OPINI : Berdalih Demokrasi, Kampus Justru Membungkam

Objektif.id – Pembatasan kampus terhadap hak suara mahasiswa menjadi perhatian utama. Kampus, yang seharusnya menjadi lumbung ide dan suara kritis mahasiswa, justru berubah menjadi penjara pemikiran.

Namun, dengan membatasi hak suara mahasiswa, kita telah mencabut mikrofon dari tangan mereka dan memaksa mereka menjadi penonton pasif dalam drama besar kehidupan kampus.

Membatasi hak suara membuat mahasiswa tidak dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan di kampus itu sendiri dan kemungkinan besar akan mengurangi keinginan mahasiswa untuk mengikuti kegiatan yang diadakan oleh kampus.

Seperti dilansir Sketsaunmul.co, peristiwa yang terjadi di Universitas Indonesia (UI) Tahun 2021 lalu, jagat maya dihebohkan oleh sebuah meme kontroversial yang menampilkan sosok Presiden Joko Widodo dengan mahkota di kepala, bergelar ‘King of Lip Service’. Foto satir ini memicu badai kritik yang dahsyat, mengguncang istana dan memicu perdebatan sengit di seluruh penjuru negeri.

Komentar pedas, dukungan fanatik, hingga ancaman berbaur menjadi satu, menciptakan suasana yang memanas dan penuh ketegangan.

Banyak pihak dari berbagai kelompok oposisi juga menilai tindakan mahasiswa ini melanggar Aturan Kritik dan Berpendapat, serta bisa dituntut sesuai dengan pelanggaran UU ITE.

Di sisi lain, ada yang mengatakan bahwa hal itu sebagai upaya untuk mengungkap realita pahit Indonesia. khususnya bagaimana jerat hegemoni membungkam suara kritis mahasiswa, meredam semangat muda yang haus akan kebebasan. Ini bukan sekadar narasi, ini adalah jeritan hati yang ingin didengar.

Hal serupa juga terjadi pada tahun 2017 yang dialami Zaky Mubarok, Ketua BEM Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Birokrat mengancam akan memulangkan Zaky ke orang tuanya. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh gerakan solidaritas mahasiswa UNY yang terjadi di halaman gedung rektorat UNY beberapa waktu lalu.

Dalam aksinya, para pengunjuk rasa menuntut beberapa poin, di antaranya transparansi Uang Kuliah Tunggal (UKT). Sayangnya, aspirasi para mahasiswa ini tidak mendapatkan respon yang memadai dari pihak kampus.

Inilah dua kejadian yang terjadi di kampus terkait pembatasan hak suara, dan hal ini masih marak terjadi hingga detik ini. Dengan membatasi hak suara mahasiswa, kampus melanggar prinsip dasar dan menghalangi terciptanya lingkungan yang demokratis.

Kampus yang demokratis adalah kampus yang memberikan kebebasan berekspresi kepada mahasiswanya. Bayangkan sebuah kampus di mana mahasiswa bebas berdebat, mengkritik, dan mengajukan pertanyaan. Itulah gambaran kampus ideal. Namun, saat hak suara dibatasi, kita justru menciptakan lingkungan yang lebih menyerupai barak militer daripada rumah belajar.

Dalam hal ini, pemerintah berperan penting untuk menjamin hak setiap warga negara, termasuk mahasiswa, memiliki panggung yang sama untuk menyuarakan pendapatnya. Ketika saja pemerintah abai terhadap hak suara mahasiswa, maka kita sedang menyaksikan benih-benih otoritarianisme tumbuh subur di tanah air kita. Ini adalah ancaman serius bagi masa depan demokrasi kita.

Melibatkan mahasiswa dalam pengambilan keputusan menjadikan kampus sebagai tempat yang lebih baik untuk belajar dan berkembang. Mahasiswa bersuara, Bangsa berjaya.

 

Penulis: Novasari
Editor: Andi Tendri

Puluhan Mahasiswa UKM-Pers IAIN Kendari Mengikuti Program Magang di Media Online Sulawesi Tenggara

Kendari, objektif.id – Puluhan Anggota muda Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pers IAIN Kendari diterima untuk mengikuti program magang pada dua media online terkemuka, yaitu Sultrademo.co dan Teramedia.id selama kurang lebih 30 hari. Sejak Senin (20/5/2024) hingga Juni mendatang.

Dony Oktayudha, selaku redaktur teramedia.id mengatakan senang bisa menjadi salah satu media tujuan magang anggota UKM-Pers IAIN kendari.

“Saya sangat senang dan bangga media kami dijadikan tujuan untuk magang teman-teman dari UKM-Pers IAIN kendari” Kata Dony saat dihubungi melalui WhatsApp, Senin (20/5/2024).

Ia juga menyampaikan harapannya semoga teman-teman UKM-Pers IAIN Kendari menjadi contoh bagi universitas lainnya, sehingga bisa sama-sama belajar dan mengembangkan Teramedia.id.

“saya berharap lebih banyak lagi teman-teman mahasiswa dari IAIN Kendari dan juga dari universitas lainnya yang mau ikut bergabung untuk kita sama-sama berbagi ilmu pengetahuan di media kami, dan semoga dengan adanya teman-teman pemberitaan di Teramedia.id bisa lebih bervariatif,” harapnya.

Begitu pula dengan direktur utama Sultrademo.co, Suprin, S.I., kom, ia berharap mahasiswa dapat mengeluarkan kemampuan terbaiknya selama magang.

“Kami berharap teman-teman bisa betah dan beradaptasi serta memahami cara-cara kerja media online, sehingga kedepan ilmunya bisa digunakan” ujar suprin dikantor Sultrademo.co, Senin (20/5/2024).

Dan juga mengingatkan pentingnya persiapan yang matang untuk menghadapi tantangan-tantangan lapangan kelak.

“Walaupun tugas yang diberikan kelak mungkin akan terasa berat tetapi sya yakin kalian pasti akan bisa menghadapinya,” ucap Suprin.

Begitupun dengan Ketua umum UKM-Pers IAIN kendari, Alfi, berharap agar anggota magang berproses dan memanfaatkan keadaan dengan sebaik-baiknya, sehingga saat pulang akan membawa ilmu serta pengalaman-pengalaman yang dapat membuat dampak baik bagi UKM-Pers IAIN kendari.

“Harapan saya untuk para anggota yang sedang magang tetap berikan yang terbaik, dan terus haus akan ilmu jangan cepat merasa besar, terus ketika kalian sudah balik dari tempat magang saya harap banyak hal baru yang bisa kalian bawa untuk membentuk UKM-Pers IAIN kendari menjadi jauh lebih berkembang dan modern,” harapnya.

Penulis: Maharani.s
Editor: Melvi Widya

Puisi: Suara Mahasiswa Yang Kini Terdiam

Objektif.id

Di tengah hiruk pikuk kampus yang ramai,
Suara mahasiswa terdengar menggema,
Menyuarakan kebenaran dan keadilan,
Namun kini terdiam dalam keheningan.

Mereka yang dulu berani bersuara,
Kini terpaksa menahan langkahnya,
Dibungkam oleh ketakutan dan intimidasi,
Suara mahasiswa yang kini terdiam.

Mereka yang dulu berani menantang kebijakan,
Kini merajut kedamaian dalam diam,
Jejak langkah mereka menggema di lorong kampus,
Menyisakan cerita perjuangan yang abadi.

Namun, janganlah terlena dalam kesunyian.
Karena api perjuangan takkan pernah padam,
Suara mahasiswa akan kembali berkumandang
Menyuarakan kebenaran dan harapan.

Meski terdiam, namun semangat tak pernah padam.
Mereka tetap berjuang dalam diam,
Menyusun strategi dan rencana baru,
Suara mahasiswa yang tetap bersemangat.

Dalam keheningan, ada kekuatan yang tersimpan.
Suara mahasiswa yang terdiam bukanlah kekalahan,
Melainkan persiapan untuk bangkit kembali,
Menggelegar dengan semangat yang menggema.

Biarkan waktu menjadi saksi bisu,
Suara mahasiswa yang kini terdiam akan kembali bersuara.
Menggema di sudut-sudut kampus dan jalan raya,
Menjadi corong kebenaran dan perubahan.

Janganlah terpaku pada keheningan ini,
Suara mahasiswa akan terus mengalun,
Menyuarakan aspirasi dan cita-cita,
Menggetarkan hati dan menyadarkan jiwa.

Karena, suara mahasiswa adalah harapan.
Cahaya di tengah kegelapan,
Teruslah berjuang, jangan pernah berhenti,
Suara mahasiswa takkan pernah terdiam selamanya.

 

Penulis: Rachma Alya Ramadhan
Editor: Melvi Widya

Kamuflase Mahasiswa Dari Idealis Menjadi Pragmatis 

Objektif.id – Mahasiswa memiliki peran yang sangat penting sebagai agen perubahan dalam masyarakat. Mereka adalah pembawa obor idealisme yang seringkali menjadi inisiator pergerakan dan mengorganisir demonstrasi, diskusi, dan kampanye perjuangan hak asasi manusia, kesetaraan gender, keadilan sosial, dan isu-isu krusial lainnya.

Sebagai kaum akademis, mahasiswa tidak hanya bergerak dalam ruang kuliah, tetapi juga berperan aktif dalam kehidupan masyarakat. Kecerdasan intelektual hanya bermanfaat jika diiringi dengan integritas dan kejujuran moral. Ketika kecerdasan dan kejujuran intelektual bersatu, itulah yang membawa perubahan positif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Idealisme adalah nilai-nilai ideal yang diekspresikan dalam pemikiran atau tindakan positif dalam masyarakat. Di sisi lain, pragmatisme lebih menekankan nilai praktis dan keberhasilan, yang kadang-kadang mengorbankan aspek realistik. Dalam era modern ini, perubahan sosial dan politik menimbulkan tantangan besar bagi mahasiswa.

Beberapa dekade terakhir, terlihat pergeseran dalam paradigma mahasiswa yang menunjukkan dinamika pergerakan dan pemikiran mahasiswa seiring dengan perkembangan zaman.

Semangat juang mahasiswa terkikis oleh realitas yang keras dan tuntutan kehidupan sehari-hari. Realitas pahit menunjukkan kemerosotan semangat juang dan kepedulian terhadap isu-isu sosial. Tuntutan akademik, gaya hidup konsumerisme, dan hiruk pikuk perkuliahan tampaknya mengurangi jiwa kritis dan nurani sosial mahasiswa.

Dalam dunia yang semakin komersial, tidaklah mengherankan melihat mahasiswa terjebak dalam godaan materi. Gerakan aksi mahasiswa dengan slogan keadilan seringkali disertai oleh kepentingan pribadi yang terselubung, menunjukkan bahwa idealisme telah terkubur dalam ambisi finansial.

Sangat disayangkan melihat banyak mahasiswa terjebak dalam dinamika politik yang dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi, bukan demi perubahan positif. Bukan lagi militan perubahan yang menggerakkan gerakan, melainkan dorongan untuk mendapatkan insentif personal dan mengorbankan nilai moral serta keadilan.

Moralitas kader intelektual terpinggirkan dan dimanipulasi untuk kepentingan politik yang bertentangan dengan masyarakat umum. Masa depan bangsa bergantung pada mahasiswa sebagai generasi penerus yang berwibawa, namun apatis terhadap isu-isu politik tidak hanya merugikan diri mereka sendiri, tetapi juga masa depan bangsa.

Tetapi tidak semua mahasiswa beralih dari idealisme ke pragmatisme. Masih banyak yang mempertahankan nilai-nilai idealistik sambil mengakui kebutuhan untuk menghadapi realitas praktis. Pentingnya mendidik integritas sebagai benteng kokoh dan menjadikan mahasiswa sebagai katalisator transformasi terus menjadi sorotan.

 

Penulis: Ismail
Editor: Hajar

Terpilih Sebagai Koordinator Pusat BEM Se-Sultra, Presma IAIN Kendari Soroti Kemunduran Gerakan Mahasiswa

Kendari, Objektif.id – Pada kesempatan yang lalu telah dilaksanakannya kongres ke-III BEM se-Sultra yang berlangsung di gedung Aula Mini IAIN Kendari dimulai tanggal 20-21 Februari 2024.

Dalam kongres tersebut, menetapkan Ashabul Akram Presma IAIN Kendari sebagai koordinator pusat BEM se-Sultra periode 2024-2025.

Presma IAIN Kendari, Ashabul Akram dalam jabatannya sebagai korpus BEM se-Sultra mengatakan bahwa gerakan mahasiswa saat ini sedang mengalami kemunduran yang signifikan.

“Gerakan kemahasiswaan di Sultra sudah mengalami degradasi disebabkan oleh kurangnya forum-forum diskusi, pergerakan dan persatuan antar kampus yang membuat hal tersebut secara perlahan disusupi oleh oligarki, terbukti dengan penegak hukum yang menjadi alat bargaining untuk membuat naskah dongeng,” Kata Akram, Sabtu (24/2/2024)

Akram juga menyoroti isu-isu regional maupun nasional yang perlahan-lahan terlupakan oleh mahasiswa serta ia juga menyinggung sikap yang dilakukan beberapa mahasiswa ia pandang tidak sempurna dalam menyuarakan kebenaran dan keadilan.

“Contohnya kasus penembakan Randi dan Yusuf, nelayan di laonti dan kasus-kasus lainnya, buat beberapa mahasiswa itu sudah tidak perlu disuarakan lagi, tetapi lembaga BEM se-Sultra sampai kapan pun tidak akan membiarkan masalah ini terlupakan,” tegasnya.

Lanjut, Akram dengan sigap akan melakukan gebrakan baru dengan membangun kekeluargaan dan mempererat persaudaraan PTN/PTS se-Sulawesi tenggara, dalam mengatasi polemik yang terjadi baik di kelembagaan maupun pada gerakan mahasiswa.

Selain itu, ia juga berharap penuh terhadap sinergitas dan ke solidaritas mahasiswa seluruh kampus se-Sulawesi Tenggara.

“Siapa lagi yang akan meneruskan cita-cita bangsa, kepada siapa lagi yang akan diberikan dan dipercayakan oleh presiden Soekarno untuk kemajuan NKRI kalau bukan pemuda itu sendiri,” pungkasnya.

 

Penulis: Tesa Ayu Sri Natari
Editor: Melvi Widya

Di Balik Gerbang Kampus: Sebuah Awal Menanti

Objektif.id – Di balik gerbang kampus, sebuah awal menanti,,

Langkah pertama di tanah impian, hati berdebar kencang. Tak ada lagi seragam putih abu-abu,Kini warna-warni kehidupan kampus menghampiri…

Buku-buku tebal dan tugas yang tak pernah habis,,

Malam-malam panjang, diskusi tanpa henti. Tapi di sana juga, teman baru dan cerita,,Tawa dan tangis, suka dan duka, semua menjadi satu…

Di balik gerbang kampus, sebuah awal menanti,,

Mimpi-mimpi besar, harapan yang tak terhingga. Kini, aku bukan lagi siswa SMA, Aku adalah mahasiswa, penjelajah dunia baru…

Di balik gerbang kampus, sebuah awal menanti,,

Tantangan dan peluang, semua ada di sini. Aku siap, aku berani, aku akan maju, Karena di balik gerbang kampus, masa depanku menanti…

Di balik gerbang kampus, sebuah awal menanti,,

Aku belajar, aku tumbuh, aku bertransformasi, Dari seorang anak, menjadi seorang pemuda, Dengan semangat yang membara, dan tekad yang kuat…

Di balik gerbang kampus, sebuah awal menanti,,

Aku belajar tentang kehidupan, tentang cinta, dan tentang diri. Aku belajar untuk berjuang, untuk berkorban, dan untuk mencintai, Karena di balik gerbang kampus, aku menemukan diriku…

Di balik gerbang kampus, sebuah awal menanti,,

Aku belajar untuk berani, untuk berdiri, dan untuk berbicara. Aku belajar untuk berpikir, untuk merenung, dan untuk bertindak, Karena di balik gerbang kampus, aku menemukan suaraku…

Di balik gerbang kampus, sebuah awal menanti,,

Aku belajar untuk bermimpi, untuk berharap, dan untuk berdoa. Aku belajar untuk bersyukur, untuk berbagi, dan untuk berkasih sayang, Karena di balik gerbang kampus, aku menemukan hatiku…

Penulis: Rachma Alya Ramadhan

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Menginspirasi! Karena Kecintaan kepada Anak-Anak, Mahasiswi Ini Jadi Guru Les Privat

Kendari, Objektif.id – Dua mahasiswi cantik asal Institut Agama Islam Negeri Kendari, Novi Arlianti Amir (19) dan Melvina Nurcahyani (19), membuka jasa les privat bagi anak TK maupun SD, untuk membantu orang tua dalam mendidik anaknya.

Mahasiswi yang sekarang duduk di semester tiga ini telah membuka jasa les privat ini sekitar tiga bulan  yang dapat dibilang masih tergolong sangat kecil karena baru memulai.

Ketgam: Novi (sebelah kanan) bersama rekannya Melvina (sebelah kir). Foto: Ist.

Novi mengungkapkan, dalam proses mengajar seorang anak terdapat berbagai kesulitan yang mereka dapatkan, misalnya  anak yang mudah bosan, tidak fokus, ditambah anak zaman sekarang yang kehidupannya hanya seputar tentang gadget.

“Tantangan utama bagi kami adalah mengatasi kebosanan dan distraksi anak-anak. Kami perlu memahami karakter mereka, menggunakan metode pembelajaran yang sesuai, dan menciptakan media serta alat pembelajaran menarik untuk mempertahankan minat mereka. Terlebih lagi, tantangan terberat nya adalah menghadapi distraksi dari gadget,” tutur Novi pada objektif.id  melalui via WhatsApp, pada Jumat (17/11/2023).

Selain itu, Melvina juga menambahkan, untuk mengatasi kesulitan yang ada mereka menawarkan konsep pembelajaran yang menyenangkan dan pastinya disukai oleh anak-anak.

“Jadi untuk menghilangkan rasa bosan dari anak-anak, ada beragam cara. Misalnya, dalam belajar, kita sediakan konsep belajar sambil bermain untuk melatih gerak motorik dan sensorik anak,” ungkap Melvina.

Lebih lanjut, mereka juga menciptakan media pembelajaran yang menarik minat anak-anak, menjadikan pembelajaran tidak hanya menyenangkan dalam bayangan, tetapi juga dalam praktiknya. Menurut mereka, Pembelajaran menjadi lebih fokus dan intensif dengan satu atau dua murid per-sesi, serta memastikan setiap anak mendapatkan perhatian penuh.

Meskipun jurusan Ekonomi Syariah, Novi dan Melvina melihat peluang dalam membuka usaha les privat. Menurut mereka, les privat adalah bidang jasa yang minim modal. Berbeda dengan usaha produk yang memerlukan biaya besar, les privat memberikan kesempatan untuk meningkatkan wawasan melalui layanan pendidikan.

Biaya les privat yang mereka tawarkan juga terjangkau, berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp 80.000 per pertemuan. Dengan demikian, mereka memastikan layanan mereka dapat diakses oleh berbagai kalangan masyarakat.

Novi dan Melvina berharap usaha les privat mereka tidak hanya membantu orang tua dalam mendidik anak-anak, tetapi juga memberikan pengalaman belajar yang berkesan bagi setiap murid. Dengan pendekatan kreatif dan fokus pada kebutuhan individual, keduanya menghadirkan alternatif pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.

Penulis: Rachma Alya Ramadhan

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Menjamurnya Gaya Hidup Hedon di Kalangan Mahasiswa

Objektif.id– Sekarang ini gaya hidup hedonisme kian menjamur di kalangan anak muda. Terutama dikalangan mahasiswa yang identik dengan foya-foya, membeli barang-barang mewah, dan selalu ingin jadi pusat perhatian. Kebiasaan ini muncul karena tuntutan pergaulan dan semakin pesatnya perkembangan teknologi. Sehingga, semakin berkembang pula penerapan gaya hidup hedonisme dikalangan mahasiswa.

Apabila mereka tidak memiliki kendali yang baik terhadap diri sendiri, itulah yang menyebabkan mahasiswa cenderung mengalami krisis pencarian jati diri, sehingga sering merasa cemas dan tidak puas terhadap apa yang dimilikinya apabila tidak mengikuti trend perkembangan zaman dan akhirnya masuk dalam pergaulan hedonisme.

Menurut KBBI gaya hidup hedonisme merupakan pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Berbicara tentang gaya hidup, pasti semua orang menganut hal tersebut, tetapi yang membedakan adalah tingkatannya, di mana masalah inilah yang banyak meracuni mahasiswa sekarang, gaya hidup hedonisme yang terkadang melampaui batas dengan dalih mencari kesenangan hidup, tanpa di sadari sifat tersebut dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.

Berkaitan dengan gaya hedonisme mahasiswa, cenderung mengarah ke sesuatu yang bersifat negatif seperti:

Membeli Barang-Barang Mewah

Anak muda sekarang cenderung membeli barang-barang mewah yang disenangi tanpa peduli harga dan kegunaannya seperti pakaian, perhiasan, makanan hingga alat elektronik yang terkadang barang-barang tersebut hanya untuk mengikuti trend milenial dan dalih supaya mereka mendapat pengakuan dari lingkungan sekitarnya.

Senang Menghabiskan Waktu di Luar Rumah

Anak muda bergaya hidup hedonisme lebih senang menghabiskan waktunya di luar rumah, hura-hura, menggemari dunia malam dan terjebak pergaulan bebas, yang dapat membawa dampak buruk jangka panjang seperti; jarang mengikuti proses perkuliahan, berkurangnya minat belajar, kemerosotan moral, dan tidak menghargai orang tua.

Berusaha Untuk Menjadi Pusat Perhatian

Anak muda bergaya hidup hedonisme seringkali lebih senang menjadi pusat perhatian, mereka ingin diakui keberadaannya dan tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya, tidak peduli butuh atau tidak, penting atau tidak asalkan nafsunya terpenuhi.

Menjadi Sosok Yang Tidak Bertanggung Jawab

Anak muda bergaya hidup hedonisme cenderung hanya mementingkan kesenangan pribadinya mengabaikan hal hal lain yang ada disekitarnya dan tidak terlibat aksi sosialisasi yang ada di masyarakat.

Menjadi Sosok Yang Jauh dari Agama

Mereka lebih mengutamakan kesenangan duniawi dari pada hal-hal rohani. Sebab gaya hidup hedonisme sering kali bertentangan dengan ajaran agama misalnya mengumbar aurat, berfoya-foya hingga berzina.

Namun, apakah hedonisme selalu berdampak negatif? Tidak juga, hedonisme sebenarnya kadang kala juga membawa dampak positif, seperti mengajak kita untuk menikmati kehidupan dengan bersenang-senang, agar kita tidak selalu dalam keadaan sedih bahkan tertekan, tapi tidak dapat dipungkiri hedonisme menjadi salah satu gaya hidup paling tidak sehat baik bagi mental maupun finansial.

Memilih gaya hidup memang hak setiap individu, tetapi alangkah lebih baik apabila kita menjalani hidup dengan sederhana memprioritaskan hal-hal penting dan berarti membentuk kehidupan yang lebih bermakna dan membawa manfaat. Memperoleh kebahagiaan dari hal-hal kecil yang sederhana. Kebahagiaan bukan melulu tentang harta dan kemewahan, tapi berasal dari sesuatu yang kecil dan disyukuri dengan sepenuh hati.

Penulis: Wahida

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

7 Tips Mengatur Waktu ala Anak Kampus

Objektif.id – Bagi para generasi muda yang aktif saat ini, pastinya tidak terlepas dari berbagai aktivitas dan kesibukan sehari-hari. Seperti yang kita ketahui bahwa Kegiatan mahasiswa tergolong padat, sehingga kita sebagai mahasiswa terkadang kewalahan dalam mengatur jadwal.

Nah untuk itu, penulis kasih 7 tips nih biar kamu bisa mengatur waktu kamu dengan baik.

1. Mengatur Jadwal

Mengatur jadwal juga salah satu kunci mengatur waktu kita dengan baik. Karena dengan itu kita bisa melihat jadwal-jadwal apa saja yang akan dilaksanakan besok. Nah, kamu juga bisa loh menulis jadwal kamu di buku ataupun kalender.

2. Prioritaskan Tugas

Kita sebagai mahasiswa pastinya tidak jauh-jauh dari tugas. Olehnya itu, kamu harus memperhatikan tugas-tugas kamu sehingga tidak tertinggal, terutama yang terlebih dahulu deadline.

3. Hindari Penundaan Tugas

Sebagian besar mahasiswa sering menunda-nunda tugas, sehingga tugas tersebut tidak menumpuk dan banyak, apalagi sudah deadline kamu akan keteteran nantinya. Jadi, usahakan tugas tersebut jadi secepatnya supaya kamu bisa melakukan aktivitas yang lainnya teman-teman.

4. Buat Perkiraan Waktu

Target waktu kamu nih sobat ngampus, perkirakan waktu-waktu kamu untuk menyelesaikan tugas, hal ini bisa membantu kamu dalam penyelesaian tugas serta tidak memperlambat tugas dan bisa selesai dengan tepat waktu.

5. Jangan Mengerjakan Sekaligus

Tips yang satu ini lebih menarik, usahakan dalam penyelesaian tugas tersebut fokus pada tugas yang ingin di kerjakan terlebih dahulu, karena bekerja sekaligus dapat membuat kamu tidak fokus dan pusing pastinya.

6. Istirahat yang Cukup 

Padatnya kegiatan mahasiswa sehingga lupa untuk beristirahat serta secara tak sadar bahwa yang kamu lakukan tersebut bisa membuat diri kamu gampang lelah dan drop. Cobalah berikan tubuhmu istirahat yang cukup meskipun hanya sejenak, hal ini bisa membantu kamu meningkatkan energi dan bisa semangat lagi.

7. Jauhi yang Bisa Menggangu Kamu Dalam Belajar 

Tips yang selanjutnya adalah jauhi yang Menggangu kamu. Jauhkan alat-alat yang bisa membuat kamu tidak konsentrasi dalam belajar dengan mematikan ponsel atau menonaktifkan notifikasi dan lain sebagainya. Ini akan membantu kita agar tetap fokus dalam mengefisiensikan waktu.

Itulah 7 tips mengatur waktu ala anak kampus. Jangan sia-siakan waktu kamu pergunakan dengan baik. Semoga bermanfaat have a nice day.

Penulis: Novasari 

Editor: Melvi Widya

Dipersulit Pelayanan Administrasi Akademik, Mahasiswa IAIN Kendari Gelar Aksi Demonstrasi 

Kendari, Objektif.id – Sekelompok mahasiswa IAIN Kendari yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Melakukan aksi demonstrasi terkait layanan administrasi yang dinilai kurang baik di pelataran gedung terpadu pada, Kamis (9/11/2023)

Dalam aksi tersebut mereka mendesak kepada Rektor IAIN Kendari untuk melakukan evaluasi akan sistem pelayanan kampus beserta pembuatan SOP terkait hal tersebut.

Alam jaya selaku korlap, menuturkan dalam orasinya bahwa banyak mahasiswa yang terhambat menyelesaikan studinya akibat pelayanan administrasi akademik yang kurang maksimal.

“Telah banyak mahasiswa mengeluh olehnya itu kami datang untuk menuntut dan mendesak agar pelayanan administrasi di kampus IAIN Kendari harus sesuai SOP yang berlaku,” Tuturnya

Membalas hal tersebut, Warek II IAIN Kendari Nurdin, mengatakan SOP pelayanan administrasi akademik sudah ada di setiap fakultas.

“Pelayanan akademik ini sudah ada, dipastikan SOP semua sudah ada tinggal yang menjadi keresahan adalah pengimplementasiannya,” tutupnya

Penulis: Muh. Ali Mufti

Editor : Melvi Widya

Mahasiswa Diwajibkan Merogoh Kocek Untuk Wisuda, Efektifkah?

Objektif.id – “Habis gelap terbitlah terang” begitulah kata pepatah yang sangat relate dengan kehidupan para mahasiswa, karena seperti yang kita tahu dari mulai menjadi seorang mahasiswa mereka tiada hentinya berjuang mati-matian hingga berhasil meraih gelar sarjana yang diinginkan melalui prosesi wisuda.

Wisuda adalah sebuah momen berharga yang dirayakan oleh para mahasiswa yang telah menyelesaikan studi akademiknya. Para wisudawan ini biasanya akan menggunakan baju toga yang menjadi simbol keberhasilan mereka dan kemudian dapat ditunjukkan kepada orang-orang tersayang. Namun, apa jadinya jika momen tersebut terdapat transaksi di dalamnya?

Well, sayang seribu sayang masih banyak universitas-universitas yang mewajibkan mahasiswanya membayar demi menikmati momen wisuda yang telah dinanti itu. Biaya yang dikenakan pun bisa dibilang tidak sedikit, sebagai contoh salah satu PTN ternama UI biaya wisudanya dikenakan sejumlah 1 juta rupiah disertai sumbangan sejumlah Rp300.000. Sedangkan, untuk universitas lain yang mana hanya untuk pendaftaran saja dibebankan dengan biaya mencapai Rp 2 juta dan ini belum termasuk biaya tambahan lainnya.

Disisi lain, untuk “Kampus Biru” sendiri biaya yang dikeluarkan hanya untuk pembelian baju toga serta sewa hotel sejumlah Rp450.000. Dilihat dari segi harga yang dibebankan dari pihak kampus biaya ini bisa dibilang tidak sedikit dan tidak banyak juga.

FYI, kewajiban membeli atribut wisuda ini, disertai dengan nota pembayaran merupakan bagian dari syarat untuk pengambilan ijazah.

Nah, selaras dengan hal diatas, penulis telah merampung pendapat dari beberapa mahasiswa yang telah wisuda tahun ini ada yang tidak sepakat dan sebagian lagi mengaku tidak apa-apa akan biaya tersebut.

Sebut saja Paijo dan Painem yang merupakan Alumni wisudawan yang tidak sepakat tentang hal itu.

“Untuk harga Rp450.000 itu bagi saya kurang efektif karena hanya dipakai sekali untuk berfoto setelah itu pakaiannya hanya menjadi kenang-kenangan saja,” ungkap mereka saat diwawancarai online oleh Objektif.id (06/11/2023).

Sementara itu, sebut saja Juminten dan Sumarni tidak mempermasalahkan biaya yang dibebankan tersebut.

“Tidak apa-apa mengeluarkan uang segitu untuk yang terakhir kalinya, karena baju tersebut sudah menjadi hak milik kita dan juga sebagai tanda perjuangan kita selama kuliah,” ucapnya.

Hm, berdasarkan ketidakseimbangan argumentasi yang di atas maka, penulis menyimpulkan bahwa terkait pembayaran untuk wisuda ini efektif ataupun tidak itu kembali ke pribadi masing-masing setiap orang.

Terakhir, baru-baru ini telah ramai diperbincangkan sistem wisuda UNS yang terbilang beda dari sistem wisuda pada umumnya, yang di mana mereka telah menghilangkan biaya administrasi serta menyewakan saja atribut wisuda kepada para mahasiswa. Semoga saja universitas lain dapat mencontoh UNS terutama untuk “Kampus Biru” kita tercinta karena dengan mengubah sistem wajib beli dengan sewa-menyewa juga tidak merugikan dua belah pihak baik dari pihak kampus maupun mahasiswa.

Penulis: Tesa Ayu Sri Natari

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Parpolma Tempat “Gembel-Gembel” Lembaga Kemahasiswaan Dikader

Objektif.id – Pengurus lembaga kemahasiswaan dewasa ini bukan menjadi role model kepemimpinan yang ideal. Banyaknya teman-teman mahasiswa yang bergabung kedalam lembaga kemahasiswaan hanya menumpang tenar dan menjadi aib buruk dari delegasi partai politik mahasiswa.

Minimnya wawasan berlembaga dan bobroknya dalam mengelola organisasi membuat lembaga kemahasiswaan hari ini menjadi prematur dan tidak terukur untuk mencapai kerja-kerja kelembagaan.

Banyak kasus yang secara fakta terjadi dalam kepengurusan bahwa nama-nama pengurus yang masuk dalam tingkat legislatif ataupun eksekutif hanya masuk menjadi anggota yang tidak tahu apa yang akan mereka perbuat dan mereka itu kita terminologikan sebagai “gembel-gembel lembaga kemahasiswaan,” orang-orang miskin. Ya, miskin ide.

Kasus-kasus semacam itu mestinya menjadi perhatian secara kolektif oleh semua pihak, terutama oleh para partai politik mahasiswa yang menjadi kendaraan dalam kontestasi pemilihan mahasiswa yang sekaligus juga sebagai organisasi perkaderan calon-calon pemimpin lembaga kemahasiswaan.

Mengapa ini menjadi penting, sebab dari tahun ke tahun anggota partai yang diusung masuk kedalam struktural kepengurusan hanya mengincar posisi ketua saja, bukan betul-betul untuk mewakafkan dirinya atas nama mahasiswa yang telah memberikan mereka mandat melaksanakan segala tugas dan tanggungjawabnya sebagai representasi mahasiswa yang terpilih melalui mekanisme pemilihan mahasiswa.

Parpolma tidak pernah melakukan pendidikan politik

Partai politik mahasiswa seharusnya lebih peka terhadap keadaan buruk yang terjadi dalam lembaga kemahasiswaan karena melalui partai nama yang menjadi pengurus masuk dalam lembaga kemahasiswaan baik dilegislatif maupun eksekutif. Banyak nama yang disorong partai dan secara fakta itu hanya memperlihatkan bagaimana lembaga kemahasiswaan meningkat secara kuantitatif padahal mereka dimaksudkan untuk menjadi pengurus yakni meningkatkan taraf kualitas lembaga dengan membawa masing-masing ideologi partainya. Namun, yang terjadi sangat berbanding terbalik dengan apa yang menjadi jualan narasi yang dibuat oleh partai.

Partai politik mahasiswa tidak pernah mengajarkan sejak dini kepada para kadernya bagaimana menjadi anggota lembaga kemahasiswaan yang secara moral tahu dia dikirim dalam kepengurusan lembaga ingin menjadi apa. Selain dari pada itu, partai lalai melakukan kaderisasi kepemimpinan yang baik dan benar, seharusnya partai memberikan edukasi politik bahwa seorang pemimpin tidak mesti harus menjadi pimpinan.

Legitimasi kepemimpinan kader partai seyogianya bukan diukur dalam perspektif ia menjadi ketua melainkan bagaimana semangat pembaharuan itu berlaku secara kontinyu saat pertama kali bergabung dalam lembaga sampai masa baktinya diberhentikan oleh aturan. Artinya meninggalkan _policy_ yang baik, ada gagasan yang relevan mengimbangi laju perkembangan zaman.

Masalah akut yang sering kita jumpai yaitu banyaknya kader partai masuk dalam kepengurusan hanya untuk ajang lomba memamerkan dirinya bahwa ia adalah pengurus lembaga kemahasiswaan dengan harapan mendapat baju pengurus, tindakan seperti inilah kemudian mempertegas adagium yang sedang populer yakni “biar bodoh yang penting bergaya.”

Parpolma tempat kebohongan diproduksi

Sikap kader partai dalam kepengurusan lembaga kemahasiswaan memberikan kita gambaran bagaimana mereka dikader melalui partainya. Karakter yang malas dan kebodohan yang diperlihatkan adalah bentuk nyata bagaimana partai melakukan kaderisasi politik. Partai sudah tidak punya rasa malu lagi terhadap ribuan mahasiswa yang mereka wakili, apa yang partai lakukan dari setiap masa menjelang pemilihan mahasiswa hanya berupaya melakukan pembohongan publik dan itu adalah bagian penghianatan moral sekaligus menghina nalar seluruh mahasiswa.

kita ketahui bersama tentang apa yang dijanjikan melalui narasi-narasi pencitraan saat menjelang hari-hari kampanye, semua partai berlomba memenangkan kebohongannya dengan cara memanipulasi seakan-akan mereka paling peduli terhadap lembaga kemahasiswaan tetapi ketika terpilih justru organisasi dibuat rusak.

Seharusnya partai yang berani mencelupkan dirinya dalam giat-giat politik maka dengan penuh kesadaran mesti mempertanggungjawabkan semua apa yang telah digagas, penyakit semua partai hanya siap menang namun tak siap kalah. Kalau semua kader yang didelegasikan kelembaga hanya mengejar posisi ketua terus kapan visi misi partainya dieksekusi? Karena kadernya hanya sibuk mengejar politik kuasa yang tidak mementingkan lagi kepentingan khalayak.

Padahal menurut Antonio Gramsci “politik tidak terbatas pada perjuangan mendapat kekuasaan, politik mencakup kehidupan manusia yang lebih luas. Ikut serta dalam politik berarti mengembangkan kemampuan berpikir dan bertindak yang berguna bagi diri sendiri, mengembangkan otonomi yang tidak didikte oleh kekuasaan semata.” Artinya bahwa apa yang kita yakini berguna bagi diri sendiri tentu itu harus menjadi kemaslahatan banyak orang, jangan nanti momen pemilihan baru semua partai muncul dengan gagah melakukan banyak kebohongan yang hanya menginginkan posisi ketua saja.

Mahasiswa rindu dengan lembaga kemahasiswaan yang didalamnya semua pengurus dari masing-masing delegasi partai itu saling bertengkar tentang banyak hal untuk kemajuan organisasi yang pastinya berorientasi menjaga amanah dan memperjuangkan seluruh aspirasi mahasiswa. Berhentilah partai mengirim delegasi yang bodoh, yang hanya mengandalkan kebesaran nama partainya saja.

Jangan hanya jago jualan jargon

Kini partai harus melakukan upaya transformasi pola perekrutan sampai pendistribusian kader yang betul-betul mengedepankan kepentingan dalam memperjuangkan visi misinya secara konkret. Partai jangan hanya hebat dalam melakukan promosi yang sifatnya klise, sangat miris keadaan partai-partai hari ini yang semuanya masih mengandalkan tipuan-tipuan melalui jargon dan tidak memperhatikan anggota partainya yang banyak melakukan kebobrokan saat menjadi pengurus lembaga kemahasiswaan.

Ada hal yang sangat menarik pernah dikatakan oleh Ibnu Khaldun bahwa “manusia pada dasarnya bodoh, dan menjadi terpelajar melalui perolehan pengetahuan.” Dengan demikian, jika partai memang tempat untuk melakukan proses kaderisasi kepemimpinan maka didalam pasti terjadi transaksi ide. Tapi kalau yang dikirim partai adalah orang-orang yang tidak berkualitas artinya partai gagal menjadi organisasi pengorbit calon-calon pemimpin, yang ada partai menternak para gembel yang miskin akan gagasan.

Berapa banyak lagi jargon yang harus menjadi penunjang partai untuk membesarkan namanya? Sedang implementasi dari visi misi partai nonsens yang sekedar menjadi tumpukan kata-kata tidak bermakna. Semangat yang digaungkan juga tidak menunjukkan spirit pembaharuan dalam lembaga kemahasiswaan. Setiap tahunnya partai hanya menciptakan polarisasi dikalangan mahasiswa, pertarungan antar partai bukan pertarungan gagasan melainkan ide-ide manipulatif yang dijual gratis.

Slogan-slogan yang melekat pada semua partai hanya untuk membodohi mahasiswa, semakin kuat dipromosikan dan dibangga-banggakan maka semakin kuat partai mengingkari visi-misinya sendiri.

Semoga para parpolma lebih banyak lagi introspeksi agar mereka tahu kalau pendidikan terbaik adalah tindakan bukan kata-kata, kata Charlie Chaplin.

Selain dari pada itu, partai sepertinya tidak pernah membaca banyak literatur dan realitas yang terjadi dilingkup kampus sehingga mereka merasa sistem yang terbangun dalam partainya sudah sangat baik, padahal karena banyak mahasiswa yang mereka bisa tipu. Partai sudah saatnya berhenti membanggakan slogan ataupun jargon kedewaan yang busuk dan tolol itu. Mereka mesti melakukan kesiapan diri untuk melakukan keutamaan yang terbaik dalam segala hal, termasuk dalam hal politik, apapun konsekuensinya. Itulah arete, suatu hal yang diistilahkan oleh Plato.

Penulis: Harpan Pajar

Editor: Melvi Widya

Buka Usaha Barbershop, Mahasiswa IAIN Kendari Kantongi Ratusan ribu Per Hari

Kendari, Objektif.id – Sejak usaha barbershop mulai berkembang pesat di Indonesia, banyak para pebisnis yang antusias untuk menggeluti usaha ini. Tak heran jika saat ini bisnis penyedia jasa memotong, menghias, menata, memberi gaya rambut laki-laki mudah sekali untuk di jumpai.

Saat ini, bisnis pangkas rambut sudah seperti menjamur di setiap wilayah salah satunya di Kota Kendari Sulawesi Tenggra. Dimana pria kekinian juga harus selalu tetap menjaga penampilannya, mereka tak sungkan untuk melakukan perawatan rambut.

Usaha penyedia jasa memotong, menghias, menata, memberi gaya rambut itu kini banyak dilakoni salah satunya Arjuna, salah satu mahasiswa yang saat ini sedang menempuh jenjang sarjana (S1) di Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari.

Mahasiswa yang sering disapa dengan nama Juna itu menerangkan, pemilihan usaha barbershop ini kerena merupakan salah satu usaha yang tidak memiliki pasang surut dan usaha ini banyak didominasi oleh kalangan anak muda. Selain itu, usaha ini juga bisa membantu meringankan beban orang tua untuk biaya tanggungan kuliah.

“Saya tidak mau terlalu tergantung sama orang tua. Jadi saya harus terus berusaha agar bisa menghidupi diri sendiri, membiayai diri sendiri, tanpa membebani orang tua,” ucap Juna saat ditemui, Rabu (3/10/2023) di tempat usahanya yang berada di Depan Kampus IAIN Kendari.

Pria berkulit sawo matang itu mengaku, sebelum melakoni usaha penyedia jasa ini dirinya sudah mencoba merintis beberapa usaha lainya seperti jualan minuman kekinian (thai tea) namun usaha itu ditinggalkan karena bahan-bahan pokoknya mengalami kenaikan harga.

“Saya menjalankan bisnis itu selama 3 tahun dan tahun 2022 akhir usaha minuman kedai itu saya tinggalkan karena alasan bahan pokok naik dan ujian lainnya makanya saya lepas,” bebernya.

Tidak mau menyerah dengan keadaan, dirinya mencoba lagi dengan usaha yang berbeda, dengan berbagai macam pertimbangan akhirnya dirinya memutuskan untuk mencoba usaha rental alat kemping, namun usaha itu hanya berjalan satu tahun enam bulan.

“Itu saya geluti selama satu tahun setengah namun terkendala ditenaga kenapa karena saya tidak mampu menjalankan usaha itu sendiri tanpa dibantu orang lain, kemudian saya masih belum bisa percaya sama orang lain makanya usaha saya semakin hari semakin menurun lalu saya lepas dan tinggalkan usaha itu,” terangnya.

Usaha ketiga yang dilakoninya setelah dua kali gagal adalah usaha barber, usaha ini dibuka pada saat 2020 awal 2021 sekarang sudah berjalan kurang lebih mau ke 3 tahun lamanya oleh karena itu usaha ini merupakan usaha saya yang ketiga dan mudah mudahan usaha ini bisa bertambah lagi.

Untuk usaha sebelumnya saya tidak pernah memakai karyawan, namun untuk usaha saya sekarang ini yaitu barbershop saya memakai 3 orang karyawan dan semuanya mahasiswa aktif iain kendari.

“Omset perhari bisa sampai Rp 500 ribu omset dalam sebulan bisa sampai 10-15 juta itupun belum terbagi pengeluaran dan sebagainya,” uangkapnya.

Saat ditanya tentang menambah bisnis lain, dirinya mengaku ingin melakukan yang terbaik di usia saya yang sekarang makanya apapun usaha yang berpeluang bagi saya akan saya jangkau selagi usaha itu halal.

Sebagai anak muda yang masi memiliki jiwa muda yang membara maka dari itu jangan sia siakan waktu mudamu dengan hal hal yang tidak berguna manfaatkan lah waktumu sebisanya karena sekarang yang kamu usahakan, yang kamu kerja, akan kamu rasakan nanti.

Anak muda jangan patah semangat, jangan dipatahkan hanya persoalan cinta dan yang lainnya ambilah ini sebagai pelajaran karena jiwa muda itu tidak tergoyahkan seperti kata soekarno berikan saya sepuluh pemuda maka akan ku goncangkan dunia umurmu yang sekarang masi muda jangan terlena dengan hal-hal yang tidak berguna.

Penulis: Suci Rahmadani dan Niken Ariyanti
Reporter: Melvi Widya

Mahasiswa Minta Fasilitas di Ruang Hijau, Kabag Umum IAIN Kendari: ‘Tergantung Pimpinan’

Kendari, Objektif.id – Ruang hijau yang terbentang dari gedung perpustakaan hingga gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari kerap dikunjungi para mahasiswa.

Pantauan Objektif.id, puluhan mahasiswa mengunjungi ruang hijau ini saat waktu pergantian mata kuliah sekira pukul 10.00 Wita, waktu istirahat pukul 12.00-13.00 Wita, dan sore hari sekira pukul 15.00 Wita hingga waktu magrib.

Tujuan para mahasiswa pun beragam, ada yang sekedar ingin menghabiskan waktu luang, mengerjakan tugas kuliah, rapat-rapat organisasi, serta sekedar bersenda gurau bersama teman kuliah.

Salah satu mahasiswa Program Studi (Prodi) Manajemen Pendidikan Islam (MPI), Ilham saat mengunjungi ruang hijau ini mengaku, memilih nangkring di tempat ini karena alasan kenyamanan. Menurutnya ruang hijau ini menawarkan sensasi kesejukan sehingga sangat pantas dijadikan tempat untuk menghabiskan waktu luang.

“Kalau di Fakultas saya rasa kurang enak, apalagi kan sementara ada pembangunan gedung baru,” tutur Ilham saat ditemui Objektif.id,  Rabu, (6/9/23).

Selain Ilham, Lia juga membeberkan alasannya memilih mengunjungi ruang hijau ini saat waktu luang. Menurutnya, vibes yang dia rasakan saat nongkrong di ruang hijau IAIN Kendari ini bisa membuka pikiran sehingga banyak mendapat inspirasi.

Meski demikian, para mahasiswa yang ditemui Objektif.id dalan satu lingkaran diskusi di sekitar ruang hijau IAIN Kendari, meminta pihak kampus untuk memberikan perhatian khusus kepada ruang hijau ini dalam hal penataan dan pengadaan fasilitas-fasilitas untuk menunjang kenyamanan mahasiswa saat berada di tempat ini.

Kepala Bagian (Kabag) Umum IAIN Kendari, Amari, saat dikonfirmasi Objektif.id mengatakan, pihaknya telah memikirkan hal tersebut. Namun, belum mendapat anggaran dari pimpinan kampus IAIN Kendari. “Mau di apa, kita hanya bergantung,” ungkap Amari kepada Objektif.id.

Reporter: Akmal
Editor: Ai

Memperingati Tahun Baru Islam, Mahasiswa KKN IAIN Kendari Gelar Lomba Keagamaan

Bombana, Objektif.id – Dalam rangka memeriahkan 1 Muharram 1445 Hijriah, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari posko 114 Desa Watu Mantade, Kecamatan Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana, menyelenggarakan kegiatan lomba keagamaan pada tanggal 21-22 Juli 2023.

Kegiatan ini diselenggarakan di masjid Desa Watu Mantade dengan beberapa jenis lomba diantaranya ialah lomba adzan, hafalan surah pendek, doa harian dan kultum, yang diikuti oleh anak-anak dari jenjang SD dan SMP.

Koordinator Desa (Kordes) Watu Mantade, Abd. Haris Miskiana mengatakan tujuan diadakannya lomba tersebut adalah untuk menjalin silaturahmi dan memberikan wawasan tambahan dari aspek keagamaan kepada anak-anak yang ada di desa ini.

“Jadi tujuan saya dan kawan-kawan KKN mengadakan perlombaan untuk anak-anak secara non fisik yaitu yang pertama untuk menjalin silaturahmi dengan anak-anak, tujuan yang kedua memberikan wawasan yang lebih luas kepada adik-adik dari apa yang kami ketahui seperti surah-surah pendek ataupun doa-doa yang belum mereka ketahui dan tujuan yang terakhir yaitu semoga hadiah yang kami berikan dapat menjadi kenang-kenangan untuk adik-adik dari kami mahasiswa KKN,” jelasnya.

Di samping itu, Sekretaris desa Watu Mantade, Husen Efendi mengapresiasi hal tersebut dengan mengatakan bahwa dengan adanya kegiatan ini dapat memotivasi anak-anak desa Watu Mantade dan mengembangkan potensi mereka pada bidang keagamaan.

“Jujur kegiatan ini sangat bagus, mengingat anak-anak generasi di desa Watu Mentade jarang mengikut lomba seperti yg diadakan teman-teman KKN IAIN, sembari juga memotivasi anak-anak sejak dini untuk bisa meningkatkan potensi dirinya khususnya dalam kegiatan keagamaan yang tadinya mungkin sebagian besar anak-anak tadi belum tau beberapa doa-doa pendek kesehariannya jadi lebih tau, mereka juga saya liat senang dan antusias,” ungkapnya.

Salah satu peserta lomba, Muh. Sultan mengatakan bahwa dirinya mendapatkan banyak manfaat dan pembelajaran setelah mengikuti kegiatan ini.

“Perlombaannya sangat bagus dan saya mendapatkan begitu banyak pembelajaran dan manfaatnya,” pungkasnya.

Reporter : Rina
Editor: Slamet Riadai