Menginspirasi! Karena Kecintaan kepada Anak-Anak, Mahasiswi Ini Jadi Guru Les Privat

Kendari, Objektif.id – Dua mahasiswi cantik asal Institut Agama Islam Negeri Kendari, Novi Arlianti Amir (19) dan Melvina Nurcahyani (19), membuka jasa les privat bagi anak TK maupun SD, untuk membantu orang tua dalam mendidik anaknya.

Mahasiswi yang sekarang duduk di semester tiga ini telah membuka jasa les privat ini sekitar tiga bulan  yang dapat dibilang masih tergolong sangat kecil karena baru memulai.

Ketgam: Novi (sebelah kanan) bersama rekannya Melvina (sebelah kir). Foto: Ist.

Novi mengungkapkan, dalam proses mengajar seorang anak terdapat berbagai kesulitan yang mereka dapatkan, misalnya  anak yang mudah bosan, tidak fokus, ditambah anak zaman sekarang yang kehidupannya hanya seputar tentang gadget.

“Tantangan utama bagi kami adalah mengatasi kebosanan dan distraksi anak-anak. Kami perlu memahami karakter mereka, menggunakan metode pembelajaran yang sesuai, dan menciptakan media serta alat pembelajaran menarik untuk mempertahankan minat mereka. Terlebih lagi, tantangan terberat nya adalah menghadapi distraksi dari gadget,” tutur Novi pada objektif.id  melalui via WhatsApp, pada Jumat (17/11/2023).

Selain itu, Melvina juga menambahkan, untuk mengatasi kesulitan yang ada mereka menawarkan konsep pembelajaran yang menyenangkan dan pastinya disukai oleh anak-anak.

“Jadi untuk menghilangkan rasa bosan dari anak-anak, ada beragam cara. Misalnya, dalam belajar, kita sediakan konsep belajar sambil bermain untuk melatih gerak motorik dan sensorik anak,” ungkap Melvina.

Lebih lanjut, mereka juga menciptakan media pembelajaran yang menarik minat anak-anak, menjadikan pembelajaran tidak hanya menyenangkan dalam bayangan, tetapi juga dalam praktiknya. Menurut mereka, Pembelajaran menjadi lebih fokus dan intensif dengan satu atau dua murid per-sesi, serta memastikan setiap anak mendapatkan perhatian penuh.

Meskipun jurusan Ekonomi Syariah, Novi dan Melvina melihat peluang dalam membuka usaha les privat. Menurut mereka, les privat adalah bidang jasa yang minim modal. Berbeda dengan usaha produk yang memerlukan biaya besar, les privat memberikan kesempatan untuk meningkatkan wawasan melalui layanan pendidikan.

Biaya les privat yang mereka tawarkan juga terjangkau, berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp 80.000 per pertemuan. Dengan demikian, mereka memastikan layanan mereka dapat diakses oleh berbagai kalangan masyarakat.

Novi dan Melvina berharap usaha les privat mereka tidak hanya membantu orang tua dalam mendidik anak-anak, tetapi juga memberikan pengalaman belajar yang berkesan bagi setiap murid. Dengan pendekatan kreatif dan fokus pada kebutuhan individual, keduanya menghadirkan alternatif pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.

Penulis: Rachma Alya Ramadhan

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Menjamurnya Gaya Hidup Hedon di Kalangan Mahasiswa

Objektif.id– Sekarang ini gaya hidup hedonisme kian menjamur di kalangan anak muda. Terutama dikalangan mahasiswa yang identik dengan foya-foya, membeli barang-barang mewah, dan selalu ingin jadi pusat perhatian. Kebiasaan ini muncul karena tuntutan pergaulan dan semakin pesatnya perkembangan teknologi. Sehingga, semakin berkembang pula penerapan gaya hidup hedonisme dikalangan mahasiswa.

Apabila mereka tidak memiliki kendali yang baik terhadap diri sendiri, itulah yang menyebabkan mahasiswa cenderung mengalami krisis pencarian jati diri, sehingga sering merasa cemas dan tidak puas terhadap apa yang dimilikinya apabila tidak mengikuti trend perkembangan zaman dan akhirnya masuk dalam pergaulan hedonisme.

Menurut KBBI gaya hidup hedonisme merupakan pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Berbicara tentang gaya hidup, pasti semua orang menganut hal tersebut, tetapi yang membedakan adalah tingkatannya, di mana masalah inilah yang banyak meracuni mahasiswa sekarang, gaya hidup hedonisme yang terkadang melampaui batas dengan dalih mencari kesenangan hidup, tanpa di sadari sifat tersebut dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.

Berkaitan dengan gaya hedonisme mahasiswa, cenderung mengarah ke sesuatu yang bersifat negatif seperti:

Membeli Barang-Barang Mewah

Anak muda sekarang cenderung membeli barang-barang mewah yang disenangi tanpa peduli harga dan kegunaannya seperti pakaian, perhiasan, makanan hingga alat elektronik yang terkadang barang-barang tersebut hanya untuk mengikuti trend milenial dan dalih supaya mereka mendapat pengakuan dari lingkungan sekitarnya.

Senang Menghabiskan Waktu di Luar Rumah

Anak muda bergaya hidup hedonisme lebih senang menghabiskan waktunya di luar rumah, hura-hura, menggemari dunia malam dan terjebak pergaulan bebas, yang dapat membawa dampak buruk jangka panjang seperti; jarang mengikuti proses perkuliahan, berkurangnya minat belajar, kemerosotan moral, dan tidak menghargai orang tua.

Berusaha Untuk Menjadi Pusat Perhatian

Anak muda bergaya hidup hedonisme seringkali lebih senang menjadi pusat perhatian, mereka ingin diakui keberadaannya dan tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya, tidak peduli butuh atau tidak, penting atau tidak asalkan nafsunya terpenuhi.

Menjadi Sosok Yang Tidak Bertanggung Jawab

Anak muda bergaya hidup hedonisme cenderung hanya mementingkan kesenangan pribadinya mengabaikan hal hal lain yang ada disekitarnya dan tidak terlibat aksi sosialisasi yang ada di masyarakat.

Menjadi Sosok Yang Jauh dari Agama

Mereka lebih mengutamakan kesenangan duniawi dari pada hal-hal rohani. Sebab gaya hidup hedonisme sering kali bertentangan dengan ajaran agama misalnya mengumbar aurat, berfoya-foya hingga berzina.

Namun, apakah hedonisme selalu berdampak negatif? Tidak juga, hedonisme sebenarnya kadang kala juga membawa dampak positif, seperti mengajak kita untuk menikmati kehidupan dengan bersenang-senang, agar kita tidak selalu dalam keadaan sedih bahkan tertekan, tapi tidak dapat dipungkiri hedonisme menjadi salah satu gaya hidup paling tidak sehat baik bagi mental maupun finansial.

Memilih gaya hidup memang hak setiap individu, tetapi alangkah lebih baik apabila kita menjalani hidup dengan sederhana memprioritaskan hal-hal penting dan berarti membentuk kehidupan yang lebih bermakna dan membawa manfaat. Memperoleh kebahagiaan dari hal-hal kecil yang sederhana. Kebahagiaan bukan melulu tentang harta dan kemewahan, tapi berasal dari sesuatu yang kecil dan disyukuri dengan sepenuh hati.

Penulis: Wahida

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

7 Tips Mengatur Waktu ala Anak Kampus

Objektif.id – Bagi para generasi muda yang aktif saat ini, pastinya tidak terlepas dari berbagai aktivitas dan kesibukan sehari-hari. Seperti yang kita ketahui bahwa Kegiatan mahasiswa tergolong padat, sehingga kita sebagai mahasiswa terkadang kewalahan dalam mengatur jadwal.

Nah untuk itu, penulis kasih 7 tips nih biar kamu bisa mengatur waktu kamu dengan baik.

1. Mengatur Jadwal

Mengatur jadwal juga salah satu kunci mengatur waktu kita dengan baik. Karena dengan itu kita bisa melihat jadwal-jadwal apa saja yang akan dilaksanakan besok. Nah, kamu juga bisa loh menulis jadwal kamu di buku ataupun kalender.

2. Prioritaskan Tugas

Kita sebagai mahasiswa pastinya tidak jauh-jauh dari tugas. Olehnya itu, kamu harus memperhatikan tugas-tugas kamu sehingga tidak tertinggal, terutama yang terlebih dahulu deadline.

3. Hindari Penundaan Tugas

Sebagian besar mahasiswa sering menunda-nunda tugas, sehingga tugas tersebut tidak menumpuk dan banyak, apalagi sudah deadline kamu akan keteteran nantinya. Jadi, usahakan tugas tersebut jadi secepatnya supaya kamu bisa melakukan aktivitas yang lainnya teman-teman.

4. Buat Perkiraan Waktu

Target waktu kamu nih sobat ngampus, perkirakan waktu-waktu kamu untuk menyelesaikan tugas, hal ini bisa membantu kamu dalam penyelesaian tugas serta tidak memperlambat tugas dan bisa selesai dengan tepat waktu.

5. Jangan Mengerjakan Sekaligus

Tips yang satu ini lebih menarik, usahakan dalam penyelesaian tugas tersebut fokus pada tugas yang ingin di kerjakan terlebih dahulu, karena bekerja sekaligus dapat membuat kamu tidak fokus dan pusing pastinya.

6. Istirahat yang Cukup 

Padatnya kegiatan mahasiswa sehingga lupa untuk beristirahat serta secara tak sadar bahwa yang kamu lakukan tersebut bisa membuat diri kamu gampang lelah dan drop. Cobalah berikan tubuhmu istirahat yang cukup meskipun hanya sejenak, hal ini bisa membantu kamu meningkatkan energi dan bisa semangat lagi.

7. Jauhi yang Bisa Menggangu Kamu Dalam Belajar 

Tips yang selanjutnya adalah jauhi yang Menggangu kamu. Jauhkan alat-alat yang bisa membuat kamu tidak konsentrasi dalam belajar dengan mematikan ponsel atau menonaktifkan notifikasi dan lain sebagainya. Ini akan membantu kita agar tetap fokus dalam mengefisiensikan waktu.

Itulah 7 tips mengatur waktu ala anak kampus. Jangan sia-siakan waktu kamu pergunakan dengan baik. Semoga bermanfaat have a nice day.

Penulis: Novasari 

Editor: Melvi Widya

Dipersulit Pelayanan Administrasi Akademik, Mahasiswa IAIN Kendari Gelar Aksi Demonstrasi 

Kendari, Objektif.id – Sekelompok mahasiswa IAIN Kendari yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Melakukan aksi demonstrasi terkait layanan administrasi yang dinilai kurang baik di pelataran gedung terpadu pada, Kamis (9/11/2023)

Dalam aksi tersebut mereka mendesak kepada Rektor IAIN Kendari untuk melakukan evaluasi akan sistem pelayanan kampus beserta pembuatan SOP terkait hal tersebut.

Alam jaya selaku korlap, menuturkan dalam orasinya bahwa banyak mahasiswa yang terhambat menyelesaikan studinya akibat pelayanan administrasi akademik yang kurang maksimal.

“Telah banyak mahasiswa mengeluh olehnya itu kami datang untuk menuntut dan mendesak agar pelayanan administrasi di kampus IAIN Kendari harus sesuai SOP yang berlaku,” Tuturnya

Membalas hal tersebut, Warek II IAIN Kendari Nurdin, mengatakan SOP pelayanan administrasi akademik sudah ada di setiap fakultas.

“Pelayanan akademik ini sudah ada, dipastikan SOP semua sudah ada tinggal yang menjadi keresahan adalah pengimplementasiannya,” tutupnya

Penulis: Muh. Ali Mufti

Editor : Melvi Widya

Mahasiswa Diwajibkan Merogoh Kocek Untuk Wisuda, Efektifkah?

Objektif.id – “Habis gelap terbitlah terang” begitulah kata pepatah yang sangat relate dengan kehidupan para mahasiswa, karena seperti yang kita tahu dari mulai menjadi seorang mahasiswa mereka tiada hentinya berjuang mati-matian hingga berhasil meraih gelar sarjana yang diinginkan melalui prosesi wisuda.

Wisuda adalah sebuah momen berharga yang dirayakan oleh para mahasiswa yang telah menyelesaikan studi akademiknya. Para wisudawan ini biasanya akan menggunakan baju toga yang menjadi simbol keberhasilan mereka dan kemudian dapat ditunjukkan kepada orang-orang tersayang. Namun, apa jadinya jika momen tersebut terdapat transaksi di dalamnya?

Well, sayang seribu sayang masih banyak universitas-universitas yang mewajibkan mahasiswanya membayar demi menikmati momen wisuda yang telah dinanti itu. Biaya yang dikenakan pun bisa dibilang tidak sedikit, sebagai contoh salah satu PTN ternama UI biaya wisudanya dikenakan sejumlah 1 juta rupiah disertai sumbangan sejumlah Rp300.000. Sedangkan, untuk universitas lain yang mana hanya untuk pendaftaran saja dibebankan dengan biaya mencapai Rp 2 juta dan ini belum termasuk biaya tambahan lainnya.

Disisi lain, untuk “Kampus Biru” sendiri biaya yang dikeluarkan hanya untuk pembelian baju toga serta sewa hotel sejumlah Rp450.000. Dilihat dari segi harga yang dibebankan dari pihak kampus biaya ini bisa dibilang tidak sedikit dan tidak banyak juga.

FYI, kewajiban membeli atribut wisuda ini, disertai dengan nota pembayaran merupakan bagian dari syarat untuk pengambilan ijazah.

Nah, selaras dengan hal diatas, penulis telah merampung pendapat dari beberapa mahasiswa yang telah wisuda tahun ini ada yang tidak sepakat dan sebagian lagi mengaku tidak apa-apa akan biaya tersebut.

Sebut saja Paijo dan Painem yang merupakan Alumni wisudawan yang tidak sepakat tentang hal itu.

“Untuk harga Rp450.000 itu bagi saya kurang efektif karena hanya dipakai sekali untuk berfoto setelah itu pakaiannya hanya menjadi kenang-kenangan saja,” ungkap mereka saat diwawancarai online oleh Objektif.id (06/11/2023).

Sementara itu, sebut saja Juminten dan Sumarni tidak mempermasalahkan biaya yang dibebankan tersebut.

“Tidak apa-apa mengeluarkan uang segitu untuk yang terakhir kalinya, karena baju tersebut sudah menjadi hak milik kita dan juga sebagai tanda perjuangan kita selama kuliah,” ucapnya.

Hm, berdasarkan ketidakseimbangan argumentasi yang di atas maka, penulis menyimpulkan bahwa terkait pembayaran untuk wisuda ini efektif ataupun tidak itu kembali ke pribadi masing-masing setiap orang.

Terakhir, baru-baru ini telah ramai diperbincangkan sistem wisuda UNS yang terbilang beda dari sistem wisuda pada umumnya, yang di mana mereka telah menghilangkan biaya administrasi serta menyewakan saja atribut wisuda kepada para mahasiswa. Semoga saja universitas lain dapat mencontoh UNS terutama untuk “Kampus Biru” kita tercinta karena dengan mengubah sistem wajib beli dengan sewa-menyewa juga tidak merugikan dua belah pihak baik dari pihak kampus maupun mahasiswa.

Penulis: Tesa Ayu Sri Natari

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Parpolma Tempat “Gembel-Gembel” Lembaga Kemahasiswaan Dikader

Objektif.id – Pengurus lembaga kemahasiswaan dewasa ini bukan menjadi role model kepemimpinan yang ideal. Banyaknya teman-teman mahasiswa yang bergabung kedalam lembaga kemahasiswaan hanya menumpang tenar dan menjadi aib buruk dari delegasi partai politik mahasiswa.

Minimnya wawasan berlembaga dan bobroknya dalam mengelola organisasi membuat lembaga kemahasiswaan hari ini menjadi prematur dan tidak terukur untuk mencapai kerja-kerja kelembagaan.

Banyak kasus yang secara fakta terjadi dalam kepengurusan bahwa nama-nama pengurus yang masuk dalam tingkat legislatif ataupun eksekutif hanya masuk menjadi anggota yang tidak tahu apa yang akan mereka perbuat dan mereka itu kita terminologikan sebagai “gembel-gembel lembaga kemahasiswaan,” orang-orang miskin. Ya, miskin ide.

Kasus-kasus semacam itu mestinya menjadi perhatian secara kolektif oleh semua pihak, terutama oleh para partai politik mahasiswa yang menjadi kendaraan dalam kontestasi pemilihan mahasiswa yang sekaligus juga sebagai organisasi perkaderan calon-calon pemimpin lembaga kemahasiswaan.

Mengapa ini menjadi penting, sebab dari tahun ke tahun anggota partai yang diusung masuk kedalam struktural kepengurusan hanya mengincar posisi ketua saja, bukan betul-betul untuk mewakafkan dirinya atas nama mahasiswa yang telah memberikan mereka mandat melaksanakan segala tugas dan tanggungjawabnya sebagai representasi mahasiswa yang terpilih melalui mekanisme pemilihan mahasiswa.

Parpolma tidak pernah melakukan pendidikan politik

Partai politik mahasiswa seharusnya lebih peka terhadap keadaan buruk yang terjadi dalam lembaga kemahasiswaan karena melalui partai nama yang menjadi pengurus masuk dalam lembaga kemahasiswaan baik dilegislatif maupun eksekutif. Banyak nama yang disorong partai dan secara fakta itu hanya memperlihatkan bagaimana lembaga kemahasiswaan meningkat secara kuantitatif padahal mereka dimaksudkan untuk menjadi pengurus yakni meningkatkan taraf kualitas lembaga dengan membawa masing-masing ideologi partainya. Namun, yang terjadi sangat berbanding terbalik dengan apa yang menjadi jualan narasi yang dibuat oleh partai.

Partai politik mahasiswa tidak pernah mengajarkan sejak dini kepada para kadernya bagaimana menjadi anggota lembaga kemahasiswaan yang secara moral tahu dia dikirim dalam kepengurusan lembaga ingin menjadi apa. Selain dari pada itu, partai lalai melakukan kaderisasi kepemimpinan yang baik dan benar, seharusnya partai memberikan edukasi politik bahwa seorang pemimpin tidak mesti harus menjadi pimpinan.

Legitimasi kepemimpinan kader partai seyogianya bukan diukur dalam perspektif ia menjadi ketua melainkan bagaimana semangat pembaharuan itu berlaku secara kontinyu saat pertama kali bergabung dalam lembaga sampai masa baktinya diberhentikan oleh aturan. Artinya meninggalkan _policy_ yang baik, ada gagasan yang relevan mengimbangi laju perkembangan zaman.

Masalah akut yang sering kita jumpai yaitu banyaknya kader partai masuk dalam kepengurusan hanya untuk ajang lomba memamerkan dirinya bahwa ia adalah pengurus lembaga kemahasiswaan dengan harapan mendapat baju pengurus, tindakan seperti inilah kemudian mempertegas adagium yang sedang populer yakni “biar bodoh yang penting bergaya.”

Parpolma tempat kebohongan diproduksi

Sikap kader partai dalam kepengurusan lembaga kemahasiswaan memberikan kita gambaran bagaimana mereka dikader melalui partainya. Karakter yang malas dan kebodohan yang diperlihatkan adalah bentuk nyata bagaimana partai melakukan kaderisasi politik. Partai sudah tidak punya rasa malu lagi terhadap ribuan mahasiswa yang mereka wakili, apa yang partai lakukan dari setiap masa menjelang pemilihan mahasiswa hanya berupaya melakukan pembohongan publik dan itu adalah bagian penghianatan moral sekaligus menghina nalar seluruh mahasiswa.

kita ketahui bersama tentang apa yang dijanjikan melalui narasi-narasi pencitraan saat menjelang hari-hari kampanye, semua partai berlomba memenangkan kebohongannya dengan cara memanipulasi seakan-akan mereka paling peduli terhadap lembaga kemahasiswaan tetapi ketika terpilih justru organisasi dibuat rusak.

Seharusnya partai yang berani mencelupkan dirinya dalam giat-giat politik maka dengan penuh kesadaran mesti mempertanggungjawabkan semua apa yang telah digagas, penyakit semua partai hanya siap menang namun tak siap kalah. Kalau semua kader yang didelegasikan kelembaga hanya mengejar posisi ketua terus kapan visi misi partainya dieksekusi? Karena kadernya hanya sibuk mengejar politik kuasa yang tidak mementingkan lagi kepentingan khalayak.

Padahal menurut Antonio Gramsci “politik tidak terbatas pada perjuangan mendapat kekuasaan, politik mencakup kehidupan manusia yang lebih luas. Ikut serta dalam politik berarti mengembangkan kemampuan berpikir dan bertindak yang berguna bagi diri sendiri, mengembangkan otonomi yang tidak didikte oleh kekuasaan semata.” Artinya bahwa apa yang kita yakini berguna bagi diri sendiri tentu itu harus menjadi kemaslahatan banyak orang, jangan nanti momen pemilihan baru semua partai muncul dengan gagah melakukan banyak kebohongan yang hanya menginginkan posisi ketua saja.

Mahasiswa rindu dengan lembaga kemahasiswaan yang didalamnya semua pengurus dari masing-masing delegasi partai itu saling bertengkar tentang banyak hal untuk kemajuan organisasi yang pastinya berorientasi menjaga amanah dan memperjuangkan seluruh aspirasi mahasiswa. Berhentilah partai mengirim delegasi yang bodoh, yang hanya mengandalkan kebesaran nama partainya saja.

Jangan hanya jago jualan jargon

Kini partai harus melakukan upaya transformasi pola perekrutan sampai pendistribusian kader yang betul-betul mengedepankan kepentingan dalam memperjuangkan visi misinya secara konkret. Partai jangan hanya hebat dalam melakukan promosi yang sifatnya klise, sangat miris keadaan partai-partai hari ini yang semuanya masih mengandalkan tipuan-tipuan melalui jargon dan tidak memperhatikan anggota partainya yang banyak melakukan kebobrokan saat menjadi pengurus lembaga kemahasiswaan.

Ada hal yang sangat menarik pernah dikatakan oleh Ibnu Khaldun bahwa “manusia pada dasarnya bodoh, dan menjadi terpelajar melalui perolehan pengetahuan.” Dengan demikian, jika partai memang tempat untuk melakukan proses kaderisasi kepemimpinan maka didalam pasti terjadi transaksi ide. Tapi kalau yang dikirim partai adalah orang-orang yang tidak berkualitas artinya partai gagal menjadi organisasi pengorbit calon-calon pemimpin, yang ada partai menternak para gembel yang miskin akan gagasan.

Berapa banyak lagi jargon yang harus menjadi penunjang partai untuk membesarkan namanya? Sedang implementasi dari visi misi partai nonsens yang sekedar menjadi tumpukan kata-kata tidak bermakna. Semangat yang digaungkan juga tidak menunjukkan spirit pembaharuan dalam lembaga kemahasiswaan. Setiap tahunnya partai hanya menciptakan polarisasi dikalangan mahasiswa, pertarungan antar partai bukan pertarungan gagasan melainkan ide-ide manipulatif yang dijual gratis.

Slogan-slogan yang melekat pada semua partai hanya untuk membodohi mahasiswa, semakin kuat dipromosikan dan dibangga-banggakan maka semakin kuat partai mengingkari visi-misinya sendiri.

Semoga para parpolma lebih banyak lagi introspeksi agar mereka tahu kalau pendidikan terbaik adalah tindakan bukan kata-kata, kata Charlie Chaplin.

Selain dari pada itu, partai sepertinya tidak pernah membaca banyak literatur dan realitas yang terjadi dilingkup kampus sehingga mereka merasa sistem yang terbangun dalam partainya sudah sangat baik, padahal karena banyak mahasiswa yang mereka bisa tipu. Partai sudah saatnya berhenti membanggakan slogan ataupun jargon kedewaan yang busuk dan tolol itu. Mereka mesti melakukan kesiapan diri untuk melakukan keutamaan yang terbaik dalam segala hal, termasuk dalam hal politik, apapun konsekuensinya. Itulah arete, suatu hal yang diistilahkan oleh Plato.

Penulis: Harpan Pajar

Editor: Melvi Widya

Buka Usaha Barbershop, Mahasiswa IAIN Kendari Kantongi Ratusan ribu Per Hari

Kendari, Objektif.id – Sejak usaha barbershop mulai berkembang pesat di Indonesia, banyak para pebisnis yang antusias untuk menggeluti usaha ini. Tak heran jika saat ini bisnis penyedia jasa memotong, menghias, menata, memberi gaya rambut laki-laki mudah sekali untuk di jumpai.

Saat ini, bisnis pangkas rambut sudah seperti menjamur di setiap wilayah salah satunya di Kota Kendari Sulawesi Tenggra. Dimana pria kekinian juga harus selalu tetap menjaga penampilannya, mereka tak sungkan untuk melakukan perawatan rambut.

Usaha penyedia jasa memotong, menghias, menata, memberi gaya rambut itu kini banyak dilakoni salah satunya Arjuna, salah satu mahasiswa yang saat ini sedang menempuh jenjang sarjana (S1) di Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari.

Mahasiswa yang sering disapa dengan nama Juna itu menerangkan, pemilihan usaha barbershop ini kerena merupakan salah satu usaha yang tidak memiliki pasang surut dan usaha ini banyak didominasi oleh kalangan anak muda. Selain itu, usaha ini juga bisa membantu meringankan beban orang tua untuk biaya tanggungan kuliah.

“Saya tidak mau terlalu tergantung sama orang tua. Jadi saya harus terus berusaha agar bisa menghidupi diri sendiri, membiayai diri sendiri, tanpa membebani orang tua,” ucap Juna saat ditemui, Rabu (3/10/2023) di tempat usahanya yang berada di Depan Kampus IAIN Kendari.

Pria berkulit sawo matang itu mengaku, sebelum melakoni usaha penyedia jasa ini dirinya sudah mencoba merintis beberapa usaha lainya seperti jualan minuman kekinian (thai tea) namun usaha itu ditinggalkan karena bahan-bahan pokoknya mengalami kenaikan harga.

“Saya menjalankan bisnis itu selama 3 tahun dan tahun 2022 akhir usaha minuman kedai itu saya tinggalkan karena alasan bahan pokok naik dan ujian lainnya makanya saya lepas,” bebernya.

Tidak mau menyerah dengan keadaan, dirinya mencoba lagi dengan usaha yang berbeda, dengan berbagai macam pertimbangan akhirnya dirinya memutuskan untuk mencoba usaha rental alat kemping, namun usaha itu hanya berjalan satu tahun enam bulan.

“Itu saya geluti selama satu tahun setengah namun terkendala ditenaga kenapa karena saya tidak mampu menjalankan usaha itu sendiri tanpa dibantu orang lain, kemudian saya masih belum bisa percaya sama orang lain makanya usaha saya semakin hari semakin menurun lalu saya lepas dan tinggalkan usaha itu,” terangnya.

Usaha ketiga yang dilakoninya setelah dua kali gagal adalah usaha barber, usaha ini dibuka pada saat 2020 awal 2021 sekarang sudah berjalan kurang lebih mau ke 3 tahun lamanya oleh karena itu usaha ini merupakan usaha saya yang ketiga dan mudah mudahan usaha ini bisa bertambah lagi.

Untuk usaha sebelumnya saya tidak pernah memakai karyawan, namun untuk usaha saya sekarang ini yaitu barbershop saya memakai 3 orang karyawan dan semuanya mahasiswa aktif iain kendari.

“Omset perhari bisa sampai Rp 500 ribu omset dalam sebulan bisa sampai 10-15 juta itupun belum terbagi pengeluaran dan sebagainya,” uangkapnya.

Saat ditanya tentang menambah bisnis lain, dirinya mengaku ingin melakukan yang terbaik di usia saya yang sekarang makanya apapun usaha yang berpeluang bagi saya akan saya jangkau selagi usaha itu halal.

Sebagai anak muda yang masi memiliki jiwa muda yang membara maka dari itu jangan sia siakan waktu mudamu dengan hal hal yang tidak berguna manfaatkan lah waktumu sebisanya karena sekarang yang kamu usahakan, yang kamu kerja, akan kamu rasakan nanti.

Anak muda jangan patah semangat, jangan dipatahkan hanya persoalan cinta dan yang lainnya ambilah ini sebagai pelajaran karena jiwa muda itu tidak tergoyahkan seperti kata soekarno berikan saya sepuluh pemuda maka akan ku goncangkan dunia umurmu yang sekarang masi muda jangan terlena dengan hal-hal yang tidak berguna.

Penulis: Suci Rahmadani dan Niken Ariyanti
Reporter: Melvi Widya

Mahasiswa Minta Fasilitas di Ruang Hijau, Kabag Umum IAIN Kendari: ‘Tergantung Pimpinan’

Kendari, Objektif.id – Ruang hijau yang terbentang dari gedung perpustakaan hingga gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari kerap dikunjungi para mahasiswa.

Pantauan Objektif.id, puluhan mahasiswa mengunjungi ruang hijau ini saat waktu pergantian mata kuliah sekira pukul 10.00 Wita, waktu istirahat pukul 12.00-13.00 Wita, dan sore hari sekira pukul 15.00 Wita hingga waktu magrib.

Tujuan para mahasiswa pun beragam, ada yang sekedar ingin menghabiskan waktu luang, mengerjakan tugas kuliah, rapat-rapat organisasi, serta sekedar bersenda gurau bersama teman kuliah.

Salah satu mahasiswa Program Studi (Prodi) Manajemen Pendidikan Islam (MPI), Ilham saat mengunjungi ruang hijau ini mengaku, memilih nangkring di tempat ini karena alasan kenyamanan. Menurutnya ruang hijau ini menawarkan sensasi kesejukan sehingga sangat pantas dijadikan tempat untuk menghabiskan waktu luang.

“Kalau di Fakultas saya rasa kurang enak, apalagi kan sementara ada pembangunan gedung baru,” tutur Ilham saat ditemui Objektif.id,  Rabu, (6/9/23).

Selain Ilham, Lia juga membeberkan alasannya memilih mengunjungi ruang hijau ini saat waktu luang. Menurutnya, vibes yang dia rasakan saat nongkrong di ruang hijau IAIN Kendari ini bisa membuka pikiran sehingga banyak mendapat inspirasi.

Meski demikian, para mahasiswa yang ditemui Objektif.id dalan satu lingkaran diskusi di sekitar ruang hijau IAIN Kendari, meminta pihak kampus untuk memberikan perhatian khusus kepada ruang hijau ini dalam hal penataan dan pengadaan fasilitas-fasilitas untuk menunjang kenyamanan mahasiswa saat berada di tempat ini.

Kepala Bagian (Kabag) Umum IAIN Kendari, Amari, saat dikonfirmasi Objektif.id mengatakan, pihaknya telah memikirkan hal tersebut. Namun, belum mendapat anggaran dari pimpinan kampus IAIN Kendari. “Mau di apa, kita hanya bergantung,” ungkap Amari kepada Objektif.id.

Reporter: Akmal
Editor: Ai

Memperingati Tahun Baru Islam, Mahasiswa KKN IAIN Kendari Gelar Lomba Keagamaan

Bombana, Objektif.id – Dalam rangka memeriahkan 1 Muharram 1445 Hijriah, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari posko 114 Desa Watu Mantade, Kecamatan Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana, menyelenggarakan kegiatan lomba keagamaan pada tanggal 21-22 Juli 2023.

Kegiatan ini diselenggarakan di masjid Desa Watu Mantade dengan beberapa jenis lomba diantaranya ialah lomba adzan, hafalan surah pendek, doa harian dan kultum, yang diikuti oleh anak-anak dari jenjang SD dan SMP.

Koordinator Desa (Kordes) Watu Mantade, Abd. Haris Miskiana mengatakan tujuan diadakannya lomba tersebut adalah untuk menjalin silaturahmi dan memberikan wawasan tambahan dari aspek keagamaan kepada anak-anak yang ada di desa ini.

“Jadi tujuan saya dan kawan-kawan KKN mengadakan perlombaan untuk anak-anak secara non fisik yaitu yang pertama untuk menjalin silaturahmi dengan anak-anak, tujuan yang kedua memberikan wawasan yang lebih luas kepada adik-adik dari apa yang kami ketahui seperti surah-surah pendek ataupun doa-doa yang belum mereka ketahui dan tujuan yang terakhir yaitu semoga hadiah yang kami berikan dapat menjadi kenang-kenangan untuk adik-adik dari kami mahasiswa KKN,” jelasnya.

Di samping itu, Sekretaris desa Watu Mantade, Husen Efendi mengapresiasi hal tersebut dengan mengatakan bahwa dengan adanya kegiatan ini dapat memotivasi anak-anak desa Watu Mantade dan mengembangkan potensi mereka pada bidang keagamaan.

“Jujur kegiatan ini sangat bagus, mengingat anak-anak generasi di desa Watu Mentade jarang mengikut lomba seperti yg diadakan teman-teman KKN IAIN, sembari juga memotivasi anak-anak sejak dini untuk bisa meningkatkan potensi dirinya khususnya dalam kegiatan keagamaan yang tadinya mungkin sebagian besar anak-anak tadi belum tau beberapa doa-doa pendek kesehariannya jadi lebih tau, mereka juga saya liat senang dan antusias,” ungkapnya.

Salah satu peserta lomba, Muh. Sultan mengatakan bahwa dirinya mendapatkan banyak manfaat dan pembelajaran setelah mengikuti kegiatan ini.

“Perlombaannya sangat bagus dan saya mendapatkan begitu banyak pembelajaran dan manfaatnya,” pungkasnya.

Reporter : Rina
Editor: Slamet Riadai

Desa Aunupe di Pedalaman Kecamatan Wolasi Jauh dari Hiruk Pikuk Keramaian Kota

Objektif.id – Suasana yang sejuk dan pemandangan yang indah, merupakan salah satu daya tarik desa ini. Terutama hamparan gunung dan perkebunan sayur, serta buah-buahannya. Salah satu yang terbilang cukup menarik adalah gunung dengan nama yang unik yaitu gunung mayat.

Sedikit seram dengan namanya, namun tak hanya sekedar nama bentuknya pun demikian menyerupai sosok manusia yang terbaring meninggal dunia, pemandangan ini akan terlihat jelas ketika berada di jalan Dusun I dan Dusun III Desa Aunupe.

Gunung ini memiliki goa yang di percayai oleh masyarakat Desa Aunupe. Dari cerita -cerita orang tua dahulu, bahwa dalam goa tersebut terdapat batu menyerupai kursi yang menjadi tempat peristirahatan dan tempat persembunyian Jendral Soeharto pada zaman dahulu.

Selain dari gunung yang begitu misterius di Desa Aunupe juga berisi hamparan kebun-kebun sayur yang menghijaukan Desa Aunupe. Terutama sayur sawi yang sangat melimpah menjadikan desa ini sebagai penyuplai sawi untuk Pasar Baruga Kota Kendari dan Pasar Ranomeeto Konsel hingga di jajakan ke Sulawesi Tengah (Morowali).

Bagaimana tidak, mayoritas penduduk Aunupe bekerja sebagai petani sayur dan buah-buahan. Bahkan dalam satu keluarga itu memiliki lokasi perkebunan sendiri yang terletak di sekitaran rumah maupun lokasi yang berbeda di dalam desa Aunupe.

Aunupe juga menjadi salah satu penghasil buah jeruk terbesar di Sulawesi Tenggara khususnya di Konawe Selatan dengan luas lokasi perkebunannya hingga 5 hektar. Dan masih banyak kebun jeruk lainnya yang tersebar di penjuru Desa Aunupe.

Selain alamnya yang kaya dan indah juga terdapat masyarakat yang luar biasa ramah yang di antaranya bersuku Jawa sebagai mayoritas serta Tolaki, Bugis dan Sunda yang hidup rukun saling berdampingan.

Tidak hanya itu, minat belajar generasi mudah pun sangat tinggi. Hal tersebut dilihat saat mahasiswa dari Kampus Institut Agama Islam Negeri Kendari yang sedang menjalankan program Kuliah Kerja Nyata di Desa Aunupe.

Anak-anak yang sangat antusias untuk belajar dan ingin mengetahui banyak hal, termasuk angka-angka dalam bahasa Arab, bahasa Inggris dan olahraga serta pengetahuan-pengetahuan baru yang diajarkan oleh mahasiswa asal Kampus Biru tersebut.

Penulis adalah mahasiswa aktif Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari.

Penulis: Alfi
Editor: Rizal Saputra

Peringati Tahun Baru Islam, Mahasiswa KKN IAIN Kendari Gelar Pawai Obor

Konawe Selatan, Objektif.id – Dalam rangka menyambut 1 Muharram 1445 Hijriah yang jatuh pada tanggal 19 Juli 2023 Masehi, Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, Posko 17 Desa Lambakara, Kecamatan Laeya, Kabupaten Konawe Selatan Menggelar Pawai Obor. (18/07/2023)

Kegiatan dalam rangka menyambut tahun baru Islam ini juga turut diramaikan oleh para masyarakat dan aparat Desa Lambakara.

Koordinator Desa (Kordes) Lambakara, Rahmat Nurholis menjelaskan tujuan diadakannya kegiatan tersebut yaitu untuk memberikan suasana baru bagi masyarakat, dikarenakan pada tahun-tahun sebelumnya belum pernah dibuat kegiatan semacam ini.

“Tujuannya selain untuk memperingati 1 Muharram, kami ingin memberikan nuansa baru dalam memperingati tahun baru Islam di desa Lambakara ini dengan melakukan pawai obor, karena untuk di desa Lambakara belum pernah di adakan acara pawai obor 1 Muharram. Sehingga kami mahasiswa KKN IAIN Kendari mencoba menciptakan suasana baru dalam menyambut tahun baru Islam,”Jelasnya.

Dia juga mengatakan sangat senang terhadap antusias warga desa Lambakara yang begitu bersemangat mengikuti kegiatan ini mulai dari tahap persiapan sampai dengan pelaksanaannya.

“Saya merasa senang dan bangga terhadap antusiasme masyarakat Lambakara dalam merespon kegiatan yang kami buat. terutama dalam mempersiapkan obor dan makanan masyarakat sangat menyambut baik dan antusias untuk mengikuti kegiatan pawai obor ini. Terutama anak-anak yang sangat bersemangat mulai dari kami baru sosialisasikan sampai hari H kegiatan,” tuturnya.

Rahmat Nurholis berharap pelaksanaan kegiatan seperti ini dapat menjadi budaya kedepannya dan masyarakat bisa lebih antusias dalam menyambut hari-hari besar Islam.

“Harapan saya kedepannya, kegiatan seperti ini dapat terus rutin di laksanakan meskipun kami mahasiswa KKN sudah selesai menjalankan tugasnya dalam mengabdi di desa. Serta saya berharap masyarakat dapat lebih kompak dan lebih antusias lagi dalam segala kegiatan peringatan hari besar Islam lainnya,” Tutupnya.

Reporter : Fitriani
Editor: Redaksi

Tiba di Lokasi KKN, Mahasiswa IAIN Kendari Posko 124 Pantau Potensi SDA Desa Moramo

Konsel, Objektif.id – Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah bentuk kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan seluruh mahasiswa di suatu perguruan tinggi. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat secara lansung serta sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan di suatu kampus.

Pengabdian kepada masyarakat juga dilaksanakan oleh kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari. Pada 7 Juli 2023 lalu telah melepaskan 1116 mahasiswa di beberapa lokasi yakni Kabupaten Konawe Utara (Konut) Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) dan Kabupaten Bombana mahasiswa untuk melaksanakan program pengabdian tersebut.

Kegiatan pengabdian itu sendiri dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat (LP2M). KKN yang dilaksanakan ada 3 macam, yaitu ada KKN Reguler, KKN Nusantara Moderasi Beragama, dan KKN Kolabarasi, seluruh kegiatan yang dilaksanakan mulai pemberangkatan tanggal 7 juli hingga penarikan 30 Agustus 2023 mendatang.

Seperti halnya yang dilakukan mahasiswa KKN Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari posko 124 yang ada di Desa Moramo Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), pada Senin, (10/7/2023).

Muh Iqbal Ramadhan, selaku Koordinator Desa (Kordes) mengatakan tindakan pengabdian yang dilakukan di Moramo akan dilaksanakan secara baik dan diawali dengan kegiatan observasi desa kurang lebih selama seminggu.

“In syaa allah kami akan melaksanakan tindakan pengabdian masyarakat ini dengan nawaitu yang baik dan kami akan melakukan observasi desa dulu selama seminggu, setelah itu merancang proker” Katanya, Senin (10/07/2023).

Rahman, selaku Kepala Desa Moramo, menuturkan bahwa di desa yang beliau pimpin memiliki berbagai macam potensi yang dimiliki antara lain persawahan, perkebunan, dan potensi kelapa yang banyak.

“Aset desa kami ini ada beberapa yang menjadi potensi, yaitu ada persawahan, perkebunan, dan kelapa yang melimpah ruah, saya juga memiliki lahan untuk di lestarikan menjadi olahan, tentunya bisa kalian maksimalkan menjadi proker yang akan diselesaikan” Katanya, Senin (10/07/2023).

Reporter : Muh. Iqbal Ramadhan
Editor: Redaksi

Rektor IAIN Kendari Pantau Pelaksanaan UM-PTKIN Jalur Mandiri Lokal Tahap I

Kendari, Objektif.id – Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, Dr. Husain Insawan, M.Ag memantau langsung pelaksanaan Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN) jalur mandiri lokal tahap satu di Gedung Lab Komputer IAIN Kendari pada Senin, (10/7/2023).

Dalam pantauannya, Rektor IAIN Kendari meninjau langsung ruangan tempat lokasi pelaksanan ujian dan juga berinteraksi dengan beberapa peserta ujian dan juga menyapa panitia pengawas ujian.

“Perhatikan baik-baik soalnya sebelum menjawab,” pesannya saat menyapa salah satu peserta ujian.

Selain itu ia juga mengatakan, pelaksanaan UM-PTKIN jalur mandiri tahap satu ini digelar selama dua hari yang diikuti sebanyak 459 calon mahasiswa baru yang telah dinyatakan lulus pada tahap seleksi berkas.

“Ujian penerimaan mahasiswa baru untuk jalur mandiri ini, kita laksanakan mulai hari tanggal 10 sampai 11 Juli 2023. Setelah itu akan diumumkan  hasilnya pada 12 Juli 2023 lalu dilakukan pendaftaran ulang oleh calon mahasiswa yang dinyatakan lulus,” ungkapnya.

Orang nomor satu di IAIN Kendari itu berharap, usaha serta doa dari para calon mahasiswa baru yang mengikuti UM-PTKIN jalur mandiri ini bisa membuahkan hasil yang maksimal.

“Saya berharap peserta yang mengikuti tes ini pasingretnya terpenuhi supaya bisa lulus semua,” harapnya.

Salah satu peserta ujian, Nova Sari juga berharap bisa diterima menjadi salah satu mahasiswa di Kampus IAIN Kendari.

“Mudah-mudahan dari 45 nomor bisa benar semua supaya saya diterima jadi mahasiswa di kampus Ini,” harapnya.

Untuk diketahui, setelah pelaksanaan Ujian Mandiri Lokal Tahap I, IAIN Kendari akan membuka pendaftaran Ujian Mandiri tahap II mulai tanggal 13 Juli 2023 mendatang.

Reporter: Rizal
Editor: Redaksi

Upaya Tingkatkan Softskill Mahasiswa, GenBI IAIN Kendari Gelar Pelatihan Desain Grafis dan World Environment Day

Kendari, Objektif.id – Generasi Baru Indonesia (GenBI) Sulawesi Tenggara (Sultra) Komisariat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari menggelar kegiatan pelatihan Desain Grafis dan World Environment Day dengan tema “Mengembangkan Kreativitas Desain Grafis dan Menciptakan Lingkungan yang Sehat di Era Digital” yang diselenggarakan selama dua hari yaitu pada tanggal 24-25 Juni 2023.


Kegiatan ini diselenggarakan di Aula Mini Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Kendari dan Kolam Retensi Boulevard, dengan memiliki beberapa rangkaian kegiatan diantaranya yaitu sosialisasi QRIS, pelatihan desain grafis, lomba desain grafis dan juga aksi membersihkan lingkungan bersama para peserta.

Ketua Umum GenBI Sultra Komisariat IAIN Kendari, Alif Ahdi Rohman mengungkapkan bahwa, tujuan diadakan kegiatan ini yaitu agar mahasiswa dapat belajar terkait dengan desain grafis dan juga mahasiswa dapat memahami mengenai cara penggunaan QRIS yang merupakan alternatif pembayaran digital dari Bank Indonesia.

“Saya harapkan output dari kegiatan ini yaitu para peserta dapat mengambil pelajaran, ilmu serta membuka cakrawala pemahaman dari para peserta terkait pelatihan desain grafis karena akan menambah poin plus bagi diri sendiri atau usaha yang kita jalani dan di masa yang akan datang. Sosialisasi QRIS saya harapkan mahasiswa dapat mengimplementasikan terkait dengan penggunaan QRIS ke merchant-merchant yang ada disekitar kita,” katanya.

Selain itu, Wakil Dekan III FEBI IAIN Kendari, Sodiman, juga berharap kepada para peserta agar ilmu yang didapatkan pada kegiatan kali ini dapat di implementasikan dengan baik sehingga bisa bermanfaat kedepannya.

“Bagi mahasiswa, peserta yang sudah dilatih, jangan hanya diteori saja, tetapi ilmu yang sudah didapatkan harus dimanfaatkan. Sebagai kreator desain atau kreator konten contohnya, hingga memberikan nilai ekonomis dari ilmu yang sudah didapatkannya. Dari segi kelembagaan juga dapat memberikan nilai guna dengan mempromosikan lembaganya, ikut serta dalam lomba hingga bisa punya prestasi. Bagi yang benar-benar memanfaatkan ini, tentunya memberikan nilai ekonomi,” harapnya.

Salah satu peserta kegiatan, Muh. Rijal Al-Mahdi mengungkapkan bahwa dengan mengikuti kegiatan ini menjadikannya lebih paham mengenai cara penggunaan QRIS dan juga meningkatkam pengetahuannya mengenai desain grafis.

“Pastinya senang, karena telah banyak menambah wawasan tentang transaksi digital dan pastinya mendapat ilmu baru dalam desain grafis,” pungkasnya.

Reporter : Febyona Galuh Damayanti
Editor : Rina

Perpisahan Sekolah dan Kehidupan Hedonis: Mengapa Kita Harus Berubah?

Objektif.id – Acara perpisahan dan penamatan sekolah telah menjadi fenomena baru saat ini mulai dari tingkatan TK hingga SMA, anak-anak dikondisikan merasakan momen wisuda. Namun, di balik perayaan ini, sekolah-sekolah tanpa disadari mengajarkan anak-anak untuk hidup hedonis dan memberatkan orang tua.

Banyak orang tua yang mengeluhkan kesulitan dalam mengikuti kegiatan perpisahan ini. Keterbatasan dana menjadi alasan utama, karena mereka memiliki kebutuhan mendesak lain yang harus dipenuhi. Ironisnya, ada cerita tentang orang tua yang bahkan tidak mendapatkan bagian makanan dalam acara perpisahan setelah membayar mahal. Fenomena ini mengungkap pergeseran pola pikir dan pola hidup di sekolah-sekolah kita.

Bukankah karakter itu juga berasal dari keteladanan yang bukan hanya di dapat di rumah namun juga di sekolah dan masyarakat. Jangan sampai tanpa disadari kita lah yang merubah anak-anak kita menjadi tidak lebih baik.

Colby dan Damon (1992) mengungkap bahwa komitmen terhadap nilai dan prinsip moral, mampu menginspirasi orang lain untuk melakukan tindakan moral. Hal ini akan berbahaya jika berlangsung secara terus menerus dan konsisten sehingga menjadi budaya.

Sekolah-sekolah tampaknya berlomba-lomba untuk tampil lebih hebat dan lebih baik daripada sekolah lainnya dengan menjadikan perpisahan dan penamatan sebagai ajang kehebohan dan kemewahan. Namun, apakah tidak lebih baik jika anggaran yang dikumpulkan oleh pihak sekolah digunakan untuk melatih kebajikan bagi anak-anak, terutama mereka yang masih berada di tingkat PAUD dan sekolah dasar, untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan orang-orang di sekitarnya?

Menanam pohon, memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, atau melakukan kegiatan bersih-bersih lingkungan akan membentuk karakter anak-anak sedari dini. Pilihan ini jauh lebih bermanfaat daripada menyuguhkan gaya hidup hedonis yang tidak menguntungkan bagi perkembangan psikologis dan mental mereka.

Meskipun hal ini terlihat sederhana, namun jika dilakukan secara berkelanjutan dan menjadi keharusan, akan menambah beban bagi orang tua yang seharusnya mendapatkan pendidikan gratis, yang hanyalah sebuah harapan tanpa kenyataan.

Lebih lanjut, gaya hidup perpisahan yang membutuhkan kemampuan finansial juga akan menciptakan kesenjangan di antara siswa-siswa, baik dari segi ekonomi maupun rasa percaya diri. Anak-anak yang tidak mampu secara ekonomi akan merasa rendah diri karena tidak dapat membeli atau menyewa pakaian sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh sekolah.

Upaya maksimal yang dilakukan oleh orang tua untuk memenuhi tuntutan ini, bahkan dengan berhutang, jauh dari prinsip hidup sederhana yang seharusnya diajarkan dan diterapkan.

Sekolah seharusnya menjadi salah satu tiang pembentuk karakter moral siswa. Karakter moral tidak hanya ditentukan oleh keluarga dan masyarakat, tetapi juga oleh sekolah. Jika sekolah mengajarkan anak-anak untuk hidup mewah dan hedonis, maka perilaku siswa di masa depan akan terbentuk sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Oleh karena itu, perlu ada refleksi terhadap fenomena perpisahan yang terjadi saat ini.

Pada masa lalu, perpisahan sekolah dilakukan secara sederhana, dengan membawa makanan yang dimasak oleh ibunda tercinta atau nasi kuning yang dibeli pada tetangga ke sekolah, atau bahkan diadakan di tempat wisata sebagai ajang silaturahmi antara orang tua, anak, dan guru. Namun, saat ini, fenomena baru muncul, terutama di Kota Kendari, di mana perpisahan dilakukan di hotel dengan nuansa glamor dan hedonis.

Lain lagi dengan acara di tingkat SMP dan SMA yang diadakan dalam bentuk Promp Night yang jelas di adopsi dari budaya luar, hal ini memberikan nostalgia bagi mereka yang mampu, tetapi menjadi nostalgila bagi mereka yang tidak memiliki dana cukup untuk mengikuti kegiatan tersebut.

Sekaranglah saatnya kita mengubah paradigma. Kita perlu lebih empati terhadap mereka yang jauh dari gaya hidup hedonis. Pendidikan harus menjadi landasan dalam membentuk karakter moral anak-anak kita. Biaya yang dikeluarkan untuk perpisahan sebaiknya digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat, seperti membantu siswa-siswa yang membutuhkan seragam sekolah atau perlengkapan lainnya, atau bahkan membantu mereka dalam memasuki sekolah baru.

Kita harus mengajarkan anak-anak untuk hidup sederhana, menghargai lingkungan, dan memiliki rasa kepedulian sosial serta semangat gotong royong.

Dalam menghadapi perkembangan zaman, kita harus menjadi penentu arah yang akan dibawa anak-anak kita dan menentukan masa depan karakter mereka. Saatnya menghentikan tren gaya hidup hedonis dalam perpisahan sekolah, dan memprioritaskan nilai-nilai yang lebih penting bagi pembentukan karakter moral yang kuat dan berdaya.

Melalui tulisan ini, saya berharap fenomena perpisahan dan penamatan sekolah saat ini dapat menjadi bahan refleksi bagi kita semua. Mari kita perbaiki arah pendidikan di Indonesia dan menumbuhkan anak-anak yang memiliki karakter moral yang kokoh, peduli terhadap lingkungan, dan mampu berempati terhadap sesama.

Penulis adalah salah satu Dosen Iinstitut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari dan Cand. Doctor PKN.

Penulis: Irma Irayanti, S.HI., M. Pd
Editor: Redaksi