Danau Rebi-Rebi, Pesona Alam Tersembunyi di Morowali

Morowali, Objektif.id – Wisata Permandian Danau Rebi-Rebi di Desa Terebino, Kecamatan Menui Kepulauan, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, telah menjadi salah satu destinasi wisata alam yang menarik perhatian banyak pelancong. Keindahan dan keasrian alam di sekitar danau ini menawarkan pengalaman tak terlupakan bagi para pengunjung yang mencari ketenangan dan keindahan alam.

Danau Rebi-Rebi dikenal dengan pesonanya yang menakjubkan, dikelilingi oleh lingkungan yang masih alami dan terjaga. Keduanya menciptakan suasana damai yang sangat cocok bagi mereka yang ingin melarikan diri dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari. Dengan kedalaman sekitar lima belas meter di bagian tengah, air danau yang jernih berwarna kebiruan semakin menambah daya tarik tempat ini.

Salah satu daya tarik utama Danau Rebi-Rebi adalah mata air besar yang berasal dari dasar danau, yang membuatnya semakin unik. Keberadaan mata air ini memberikan kesegaran dan kejernihan air yang membuat siapa pun yang berkunjung ingin merasakan sensasinya. Selain itu, pengunjung tidak perlu khawatir tentang biaya masuk, karena tempat ini tidak memungut tarif bagi setiap wisatawan yang datang.

Wisatawan akan dimanjakan dengan pemandangan alam yang memukau, yang terdiri dari bukit batu karang, pepohonan hijau yang rimbun, serta kicauan burung yang menambah suasana. Kombinasi keindahan ini menciptakan latar belakang yang sempurna untuk berfoto dan berbagi momen indah di media sosial.

Bagi para pencari tantangan, Danau Rebi-Rebi juga menawarkan aktivitas menarik, seperti melompat dari bukit batu karang yang mengelilingi danau. Ini menjadi pengalaman yang menegangkan sekaligus menyenangkan bagi para wisatawan yang berani mencoba.

Fasilitas di kawasan wisata ini pun cukup memadai, dengan adanya gazebo yang disediakan sebagai tempat beristirahat bagi para pengunjung. Hal ini memungkinkan wisatawan untuk bersantai sambil menikmati keindahan sekitar danau, menciptakan suasana yang nyaman bagi semua orang.

Para pengunjung juga berkesempatan untuk menikmati waktu berkualitas bersama keluarga dan teman-teman, menjadikan Danau Rebi-Rebi sebagai tempat yang ideal untuk piknik atau berkumpul. Suasana yang tenang dan damai membuatnya menjadi pilihan yang tepat untuk relaksasi.

Dengan berbagai daya tarik yang ditawarkan, Danau Rebi-Rebi semakin dikenal sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Kabupaten Morowali. Keindahan alamnya yang masih alami dan beragam aktivitas yang bisa dilakukan menjadikannya sebagai tempat yang wajib dikunjungi.

Bagi Anda yang ingin merasakan keindahan dan kesegaran alam, Danau Rebi-Rebi di Morowali adalah pilihan yang tepat. Jangan lewatkan kesempatan untuk menjelajahi keindahan alam yang ditawarkan oleh salah satu permata tersembunyi di Sulawesi Tengah ini.

Penulis: Faiz Al Habsyi
Editor : Rachma Alya Ramadhan

Menikmati Suasana Keindahan Alam di Desa Wisata Namu Konawe Selatan

Konsel, Objektif.id – Sulawesi Tenggara memiliki segudang potensi wisata, salah satunya adalah Desa Wisata Namu, yang terletak di Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan. Desa ini telah menjadi destinasi favorit bagi wisatawan lokal maupun luar daerah berkat keindahan alamnya yang memukau. Laut biru nan jernih, pasir putih yang menawan, hingga fasilitas yang terus ditingkatkan menjadi daya tarik tersendiri dari desa wisata ini.

Keindahan Desa Wisata Namu tak hanya terletak pada panoramanya, tetapi juga pada taman yang berada di bibir pantai. Taman ini merupakan hasil kerja sama masyarakat setempat dengan pemerintah, sebagai bentuk pelestarian lingkungan sekaligus penyambutan bagi para wisatawan. Hasilnya, suasana pantai di Namu terasa lebih rapi, terawat, dan nyaman untuk dinikmati.

Perjalanan untuk mencapai Desa Wisata Namu, pengunjung memiliki dua pilihan jalur, yakni darat dan laut. Namun, perjalanan ke sana sangat bergantung pada kondisi cuaca. Ketika musim hujan, jalan darat cenderung sulit dilalui karena menjadi licin dan berlumpur.

Melalui jalur darat, perjalanan dimulai dari Kendari menuju Namu, dengan waktu tempuh sekitar dua jam. Kendaraan roda dua maupun roda empat bisa digunakan, meski pengemudi harus berhati-hati melewati beberapa medan yang cukup menantang. Alternatif lain adalah jalur laut, yang jauh lebih singkat, hanya membutuhkan waktu sekitar tiga menit menggunakan kapal atau perahu.

Setiba di Desa Wisata Namu, wisatawan akan diminta membayar tarif masuk. Untuk kendaraan roda empat dikenakan biaya sebesar Rp 50.000 per mobil, sementara roda dua dikenakan Rp 15.000. Jalur laut juga memiliki sistem pembayaran dan pengunjung diwajibkan mengisi buku tamu sebelum masuk ke desa.

Bibir pantai tempat parkir perahu para nelayan. Foto: Hajar/Objektif

Seiring berkembangnya potensi wisata Desa Namu, fasilitas di tempat ini pun semakin lengkap. Pada tahun 2019, pemerintah setempat membangun sentra kuliner yang menjadi tempat bagi masyarakat menjual berbagai makanan dan minuman. Kehadiran sentra ini tidak hanya mempermudah pengunjung mendapatkan kebutuhan, tetapi juga mendukung ekonomi warga setempat.

Bagi pengunjung yang ingin menginap, tersedia fasilitas homestay dengan tarif Rp 200.000 per malam, sudah termasuk sarapan. Setiap homestay dilengkapi dua kamar, cocok untuk keluarga maupun rombongan kecil. Selain itu, terdapat mushola, balai desa untuk pertemuan, dan tempat makan yang menunjang kenyamanan wisatawan.

Desa Wisata Namu menawarkan berbagai atraksi yang mampu memikat hati setiap pengunjung. Pantai pasir timbul dengan hamparan pasir putihnya menjadi salah satu daya tarik utama. Selain itu, wisatawan dapat menikmati keindahan air terjun Pitu Ndengga, penangkaran penyu, hingga taman di pinggir laut yang menghadirkan suasana asri nan menenangkan.

Para wisatawan sedang mencari kerang saat mengunjungi salah satu spot wisata yang ada di Desa Wisata Namu, Foto: Alfi/Objektif

Bagi pecinta aktivitas bawah laut, Namu adalah surga kecil yang wajib dikunjungi. Spot diving dan snorkeling di sini menawarkan pemandangan terumbu karang yang terjaga keasriannya. Wisatawan dapat menyaksikan beragam jenis ikan berenang di laut jernih, menciptakan pengalaman tak terlupakan. Ada pula atraksi unik seperti menombak ikan, yang menjadi salah satu kegiatan favorit wisatawan.

Pemandangan spot wisata untuk mencari kerang. Foto: Alfi/Objektif

Keindahan Desa Wisata Namu juga semakin terasa saat matahari terbit. Pemandangan mentari yang perlahan menyapa horizon memberikan kesan magis yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Seorang pengunjung, Renra Mulyawan, mengatakan, “Saya sangat menikmati setiap momen di sini, terutama saat menyaksikan matahari terbit. Jalannya memang sedikit ekstrem, tetapi semuanya terbayar dengan keindahan alamnya.”

Meski menyimpan keindahan luar biasa, Desa Wisata Namu masih memiliki beberapa tantangan yang perlu diperbaiki. Beberapa pengunjung mengeluhkan biaya masuk yang dianggap cukup mahal, terutama tambahan biaya seperti Rp 10.000 untuk setiap tenda yang didirikan. “Pengelolaan ini harus lebih tertata agar tidak menjadi pertanyaan bagi pengunjung,” ujar Muh. Ardiansyah Rahman.

Namun, hal ini tidak menyurutkan antusiasme wisatawan untuk berkunjung. Bahkan, banyak dari mereka yang mengetahui destinasi ini melalui media sosial seperti TikTok dan Instagram. “Awalnya saya ragu karena melihat dari media sosial, tetapi setelah sampai di sini, saya benar-benar takjub. Pemandangannya jauh lebih indah dari yang saya bayangkan,” cerita Arsan, salah seorang pengunjung.

Dengan demikian, patut kita klaim bahwa Desa Wisata Namu merupakan salah satu surga destinasi yang tersembunyi di Sulawesi Tenggara yang menawarkan keindahan alam, keramah-tamahan masyarakat, dan berbagai hal menarik lainnya. Meski akses jalan masih menjadi kendala, pengalaman yang ditawarkan desa ini mampu menghapus segala kelelahan perjalanan.

Pantai Namu yang dipadati pepohonan kelapa, yang menjadi salah satu ikon wisata bagi para pengunjung. Foto: Hajar/Objektif

Bagi siapa pun yang mencari tempat untuk berlibur, bersantai, atau sekadar menikmati keindahan alam, Desa Wisata Namu layak menjadi pilihan utama. Dengan segala keunikannya, desa ini bukan hanya sekadar tempat wisata, tetapi juga destinasi yang memberikan kenangan tak terlupakan.

 

Penulis: Anggun
Editor: Harpan Pajar

Sering Menjadi Tempat Refreshing Mahasiswa KKN, Yuk Kunjungi Wisata Air Panas Desa Wungkolo

Objektif. id – Konawe Kepulauan (Konkep) merupakan salah satu daerah di sulawesi tenggara (Sultra) yang dianugerahi berbagai objek wisata. Salah satunya adalah wisata di desa Wungkolo Raya kecamatan wawonii selatan.

Desa Wungkolo merupakan salah satu desa yang mempunyai wisata beragam, mulai dari wisata mangrove, persawahan, bukit, puncak penyesalan (camping area), pohon pinus, air terjun pendek, goa, air panas serta danau. Sehingga layak jika dikatakan Wungkolo Raya diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum.

Di air panas Desa Wungkolo terdapat sebuah kawasan belerang yang masih aktif. Sungai dan sumur yang terdapat di tempat ini semua mengeluarkan hawa panas dan bau belerang.

Sepanjang perjalanan Anda akan melihat lingkar Pulau Wawonii, karena posisi air panas ini berada ditengah tengah Pulau Wawonii.

Untuk mencapai tempat ini, Anda harus dipandu warga setempat, posisinya yang berada ditengah hutan menjadikan lokasi ini sulit ditemukan.

Menurut ketua Himpunan Pemuda Pelajar Wungkolo Raya, Irwansyah sekaligus pengurus dewan pimpinan daerah Explore Sultra Konkep menjelaskan bahwa potensi wisata yang terletak di desa Wungkolo merupakan wisata yang sangat indah, jarak yang harus di tempuh para wisatawan dari pusat desa kurang lebih 8 kilometer dan membutuhkan waktu 2-3 jam jika berjalan kaki.

“Apalagi jika para wisatawan melakukan kunjungan di air panas yang di mana bingkai wisata air panas ini membentuk hati, dan harus menempuh perjalanan kurang lebih 8 kilo meter”, ucapnya saat di wawancarai secara online, Minggu (12/11/2023).

Irwan juga mengharapkan dukungan dari berbagai macam stakeholder khususnya pemerintah daerah, untuk bersama sama dalam memanfaatkan potensi wisata yang ada di Desa Wungkolo Raya.

“Apabila wisata ini dapat di manfaatkan dengan baik maka kedepannya Pulau Wawonii dikenal dengan keindahan akan potensi wisatanya”, sambungnya.

Sementara itu salah satu pengunjung wisata air panas Desa Wungkolo Hendrawan, mengatakan bahwa wisata air panas ini memiliki pemandangan yang indah dan lokasi yang masih cukup asri.

“Menurut saya, pemandangan air panas sangat bagus, lokasinya masih asri, sehingga membuat setiap pengunjung merasa sejuk ketika berada di sana, rasanya sangat tidak puas kalau tidak melakukan camping di puncak, sangat banyak yang perlu disaksikan keindahan alam Konawe Kepulauan ini, contohnya kita juga dapat menikmati air terjun, dan danau yang belum bisa di ukur kedalamannya yang berada di tengah gunung”, ungkapnya saat di wawancarai secara online, Rabu (15/11/2023).

Hendra juga mengharapkan dukungan dari pihak pemerintah daerah maupun pemerintah desa, agar kiranya memperhatikan kondisi wisata tersebut.

“Melihat kondisi air panas saat ini sangat perlu di perhatikan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah desa untuk menjadikan air panas menjadi bagus, sehingga warga Konkep bangga untuk mempromosikan wisata tersebut. Adapun kekurangan dari wisata air panas itu adalah akses menuju kesana masih belum bisa dilalui oleh kendaraan baik roda dua maupun roda empat”, tutupnya.

Penulis: Nurhawati

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Goa Air Kontamale, Cocok Untuk Menyegarkan Badan

Reporter : Azliza
Editor : Rizal Saputra

Objektif.id, Wakatobi – Selain keindahan bawah lautnya yang spektakuler. Wakatobi juga terkenal dengan wisata alam goa, salah satuya Goa Air Kontamale.

Goa ini berlokasi di Jalan Poros Wandoko Lingkungan Teekosapi, Kecamatan Wangi Wangi, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggata (Sultra).

Untuk menuju ke lokasi Goa Air Kontamale, hanya membutuhkan waktu sekitar 10-15 menit dari Lapangan Merdeka Wangi-wangi.

Tidak hanya pemandangannya yang menakjubkan, Goa Air Kontamale juga berair jernih dan berwarna biru khas seperti halnya keindahan bawah laut yang ada di Wakatobi.

Terlebih saat saat siang hari, permandian dengan air jernih ke biruan ini merupakan pilihan yang tepat untuk menyegarkan tubuh.

Rita, salah satu pengunjung mengatakan, jika berada ditempat ini, rasanya tidak ingin meninggalkan permandian jika tidak kedinginan.

“Menikmati permandian ditempat ini rasanya tak ingin kembali kalau tidak sampai kedinginan,” kata Rita salah seorang pengunjung, Minggu (20/2/2022).

Goa Air Kontamale, Foto : Azliza/Objektif.id

Menurut warga sekitar, Goa Air Kontamale tersebut terbentuk secara alami dan terdapat beberapa gua-gua kecil yang tersambung langsung hingga kelautan.

Uniknya, walaupun telah digunakan  untuk berenang airnya kembali jernih seperti semula.

“Air kontamale ini tidak pernah sepi selalu di datangi oleh orang-orang yang berenang maupun mencuci walapun orang selalu berdatangan untuk mandi dan mencuci air ini selalu jernih.” ungkap Mariana salah seorang pengunjung lainnya.

Tak ada uang tiket untuk dapat berkunjung ketempat ini, maka tak perlu khawatir saat mengunjungi lokasi ini.

Berkunjung Ke Wakatobi, Nyesal Jika Tidak Kunjungi Pantai Wambuliga

Reporter: Syafira
Editot: Rizal Saputra

Objektif.id, Wakatobi – Menikmati udara segar memang bisa bikin rileks, apalagi untuk melepaskan rasa lelah setelah beraktivitas. Pantai Wambuliga mungkin tempat pilihan untuk anda bersama kerabat atau keuarga yang ingin berekreasi.

Pantai Wambuliga ini berlokasi di Kelurahan Sombu, Kecamatan Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Pantai Wambuliga merupakan salah satu destinasi favorit wisatawan di Wakatobi. Tidak hanya menarik wisatawan lokal bahkan banyak juga wisatawan luar daerah hingga mancanegara untuk memilih destinasi wisata ini untuk berlibur.

Tentu saja hal ini tidak lepas dari keindahan pembangunan dan penataan di kawasan pantai untuk menambah daya tarik dan kenyamanan bagi para pengunjung.

Selain pembangunan serta penataan keindahan tempat, Pantai ini juga juga menawarkan pemandangam indah saat terbit dan terbenamnya matahari.

Pantai ini juga sering dijadikan sebagai objek untuk mengadakan pergelaran seni tari khas wakatobi, seperti Tarian Hesurabi.

Untuk diketahui Pantai Wambuliga juga dilengkapi dengan anjungan, gazebo, ayunan, kantin, fasilitas untuk berenang serta toilet.

Rahman, Salah satu pengunjung Pantai Wambuliga, mengungkapkan Pantai Wambuliga adalah tempat yang sering dijadikan tepat untuk berkumpul bersama keluarga.

“Pantai wambuliga itu salah satu pantai yang selalu saya jadikan objek untuk selalu berekreasi dengan kumpul-kumpul dengan keluarga,” ungkap Rahman, salah satu warga Desa Sombo, Rabu (12/1/2022).

Lebih lanjut, Rahman mengatakan, selain tempatnya indah pantainya juga bersih serta mudah untuk dijangkau oleh kendaraan.

“Selain karena pantainya yang bersih, lokasinya juga mudah untuk dijangkau oleh kendaraan apapun,” lanjut Rahman.

Ditempat yang sama Fika, yang merupakan salahsatu pengunjung asal Desa Lesa’a, menjelaskan untuk mencapai Pantai Wambuliga, hanya membutuhkan waktu tempuh kurang lebih 10 menit menggunakan kendaraan bermotor.

“Waktu yang bisa saya tempuh untuk mengunjungi pantai wambuliga kurang lebih 10 menit dengan jarak 7 km, dengan menggunakan kendaraan bermotor,” ujarnya.

Sedangkan Irna, yang merupakan Wisatawan luar daerah Wakatobi mengatakan bahwa, ia sangat bersyukur bisa berkunjung di pantai Wambuliga ini yang indah dengan pasir putihnya.

“Saya saat itu pertama kali diajak oleh teman saya untuk mengunjungi Pantai Wambuliga, akhirnya saya ikut dan ketika saya sampai di sana hal yang pertama saya rasakan adalah kenyamanan dan mata saya selalu tertuju dengan keindahan pasir putihnya,” kata Irna.

Ia berharap, para pengunjung serta masyarakat setempat agar selalu menjaga kebersihan pantai tersebut.

“Semoga warga setempat dan para pengunjung pantai wambuliga bisa bersama-sama menjaga kebersihan pantai wambuliga ,” harapnya.

Destinasi Pantai Tawatawaro di Kolono, Cocok Banget Untuk Anak Instagram

Objektif.id, KONAWE SELATAN – Wisata pantai menjadi alternatif bagi Anda yang ingin liburan menikmati pemandangan hamparan laut biru. Ada banyak jenis pantai yang eksotis untuk dijelajahi. Salah satunya Pantai Tawatawaro.

Destinasi wisata yang belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Padahal tempatnya sangat indah dan asri, bisa menjadi pilihan terbaik untuk menghabiskan liburan, dan akan sangat cantik ketika difoto dan diunggah ke Instagram.

Pantai Tawatawaro ini terletak di Desa Amolengu, Kecamatan Kolono Timur, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel). Untuk sampai tempat ini, anda perlu menempuh jarak 93 kilometer dari Kota Kendari dengan waktu sekitar 2 jam perjalanan.

Pantai ini memiliki pasir putih dengan air laut yang jernih, sekitaran pantai dipenuhi pohon kelapa dan pohon lain yang menambah kesan alaminya. Garis pantainya cukup panjang yakni sekitar 800 meter.

Pasir dipantai ini sangat halus. Jadi pengunjung tidak perlu khawatir akan menginjak karang atau bebatuan tajam. Selain itu, Air lautnya yang jernih memudahkan pengunjung untuk melihat ikan, bintang laut, hingga bulu babi.

Akses jalan yang ditempuh memang belum bagus, jalanannya banyak yang berlobang, berkelok-kelok, kiri kanan jalan terdapat jurang yang langsung terhubung dengan laut. Serta lorong area pantai terbilang sempit dan dikelilingi oleh hutan.

Belum lagi saat musim hujan tiba, jalanan akan sangat licin dan becek sehingga akan sangat berbahaya jika berkendara dengan tidak hati-hati.

Tetapi pengunjung tetap bisa menikmati perjalanannya. Karena sepanjang jalan anda akan disuguhkan dengan pemandangan perkebunan cabai, laut lepas, dan hutan yang masih asri.

Untuk masuk ke area wisata, pengunjung harus membayar biaya masuk sebesar Rp.10.000 untuk sepeda motor, dan Rp.15.000 hingga Rp.20.000 untuk mobil. Wisata pantai ini terbagi menjadi dua area. Area pertama di kelola oleh BumDes, sedangkan area kedua dikelola oleh masyarakat setempat.

Selama menikmati liburan di pantai tersebut, pengunjung akan ditemani oleh seorang petugas yang akan memperkanalkan seluk-beluk pantai. Di pantai ini juga terdapat tanjung yang bukitnya bisa menjadi spot menarik untuk mengambil foto dan menikmati pemandangan dari atas bukit.

Sedangkan fasilitas yang disediakan adalah penyewaan ban. Selain itu juga disediakan WC umum. Pengunjung juga bisa menikmati air kelapa muda.

Di pantai ini tidak terdapat penjual makanan. Maka dari itu pengunjung harus membawa bekal sendiri dari rumah.   Suasana pantai yang sepi karena jauh dari pemukiman penduduk bisa membuat pengunjung menikmati liburannya dengan tenang.

Salah satu pengunjung pantai Tawatawaro, Erdin mengatakan bahwa wisata pantai ini sangat indah. Jika pemerintah memperbaiki akses jalan, lalu menambah fasilitas di pantai, maka wisata pantai Tawatawaro ini akan sangat terkenal dan ramai pengunjung.

“Sebenarnya pantai ini sangat indah. Lautnya masih bersih. Pemerintah setempat hanya perlu memperbaiki akses jalan, dan menambah fasilitas pantai. Saya yakin pantai ini akan sangat ramai,” ungkapnya, Kamis, 14 Januari 2022.

Erdin juga menambahkan bahwa di pantai ini, diwaktu-waktu tertentu, pengunjung bisa melihat kapal ferri dari pelabuhan Amolengu yang akan menuju ke pelabuhan Labuan atau dari pelabuhan Labuan menuju pelabuhan Amolengu.

Jarak wisata pantai ini dengan pelabuhan Amolengu tidak terlalu jauh. Jika menggunakan sepeda motor maka waktu yang dibutuhkan adalah setengah jam untuk sampai di lokasi pantai ini.

Biasanya dihari libur, tempat wisata ini akan ramai oleh pengunjung dari daerah sekitaran Amolengua, namun terkadang ada juga pengunjung dari daerah lain.

Pengunjung yang datangpun sangat memperhatikan kebersihan pantai. Pasalnya, setiap 10-20 meter di setiap pohon kelapa pasti selalu diletakkan plastik untuk membuang sampah. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah dan pengunjung benar-benar menjaga kebersihan pantai.

Sesuai perkataan petugas yang selalu menemani pengunjung, bahwa setiap pengunjung yang membakar ikan di pantai, harus membersihkan sendiri sampah bakarannya lalu bisa pulang.

“Pengunjung bisa bakar-bakar ikan disini,tapi sebelum pulang harus bersihkan dulu sampah bakarannya,” jelasnya.

Di pantai ini juga terdapat satu rumah model loteng yang cukup besar, biasanya disewakan untuk pengunjung yang datang dan mau menginap.

Pantai ini akan menjadi destinasi wisata yang menjanjikan jika pemerintah bisa mengelola serta memperbaiki akses jalan dan menambah fasilitas pantai.  Penduduk setempat bisa menjadikan wisata pantai ini sebagai lahan pendapatan.

Laporan: Elsa Alfionita/Editor: Adh

Pantai Matahora di Wakatobi Menyimpan Sejuta Keindahan 

Objektif.id, WAKATOBI – Pantai Matahora bisa menjadi salah satu pilihan destinasi wisata saat berkunjung di Kabupaten Wakatobi. Pantai ini terletak di Desa Matahora, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Sebagai salah satu destinsai wisata di Waktobi, Pantai ini juga menawarkan keindahan tersendiri yang tentunya tidak akan mengecewakan.

Selain memiliki hamparan pasir putih, di tempat wisata ini dapat melakukan diving, dengan spot pemandangan bawah laut yang sangat menawan.

Tidak hanya memiliki pasir putih dan keindahan bawah laut yang menawan, di Pantai Matohara juga tersedia spot Tebing Batu Karang, jika berada di atas tebing serasa tenang dan damai.

Pantai Matohara ini sangat cocok untuk mandi dan berenang di laut, selain itu kamu juga bisa bersantai menikmati sejuknya anging, bermain pasir, bermain voli serta belari-lari disekitaran pantai.

Pulau Matahora yang terpisah dengan pulau Wangi-Wangi. Untuk sampai di pulau ini, menggunakan tranportasi laut (Perahu) hanya membutuhkan waktu 10-15 menit.

Salah satu pengunjung yang merupakan warga Desa Pongo, Jida mengatakan waktu yang dibutuhkan untuk bisa sampai ke Jembatan Pelangi Matahora, yang merupakan tempat sandar perahu untuk mengantar para pengunjung tersebut memerlukan waktu kurang lebih sekitar 30 menit dari tempat tinggalnya dengan menggunakan kendaraan roda dua.

“Kemudian waktu yang saya dan teman-teman saya butuhkan dari Jembatan Pelangi menuju Pantai Matahora kurang lebih 10 menit, dengan menggunakan perahu, ongkosnya juga relatif murah,” uangkapnya, Kamis 13 Januari 2022

Sementara itu, Agus salah satu pengunjung lokal yang berdomisili di Kecamatan Wangi-wangi, mengatakan bahwa dirinya tidak pernah merasa bosan untuk selalu datang mengunjungi Pantai Matahora.

“Matahora Pulaunya keren, pasirnya menggunung, pulaunya juga keren, sebelah timur dikelilingi tebing karang di sebelah barat pulau dipenuhi pasir putih, itu pulau unik menurutku saking uniknya mi itu saya tidak pernah bosan ke sana, daya tariknya luar biasa,” ucapnya.

Lebih lanjut, Agus menambahkan Pantai Matahora ini akan lebih keren lagi jika di kelola dengan baik oleh Pemerintah Daerah.

“Keren lagi kalo Pemerintah Daerah bisa turun tangan untuk mengelola dengan baik Pantai yang indah itu,” lanjutnya.

Laporan: Syafira/Editor: Rizal Saputra 

 

 

Liburan Sambil Belajar, Kunjungi Distinasi Wisata Liya Togo Peninggalan Kerjaan Buton di Wakatobi

Reporter: Azliza

Editor: Adh

Objektif.id, KENDARI – Kabupaten Wakatobi di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dikenal hingga ke mancanegara, bagaimana tidak, Wakatobi memiliki banyak keindahan terutama dibawah laut yang terdapat ratusan jenis terumbu karang dan ribuan spesies ikan.

Selain wisata bawah laut di Wakatobi, terdapat juga wisata yang sangat bersejarah tepatnya di desa Liya Togo, Kecamatan Wangi-wangi Selatan yang memiliki pesona kebudayaan dan situs peninggalan bersejarah.

Untuk mengunjungi desa Liya Togo yang menjadi Peninggalan Kerajaan Buton, dimana hanya memerlukan waktu kurang lebih 30 menit dari pusat kota.

Pada saat memasuki gerbang masuk kita akan melihat rumah-rumah penduduk dan masyarakat yang sedang beraktivitas disana.

Desa Liya Togo merupakan salah satu desa wisata yang di dalamnya terdapat benteng yang bersejarah peninggalan kerajaan Buton di Wakatobi.

“Daya tarik wisata yang ditawarkan desa wisata Liya Togo yaitu wisata sejarah berupa benteng peninggalan Kesultanan Buton yang terdiri dari 3 lapis antara lain Baruga, Masjid Tua, serta kuburan tokoh adat,” jelas Pemandu Wisata Liya Togo, Samlia (26), Sabtu, (21/8/2021).

Didalam kawasan benteng tersebut, pengunjung bisa melihat sebuah masjid tua bernama Masjid Mubarok yang dibangun pada tahun 1546.

Namanya juga dikenal masyarakat sebagai Masjid Keraton Liya. Dibagian kiri masjid ini terdapat pemakaman yang cukup lebar dan ciri khasnya adalah barisan batu karang yang ditanam ke tanah.

Area disekitar keraton dikelilingi pagar batu dan bunga kamboja. Selain keberadaan masjid, di kawasan desa juga ada baruga yang menjadi tempat berkumpulnya masyarakat untuk bermusyawarah.

 

Menjumpai Pesona Indahnya Pantai Gelora Beach di Konsel

Laporan: Dila Lestari Sri Wulandari

Editor: Adh

Objektif.id, KENDARI – Gelora Beach menjadi salah satu destinasi favorite masyarakat Konawe Selatan (Konsel), khususnya masyarakat Kecamatan Laeya. Pantai ini terletak di Desa Torobulu, Kecamatan Laeya, Kabupaten (Konsel), Sulawesi Tenggara (Sultra).

Sebelumnya, distinasi pantai tersebut, bernama Pantai Torobulu, hingga memasuki Tahun 2022, telah berganti menjadi Gelora Beach yang diresmikan langsung Bupati Konsel, Surunuddin Dangga.Lebih lanjut, untuk mengunjungi pantai tersebut, hanya perlu menempuh jarak 23,8 kilometer dari Kelurahan Punggaluku dengan waktu sekitar 41 menit menggunakan mobil dan 38 menit menggunakan sepeda motor.

Sepanjang perjalanan menuju Desa Torobulu, pengunjung akan melewati beberapa desa dengan jalan yang berkelok-kelok namun disuguhi pemandangan hutan, bukit dan padang rumput yang indah.

Saat memasuki Desa Torobulu, pemandangan pertama yang terlihat adalah gunung bekas galian tambang, rumah-rumah warga, sekolah serta kantor-kantor desa. Warga desa yang berprofesi sebagai nelayan dan pedagang juga akan mudah ditemukan disini.

Semakin mendekati pantai, pengunjung akan melihat rumah-rumah warga yang kebanyakan model loteng karena berada di pinggiran pantai, serta pemandangan pohon bakau di pinggir jalan.

Untuk masuk ke dalam wisata pantai, pengunjung harus kembali menempuh perjalanan melewati lorong di dalam hutan. Biasanya pengunjung harus membayar biaya masuk sebesar Rp.10.000 untuk motor dan Rp.25.000 untuk mobil di hari libur. Sedangkan hari biasa tidak di kenakan biaya masuk.

Warga yang bertugas untuk mengambil upah akan berjaga didepan gerbang atau lorong menuju pantai. Pengunjung bisa memilih memarkirkan kendaraannya di area parkiran pelabuhan atau tetap membawa masuk menuju area pantai. Selain itu akan banyak penjual makanan ringan yang menawarkan jualannya didepan lorong.

Saat memasuki lorong, pengunjung akan menemukan beberapa rumah warga dan warung-warung kecil. Lalu saat sudah semakin menyusuri lorong, pengunjung akan melewati hutan dengan jalan yang kecil, yang mana jika musim hujan tiba, lorong itu akan sangat becek dan susah untuk dilewati kendaraan.

Saat sampai di area pantai, kelelahan pengunjung selama perjalanan akan terbayarkan saat melihat pemandangan pantai yang indah, gazebo yang berjejer rapi, pepohonan, dan beberapa bukit.

Untuk gazebo sendiri, fasilitas itu belum lama dibangun. Pemerintah sengaja menambah fasilitas berupa gazebo agar semakin menarik minat pengunjung. Selain itu agar pengunjung bisa lebih nyaman beristirahat saat berlibur di pantai Torobulu.

Banyaknya pepohonan yang tumbuh disekitaran pantai, menjadi nilai tambah bagi pantai itu sendiri. Karena selain menjadi rindang, pohon-pohon itu membuat pantai tidak terlalu panas dan bisa menjadi tempat berlindung bagi pengunjung dari panas terik matahari.

Disana juga disediakan penyewaan ban. Salah satu warga Desa Torobulu, Ardi mengatakan bahwa ketika pantai sedang ramai biasanya akan disediakan juga penyewaan perahu. Selain itu penjual makanan juga akan memenuhi area pantai.

“Kalau hari libur atau pantai lagi ramai, biasanya pengunjung bisa menyewa perahu,” ucapnya, Minggu, 9 Januari 2022.

Ardi juga mengungkapkan bahwa baru-baru ini telah disediakan fasilitas banana boat dan tentu saja ini menjadi daya tarik baru bagi wisatawan untuk berkunjung di Pantai Torobulu.

Dalam beberapa waktu ini, Pemerintah setempat kian giat dalam membenahi pantai. Buktinya pantai Gelora Beach semakin bersih, wargapun semakin paham akan pentingnya kebersihan pantai.

Tentu saja semua itu akan berefek baik bagi pantai utamanya dalam menarik minat wisatawan.

Bisa dilihat saat hari libur, pantai ini akan dibanjiri pengunjung dari berbagai daerah di Kabupaten Konawe Selatan. Biasanya pengunjung yang datang adalah satu keluarga, mereka kadang membawa makanan dari rumah, tikar, serta peralatan lainnya untuk menunjang liburan mereka.

Selah satu pengunjung di Pantai Gelora Beach, Elsa Alfionita salah mengatakan bahwa jarak pantai yang lumayan dekat dan mudah dijangkau, serta adanya penambahan fasilitas gazebo menjadi alasan ia dan keluarga memilih Pantai Gelora Beach sebagai destinasi liburan.

“Jaraknya lumayan dekat dengan rumah saya, makanya saya sekeluarga memilih pantai ini untuk liburan. Selain itu, sudah ada penambahan gazebo jadi saya ingin melihat sekaligus menikmati fasilitasnya,” ungkapnya.

Selain itu, di area pantai ini terdapat dua bukit yang tidak terlalu tinggi yang tepat berada dipinggiran pantai. Pengunjung biasanya akan naik di bukit itu, untuk sekedar menikmati pemandangan atau untuk mengambil foto. Ada juga gunung yang berada disisi lain pantai dan terdapat goa di atasnya.

Warga Desa Torobulu berharap, dengan daya tarik pantai Torobulu dan penambahan beberapa fasilitas serta kebersihan pantai yang terjaga, dapat semakin menarik minta wisatawan di luar Desa Torobulu untuk datang berkunjung dan hal ini diharapkan bisa menjadi pendapatan tambaham bagi warga setempat.

Pemerintah setempat juga akan semakin giat dalam mempromosikan wisata pantai ini, dan kedepannya akan semakin banyak dibangun dan disediakan berbagai fasilitas yang bisa membuat pantai ini menjadi semakin menarik.

Cafe dan Resto di Atas Batu Karang, Kunjungi ‘Nua Indah’ di Wakatobi

Reporter: Syafirah/Editor: Adh

Objektif.id, KENDARI – Banyak kafe kekinian yang muncul dengan konsep yang unik, contohnya wisata kuliner yang hanya dipisahkan oleh jembatan kayu dengan Pulau Wangi-Wangi.

Ada satu tempat wisata yang sudah cukup lama. Dimana kafe tersebut diberikan nama Nua Indah yang mengkolaborasikan wisata kuliner dan wisata alam, yang berada di Jalan Poros Sombu Bandara, Desa Sombu, Kecamatan Wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sultra.

Nua Indah merupakan salah satu resto yang paling banyak diminati para pengunjung dari berbagai daerah. Bagaimana tidak, letaknya  yang strategis dan unik, sehingga mudah dijangkau.

Pengelola Nua Indah, Halmi mengatakan sebelum diberi nama Nua Indah, tempat ini sering berganti-ganti nama. Dan telah berdiri dari tahun 2005.

“Nua Indah awal berdirinya tahun 2005 kurang lebih terus pada tahun 2015 dikontrak oleh Wasabi, san mengganti nama Wasabi Nya, nah pada tahun 2019 Wasabi telah melepas kontrak sejak awal tahun 2019, dan sejak 2020 Januari kembali menjadi Nua Indah,” kata Halmi, Minggu, 9 Januari 2022.

Tempat ini juga menyediakan berbagai macam makanan khas Wakatobi, seperti Sup Ikan Parende, Ikan Bakar colo-colo, Tuna steak dan Tuna Sashimi. Rasanya yang enak membuat para pengunjung tidak bosan datang ke tempat ini.

Selain makanan, Nua Indah ini juga menyediakan berbagai fasilitas lengkap, seperti villa, tempat khusus untuk berfoto, dan tempat duduk khusus untuk menikmati senja. Sehingga membuat para pengunjung merasa nyaman selama berada di tempat tersebut.

 

“Harapan kedepannya Nua Indah smoga Pemerintah Daerah khususnya dispar mensupport dari segi promosi agar Nua Indah menjadi prioritas wisatawan Lokal, Nusantara maupun Mancanegara nantinya. Terhadap Pengelolaan dan pengembangan Nua Indah pun harus ditingkatkan lagi dari segi Management Pelayanan,” kata halmi.

Kafe yang begitu Indah sekilas tampak seperti pulau karang kecil berada di tengah lautan. Namun jika kita lihat dengan lebih teliti lagi, sebenarnya Nua Indah ini adalah sebuah restoran dan rumah makan yang berdiri diatas pulau karang kecil.

Salah satu pengunjung Nua Indah, Jida yang merupakan warga dari desa Pongo, menjelaskan untuk mencapai kafe tersebut, waktu yang ditempuh kurang lebih 10 menit.

“Waktu yang bisa saya tempuh menuju Nua Indah kurang lebih 10 menit dengan jarak 4 km, dengan menggunakan kendaraan bermotor,” ujarnya.

Selain itu, para pengunjung Nua Indah selalu menjadikan tempat ini sebagai objek untuk menikmati pemandangan sunset di sore hari. Dengan menikmati hidangan yang disediakan di tempat ini.

Salah satu pengunjung diluar desa Sombu, Yoan mengatakan, pihaknya merekomendasikan tempat ini bagi para remaja atau kalangan orang tua yang suka dengan pemandangan senja.

“Jadi kalau untuk saya. Saya sangat merekomendasikan Nua Indah, bagi remaja atau kalangan orang tua yang suka sekali  dengan pemandangan senja itu kita bisa dapatkan di Nua itu sendiri karena kita bisa langsung berpapasan dengan senja dan tempatnya juga strategis, kita bisa melihat bibir karang atau pun pantai dan Lumba-lumba juga kadang sering bermunculan di perbatasan karang yang ada di Nua Indah,” ungkapnya.

 

Pantai Kramat Beach Pesona Baru Pulau Taliabu

Repotrer: Fitriani

Editor: Rizal Saputra

Objektif.id, Kendari – Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Pulau Taliabu memiliki keindahan pantai yang sungguh menakjubkan.

Nah, ada lokasi wisata baru bernama Kramat Beach yang berada di Desa Kramat, Kecamatan Taliabu Barat, kini ramai dikunjungi warga. Wisata yang tergolong belum lama itu dibuka oleh salah satu warga Desa Kramat,

Dimana tempat wisata yang satu ini lebih tepatnya terletak di ujung Desa, di Dusun IV atau masyarakat biasa menyebutnya dengan Dusun Kelapa I dikarenakan di dusun itu terdapat banyak kelapa yang tumbuh.

Tak kurang dari 20 menit perjalanan darat, anda akan tiba dilokasi ini. Keindahan pantai dan laut yang terpadu dalam satu pandangan yang bisa membuat suasana hati menjadi lebih tenang terkadang menjadi target pelepas penat di kala lelah bekerja.

Air laut yang jernih dan di tembah dengan kilauan pasir putih yang jika terkena paparan sinar matahari menjadi terlihat begitu segar untuk menyebur.

Salah satu pengunjung pantai Keramat Beach, Putri yang merupakan warga asli desa Keramat, dimana waktu yang ditempuh untuk sampai pada pantai kurang lebih 20 menit.

“Lama waktu yang saya tempuh kurang lebih 10 menit dari Pelabuhan Feri. Dengan jarak 2 km dengan jalan yang poros,” ucapnya, Minggu, 8 Januari 2022.

Sementra salah satu pengunjung diluar desa, Andi mengatakan waktu tempuh yang dia lalui dengan juga jarak 12 Kilometer dengan waktu 30 menit.

“Kalau mulai start dari Gedung Hemung Sia-sia dulu atau biasa di sebut gendung kuning oleh masyarakat setempat bisa di tempuh dengan jarak 12 Km. Dengan waktu 30 menit,” ujarnya.

Terlebih Ketika sampai di pantai tersebut, anda telah disambut dengan pasir putih yang sangat menarik. Selain pantai anda juga dapat menikmati berbagai menu-menu makanan yang di sajikan oleh berbagai kedai seperti bakso, soto, gorengan dengan minuman air kelapa.

Terdapat beberapa sarana yang di sediakan oleh pemilikkedai seperti Ayunan dan beberapa tempat yang cocok untuk mengambil gambar. Terkadang terlihat air pasang menjadikan kramat beach menjadi lebih menarik.