yang diperlukan, sebagai tanda tidak mampu, seperti mengisi status ekonomi keluarga dan saya menambahkan foto sertifikat atau piagam yang diperlakukan dalam registrasi ulang pada saat pembayaran UKT pertama ternyata turun menjadi Rp 400.000 dari normalnya Rp1,4 juta. yah Alhamdulillah,” Ungkapnya.

Sama halnya Iwan (Nama yang di samarkan) awalnya ia mengisi keterangan tidak mampu serta menyertakan beberapa keperluan administrasinya.

“saya mengetahui mendapatkan UKT Rp400. 000 ketika pembayaran pertama awalnya saya mengisi data tanda tidak mampu salah satu pengisian data itu diminta untuk memfoto rumah orang tua,” Paparnya.

dia juga tidak menyangka bahwa akan mendapatkan keringanan UKT dan hal ini sangat membantu melihat statusnya adalah anak yatim dengan empat saudara.

Sementara itu, banyak mahasiswa yang tidak mengetahui adanya keringanan UKT Rp 400.000 dari kampus padahal kondisi ekonomi mahasiswa tersebut terbilang tidak mampu juga.

Seperti Awal (Nama samaran) yang tidak mengetahui adanya program UKT Rp400.000. Ia juga merasa tidak adil karena kurangnya informasi mengenai keringanan UKT tersebut.

“Saya tidak mengetahui program kampus mengadakan keringanan UKT hingga Rp400.000 coba saya tahu dari dulu pasti saya daftar karena orang tua saya termasuk tidak mampu,” Pungkasnya.

Sampai berita ini di terbitkan warek II masih belum bisa di temui untuk memberikan keterangan.

Reporter : Ali
Editor : Tesa ASN

Rektor IAIN Kendari Bakal Sulap Ruang Terbuka Hijau Menjadi Lokasi Wisata Pendidikan

Kendari, Objektif.id – Ruang terbuka hijau yang berada di Institut Agama IsIam Negeri (IAIN) Kendari kerap dijadikan alternatif oleh sejumlah mahasiswa untuk beristirahat seusai jam kuliah.

Diberitakan sebelumnya, bahwa alasan sejumlah mahasiswa IAIN Kendari memilih menghabiskan waktu luang di ruang terbuka hijau karena alasan kenyamanan yang mereka dapatkan ketika berada di tempat itu.

Meski demikian, para mahasiswa ini meminta pihak kampus memberikan perhatian khusus terhadap penataan dan pengadaan fasilitas di lokasi yang membentang dari depan perpustakaan hingga gedung PKM ini.

Menanggapi hal tersebut, Rektor IAIN Kendari, Husain Insawan saat di temui Objektif.id mengatakan, bahwa pihaknya akan melakukan penataan di ruang terbuka hijau ini sebagai bentuk pengembangan kampus kedepan.

“Insya Allah kita upayakan untuk dilakukan penataan di ruang terbuka hijau,” tutur Husain kepada Objektif.id pada Selasa (3/10/2023).

Tidak hanya itu lanjut Husain, bahwa pihak kampus akan menjadikan ruang terbuka hijau ini sebagai salah satu objek wisata pendidikan bagi para mahasiswa.

“Disana kita sediakan fasilitas, seperti gazebo atau fasilitas lain yang bisa menambah kenyamanan mahasiswa saat berada ditempat itu,” ungkapnya.

Terobosan ini akan direalisasikan oleh Rektor IAIN Kendari pada tahun 2024 mendatang. Hal ini disebabkan karena ditahun ini dirinya hanya melanjutkan tongkat estapet kepemimpinan kampus.

“Tahun 2024 kita upayakan ada penataan disana, sehingga mahasiswa menjadikan ruang terbuka hijau itu sebagai tempat diskusi, mungkin juga tempat untuk nyantai,” pungkasnya.

Penulis: Isar
Editor: Melvi Widya

Mahasiswa MBS IAIN Kendari Keluhkan UKT Selangit

Kendari, Objektif.id – Mahasiswa program studi Manajemen Bisnis Syariah (MBS) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (Febi) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari Keluhkan penetapan uang kuliah tunggal (UKT) yang terbilang cukup tinggi.

Salah satu mahasiswi yang enggan disebutkan namanya mengaku, mengeluhkan UKT yang dinilai terlalu tinggi. Padahal prodi itu terbilang baru di Kampus.

“MBS yang baru berjalan 2 tahun sudah naik yg awal mulanya 1.700 menjadi Rp 2 juta” kata Nunung, Senin (2/10/23).

“UKT Rp 2 juta itu sangat berat sekali, kita ini pendatang atau perantau ke kota orang biaya hidup yang dibutuhkan cukup tinggi untuk tinggal di kota yang besar ini,” sambungnya.

Dia menuturkan, bahwa tidak menutup kemungkinan di tahun selanjutnya UKT MBS ini akan mengalami peningkatan seperti dari tahun sebelumnya.

Sebelum berita ini ditayangkan, awak media sudah berupaya mengkonfirmasi kepada Warek II bidang keuangan Nurdin belum memberikan keterangan.

Reporter: Kusmawati
Editor: Melvi Widya

Buka Usaha Barbershop, Mahasiswa IAIN Kendari Kantongi Ratusan ribu Per Hari

Kendari, Objektif.id – Sejak usaha barbershop mulai berkembang pesat di Indonesia, banyak para pebisnis yang antusias untuk menggeluti usaha ini. Tak heran jika saat ini bisnis penyedia jasa memotong, menghias, menata, memberi gaya rambut laki-laki mudah sekali untuk di jumpai.

Saat ini, bisnis pangkas rambut sudah seperti menjamur di setiap wilayah salah satunya di Kota Kendari Sulawesi Tenggra. Dimana pria kekinian juga harus selalu tetap menjaga penampilannya, mereka tak sungkan untuk melakukan perawatan rambut.

Usaha penyedia jasa memotong, menghias, menata, memberi gaya rambut itu kini banyak dilakoni salah satunya Arjuna, salah satu mahasiswa yang saat ini sedang menempuh jenjang sarjana (S1) di Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari.

Mahasiswa yang sering disapa dengan nama Juna itu menerangkan, pemilihan usaha barbershop ini kerena merupakan salah satu usaha yang tidak memiliki pasang surut dan usaha ini banyak didominasi oleh kalangan anak muda. Selain itu, usaha ini juga bisa membantu meringankan beban orang tua untuk biaya tanggungan kuliah.

“Saya tidak mau terlalu tergantung sama orang tua. Jadi saya harus terus berusaha agar bisa menghidupi diri sendiri, membiayai diri sendiri, tanpa membebani orang tua,” ucap Juna saat ditemui, Rabu (3/10/2023) di tempat usahanya yang berada di Depan Kampus IAIN Kendari.

Pria berkulit sawo matang itu mengaku, sebelum melakoni usaha penyedia jasa ini dirinya sudah mencoba merintis beberapa usaha lainya seperti jualan minuman kekinian (thai tea) namun usaha itu ditinggalkan karena bahan-bahan pokoknya mengalami kenaikan harga.

“Saya menjalankan bisnis itu selama 3 tahun dan tahun 2022 akhir usaha minuman kedai itu saya tinggalkan karena alasan bahan pokok naik dan ujian lainnya makanya saya lepas,” bebernya.

Tidak mau menyerah dengan keadaan, dirinya mencoba lagi dengan usaha yang berbeda, dengan berbagai macam pertimbangan akhirnya dirinya memutuskan untuk mencoba usaha rental alat kemping, namun usaha itu hanya berjalan satu tahun enam bulan.

“Itu saya geluti selama satu tahun setengah namun terkendala ditenaga kenapa karena saya tidak mampu menjalankan usaha itu sendiri tanpa dibantu orang lain, kemudian saya masih belum bisa percaya sama orang lain makanya usaha saya semakin hari semakin menurun lalu saya lepas dan tinggalkan usaha itu,” terangnya.

Usaha ketiga yang dilakoninya setelah dua kali gagal adalah usaha barber, usaha ini dibuka pada saat 2020 awal 2021 sekarang sudah berjalan kurang lebih mau ke 3 tahun lamanya oleh karena itu usaha ini merupakan usaha saya yang ketiga dan mudah mudahan usaha ini bisa bertambah lagi.

Untuk usaha sebelumnya saya tidak pernah memakai karyawan, namun untuk usaha saya sekarang ini yaitu barbershop saya memakai 3 orang karyawan dan semuanya mahasiswa aktif iain kendari.

“Omset perhari bisa sampai Rp 500 ribu omset dalam sebulan bisa sampai 10-15 juta itupun belum terbagi pengeluaran dan sebagainya,” uangkapnya.

Saat ditanya tentang menambah bisnis lain, dirinya mengaku ingin melakukan yang terbaik di usia saya yang sekarang makanya apapun usaha yang berpeluang bagi saya akan saya jangkau selagi usaha itu halal.

Sebagai anak muda yang masi memiliki jiwa muda yang membara maka dari itu jangan sia siakan waktu mudamu dengan hal hal yang tidak berguna manfaatkan lah waktumu sebisanya karena sekarang yang kamu usahakan, yang kamu kerja, akan kamu rasakan nanti.

Anak muda jangan patah semangat, jangan dipatahkan hanya persoalan cinta dan yang lainnya ambilah ini sebagai pelajaran karena jiwa muda itu tidak tergoyahkan seperti kata soekarno berikan saya sepuluh pemuda maka akan ku goncangkan dunia umurmu yang sekarang masi muda jangan terlena dengan hal-hal yang tidak berguna.

Penulis: Suci Rahmadani dan Niken Ariyanti
Reporter: Melvi Widya