Puisi: Ketetapan Kenaikan UKT, Suara Mahasiswa Yang Terpinggirkan

Objektif.id

Di kampus yang sejuta harapan,
Mahasiswa terpinggirkan, suara terlupakan.
Tetapi, mereka berteriak suara terdengar jelas,
Menentang ketetapan kenaikan UKT yang tidak adil.

Mereka adalah pelajar yang gigih,
Bekerja keras untuk masa depan mereka sendiri.
Namun, biaya pendidikan terus meningkat,
Mereka merasa terpinggirkan, suara mereka ditekan.

Suara mahasiswa terpinggirkan berkata,
“Kita tidak mampu lagi, kita putus asa.”
Namun, mereka tetap berjuang, Suara mereka terdengar jelas,
Mereka tahu bahwa perubahan bisa terjadi.

Mereka menanyakan mengapa biaya harus meningkat,
Apakah ini benar-benar diperlukan atau hanya untuk keuntungan?
Suara mahasiswa terpinggirkan ingin tahu jawabannya,
Mereka tidak ingin disisihkan tanpa alasan yang jelas.

Mereka mencari solusi lain, mencari jalan keluar,
Tidak ingin biaya pendidikan menjadi beban yang berat.
Suara mahasiswa terpinggirkan ingin dianggap dan didengar,
Mereka berharap ada perubahan yang segera terjadi.

Mereka menunjukkan rasa cintanya pada pendidikan,
Namun, biaya tinggi membuat mereka kesulitan melanjutkan.
Suara mahasiswa terpinggirkan ingin dihargai dan didukung,
Mereka berharap pemerintah dan lembaga pendidikan mendengarkan suaranya.

Mereka tidak hanya individu, tetapi komunitas besar,
Dengan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Suara mahasiswa terpinggirkan ingin diwakili dengan adil,
Mereka berjuang demi hak mereka untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Biaya tinggi bukan hanya beban finansial saja,
Tapi juga beban emosional dan psikologis bagi banyak orang.
Suara mahasiswa terpinggirkan ingin dihargai dan didengar dengan empati.

Mereka adalah generasi yang penuh harapan,
Tetapi biaya pendidikan membuat mereka kesulitan bernafas,
Suara mahasiswa terpinggirkan ingin dianggap prioritas, Mereka berjuang demi masa depan yang lebih cerah.

Suara mahasiswa terpinggirkan tidak akan terlupakan, mereka akan terus berteriak, suara mereka tidak akan terhenti. Mereka berharap perubahan akan segera terjadi, agar mereka dapat melanjutkan pendidikan dengan bahagia.

 

Penulis: Rachma Alya Ramadhan
Editor: Melvi Widya

Puluhan Mahasiswa UKM-Pers IAIN Kendari Mengikuti Program Magang di Media Online Sulawesi Tenggara

Kendari, objektif.id – Puluhan Anggota muda Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pers IAIN Kendari diterima untuk mengikuti program magang pada dua media online terkemuka, yaitu Sultrademo.co dan Teramedia.id selama kurang lebih 30 hari. Sejak Senin (20/5/2024) hingga Juni mendatang.

Dony Oktayudha, selaku redaktur teramedia.id mengatakan senang bisa menjadi salah satu media tujuan magang anggota UKM-Pers IAIN kendari.

“Saya sangat senang dan bangga media kami dijadikan tujuan untuk magang teman-teman dari UKM-Pers IAIN kendari” Kata Dony saat dihubungi melalui WhatsApp, Senin (20/5/2024).

Ia juga menyampaikan harapannya semoga teman-teman UKM-Pers IAIN Kendari menjadi contoh bagi universitas lainnya, sehingga bisa sama-sama belajar dan mengembangkan Teramedia.id.

“saya berharap lebih banyak lagi teman-teman mahasiswa dari IAIN Kendari dan juga dari universitas lainnya yang mau ikut bergabung untuk kita sama-sama berbagi ilmu pengetahuan di media kami, dan semoga dengan adanya teman-teman pemberitaan di Teramedia.id bisa lebih bervariatif,” harapnya.

Begitu pula dengan direktur utama Sultrademo.co, Suprin, S.I., kom, ia berharap mahasiswa dapat mengeluarkan kemampuan terbaiknya selama magang.

“Kami berharap teman-teman bisa betah dan beradaptasi serta memahami cara-cara kerja media online, sehingga kedepan ilmunya bisa digunakan” ujar suprin dikantor Sultrademo.co, Senin (20/5/2024).

Dan juga mengingatkan pentingnya persiapan yang matang untuk menghadapi tantangan-tantangan lapangan kelak.

“Walaupun tugas yang diberikan kelak mungkin akan terasa berat tetapi sya yakin kalian pasti akan bisa menghadapinya,” ucap Suprin.

Begitupun dengan Ketua umum UKM-Pers IAIN kendari, Alfi, berharap agar anggota magang berproses dan memanfaatkan keadaan dengan sebaik-baiknya, sehingga saat pulang akan membawa ilmu serta pengalaman-pengalaman yang dapat membuat dampak baik bagi UKM-Pers IAIN kendari.

“Harapan saya untuk para anggota yang sedang magang tetap berikan yang terbaik, dan terus haus akan ilmu jangan cepat merasa besar, terus ketika kalian sudah balik dari tempat magang saya harap banyak hal baru yang bisa kalian bawa untuk membentuk UKM-Pers IAIN kendari menjadi jauh lebih berkembang dan modern,” harapnya.

Penulis: Maharani.s
Editor: Melvi Widya

Koordinator BEM Se-Sultra Soroti Kemendikbudristek Soal Pendidikan Tersier

Kendari,Objektif.id-Koordinator pusat (Korpus) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se Sulawesi Tenggara Ashabul Akram, angkat bicara ketika Kementerian Pendidikan, kebudayaaan, riset dan teknologi (Kemendikbudristek) bicara soal pendidikan tersier dalam acara penetapan UKT di lingkungan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Jakarta Pusat, (15/05/2024).

Melalui informasi yang didapatkan tim redaksi Objektif.id di platform media Kompas TV, bahwa pendidikan tersier yang dimaksud oleh Kemendikbudristek melalui Sekretaris Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Prof. Tjietjik Sri Tjahjandarie, adalah pendidikan setelah tingkat menengah atas yang lembaga pendidikannya berbentuk Politeknik, Akademi, Institut, dan Universitas.

Menurut Tjietjik, perguruan tinggi adalah pendidikan tersier yang sifatnya bukan wajib belajar olehnya itu soal UKT tetap diatur karena biaya diperguruan tinggi tidak bisa digratiskan.

Sehingga lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat yang ingin masuk perguruan tinggi sebagai pilihan dari individunya maka tanggungan UKT adalah biaya yang harus ditunaikan karena mahasiswa tidak masuk kategori wajib belajar yang mendapat pembiayaan oleh pemerintah.

“Wajib belajar hanya diprioritaskan untuk SD, SMP, dan SMA. Pemerintah hanya memfokuskan pembiayaan pada wajib belajar, bukan pada tertiary education”, bebernya, (15/05/2024).

Menanggapi hal ini, Ashabul memaparkan jika apa yang disampaikan pihak Kemendikbudristek merupakan kekeliruan berpikir kalau menganggap kuliah itu tidak wajib karena dianggap sifatnya bukan wajib belajar.

“Menjadi keliru Kemendikbudristek jika menilai kuliah itu tidak wajib, dalilnya karena bukan wajib belajar. padahal dari sisi ketenagakerjaan saja kita tahu bahwa dunia pekerjaan hari ini menuntut dan lebih memprioritaskan mereka yang memiliki ijasah sarjana. Ini baru dari satu sisi belum sisi lainnya”, katanya.

Ashabul juga menambahkan bahwa pendidikan tersier yang disematkan pada perguruan tinggi sejatinya telah memberikan kerugian besar terhadap perekonomian orang tua mahasiswa. Bagaimana mungkin kampus bisa melahirkan generasi emas jika negara sendiri yang menyiksa mahasiswa dengan tarif UKT begitu mahal yang akan berdampak pada pemberhentian atau pemutusan pendidikan dibangku perkuliahan.

“Kalau perguruan dikatakan sebagai pendidikan tersier yang tidak menjadi fokus pembiayaan pemerintah, sehingga itu menjadi dasar dimahalkan UKT, maka jangan kaget kalau banyak yang tidak bisa kuliah dan putus kuliah karena biaya mahal itu diamini oleh negara”, ungkapnya.

Penulis: Hajar
Editor : Tim Redaksi

Menuju Pembaharuan, UKM-Seni IAIN Kendari Gelar MUBES ke-XXlV

Kendari, Objektif.id – Pembukaan Musyawarah Besar (Mubes) XXIV UKM-Seni IAIN Kendari yang digelar di gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Lt.2, pada Sabtu (11/5/2024).

Kegiatan yang mengusung tema “Membangun Progresif Terwujudnya Renewal Path UKM-Seni IAIN Kendari” ini, dihadiri oleh Warek III IAIN Kendari, UKK-UKM IAIN Kendari , serta Lembaga Seni Mahasiswa UHO dan UMK.

Ketua panitia, Yuslita, menuturkan kegiatan ini akan berlangsung selama dua hari dari tanggal 11-12 Mei 2024, adapun berangkat dari tema tersebut bertujuan untuk membangun sebuah organisasi dan sebagai alur pembaharuan kedepannya bagi pengurus yang terpilih.

“Kami berharap kedepannya UKM-Seni membuat sesuatu yang baru dan berinovasi se-kreatif mungkin,” Tuturnya

Dalam sambutannya, Ketua Umum UKM-Seni, Muh.idris Sabrin, Menghimbau kepada anggota untuk memikirkan masa depan organisasi dengan menciptakan gagasan bersama tanpa memandang status, menuju UKM-Seni yang lebih baik.

“UKM-Seni ini bisa menghadirkan ketua yang lebih baik dari sebelum-sebelumnya sehingga organisasi kita dapat berkembang maju mengikuti arus zaman,” Paparnya

Sementara itu, Warek III IAIN Kendari, Siti Fauziah, mengapresiasi penuh kepada kepengurusan sebelumnya yang sudah melakukan tugas dan tanggung jawabnya terhadap eksistensi UKM-Seni.

“InsyaAllah di tahun 2024 ini akan kembali terpilih ketua yang baru, dan saya berharap hal ini dapat membawa UKM-Seni kedepannya lebih baik lagi dengan program unggulannya pada visi misinya,” Pungkasnya

 

Penulis: Muh. Ali Mufti
Editor: Melvi Widya

Puisi: Suara Mahasiswa Yang Kini Terdiam

Objektif.id

Di tengah hiruk pikuk kampus yang ramai,
Suara mahasiswa terdengar menggema,
Menyuarakan kebenaran dan keadilan,
Namun kini terdiam dalam keheningan.

Mereka yang dulu berani bersuara,
Kini terpaksa menahan langkahnya,
Dibungkam oleh ketakutan dan intimidasi,
Suara mahasiswa yang kini terdiam.

Mereka yang dulu berani menantang kebijakan,
Kini merajut kedamaian dalam diam,
Jejak langkah mereka menggema di lorong kampus,
Menyisakan cerita perjuangan yang abadi.

Namun, janganlah terlena dalam kesunyian.
Karena api perjuangan takkan pernah padam,
Suara mahasiswa akan kembali berkumandang
Menyuarakan kebenaran dan harapan.

Meski terdiam, namun semangat tak pernah padam.
Mereka tetap berjuang dalam diam,
Menyusun strategi dan rencana baru,
Suara mahasiswa yang tetap bersemangat.

Dalam keheningan, ada kekuatan yang tersimpan.
Suara mahasiswa yang terdiam bukanlah kekalahan,
Melainkan persiapan untuk bangkit kembali,
Menggelegar dengan semangat yang menggema.

Biarkan waktu menjadi saksi bisu,
Suara mahasiswa yang kini terdiam akan kembali bersuara.
Menggema di sudut-sudut kampus dan jalan raya,
Menjadi corong kebenaran dan perubahan.

Janganlah terpaku pada keheningan ini,
Suara mahasiswa akan terus mengalun,
Menyuarakan aspirasi dan cita-cita,
Menggetarkan hati dan menyadarkan jiwa.

Karena, suara mahasiswa adalah harapan.
Cahaya di tengah kegelapan,
Teruslah berjuang, jangan pernah berhenti,
Suara mahasiswa takkan pernah terdiam selamanya.

 

Penulis: Rachma Alya Ramadhan
Editor: Melvi Widya

Kamuflase Mahasiswa Dari Idealis Menjadi Pragmatis 

Objektif.id – Mahasiswa memiliki peran yang sangat penting sebagai agen perubahan dalam masyarakat. Mereka adalah pembawa obor idealisme yang seringkali menjadi inisiator pergerakan dan mengorganisir demonstrasi, diskusi, dan kampanye perjuangan hak asasi manusia, kesetaraan gender, keadilan sosial, dan isu-isu krusial lainnya.

Sebagai kaum akademis, mahasiswa tidak hanya bergerak dalam ruang kuliah, tetapi juga berperan aktif dalam kehidupan masyarakat. Kecerdasan intelektual hanya bermanfaat jika diiringi dengan integritas dan kejujuran moral. Ketika kecerdasan dan kejujuran intelektual bersatu, itulah yang membawa perubahan positif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Idealisme adalah nilai-nilai ideal yang diekspresikan dalam pemikiran atau tindakan positif dalam masyarakat. Di sisi lain, pragmatisme lebih menekankan nilai praktis dan keberhasilan, yang kadang-kadang mengorbankan aspek realistik. Dalam era modern ini, perubahan sosial dan politik menimbulkan tantangan besar bagi mahasiswa.

Beberapa dekade terakhir, terlihat pergeseran dalam paradigma mahasiswa yang menunjukkan dinamika pergerakan dan pemikiran mahasiswa seiring dengan perkembangan zaman.

Semangat juang mahasiswa terkikis oleh realitas yang keras dan tuntutan kehidupan sehari-hari. Realitas pahit menunjukkan kemerosotan semangat juang dan kepedulian terhadap isu-isu sosial. Tuntutan akademik, gaya hidup konsumerisme, dan hiruk pikuk perkuliahan tampaknya mengurangi jiwa kritis dan nurani sosial mahasiswa.

Dalam dunia yang semakin komersial, tidaklah mengherankan melihat mahasiswa terjebak dalam godaan materi. Gerakan aksi mahasiswa dengan slogan keadilan seringkali disertai oleh kepentingan pribadi yang terselubung, menunjukkan bahwa idealisme telah terkubur dalam ambisi finansial.

Sangat disayangkan melihat banyak mahasiswa terjebak dalam dinamika politik yang dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi, bukan demi perubahan positif. Bukan lagi militan perubahan yang menggerakkan gerakan, melainkan dorongan untuk mendapatkan insentif personal dan mengorbankan nilai moral serta keadilan.

Moralitas kader intelektual terpinggirkan dan dimanipulasi untuk kepentingan politik yang bertentangan dengan masyarakat umum. Masa depan bangsa bergantung pada mahasiswa sebagai generasi penerus yang berwibawa, namun apatis terhadap isu-isu politik tidak hanya merugikan diri mereka sendiri, tetapi juga masa depan bangsa.

Tetapi tidak semua mahasiswa beralih dari idealisme ke pragmatisme. Masih banyak yang mempertahankan nilai-nilai idealistik sambil mengakui kebutuhan untuk menghadapi realitas praktis. Pentingnya mendidik integritas sebagai benteng kokoh dan menjadikan mahasiswa sebagai katalisator transformasi terus menjadi sorotan.

 

Penulis: Ismail
Editor: Hajar

Pemilma IAIN Kendari Sempat Tertunda, Ini Masalahnya

Kendari, Objektif.id – Pemilihan Anggota Senat Mahasiswa (Sema) IAIN Kendari yang direncanakan pada 2 Mei 2024 ditunda.

Hal itu disebabkan karena belum rampungnya Daftar Pemilih Tetap (DPT) mahasiswa.

Selan itu, berkas syarat calon figur Sema untuk periode 2024 – 2025 yang didaftarkan oleh partai politik mahasiswa juga belum lengkap.

Dua masalah mengakibatkan penundaan pemilihan hingga 20 Mei 2024 mendatang. Hal tersebut dibenarkan oleh Ketua Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa Muh. Adriansyah.

“Kendala muncul terkait akomodasi dan daftar pemilih tetap yang belum lengkap, menyebabkan penundaan acara,” ujarnya Senin (06/05/2024).

Adapun penundaan pemilihan itu, kata Adriansyah sudah disampaikan kepada para ketua-ketua partai politik mahasiswa IAIN Kendari dan telah disepakati bersama.

Menanggapi keterlambatan pemilma Ketua Umum Partai Pembaharu Mahasiswa (PPM) Alam Jaya, mengaku tidak keberatan dengan keputusan yang dilakukan oleh Ketua KPUM.

“Tentu kami tidak terlalu bermasalah dengan hal ini karena proses ini sudah dimulai kembali,” Ungkapnya.

Sementara itu Ketua Umum Partai Aspirasi Mahasiswa (PATRI) La Ode Muh. Suprianton, menyatakan bahwa mereka mengikut pada KPUM, apapun yang menjadi keputusan KPUM berarti itu demi kebaikan seluruh partai.

“Jangan sampai ada permainan-permainan yang tidak kami ketahui, tapi sekarang kami masih berfikir positif,” bebernya.

Dirinya menegaskan, jika dalam tahapan pemilihan ditemukan ada kendala yang merugikan para partai, pihaknya akan melakukan gugatan.

“kami dari partai Patri terus terang kalau ada kendala merugikan bagi partai kami akan menggugat, tapi kami tau bahwa KPUM menunda pemilma demi kebaikan partai-partai lain,” tutupnya.

Penulis: Rachma Alya Ramadhan
Editor : Hajar

Politik Kekecewaan Racun Bagi Demokrasi 

Objektif.id – Tujuan dari politik bukan hanya sebagai cara untuk meraih kekuasaan, tetapi juga strategi dalam menyelaraskan perbedaan untuk hidup bersama. Namun, apa jadinya jika cita-cita keinginan hidup bersama tercederai atas kepentingan pihak tertentu yang mengklaim diri dengan bangga jika persoalan personal adalah representasi semua golongan. Tidak fair kalau ketidakpuasan beberapa individu kepada individu lainnya ingin dijadikan dasar terbentuknya kekecewaan secara kolektif, yang dalam anggapan mereka telah mewakili semua entitas.

Istilah fatsun politik sakit hati muncul atas keadaan peristiwa politik dramatis dengan membuat gerakan sebagai juru selamat dan seakan-akan itu adalah tindakan idealis yang tidak akan mengecewakan, tetapi siapa yang bisa menjamin? Jangan sampai lokomotif penggeraknya penuh gimik belaka melalui kemasan pencitraan baik yang palsu. Idealnya, sebelum mulut menceritakan keburukan orang lain, penting untuk mengecek hidung terlebih dahulu apakah bisa mencium kebusukan diri sendiri. Oleh karena itu, sopan santun politik yang berbasis sakit hati sejatinya hanya akan menghasilkan iklim politik disintegrasi yang mengandalkan perang narasi tidak objektif. Kalaupun menghasilkan persatuan, itu hanya bersifat sementara, melahirkan anak banci, tersesat dan merusak pergerakan.

Sebenarnya pandangan ketidakpuasan hanya sebagai alasan klise yang hadir pada setiap generasi, jika ditinjau dari indera penciuman seorang aktivis, gerakan insidental itu merupakan gangguan mental dari perasaan-perasaan menyedihkan yang timbul akibat kehilangan legitimasi dan superioritas terhadap diri mereka kepada orang lain atau pada perkumpulan tertentu. Kalaupun asumsi tersebut benar adanya maka secara eksplisit bisa kita simpulkan bahwa apa yang dilakukan hanya mementingkan ego sendiri. Haruskah sikap selalu merasa paling penting dan berpengaruh itu dilanggengkan?

Akan lebih beretika kalau kita saling introspeksi diri, bukan malah merasa paling bermoral. Jika hanya memandang pada satu sisi yakni sisi kekecewaan semata, orang akan kehilangan sudut pandang yang lain. Dari sisi kekecewaan saja, yang datang pada diri sendiri hanyalah sakit hati dan dendam. Ketidakpuasan diri sendiri terhadap seseorang memang sifatnya manusiawi, begitupun sebaliknya. Jangan sampai ketidakpuasan seolah-seolah menjadi kabut tebal sakit hati dalam menilai seseorang hingga memunculkan gerakan partisan yang mengorbankan banyak generasi nantinya.

Apakah hari ini kita tengah menguatkan tesis yang mengatakan salah satu symptoom paling menonjol adalah meningkatnya prevalensi baru yang bersifat individualism bukan lagi sosial-horizontal. Sesama manusia yang berkumpul di satu tempat yang sama kita perlu saling mengingatkan untuk menjaga komitmen tolong-menolong, merawat dan saling membesarkan agar menghindari perilaku oportunistik.

Dengan demikian, maka kelompok yang terbentuk itu akan mampu mencapai tujuan-tujuan bersama secara lebih efisien. Kita harus meneladani sikap legowo Hannah Arendt, filsuf politik terkemuka abad 20 keturunan yahudi yang bersedia memaafkan Martin Heidegger yang menjadi salah satu tokoh propaganda nazi atas tindakannya di masa kekuasaan Hitler. Tapi fenomena sekarang kita paling gampang sekali melibatkan bawaan perasaan (baperan) untuk hal-hal yang idealnya bisa diselesaikan dengan bawaan candaan (bacaan).

Hampir pada setiap momentum kontestasi politik kedengkian selalu menjalar. Yang sangat menonjol ada tensi politik intens dan terstruktur dalam menghunuskan perpecahan dan permusuhan terhadap manusia yang akan dituduh mengecewakan. Coba kita telisik kembali, apa yang membuat mereka kecewa? Bukankah kekecewaan itu muncul karena perbedaan, sebab keinginan mereka tidak sesuai dengan harapan pribadi. Seharusnya ketika ada perbedaan selayaknya hal tersebut dihormati dan dihargai antar sesama bukan memojokkan dan memusuhi yang dibungkus dalam bingkai kekecewaan.

Semestinya pencerdasan politik atau pendidikan politik harus hadir sebagai cita-cita tentang diskursus kritis untuk mengucapkan selamat tinggal pada politik kebencian. Di zaman modern lawan kita bukan lagi antar sesama manusia, praktik saling menjatuhkan berlaku di masa baheula oleh peradaban primitif yang alergi dengan eksistensi lain. Sangat jelas di era kolaborasi saat ini masih banyak sisa-sisa manusia yang mengalami kelainan jiwa terhadap kegilaan pengakuan yang digerakkan oleh hasrat kekuasaan semata sehingga menimbulkan konflik yang memenuhi ruang-ruang harmoni keberagaman.

Jika dinilai secara objektif yang sedang menggulirkan kekecewaan bukan malaikat dan nabi, melainkan orang-orang mengecewakan juga dengan mulut besarnya dalam kantong-kantong kemunafikan. Gerakan yang di dalamnya dilandasi dengan sakit hati hanya akan memberikan afirmasi eksklusi dan sekat-sekat yang beroperasi menghasilkan dukungan politik yang nanti mengorbankan kaderisasi.

Ironisnya, alih-alih terwujud suatu solidaritas dan kedamaian, dukungan ekslusif justru semakin menegaskan segregasi yang dikuatkan dinding tebal dikotomi. Sadar atau tidak resiprokal yang berujung pemencilan, orang akan cenderung kehilangan sikap ramah terhadap perbedaan karena terhasut dan terjebak pada politik kebencian yang diseret dalam ego permainan kekuasaan yang tidak membentuk nilai-nilai soliditas secara utuh.

Persatuan dalam keberagaman rupanya telah direnggut oleh kepicikan demagog politik yang berupaya merepresentasikan kebencian dirinya telah mewakili secara mayoritas perasaan orang lain. Upaya menggeneralisasi ini adalah ingin mengesankan diri mereka sebagai pahlawan. Tidak ada yang menjamin yang sekarang menodong orang lain mengecewakan, apakah di masa mendatang mereka tidak akan mengecewakan? Gaya-gaya populisme yang sedang ditunjukan bisa menjadi masalah dalam politik manakala populisme berafiliasi dengan politik kepentingan sektarian yang tidak merata mengakomodasi kepentingan semua golongan yang ada; populisme oleh karenanya dianggap membahayakan dan mengancam soliditas sebab menggiring orang pada perpecahan. Dalam hidup ada keseimbangan, ada mulia dan jahat, ada malaikat bermuka iblis ada iblis bermuka malaikat. Benar apa yang dikatakan Pramoedya Ananta Toer, “barangsiapa hanya memandang pada keceriaan saja, dia orang gila. Barangsiapa memandang pada penderitaannya saja, dia sakit. Kalau tidak ingin ada kekecewaan silahkan ke akhirat.”

Implementasi politik sakit hati hanya akan memperpanjang konflik horizontal. Sebagai orang waras seharusnya ruang politik diwarnai dengan corak pertengkaran pikiran yang sehat. Kedewasaan dalam menyikapi seluruh rangkaian politik yang dinamis adalah orientasi penting untuk mewujudkan satu kekuatan soliditas agar menghentikan dikotomi kepentingan sektarian yang terus melebar.

Kemarahan bukanlah solusi, tetapi untuk memaklumi kemarahan, kita mesti mengalah sebab percuma berhadapan dengan orang yang sedang tidak waras walau hanya sementara, karena bagi Seneca, orang yang marah sedang mengalami “gila sementara” (temporary madness). Hal yang wajib menjadi perhatian adalah rasa kekecewaan seseorang tidak boleh menjadi senjata propaganda yang menodong untuk menyebarkan ketakutan (appeal to fear) dengan menunjuk satu pihak tertentu sebagai penyebabnya. Menyebarkan ketakutan tanpa alasan logis untuk mempengaruhi orang lain itu adalah tindakan pengecut. Sehingga penting bagi siapapun tidak mengambil keputusan secara emosional yang didasarkan oleh pernyataan yang menakut-nakuti.

Harapannya jangan lagi ada orang-orang dionisia (dionysian) dalam istilah Nietzsche adalah mereka yang lebih mempedulikan kebesaran diri dan penegasan kehidupan lainnya daripada mengikuti norma-norma politik. Dengan menuruti moralitas “tuan” dan mentalitas “pahlawan”, tindakan mereka cenderung tidak berbudi, tidak rasional, bernafsu dan politiknya bersifat aristokratik.

 

Editor: Hajar

Menggali Sejarah Politik Kaum Muda Lewat ALDERA

Objektif.id – Buku “ALDERA Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999” adalah sebuah karya yang merekam perlawanan terhadap rezim otoritarianisme Orde baru pada awal 1990-an hingga kejatuhan Soeharto. Aliansi Demokrasi Rakyat (ALDERA) ini memainkan peran penting dalam interaksi perlawanan atas rezim tersebut.

Buku ini ditulis oleh Teddy Wibisono, Nanang Pujalaksana, dan Rahadi T. Wiratama. Buku ini dibuka dengan mengisahkan epos yang sering kali dibahas dalam pergerakan kemahasiswaan. Ini mencerminkan bagaimana gerakan politik kaum muda memiliki peran penting dalam sejarah politik Indonesia.

Ada tujuh bagian yang secara berurutan menjelaskan tentang latar belakang, sepak terjang, hingga tujuan berdirinya organisasi yang diberi nama ALDERA. Dengan struktur ini, pembaca bisa mendapatkan gambaran yang lengkap dan mendalam tentang pergerakan ALDERA.

Pada bagian awal, buku ini menjelaskan latar belakang berdirinya ALDERA yang merupakan respons terhadap kondisi politik dan sosial pada era tersebut. Organisasi ini berperan penting dalam mendorong perubahan dan memperjuangkan demokrasi di Indonesia.

Bagian selanjutnya, buku ini menjelaskan tentang sepak terjang ALDERA. Bagian ini membahas berbagai aksi dan inisiatif yang dilakukan oleh ALDERA dalam perjuangannya melawan rezim otoritarian, ini memberikan gambaran tentang bagaimana ALDERA bergerak dan berjuang dalam situasi yang sulit.

Bagian ketiga, buku ini membahas tentang tujuan berdirinya ALDERA. Adapun bagian ini penting untuk dipahami apa yang menjadi tujuan dan harapan dari pergerakannya, ini juga memberikan gambaran tentang visi dan misi dari ALDERA.

Selanjutnya, buku ini juga membahas tentang berbagai tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh ALDERA dalam perjuangannya, yang memberikan gambaran tentang bagaimana dalam proses perjuangan ini tidaklah mudah dan penuh dengan tantangan.

Selain itu, buku ini juga menjelaskan tentang berbagai strategi dan taktik yang digunakan oleh ALDERA dalam perjuangannya. Ini memberikan gambaran tentang bagaimana ALDERA beradaptasi dan berinovasi dalam menghadapi berbagai tantangan.

Dalam buku ini, menyoroti berbagai prestasi dan pencapaian yang telah diraih oleh ALDERA dalam perjuangannya, dan memberikan gambaran tentang bagaimana perjuangan ini telah menghasilkan perubahan yang signifikan.

Pada bagian akhir, buku ini memberikan kesimpulan dan refleksi tentang pergerakan ALDERA. Bagian ini sangat penting untuk dipahami yang bagaimana pergerakan ini dilihat dan dinilai dalam konteks sejarah politik Indonesia.

Secara keseluruhan, buku ini memberikan gambaran yang mendalam dan detail tentang pergerakan politik kaum muda pada era 1990-an. Buku ini juga memberikan pemahaman yang lebih baik tentang sejarah politik Indonesia, khususnya pada periode tersebut.

 

Penulis: Rachma Alya Ramadhan
Editor: Melvi Widya

Ridho Orang Tua = Ridho Tuhan

Objektif.id – Sebelum saya menulis lebih jauh mengenai perihal judul tersebut, saya akan mencopas sebuah hadis nabi dari sebuah website. Yufidia.com

رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْو َالِدَيْنِ

“Ridha Allah SWT bergantung dari ridha kedua orang tua dan murka Allah SWT bergantung dari kemurkaan orang tua”. (HR. Tirmidzi, ibnu hibban, Hakim).

Dalam pembahasan ini, saya akan lebih memfokuskan pada poin “kunci keberhasilan anak berasal dari doa orang tua”.

Hari ini, kita banyak melihat dan mendengar tentang banyak kesuksesan orang-orang di luar sana karena memuliakan kedua orang tua mereka. Diantaranya yakni kisah dari seorang Imam besar masjidil Haram.

Di saat beliau sedang anak-anak seperti anak kecil pada umumnya yang sering bermain, pada suatu hari sang ibu sedang menyiapkan hidangan untuk sang ayah dan tamunya namun saat hidangan tersebut telah siap tiba-tiba saat anak yang semenjak tadi sedang asik bermain tanah mengambil debu dan menaburkannya di atas makanan.

Sontak sang ibu yang langsung melihat kejadian tersebut marah namun, tentu marahnya bukan mencaci sang anak namun dengan kalimat yang mengandung doa untuk sang anak sendiri, ia berkata “Idzhab. Ja’alaka imaaman lilharamain”. ( pergi kamu. Biar kamu jadi imam di Haramain).

Dan kini sang anak telah dewasa dan berkat amarah yang terukur di bingkai dalam doa sang ibu ia pun kini telah menjadi Imam di masjidil Haram dan sang anak tersebut bernama Syaikh Abdurrahman-as sudais, imam masjidil haram yang nada tartilnya menjadi favorit kebanyakan kaum muslimin di seluruh dunia.

Tentu masih banyak lagi kisah inspiratif di luar sana selain kisah di atas, berangkat dari kisah itu mengajarkan kita betapa pentingnya doa dari orang tua kita.

Selagi kedua orang tua kita masih ada, jangan sia-siakan mereka. Minta maaflah atas segala kesalahan yang telah kita perbuat selama ini serta maafkan pula kesalahan mereka selama ini namun tentu tidak akan pernah ada diantara kita yang mampu untuk membalas jasa dan kebaikan dari kedua orang tua kita.

Permintaan maaf di hadapan mereka ketika mereka masih ada itu lebih berarti dibandingkan permintaan maaf di hadapan batu nisan mereka. Jangan sampai kita tergolong orang-orang yang merugi dikemudikan hari nanti.

 

Penulis: La Ode Muhammad Fazril
Editor: Melvi Widya

Ikhlas

Objektif.id –

Bagaimana kau bisa ku raih
Sedang hatimu digenggam erat olehnya.

Bagaimana kau bisa memandangku
Sedang pandanganmu dituju padanya.

Bagaimana ku mau mendoakanmu
Sedang Tuhanku dan tuhanmu berbeda.

Lima tahun bukan waktu yang mudah.
Untuk Tumbuh bersama dalam satu lingkungan
melewati suka duka bersama,
Merajut cinta menepis kesedihan.

Tetapi aku tersadar…
Benteng kita teramat besar
Jarak kita terlalu jauh berbeda,
Aku sudah tak mampu menggapaimu.

Apalagi Mengangan-angankanmu,
Aku sudah tak sanggup.
Aku malu pada tuhanku dan tuhanmu.
Jika hanya karena cinta ini,
Aku harus merebutmu.

“You my first love”
Hingga kata-kata itu menjadi penutup pertemuanku denganmu,
Walau jejak yang terpisah masih menempel dibenakku.

Aku ikhlas,,,
Dan selalu mencintaimu..

Buton Utara, 11 April 2023

 

Penulis: Rani
Editor: Melvi Widya

Tutup Kegiatan Gebyar Ramadhan, Kades Kramat Harapkan Hal Ini

Taliabu, Objektif.id – Pj. Kepala Desa Kramat, Kecamatan Taliabu Barat, Kabupaten Pulau Taliabu, Maluku Utara,  Hayatudin Ukaasa secara resmi menutup kegiatan Gebyar Ramadhan Competition.

Penutupan Kegiatan Gebyar Ramadhan Competition yang digelar oleh Karang Taruna “AYO BANGKIT” Desa Kramat berlangsung di Pasar Desa Kramat, Senin, (8/4/2024) pukul 22.00 WIT.

Pantauan awak media, acara penutupan sekaligus dirangkaikan dengan penyerahan hadiah itu, dihadiri oleh ratusan masyarakat yang ada di Desa Kramat dan Desa Meranti Jaya.

Foto Pj. Kades Kramat bersama pemenang juara lomba adzan

Pj. Kepala Desa Kramat Hayatudin Ukaasa mengatakan, kegiatan Gebyar Ramadhan  yang diinisiasi oleh pemuda Karang Taruna Desa ini, sejalan dengan perintah UUD 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Menurutnya, dengan kehadiran kegiatan ini secara langsung sangat berdampak positif pada siswa siswi dari Tingkat Paud, TK, SD dan tingkat SMP atau Stanawiah yang ada di Desa Kramat maupun Desa Meranti Jaya.

Lanjut Hayatudin, untuk membangun suatu desa tidak cukup hanya dilakukan oleh Pemerintah semata, tapi juga dilakukan oleh semua masyarakat, semua stakeholder, termasuk generasi muda.

“Atas nama Pemerintah Desa, memberi apresiasi kepada seluruh panitia kegiatan, Pengurus Karang Taruna “AYO BANGKIT” Desa Kramat yang telah sukses menggelar acara ini,” ucapnya.

Pria yang sering disapa Hayat itu berharap, agar para peserta lomba yang sudah mengikuti lomba, terus belajar, mengasah kemampuan serta mengembangkan bakat agar nantinya bisa mengharumkan nama desa dan membanggakan orang tua.

Saat Sekretaris Desa Kramat, Juardin La Madi memberikan hadiah kepada salah satu peserta lomba.

Foto, saat Ketua Karang Taruna Desa Kramat menyerahkan hadiah kepada salah satu peserta lomba.

Foto Bendahara Karang Taruna Ucok Rahmad saat memberikan hadiah kepada salah satu peserta pemenang lomba.

Sebagai informasi, kegiatan Gebyar Ramadhan Competetion dimulai sejak 25 Maret 2024 lalu dengan jenis mata lomba.

1. Lomba Hafalan Surah Juz 30 tingkat SMP/MTS.
2. Lomba Baca Puisi Ramadhan tingkat SD, SMP/MTS.
3. Lomba Ceramah Ramadhan tingkat SD, SMP/MTS.
4. Lomba Nyanyi Solo “Lagu Religi” tingkat TK/PAUD, SD SMP/MTS.
5. Lomba Adzan tingkat  SD, SMP/MTS.
6. Lomba Fashion Show tingkat TK/PAUD.
7. Lomba Ramadhan CUP tingkat dewasa atau umum.

Suasan foto bersama Ketua Karang Taruna bersama para juara lomba Ramadhan CUP.

Reporter: Rizal S
Editor: Melfi Widia

Remaja Masjid Al-Quddus Desa Lagundi Bakal Menggelar Kilau Idul Fitri, Ada Lomba Senam Ibu-Ibu

Buton Utara, Objektif.id – Dalam rangka memeriahkan bulan suci ramadhan 1445 Hijriah, Remaja Masjid Al-Quddus bersama Karang Taruna Sangia Jaya (KTSJ) Desa Lagundi, Kecematan Kambowa, Kabupaten Buton Utara, Sultra akan menggelar kegiatan Kilau Idul Fitri.

Ketua Panitia Mawar Angriawan, mengatakan Kilau Idul Fitri dengan tema “Menjaga Silahturahmi Insan Muda Daerah Melalui Sportifitas Melaju Tanpa Batas” akan dikemas dalam bentuk perlombaan yang melibatkan anak-anak hingga dewasa.

Kata Mawar Angriawan, ada empat macam perlombaan yang akan digelar yaitu: Lomba Adzan, lomba Fashion Show Busana Muslim Anak, lomba Senam Ibu-Ibu dan Lomba game free fire.

Adapun ketentuan dalam mengikuti lomba tersebut ialah:

1. Lomba Adzan anak TK (5-12 tahun) dan remaja usia 13-18 tahun.
2. Lomba Fashion Show Busana Muslim Anak usia 4-12 tahun.
3. Lomba Senam Ibu-ibu dalam bentuk kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 6 orang dengan catatak (diperbolehkan perempuan belum menikah tetapi minimal 3 orang dalam satu kelompok).
4. Lomba Free Fire dalam bentuk tim masing-masing tim terdiri dari empat orang.

Untuk pendaftaran kegiatan ini, mulai dibuka 22 Maret-hingga 11 April 2024. dan pelaksaan kegiatan akan dimulai pada Sabtu 13 April – Minggu 14 April 2024, bertempat di Lapangan Voli Fesa Lagundi.

Mawar Angriawan, mengatakan kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dan mempererat hubungan silahturahmi terkhusus anggota masyarakat yang ada di Kecamatan Kambowa maka kegiatan ini sangat penting diadakan.

“Dilaksanakannya kegiatan ini dalam rangka menyemarakkan perayaan idul fitri melalui kegiatan yang positif dengan senantiasa mempererat tali silaturahmi.” Kata mawar Minggu (31/3/2024).

Reporter : Maharani.S

Editor : Melvi Widia

Mahasiswa MBS Kelas B IAIN Kendari Berbagi Takjil di Bulan Ramadhan

Kendari, objektif.id – Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Kendari program studi Manajemen Bisnis Syariah (MBS) yang tergabung dalam kelas B semester 2, gelar kegiatan berbagi Takjil di bulan yang penuh berkah ini untuk masyarakat yang kurang mampu di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Dalam kegiatan ini, takjil yang diberikan sebanyak 100 kotak yang dilakukan sepanjang jalan baruga hingga Tugu Religi Sultra atau dikenal dengan tugu Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) sekitar pukul 16:30-17.40 WITA.

Ketua tingkat MBS kelas B semester 2, Sahrul Sabri, mengatakan ramadhan merupakan bulan yang penuh akan cinta dan keberkahan untuk berbagi bersama.

“Berbagi takjil merupakan momen terbaik yang dapat memberi manfaat pada sesama terutama kepada orang-orang yang sangat membutuhkan,” kata Sahrul, Sabtu (30/3/2024)

Sementara itu, penanggung jawab kegiatan, Fadillah Sri Adeliya Mislan Hawai, mengungkapkan dana dari kegiatan berbagi takjil bersumber dari iuran kelas perminggu selama satu semester.

“Dana yang terkumpul dari hasil iuran kurang lebih Rp 750.000,” ungkapnya

Lanjut, Menurut Fadillah, kegiatan ini sebagai bentuk kekompakan dan rasa syukur kepada Allah atas semua kenikmatan dan rahmat yang diberikan untuk menjalankan ibadah Ramadhan dengan suasana yang begitu indah dan damai.

“Semoga ini merupakan langkah awal dan bukan akhir dalam meningkatkan rasa kepedulian antara sesama manusia sehingga bisa dilaksanakan secara terus-menerus,” pungkasnya

 

Penulis: Rani
Editor: Harpan Pajar

Partai Amanat Mahasiswa IAIN Kendari Diisukan Telah Dibubarkan, Ini Penjelasan Presiden Partai 

Kendari, objektif.id – Beredar isu di media sosial (medsos), Partai Amanat Mahasiswa (PANTAS) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari telah resmi dinonaktifkan atau dibubarkan.

Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh Objektif.id pembubaran Partai Politik Mahasiswa tersebut di unggah oleh salah satu Dewan Pendiri Organisasi (DPO) Partai Pantas pada akun Instagram permana ifann Selasa, (19/3) lalu.

Dalam unggahannya dia menuliskan, selaku Dewan Pendiri Organisasi memohon maaf kepada seluruh kader yang masih berharap Partai ini digunakan dalam pemilihan mahasiswa (PEMILMA).

Namun, berdasarkan keputusan Rapat Istimewa, DPO dan beberapa pengurus Partai memutuskan bahwa partai yang menjadi wadah aspirasi mahasiswa secara resmi tidak boleh digunakan atau berpotensi dibubarkan.

Menurutnya, saat ini partai yang telah melahirkan banyak ketua-ketua lembaga kemahasiswaan sudah tidak layak digunakan dengan alasan berbagai hal.

Sebagai penutup, dia mengucapkan terimakasih kepada seluruh kader dan simpatisan yang selama ini telah memilih dan mengawal jalannya demokrasi di lingkup Kampus IAIN Kendari.

Sementara itu, Presiden Partai Pantas, Danang Saputra saat dikonfirmasi objektif.id melalui via whatsApp pada Kamis (21/3/24) malam. Membenarkan adanya informasi tersebut.

Danang mengatakan, secara struktural partai, peran DPO Partai mempunyai andil besar di dalam Kelahiran Partai tersebut. Sehingga yang menyangkut dengan konsekuensi logis, keberlangsungan partai dan bahkan pembubaran partai merupakan hak prerogatif dari DPO Partai.

Dalam pengambilan kebijakan, tentunya mereka sudah terlebih dulu mempertimbangkan hal-hal yang kemudian akan di putuskan. Tanpa terkecuali, membubarkan Partai ini.

“Yang saya maksud adalah melalui pandangan yang secara subjektif mereka amati bahwa, partai ini sudah tidak layak untuk dijadikan kendaraan Politik pada Kontestasi Pemilma,” ujarnya

Lanjut Danang, hal itu disebabkan karena ada beberapa oknum kader Partai sudah tidak sejalan dengan apa yang menjadi cita-cita Partai untuk menjadi wadah aspirasi mahasiswa.

Namun, saat ditanya soal alasan pembubaran partai, ia secara tidak langsung menjelaskan, sebab hal tersebut sifatnya sensitif.

“Maka saya secara Pribadi tidak akan mungkin menerangkan secara lebih komprehensif perihal dinamika yang terjadi,” bebernya

Sebagai salah satu kader, lanjut Mantan Mentri Pergerakan Dewan Eksekitif Mahasiswa IAIN Kendari Periode 2022-2023 itu mengaku, tidak menginginkan adanya pembubaran partai tersebut.

“Secara pribadi tentunya saya tidak menginginkan demikian, itu yang perlu di catat. Karena mengapa, sebagai Partai yang Notabenenya berstatus Partai Besar, tiba-tiba diperhadapkan dengan isu itu, sungguh sangat disayangkan,” pungkasnya

Untuk diketahui, Partai Amanat Mahasiswa didirikan oleh Muh. Ifan Permana dan Muhammad Ivansyah pada tanggal 4 Februari 2019. Hingga saat ini  usia partai tersebut telah mencapai  5 tahun.

 

Penulis: Rachma Alya Ramadhan
Editor: Melvi Widya