Miris! Fasilitas dan Pengelolaan PKM Lantai 2 IAIN Kendari Begitu Memprihatinkan, Bukti Ketidakpedulian Pimpinan Kampus?

Kendari, Objektif.id – Tepat 1 tahun yang lalu, sejak 16 November 2023, saat lembaga kemahasiswaan ramai-ramai menyoroti ketidakpedulian kampus terhadap fasilitas dan pengelolaan gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) lantai 2 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, kini kembali memancing perhatian publik kampus.

Sebab gedung yang menjadi sentra dari aktivitas berbagai Unit Kegiatan Khusus (UKK) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dalam menyelenggarakan kegiatan, yang seharusnya menjadi simbol vitalitas dan kreativitas mahasiswa ini, justru dipandang tak layak dan kurang mendukung kegiatan kemahasiswaan. Banyak mahasiswa yang merasa fasilitas serta tata kelola yang tersedia di sana jauh dari kata layak, bahkan jauh dari ekspektasi bagi sebuah institusi pendidikan tinggi.

Keluhan ini muncul kembali ke permukaan setelah pihak kampus sempat melakukan renovasi terbatas. Seperti penyediaan Kursi, meja, dan kipas angin sebagai bentuk perbaikan fasilitas. Tetapi kenyataannya, upaya ini dianggap sekadar solusi sementara yang tak menyentuh akar persoalan secara kolektif.

Sehingga para mahasiswa merasa perubahan ini hanya sekadar menggugurkan kewajiban tanpa keseriusan niat memperbaiki kualitas ruang yang mereka butuhkan, “kondisi gedung PKM sangat memprihatinkan. Kursi dan meja masih kurang, belum lagi soal kebersihan yang sama sekali tak terjaga. Setelah kegiatan, sampah sering kali berserakan di sekitar gedung,” ungkap La Ode Muh. Fazril, Ketua Dansat Menwa IAIN Kendari, melalui wawancara eksklusif dalam pemberitaan Objektif.id pada Kamis, (16/11/2023) lalu. Yang dengan lantang menggemakan suara keresahan seluruh anggota UKK dan UKM di IAIN Kendari.

Fazril, sebagai representasi keluhan kebanyakan mahasiswa, menekankan bahwa pihak lembaga kemahasiswaan menginginkan ada pengelolaan yang ditunjang dengan fasilitas yang bisa mendukung aktivitas mereka, karena faktanya, sering kali lembaga kemahasiswaan harus melangsungkan kegiatan dalam kondisi yang memprihatinkan.

“Kami sangat membutuhkan pengelolaan dan fasilitas yang lebih lengkap dan layak, seperti pendingin ruangan (AC), monitor proyektor, pengeras suara, pencahayaan yang lebih baik lagi, juga cara pengelolaan gedung yang baik. Ini bukan untuk kemewahan, tapi untuk menunjang kegiatan-kegiatan kami, terlebih ketika kami harus menyambut tamu atau narasumber dari luar. Bukan hanya kursi dan meja, kami ingin merasa dihargai di ruangan ini melalui keadaan yang baik,” katanya dengan tegas.

Ironisnya, gedung PKM yang sejatinya dirancang untuk mendukung kegiatan kemahasiswaan justru dirasa menjadi momok menakutkan. Seperti yang diungkapkan oleh Firmansyah (nama samaran), seorang mahasiswa yang kerap terlibat dalam berbagai kegiatan di sana, fasilitas ini bukan hanya mengecewakan, tapi juga sangat menyedihkan.

“Ruangan panas, sarang laba-laba di mana-mana, lantai kotor dan barang-barang tak terpakai berserakan. Setiap kali saya ke sini, rasanya seperti masuk ke tempat pembuangan sampah, seperti bukan gedung PKM tempat mahasiswa melakukan eksplorasi kreatifitasnya,” ucapnya penuh rasa jengkel, Kamis (14/11/2024). Kata-kata Firmansyah mungkin terkesan berlebihan, tetapi begitulah cara ia memukul perasaan mati rasa kampus yang selama ini dia pendam.

Lebih meresahkan lagi, kondisi gedung PKM IAIN Kendari ini menggambarkan sebuah paradoks yang memprihatinkan. Di satu sisi, perguruan tinggi ingin memupuk semangat mahasiswa untuk aktif, kreatif, inovatif, dan menyumbangkan prestasi, tetapi di sisi lain mereka seperti diabaikan ketika menyangkut fasilitas dengan nuansa gedung tak terurus yang tidak mendukung tempat mereka melaksanakan kegiatan itu.

Seharusnya dengan banyaknya keluhan yang muncul, kampus mesti lebih intens memberikan atensi yang nyata dalam persoalan ini. Namun, hingga saat ini, Dr. Nurdin S.Ag, M.Pd sebagai Wakil Rektor II IAIN Kendari yang bertanggung jawab atas sarana dan prasarana kampus masih belum memberikan tanggapan resmi. Padahal, protes ini bukanlah sesuatu yang baru; sudah cukup lama suara-suara mahasiswa mengalir dari gedung PKM, yang semakin hari semakin merasa gedung PKM yang ada dirasa tak layak.

Bahwa perlu diketahui persoalan ini bukan sekadar kurangnya fasilitas dan pengelolaan yang baik, tetapi menyangkut rasa cinta mahasiswa atas ruang yang menjadi tempat mereka berkarya, berkreasi, dan menyalurkan potensi, yang mereka anggap keluhan sudah bertahun-tahun akan tetapi sampai sekarang tidak mendapatkan dukungan kampus untuk menyediakan gedung yang lebih layak.

Jika kampus yang seharusnya menjadi tempat belajar dan bertumbuh tidak memberikan dukungan infrastruktur yang memadai, maka wajar jika mahasiswa selalu melakukan pembangkangan dan perlawanan, karena mahasiswa merasa kampus hanya memandang mereka sebagai angka, bukan sebagai manusia yang membutuhkan ruang ekspresi.

Oleh karena itu, dibalik keluhan ini ada harapan agar pihak kampus mampu melihat gedung PKM sebagai ruang penting bagi perkembangan mahasiswanya. Bukan sekadar soal fasilitas fisik, tetapi soal memberikan ruang yang nyaman untuk berkegiatan. Apakah pihak kampus akan merespons harapan ini, ataukah mahasiswa harus terus bersuara hingga kelelahan? Hanya tuhan yang tahu.

Penulis: Hajar & Wawan Tasriadin/anggota muda
Editor: Tim redaksi

Antusias Fun Run Dies Natalis IAIN Kendari Disambut Meriah Ratusan Peserta dari Berbagai Kalangan

Kendari, Objektif.id — Sabtu pagi 10 November, suasana riuh penuh semangat memenuhi Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari. Sejak fajar menyingsing, kampus telah dipadati ratusan peserta dari berbagai kalangan yang akan mengikuti Fun Run, sebagai puncak acara dalam rangkaian Expo dan Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) yang digelar dalam perayaan dies natalis IAIN Kendari. Kegiatan Fun Run yang berlangsung mulai pukul 05:30 hingga 12:00 siang ini, menjadi momen penutupan Porseni yang ditutup langsung oleh Rektor IAIN Kendari, Prof. Dr. Husain Insawan, M.Ag.

Pada kegiatan ini tidak hanya mahasiswa yang ikut berpartisipasi, tetapi juga masyarakat umum, mulai dari anak-anak hingga orang tua, turut hadir dalam meramaikan acara ini. “Kami sangat antusias, dan tentu saja senang melihat Fun Run ini begitu diminati oleh banyak kalangan,” ungkap Siti Fauziah, Wakil Rektor III, di sela-sela kegiatan.

“Fun Run ini bukan hanya soal olahraga, tetapi juga kesempatan untuk memperkenalkan IAIN Kendari kepada masyarakat luas. Insyaallah, tahun depan kegiatan ini akan kembali diadakan dan diharapkan menjadi agenda tahunan,” tambah Fauziah.

Kegiatan ini tidak hanya menawarkan aktivitas olahraga, tetapi juga kesempatan meraih hadiah utama dan doorprize yang menarik. Dengan itu, kegiatan ini menjadi penyemangat tambahan bagi peserta yang tak henti-hentinya bersorak dan bertepuk tangan selama acara berlangsung.

Salah satu peserta Fun Run, Hakri, membagikan kisahnya setelah menyelesaikan lomba. “Ini pengalaman yang luar biasa. Meskipun melelahkan, kepuasan yang saya rasakan sungguh tidak terbayangkan. Saya sudah berlatih dan mempersiapkan diri selama beberapa minggu untuk momen ini. Bagi saya, ini bukan hanya soal menjadi yang tercepat, tetapi tentang bagaimana kita bisa melampaui batas diri,” ujarnya penuh semangat.

Dengan bangga, Hakri juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukungnya selama lomba berlangsung, “Kalian adalah motivasi yang membuat saya bertahan hingga garis finis. Selamat juga untuk para peserta lain yang telah berjuang dengan luar biasa di lintasan tadi,” tambahnya dengan senyum puas.

Keseruan semakin memuncak saat sesi pembagian hadiah dimulai, dengan para peserta yang larut dalam kegembiraan. Apalagi ditambah penampilan semarak dari mahasiswa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni yang turut mempersembahkan lagu dan penampilan seni sehingga menambah kehangatan dan suasana akrab diantara sesama peserta.

Selain sebagai bentuk perayaan dies natalis, semoga dengan adanya kegiatan ini mampu untuk menginspirasi masyarakat agar menjalankan gaya hidup sehat terutama menjelang bonus demografi pada 2045, Karena sebagai bangsa kita pasti ingin mewujudkan gerakan Indonesia sehat yang siap menyongsong generasi emas nantinya, khususnya di Sulawesi Tenggara.

Pada kegiatan ini tim Objektif.id, mengamati para peserta berlomba dengan semangat dengan energi yang sama, hal ini mencerminkan harmoni dan solidaritas yang diharapkan dapat terus tumbuh. Ini menandakan bahwa Fun Run tidak hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga simbol kebersamaan yang menginspirasi, menggerakkan semangat sehat, dan menguatkan nilai persaudaraan di antara masyarakat Kendari.

Diakhir acara, para peserta pulang dengan hati penuh suka cita, tak hanya karena hadiah yang mereka terima, tetapi juga pengalaman berharga yang tak terlupakan. Dengan demikian, Fun Run di IAIN Kendari ini membuktikan bahwa sebuah kegiatan olahraga dapat menjadi sarana mempererat hubungan antarwarga sekaligus memupuk kebersamaan yang bisa disemarakkan oleh siapa saja, dari semua usia dan latar belakang.

Penulis: Khaerunnisa
Editor: Harpan Pajar

Enggan Bentuk Satgas, Tanggapan Mahasiswa IAIN Kendari: Kampus Tidak Peduli Terhadap Pencegahan Kekerasan Seksual

Kendari, Objektif.id-Sejumlah mahasiswa IAIN Kendari kini menyuarakan keresahan mereka terhadap kampus yang tidak membentuk satgas kekerasan seksual. Padahal Kekerasan seksual di lingkungan pendidikan, terutama di kampus, merupakan masalah serius yang memerlukan penanganan tegas secara menyeluruh.

Sementara institusi-institusi pendidikan lain mulai merespon dengan membentuk satuan tugas (satgas) khusus, namun IAIN Kendari justru masih mengandalkan Dewan Etik untuk menangani kasus-kasus kekerasan seksual tanpa membentuk mekanisme pencegahan yang lebih konkret.

Dalam kasus kekerasan seksual, mahasiswa beranggapan bahwa respon berupa penindakan setelah kasus terjadi tidaklah cukup. Salah satu kasus pelecehan seksual yang melibatkan dosen pada 16 November 2020 menjadi sorotan, di mana sejumlah mahasiswi melaporkan pelecehan tersebut.

Ironisnya, menurut laporan para mahasiswa, korban tidak menerima pendampingan psikologis yang layak. Meski pelaku sudah ditindak, namun mahasiswa menilai bahwa pasti ada luka psikis para korban yang tetap menganga. tanpa dilakukan upaya pemulihan dari pihak kampus, mahasiswa menganggap bahwa kampus menutup mata dihadapan wajah kekerasan seksual yang marak terjadi dilingkungan pendidikan.

Dengan kegagalan kampus dalam menyediakan dukungan penuh kepada korban melalui satgas, mahasiswa menilai kampus tidak peduli terhadap isu pencegahan kekerasan seksual. Dan kini telah menuai kritik tajam dari sejumlah mahasiswa, diantaranya mahasiswa Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD), Nurul Azkia, dia berpendapat bahwa kampus perlu memandang masalah ini dari sisi preventif. “Jangan hanya ketika ada kasus baru ada Dewan Etik. Kalau kampus tidak segera membentuk satgas, calon pelaku bisa merasa aman dan bebas melancarkan aksinya,” ungkapnya tegas.

Senada dengan itu, Muhammad Ahsan Tamsri, mahasiswa Fakultas Syariah, dia menganggap bahwa Dewan Etik saja tidak cukup memadai untuk mencegah kejadian serupa, keberadaan Dewan Etik selama ini hanya fokus pada sanksi, bukan pada pencegahan. “Kalau hanya menindak pelaku tanpa melakukan pencegahan dan mengabaikan sebagian hak-hak korban, maka kasus kekerasan seksual tidak akan pernah selesai,” tegasnya. Menurut Ahsan, pembentukan satgas kekerasan seksual akan menunjukkan komitmen kampus dalam memberikan perlindungan dan pengawasan yang ketat.

Mahasiswa lainnya, Muhammad Azhar dari Fakultas Syariah, juga mendukung penuh pembentukan satgas kekerasan seksual di kampus. Menurutnya, tindakan preventif jauh lebih efektif daripada hanya memberikan sanksi. “Lebih baik mencegah daripada mengobati,” kata Azhar yang merasa yakin bahwa regulasi yang ada saat ini belum mampu menangani kekerasan seksual secara efektif sekaligus menunjukkan sikap kampus yang tidak serius melihat isu kekerasan seksual sebagai isu yang sangat krusial.

Sementara itu, menurut Sri Wahyuni, mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) menambahkan bahwa lemahnya pendampingan dari Dewan Etik adalah salah satu ketidakpedulian kampus terhadap dampak dari kekerasan seksual. Menurutnya, saat dosen yang terbukti melakukan pelecehan kepada mahasiswa diberhentikan, kampus seharusnya turut menyediakan pendampingan psikologis bagi korban. “Dalam hal ini Perempuan seharusnya jadi prioritas dalam perlindungan kampus,” kata Sri.

Bahkan menurut Ira, teman seangkatan Nurul di Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, kode etik kampus saat ini hanya efektif sebagai sanksi formal, namun belum menyentuh pemulihan psikologis korban. “Kalau kampus terus begini, banyak yang akan merasa tidak aman,” jelas Ira. Ia juga menegaskan bahwa tekanan dari lingkungan sekitar sering kali menambah beban korban, bahkan bisa menyebabkan depresi.

Karena pentingnya pendampingan ini bagi korban, Aulia Rani, mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FATIK). Ia berpendapat bahwa kode etik yang ada belum benar-benar berpihak pada korban, karena masih terfokus pada sanksi bagi pelaku tanpa menyediakan dukungan berkelanjutan bagi korban. “Mulai dari kasus mencuat hingga pasca penindakan, korban belum mendapatkan pendampingan seratus persen,” ungkapnya.

Selain itu, Ciang Irawan, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), mengungkapkan ketidakpedulian kampus terhadap kekerasan seksual mencerminkan pengkhianatan terhadap nilai-nilai Islam yang seharusnya dijunjung tinggi. “Ketidakpedulian secara serius ini menodai nama kampus Islam,” katanya singkat. Pernyataan ini kemudian diiringi dengan kritik Muhammad Isa Amam, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), yang mempertanyakan apakah kode etik kampus benar-benar dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah mahasiswa atau hanya sekadar formalitas. Isa mengungkapkan, “Kasus kekerasan seksual tahun 2021 antar mahasiswa dianggap selesai setelah pelaku ditindak tegas, tapi apa yang dilakukan kampus terhadap korban setelah itu?” ujarnya.

Mahasiswa-mahasiswa ini berharap pembentukan satgas kekerasan seksual bisa mengatasi kekurangan yang ada pada Dewan Etik. Bukan sekadar sanksi, mereka juga menuntut agar pendampingan psikologis bagi korban menjadi bagian penting dari upaya kampus dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman.

Seiring dengan semakin banyaknya seruan dari para mahasiswa, Mereka menginginkan lingkungan kampus yang aman, di mana pendampingan bagi korban juga menjadi prioritas utama. Akankah kampus menunjukkan komitmen nyata dalam melindungi mahasiswa dari kekerasan seksual dengan membentuk Satgas, atau tetap mengandalkan mekanisme Dewan Etik yang selama ini dinilai kurang memadai?

Kampus IAIN Kendari sebagai institusi yang berlandaskan nilai-nilai Islam maka sudah seharusnya memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan bahwa semua warganya, terutama kepada para mahasiswi, agar mendapatkan perlindungan yang maksimal dari kekerasan seksual. Mahasiswa IAIN Kendari saat ini menuntut agar pihak kampus tidak sekadar mengandalkan peraturan yang ada di atas kertas, tetapi juga menerapkan kebijakan yang efektif dan berpihak secara penuh kepada korban.

Penulis: Hajar & Fahda Masyriqi/anggota muda
Editor: Tim redaksi

KMKU-YK Lantik Pengurus Baru: Komitmen Bersinergi Wujudkan Konawe Utara yang Sejahtera dan Berkeadilan

Yogyakarta, objektif.id – Organisasi Keluarga Mahasiswa asal Konawe Utara di Yogyakarta (KMKU-YK) resmi melantik 24 pengurus baru mereka pada Minggu (3/11/2024), di Balai Kampung Sorokarsan, Yogyakarta, yang mengusung tema “Membangun Sinergitas, Meningkatkan Intelektualitas, Ikhtiar Menyongsong Konawe Utara Sejahtera dan Berkeadilan.”

Tema tersebut dimaksudkan sebagai bentuk tekad kuat organisasi untuk berkontribusi dan bersinergi dalam pembangunan Konawe Utara dengan semangat kebersamaan dan peningkatan kualitas diri.

Pelantikan ini menjadi momentum penting bagi mahasiswa Konawe Utara di Yogyakarta untuk terlibat dalam pembangunan kampung halaman mereka, melalui berbagai program-program kegiatan yang menitikberatkan pada aspek pengembangan kepemimpinan dan kreativitas.

Program-program tersebut tidak hanya ditujukan untuk internal anggota KMKU-YK. Tetapi juga bertujuan membuka peluang kolaborasi dengan organisasi mahasiswa lainnya di Yogyakarta, dengan tujuan agar terjadi pertukaran ide, pengetahuan, dan pengalaman yang akan memperkaya wawasan mahasiswa Konawe Utara.

Sementara itu, Ketua terpilih, Azhabul Kahfi Ramadhan, dalam sambutannya mengajak seluruh anggota untuk berpartisipasi aktif dalam menjalankan visi dan misi organisasi. “Saya ingin seluruh anggota turut serta dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi, sehingga organisasi ini dapat menjadi wadah pembelajaran sekaligus menumbuhkan jiwa kepemimpinan di kalangan mahasiswa Konawe Utara,” ungkap Azhabul.

Hal ini penting dilakukan organisasi yang berfokus pada peningkatan kapasitas mahasiswa, agar serius berkomitmen untuk mencetak generasi muda Konawe Utara yang berdaya saing tinggib melalui program-program yang mendukung peningkatan wawasan, keterampilan, dan kepemimpinan mahasiswa guna mengembangkan potensi intelektual dan karakter anggotanya.

Selain itu, dalam kesempatan tersebut, Azhabul menegaskan bahwa KMKU-YK bukan hanya tempat berkumpulnya mahasiswa asal Konawe Utara, tetapi juga wadah untuk membentuk karakter, membangun solidaritas, dan memupuk semangat sosial. Melalui KMKU-YK, diharapkan para mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan yang relevan dan membangun wawasan yang lebih luas.

Sehingga Ketika kembali ke Konawe Utara nanti, para anggota diharapkan sudah memiliki kesiapan dan kapasitas untuk berkontribusi nyata bagi masyarakat setempat. “Ke depannya, kami berharap KMKU-YK bisa mempererat silaturahmi serta menjadi wadah pembentukan kualitas individu,” ujarnya.

Azhabul juga menekankan pentingnya mempererat silaturahmi di antara anggota. Ia menginginkan, KMKU-YK menjadi tempat bagi mahasiswa Konawe Utara di Yogyakarta untuk menjalin hubungan yang erat dan saling mendukung dalam mengembangkan diri. “Kami ingin KMKU-YK menjadi wadah bagi teman-teman mahasiswa untuk memperkuat ikatan kekeluargaan sekaligus membangun kualitas diri,” tambahnya.

Terjadinya acara pelantikan ini, KMKU-YK mendapat apresiasi dari berbagai tokoh masyarakat Konawe Utara yang tinggal di Yogyakarta. Mereka menaruh harapan besar agar KMKU-YK terus berperan sebagai agen perubahan yang mampu mencetak generasi berdaya saing tinggi dan siap menjawab tantangan global serta kebutuhan pembangunan daerah.

Sebagai penutup, Azhabul menyampaikan bahwa organisasi ini bukan hanya tentang membangun solidaritas antar anggota, tetapi juga tentang persiapan jangka panjang untuk membangun sumberbdaya manusia Konawe Utara yang lebih maju dan berkeadilan.

Azhabul berharap agar seluruh jajaran pengurus baru KMKU-YK berkomitmen untuk membawa organisasi ke arah yang lebih baik. “Kita harus siap melangkah untuk meningkatkan bersinergi wujudkan kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat Konawe Utara, sesuai dengan visi besar yang diusung organisasi.” Harapnya.

Penulis: Rachma Alya Ramadhan  

Editor: tim redaksi

Simposium Demokrasi dan Politik oleh SEMA Syariah IAIN Kendari: Membangun Nalar Kritis Mahasiswa

Kendari, Objektif.id – Suasana berbeda terasa di Aula Mini Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari pada Senin (28/10/2024). Pagi itu, lebih dari 150 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kendari tampak antusias menghadiri Simposium Hukum, Demokrasi, dan Politik yang diselenggarakan oleh Senat Mahasiswa (Sema) Fakultas Syariah IAIN Kendari.

Para peserta yang hadir berasal dari beberapa kampus di Kendari, seperti Universitas Halu Oleo, Universitas Muhammadiyah, Universitas Sulawesi Tenggara, dan STIE 66.

Bahwa kehadiran mereka tidak hanya untuk mendengarkan, tetapi juga berpartisipasi dalam diskusi yang bertujuan menajamkan nalar kritis sebagai pemilih muda, yang nantinya akan menjadi generasi penting dalam dinamika politik yang terus berkembang.

Pada simposium kali ini Sema Syariah mengangkat tema “Restorasi Demokrasi: Eksistensi Kedaulatan Rakyat dalam Menentukan Arah Sulawesi Tenggara.” Tema ini dianggap sangat relevan dengan Pilkada serentak yang akan digelar pada 27 November mendatang, yang mana pemilih muda akan memainkan peran penting dalam menentukan pemimpin yang membawa aspirasi masyarakat luas.

Selain antusiasme dari mahasiswa, simposium ini juga dihadiri oleh Prof. Dr. Kamaruddin, Dekan Fakultas Syariah, yang menyampaikan pentingnya kegiatan semacam ini dalam situasi demokrasi yang kian dinamis.

Menurutnya, restorasi demokrasi adalah hal yang perlu untuk dipahami oleh mahasiswa agar mereka tidak hanya cerdas dalam teori tetapi juga bijak dalam praktik politik nyata.

“Mahasiswa diharapkan memahami demokrasi secara komprehensif, terutama dalam menghadapi pemilihan serentak yang akan datang,” tegas Prof. Kamaruddin, yang menekankan pentingnya peran mahasiswa sebagai generasi yang akan menjadi pemimpin masa depan.

Sementara itu, ditempat yang sama Muhammad Ikbal, sebagai Ketua Sema Fakultas Syariah, menjelaskan bahwa acara ini bukan sekadar kegiatan akademik biasa. Baginya, simposium ini adalah wadah untuk mengajak mahasiswa lebih kritis dalam melihat realitas politik, terutama ketika mereka akan menggunakan hak pilihnya.

“Sebagai masyarakat, kita harus bijak dalam memilih pemimpin yang bisa membawa Sultra ke arah yang lebih sejahtera. Menggunakan hak politik secara baik dan benar sangat penting,” kata Ikbal, penuh semangat.

Dalam kegiatan ini para peserta juga merasakan manfaat terutama dalam menambah pemahaman mereka tentang demokrasi menjelang pemilihan serentak pada November mendatang.

Hal itu disampaikan oleh Fiqih, sebagai mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Kendari, dia mengungkapkan bahwa simposium ini memberikan wawasan baru yang sangat relevan dengan konteks pilkada.

“Ilmu yang kami dapatkan sangat bermanfaat. Materi yang disampaikan membuat kami lebih jeli dalam memilih pemimpin untuk lima tahun ke depan pada pilkada serentak nanti,” katanya dengan penuh semangat.

Harapannya, mahasiswa tidak hanya mampu menjadi pemilih yang cerdas, tetapi juga agen perubahan dalam kehidupan politik yang lebih sehat dan bertanggung jawab di masa depan.

Dengan adanya simposium ini semoga bukan hanya menjadi ruang diskusi, tetapi juga memantik kesadaran kritis di kalangan mahasiswa Kendari, tapi juga sebagai jembatan bagi mahasiswa untuk belajar memahami demokrasi yang sesungguhnya di tengah hiruk-pikuk politik yang kadang membingungkan.

Penulis: Aril Saputra & Indra Rajid (anggota muda)
Editor: Andi Tendri

Edukasi Pemilih Muda Lewat Layar Lebar: KPU Kendari Gelar Nobar “Tepati Janji” di IAIN Kendari

Kendari, Objektif.id – Pada Senin sore (28/10/2024), suasana di Aula Lab Multimedia Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari berbeda dari biasanya. Sebab puluhan mahasiswa dari berbagai program studi tampak antusias memadati kegiatan nonton bareng (nobar) yang diinisiasi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Kendari.

Selain mahasiswa, kegiatan nobar film yang berjudul “Tepati Janji” ini dihadiri juga oleh tokoh-tokoh penting kampus, seperti Rektor IAIN Kendari, Prof. Dr. Husain Insawan, M.Ag., dan Wakil Rektor III Dr. Sitti Fauziah, M.S.Pd.I., M.Pd.

Film ini dipilih bukan tanpa alasan, Karena menurut Kahar Taba, salah satu anggota KPU Kota Kendari, bahwa film “Tepati Janji” menjadi penting sebagai bahan evaluasi kepemimpinan sebagaimana dengan tema yang diangkat pada film ini, yaitu komitmen seorang pemimpin dalam menunaikan janji kepada masyarakat.

Sehingga film tersebut menjadi sebuah refleksi kesadaran kritis kepada para pemimpin dan masyarakat tentang bagaimana mengawal dan mempertanggungjawabkan amanah yang telah diberikan kepada pemimpin agar terlaksana sesuai dengan apa yang dicita-citakan bersama.

“Melalui film ini, kami berharap mahasiswa bisa mengawal kepentingan publik sesuai dengan tujuan yang telah disepakati bersama, serta memahami nilai penting dari sebuah kepemimpinan yang berintegritas dan bertanggungjawab,” ujar Kahar.

Baginya, kegiatan nobar ini adalah bagian dari program sosialisasi yang ditujukan untuk memperluas wawasan pemilih muda mengenai esensi demokrasi agar supaya pandai memilah sebelum memilih setiap calon pemimpin yang akan berkontestasi nantinya.

“Tujuan kami, agar mereka bisa memahami apa itu Pilkada dan nilai-nilai demokrasi yang terkandung didalamnya, agar mereka mampu melihat visi serta misi pasangan calon yang akan bertarung nanti,” katanya dengan penuh optimisme.

Harapannya adalah, dengan kehadiran mahasiswa yang ditandai melalui estimasi masa yang tidak sedikit, semoga mereka datang bukan hanya sekadar untuk menonton film, tetapi diluar daripada itu diharapkan mereka memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang apa itu demokrasi.

Sementara itu, salah satu peserta nobar, Sherly Afriani, mahasiswa Program Pendidikan Ekonomi Syariah, merasakan manfaat dari kegiatan ini. Ia mengaku banyak belajar tentang cara memilih pemimpin yang tepat dari film tersebut.

“Film tadi sangat menarik, banyak pelajaran yang bisa diambil, terutama tentang bagaimana kita bisa memilih pemimpin yang benar-benar punya komitmen untuk memimpin ke arah yang lebih baik,” ungkapnya sambil tersenyum.

Sherly juga menyampaikan harapannya agar Pilkada mendatang dapat melahirkan sosok pemimpin yang memprioritaskan kepentingan rakyat, khususnya di Sulawesi Tenggara. “Semoga pemimpin yang terpilih nanti bisa bekerja lebih baik lagi dari pemimpin-pemimpin sebelumnya,” tambahnya dengan penuh harapan.

Kegiatan ini diharapkan tidak hanya menjadi hiburan bagi mahasiswa. Lebih dari itu, nobar film “Tepati Janji” harus menjadi medium efektif untuk merangkul dan mendidik pemilih muda tentang pentingnya kesadaran terhadap partisipasi politik.

Bahwa di tengah perkembangan politik yang semakin dinamis, langkah KPU Kota Kendari dalam memberikan edukasi nilai-nilai demokrasi melalui nobar film “Tepati Janji” semoga dapat menumbuhkan kesadaran politik yang lebih luas dikalangan generasi muda, yang kelak akan menjadi penentu masa depan demokrasi bangsa.

Penulis: Khaerunnisa

Editor: Tim redaksi

Kenangan di Kampus Biru

Di sebuah kampus yang terletak di pinggiran kota, ada banyak gedung-gedung megah berwarna biru yang menjadi simbol kebanggaan para mahasiswanya. Kampus ini bukan hanya tempat untuk belajar, tetapi juga menjadi saksi bisu perjalanan hidup banyak orang. Di sinilah cerita tentang dimulai.

Siti adalah seorang mahasiswa baru yang penuh semangat. Di hari pertama kuliah, ia merasa malu dan sedikit takut. Saat memasuki aula besar untuk perkenalan, pandangannya tertuju pada seorang pemuda bernama Joan. Joan adalah seorang kakak senior yang terkenal ramah dan selalu membantu mahasiswa baru. Siti pun terpesona dengan senyumnya yang hangat.

Setelah acara perkenalan, Siti memberanikan diri untuk mendekati Joan dan bertanya tentang kegiatan di kampus. Joan pun dengan sabar menjelaskan berbagai organisasi dan acara yang ada. Dan dari situlah, mereka mulai sering bertemu dan berbagi cerita serta pengalaman.

Seiring berjalannya waktu, Siti dan Joan semakin dekat. Mereka menghabiskan waktu bersama di perpustakaan, belajar, hingga mengikuti berbagai kegiatan kampus. Siti merasa nyaman dengan Joan, seolah-olah mereka sudah berteman sejak lama.

Suatu saat di siang hari, mereka duduk di taman kampus sambil menikmati angin yang sepoi-sepoi, Joan mengungkapkan harapannya untuk mengikuti kompetisi debat tingkat nasional. Siti pun mendukungnya dan berjanji akan membantunya berlatih.

Namun, tidak semua berjalan mulus. Joan mengalami kesulitan dalam persiapan kompetisi karena tekanan dari berbagai pihak. Ia merasa putus asa dan hampir menyerah. Melihat sahabatnya dalam keadaan seperti itu, Siti pun berusaha memberikan semangat.

“Joan, ingatlah mengapa kamu memulai ini. Kamu memiliki bakat luar biasa! Ayo kita latih bersama,” kata Siti dengan penuh keyakinan. Dari situ, mereka mulai berlatih lebih intensif. Siti membantu Joan merumuskan argumen dan mengasah keterampilan berbicaranya. Dengan kerja keras dan dukungan satu sama lain, mereka berhasil melewati masa-masa sulit tersebut.

Hari kompetisi pun tiba. Siti mendampingi Joan ke lokasi dengan penuh harapan. Saat giliran Joan untuk tampil, jantung Siti berdegup kencang. Namun, saat Joan mulai berbicara, semua rasa cemas itu sirna. Ia tampil percaya diri dan berhasil memukau juri dengan penampilannya.

Ketika pengumuman pemenang diumumkan, Siti tidak bisa menahan air mata bahagia saat nama Joan disebut sebagai juara pertama. Mereka berpelukan di tengah sorakan teman-teman lainnya.

Setelah kompetisi itu, hubungan Siti dan Joan semakin erat. Mereka terus bersama dan saling mendukung, melewati suka duka kehidupan kampus hingga akhirnya lulus dengan prestasi gemilang. Momen-momen indah di kampus biru itu akan selalu dikenang sebagai bagian terpenting dalam hidup mereka.

Siti menyadari bahwa kampus bukan hanya tempat untuk belajar ilmu pengetahuan, tetapi juga tempat untuk membangun persahabatan sejati dan menghadapi tantangan hidup bersama orang-orang yang kita cintai.

Kampus biru itu kini menjadi lebih dari sekadar gedung-gedung megah, baginya itu adalah rumah dimana kenangan indah yang akan selalu tersimpan dalam hati Siti dan Joan selamanya. Setiap sudut kampus menyimpan cerita-cerita yang tak terlupakan tempat di mana mimpi dimulai dan persahabatan terjalin erat.

Penulis : ysna

Tanggapan Mahasiswa Terkait Dugaan Pungli Presma IAIN Kendari

Kendari, Objektif.id – Sorotan Kepada Presiden Mahasiswa Insitut Agama Negeri (IAIN) Kendari Ibnu Qoyyim dalam menahkodai Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) IAIN Kendari seakan tak ada habisnya.

Bagaimana tidak, sampai hari ini persoalan yang diduga terjadi akibat kelalaian Presiden Mahasiswa tak kunjung mendapatkan titik terang.

Hal itu kini menjadi perbincangan baik itu kalangan birokrasi, dosen-dosen, para alumni hingga dikalangan mahasiswa.

Kali ini tim objektif.id merangkum respon mahasiswa terhadap kelalaian yang dilakukan Presisden Mahasiswa saat ini.

1. Robin, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) Angkatan 2024

Hal ini merupakan kesalahan yang sangat fatal. Ini contoh buruk yang bisa merusak etika mahasiswa, mereka (mahasiswa) bisa terpengaruh dan berpikir bahwa korupsi adalah hal yang biasa.

2. Mayang Nur Faizah, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) Angkatan 2023.

Seharusnya (Ketua DEMA-I) tidak melakukan hal tersebut, karena memang dalam hukumnya pungli itu tidak boleh dilakukan. Konsekuensinya mungkin bisa diserahkan kepada pihak yang berwajib dan harus di hukum sesuai apa yang dilakukan.

3. Rahmad, mahasiswa Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) Angkatan 2022

Ini praktek yang cukup mencederai lembaga di IAIN terutama lembaga kemahasiswaan dan ini lingkupnya masih mahasiswa belum sampai ke panel yang lebih tinggi ke negara menurut saya perlu dicek kembali masalahnya.

Kembali lagi ke institusi ke Rektor menanggapi kasus tersebut. Jika benar Ketua DEMA-I melakukan pungli terutama pemerasan terhadap lembaga-lembaga yang ada dibawahnya saya rasa harus dapat hukuman yang berat karena itu sudah termasuk praktek korupsi.

4. Onces Saputra, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) Angkatan 2020

Saya sangat menyayangkan, kalaupun hal ini terjadi dan harus cepat diurus tuntas karena biar bagaimanapun ini menjadi pelajaran bagi junior-junior kita.

Untuk hal ini dipecat, karena ini sesuatu yang sangat disayangkan sangat tidak pantas seorang pemimpin, dia ini seharusnya jadi figur yang harus dicontoh. kalau misalnya hal ini betul terjadi harus ada pencopotan dari presma itu sendiri.

5. Rabil mahasiswa Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) angkatan 2020

Saya sebagai mahasiswa sangat kecewa dengan adanya oknum seperti itu dan dipercayai sebagai pemimpin di kalangan mahasiswa institut agama islam negeri kendari karena pemimpin presma ini adalah kiblat daripada seluruh mahasiswa iain kendari itu sendiri.

6. Atri, mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Angkatan 2023

Menurut saya harus diberikan dulu peringatan atau Surat Peringatan (SP) 1 atau lebih Efektif  Mungkin Di Pecat saja Dari Jabatannya.

7. Lilis Siliambona, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Angkatan 2022

Menurut saya, untuk sangsi  yang harus diberhentikan dari jabatannya. Karena menurut saya orang seperti itu tidak pantas memiliki jabatan.

8. Wahyudin Wahid (nama samara) mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Angkatan 2022

Menurut saya, hal itu sangat tidak mencerminkan sebagai Presma melakukan pungli apa lagi kita sebagai kampus Islam melakukan hal yang jelas-jelas dilarang oleh Islam yaitu korupsi.

Hukuman yang bagus menurut saya itu adalah diberhentikan saja dari jabatannya sebagai presma IAIN kendari.

9. CA mahasiswa Fakultas Syariah (FASYA)

Anak hukum tapi tidak mencerminkan hukum, tidak mencerminkan aturan yang ada. Sanksinya yaitu pencabutan SK karena dia seharusnya menjadi contoh yang baik bukan memberi contoh yang buruk.

Hingga saat ini, pihak IAIN Kendari belum memberikan tanggapan resmi mengenai kasus tersebut. Namun, para mahasiswa berharap pihak kampus akan segera mengambil tindakan tegas untuk menyelesaikan masalah ini dan memberikan sanksi yang setimpal kepada Presma jika terbukti melakukan pungli.

Penulis : Angkatan Muda UKM Pers IAIN Kendari

Diduga Terjadi Persekongkolan Jahat Soal Pungli Presma, Kantor Sema Dema IAIN Kendari Disegel

Kendari, Objektif.id – Pada siang hari yang cerah, tanggal 18 Oktober 2024, suasana di kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari mendadak berubah tegang.

Sekelompok mahasiswa dari Aliansi Mahasiswa Peduli Kebijakan Kampus (Amuk), melakukan aksi demontrasi yang dimulai dari gedung Rektorat, hingga menuju ke area kantor Senat Mahasiswa (Sema) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) untuk melakukan penyegelan.

Aksi dan penyegelan ini merupakan puncak dari kemarahan dan kekecewaan yang membara akibat dugaan pungutan liar (pungli) yang melibatkan Presiden Mahasiswa (Presma), yang dinilai tidak ditangani dengan serius oleh Ketua SEMA, Apriansyah.

Mahasiswa yang terlibat dalam aksi itu merasa bahwa Apriansyah telah gagal menjalankan tanggung jawabnya sebagai pengawas lembaga kemahasiswaan. Alih-alih mengambil tindakan tegas, Apriansyah terlihat diam, seolah menutup mata terhadap tindakan Presma yang merugikan hak-hak kemahasiswaan sekaligus membuat citra kampus menjadi buruk.

Kecurigaan semakin meningkat ketika diketahui bahwa Apriansyah dan Presma berasal dari partai mahasiswa yang sama, Partai Integritas Mahasiswa (Pintas).

Di partai tersebut, Presma menjabat sebagai ketua, sementara Apriansyah mengisi posisi sekretaris jenderal. Hubungan yang begitu dekat ini menimbulkan dugaan kuat adanya kolusi antara keduanya.

Aliansi Peduli Kebijakan merasa bahwa dugaan kolusi ini tidak hanya melanggar etika, tetapi juga mencederai moralitas kepemimpinan di lingkungan kemahasiswaan. Mereka menilai, seharusnya para pemimpin organisasi mahasiswa menjaga integritas, transparansi, serta profesionalisme dalam menjalankan amanah yang telah diberikan.

Di tengah kerumunan aksi, Idul, seorang mahasiswa yang menjadi koordinator lapangan, dengan lantang berbicara di hadapan peserta aksi.

“Ini bukan sekadar soal penyegelan ruangan,” katanya dengan tegas. “Ini adalah bentuk kekecewaan kami terhadap lembaga kemahasiswaan yang sudah tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Mereka seharusnya menjadi pengawas, tetapi yang terjadi justru sebaliknya.”

Dengan penuh emosi, Idul melanjutkan bahwa lembaga kemahasiswaan yang semestinya menjadi corong suara mahasiswa kini tidak lagi bisa diandalkan.

“Kami menuntut mereka bertindak sesuai aturan yang berlaku. Dugaan pungli ini tidak bisa dibiarkan begitu saja,” tambahnya, sembari meneriakan “hidup mahasiswa, panjang umur perlawanan”.

Kejadian ini sontak menarik perhatian pihak rektorat. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, dalam tanggapannya, menyebutkan bahwa tindakan dugaan pungli yang dilakukan oleh Presma sangat bertentangan dengan regulasi yang ada baik secara institusi internal IAIN maupun secara perundang-undangan.

“Kami di rektorat sangat menyesalkan kejadian ini,” ujarnya. “Pungli bukan hanya melanggar aturan kampus, tapi juga hukum pidana. Kami minta SEMA segera mengusut kasus ini dan mengambil tindakan tegas. Jika benar terbukti, sanksi harus dijatuhkan tanpa pandang bulu”, tegasnya dengan menunjukkan ekspresi yang serius.

Namun, sampai sore hari, kantor Sema dan Dema masih tertutup tanpa tanda-tanda kehidupan dari dalamnya. Upaya Tim Objektif untuk menghubungi Apriansyah dan Presma tak membuahkan hasil.

Kasus ini tidak hanya menjadi perbincangan hangat di kampus, tetapi juga membuka ruang diskusi yang lebih luas tentang pentingnya transparansi dan tanggung jawab di dalam lembaga kemahasiswaan.

Peristiwa ini mesti menjadi catatan penting ditengah hiruk-pikuk aktivitas akademik, mahasiswa kini harus secara kritis menyadari bahwa kepemimpinan di organisasi mereka tidak sekadar tentang program atau kegiatan, tetapi juga soal menjaga amanah, integritas, dan nama baik institusi yang mereka cintai.

Penulis: Hajar86 dan Nurminal Faizin/anggota muda
Editor: Tim Redaksi

Penuh Kehangatan, Mahasiswa KKN Gelar Ramah Tamah di Desa Balambano

Luwu timur, Objektif.id – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler dan Kerjasama Posko 90 Desa Balambano, Sulawesi Selatan, menggelar acara ramah tamah yang berlangsung meriah pada Kamis, 17/10/2024.

Acara yang diadakan di kantor Desa Balambano ini merupakan wujud syukur dan terima kasih dari mahasiswa KKN kepada aparat desa dan masyarakat setempat atas dukungan mereka selama program KKN berlangsung.

Acara ramah tamah tersebut tampak sangat meriah dan penuh kehangatan, terutama dengan kehadiran Istri Kepala Desa, perangkat desa, serta tokoh-tokoh masyarakat seperti Babinkamtibmas, Babinsa, ibu-ibu PKK, anggota Karang Taruna, remaja masjid, serta warga sekitar.

Kehadiran Ibu Sahri selaku ibu posko yang telah mendampingi mahasiswa selama program KKN tentunya menambah keakraban dan menunjukkan betapa pentingnya peran semua pihak dalam keberhasilan kegiatan KKN ini.

Dalam sambutannya, Istri Kepala Desa menyampaikan apresiasi kepada mahasiswa yang telah berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan di Desa Balambano selama program KKN berlangsung. Beliau menekankan bahwa kehadiran mahasiswa tidak hanya memberikan kontribusi positif bagi masyarakat, tetapi juga mempererat hubungan antara pihak desa dan dunia pendidikan.

“Terima kasih kepada adik-adik mahasiswa yang telah berpartisipasi dalam membantu dan memberikan kontribusinya selama 40 hari. Kami berharap ilmu dan pengalaman yang didapatkan bisa bermanfaat bagi kalian di masa depan”, ujar Istri Kepala Desa.

Selain itu, Istri Kepala Desa juga memohon maaf jika selama berlangsungnya program KKN terdapat perbuatan atau perlakuan yang kurang berkenan dari pihak desa.

“Kami juga memohon maaf kepada adik-adik apabila ada kesalahan yang kami perbuat selama kalian berada di sini”, sambungnya.

Kemudian, Aswar selaku Koordinator Desa yang mewakili para mahasiswa, menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada seluruh masyarakat Desa Balambano. Ia mengungkapkan penghargaan atas penerimaan hangat dan dukungan yang diberikan oleh masyarakat selama pelaksanaan program-program KKN.

Aswar juga menegaskan bahwa keberhasilan kegiatan KKN ini tidak lepas dari kerja sama dan dukungan penuh dari masyarakat, dan berharap agar hasil dari program-program tersebut dapat memberikan manfaat bagi desa ke depannya.

“Saya selaku koordinator desa mewakili teman-teman KKN mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat Desa Balambano yang telah menerima kami dan juga mendukung seluruh program yang kami laksanakan. Kami juga memohon maaf apabila dalam pelaksanaan program yang kami laksanakan masih banyak kekurangan, baik dari segi program yang belum maksimal maupun dari sikap kami yang mungkin kurang berkenan”, tutur Aswar dalam sambutannya.

Pasha, dalam pembacaan pesan dan kesannya, mengungkapkan betapa berkesannya pengalaman KKN di Desa Balambano bagi para mahasiswa. Ia menggambarkan kehangatan dan keramahan masyarakat yang membuat mereka merasa seperti keluarga sendiri.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Kepala Desa, perangkat desa, ibu-ibu PKK, Karang Taruna, remaja masjid, seluruh warga, serta Om dan Tante Mama Sasmia, tempat mereka tinggal selama KKN, yang senantiasa memperlakukan mereka dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Pasha menekankan betapa pengalaman ini akan selalu dikenang oleh seluruh mahasiswa.

Acara ramah tamah ini juga dimeriahkan dengan penampilan hiburan berupa tarian daerah, menambah kehangatan suasana perpisahan. Momen ini dipenuhi dengan tawa, keakraban, dan haru, menciptakan kenangan yang mendalam bagi semua yang hadir. Banyak warga yang berharap agar para mahasiswa bisa kembali berkunjung ke Desa Balambano di masa mendatang.

Reporter: Nita Aprilia
Editor: Andi Tendri

IAIN Kendari Dinilai Abaikan Keluarga Wisudawan: Pelayanan Buruk, Kebahagiaan Terenggut?

Kendari, Objektif .id – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari kali ini menggelar wisuda di dalam kampus, yang akan terselenggara selama,Rabu – kamis, 16 – 17 Oktober 2024. Namun, pada wisuda kali ini alih-alih menjadi kebanggaan secara kolektif bagi keluarga wisudawan nyatanya justru menimbulkan kekecewaan.

Sebab Wisuda, yang semestinya menjadi momen sukacita bagi seluruh keluarga, malah dinilai buruk karena minimnya fasilitas yang disediakan, dalam hal ini tidak adanya monitor luar gedung pelaksanaan wisuda.

Wisuda ke XIII ini digelar di Gedung Ballroom Multimedia IAIN Kendari, yang kemudian dalam prosesi pelaksanaannya dibayang-bayangi oleh satu masalah krusial: keterbatasan kapasitas ruang yang sempit membuat pihak kampus dengan ringan tangan membatasi jumlah pendamping wisudawan hanya dua orang.

Umumnya, memang hanya orang tua yang diizinkan masuk, sementara sanak saudara lainnya, yang juga ingin berbagi momen penting ini, terpaksa menunggu di luar dengan hati gelisah.

Akan tetapi karena tidak adanya layar monitor yang disediakan diluar, pihak Keluarga merasa kecewa karena mereka yang selama ini mendukung perjuangan akademik para wisudawan kini dipaksa menelan kenyataan pahit: tidak semua bisa menyaksikan langsung puncak perjuangan tersebut.

Seperti yang disampaikan salah satu sanak keluarga wisudawan, Wahyuni, yang dengan antusias ingin menyaksikan langsung wisuda kerabatnya, namun dia kecewa berat. “Wisuda ini momen yang sangat penting, tapi kami tidak diberi kesempatan melihatnya. Kenapa tidak ada layar monitor di luar ruangan? Di kampus lain mereka menyediakan, tapi di sini? Tidak ada!”, ungkapnya dengan nada kecewa, Rabu (16/10/2024).

Padahal wisuda bukan sekadar seremonial akademik; bagi sanak keluarga, ini adalah momen kebahagiaan yang seharusnya bisa dirasakan bersama. Namun, kampus seakan lupa bahwa wisuda adalah lebih dari sekadar pengumuman kelulusan.

Senada dengan itu, Aditya Radika juga merasakan kekecewaan serupa. Dia tidak bisa masuk untuk melihat istrinya diwisuda, ia merasa dipinggirkan di saat yang seharusnya menjadi hari yang paling membahagiakan. “Wisuda adalah momen tak tergantikan, terutama bagi kami yang punya pasangan. Ini sangat mengecewakan, seolah kami tak dianggap,” keluhnya dengan raut wajah yang kehilangan semangat.

Seharusnya, solusi sederhana seperti menempatkan monitor di luar ruangan dapat menjadi jembatan bagi sanak kerabat yang terpaksa menunggu. Tetapi, sayangnya, itu pun luput dari perhatian pihak kampus. Tidak adanya monitor membuat keluarga yang menunggu di luar hanya bisa menebak-nebak apa yang sedang terjadi di dalam, kehilangan momen yang mungkin tak akan terulang seumur hidup.

Dengan keluhan tersebut, semakin memperlihatkan betapa abainya IAIN Kendari dalam memahami esensi dari wisuda sebagai perayaan bersama. Seperti tidak tersedianya monitor sebagaimana yang dikeluhkan oleh sanak keluarga wisudawan.

Menanggapi keluhan tersebut, Direktur Pascasarjana IAIN Kendari hanya bisa menyatakan bahwa masalah ini sudah “dibahas”. Sebuah jawaban yang dingin dan klise, ketika kebahagiaan keluarga dipertaruhkan, apa cukup sekadar pembahasan tanpa tindakan nyata? Sebab telah dibahas dalam rapat sebelumnya, soal mengenai perlengkapan monitor untuk menayangkan prosesi wisuda.

Akan tetapi pernyataan terkait pembahasan penyediaan monitor itu, justru berbanding terbalik dengan keluhan sanak keluarga serta fakta yang terjadi di lapangan. Bahwa memang tidak ada monitor yang tersedia.

Sementara itu, panitia perlengkapan, yang menolak disebut namanya, dengan gamblang menyatakan bahwa mereka hanya bekerja dengan apa yang disediakan.

Lalu, siapa yang bertanggung jawab atas pelayanan wisuda yang dinilai gagal oleh keluarga wisudawan? Siapa yang akan memastikan bahwa di masa depan, keluarga para wisudawan sudah bisa menikmati fasilitas yang memadai tanpa ada keluhan lagi?

Meski begitu, panitia mencoba meyakinkan jika pihak kampus menyampaikan bahwa di masa mendatang, fasilitas akan diperbaiki.

“Bukan hanya monitor, Insya Allah ke depannya juga akan disediakan tempat khusus bagi keluarga agar mereka bisa menyaksikan prosesi wisuda secara langsung,” ujar perwakilan panitia dengan kata-kata yang semoga tidak terdengar hanya sebagai penghiburan belaka atau tepatnya sebagai bahasa penenang.

Apakah janji tersebut akan ditepati? Atau ini hanya sekadar janji kosong untuk meredam gelombang kekecewaan? Hanya waktu yang bisa menjawab. Yang jelas, momen berharga bagi keluarga para wisudawan kali ini tidak mereka rasakan karena tidak menyaksikan prosesinya secara langsung. Tentu ini harus menjadi atensi secara khusus bagi pihak kampus.

Penulis: Hajar86 dan Dimas/Anggota muda
Editor: Andi Tendri

Rahasia Sukses Andriani: Kisah di Balik Gelar Wisudawan Terbaik

Kendari, Objektif.id – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari kembali meluluskan mahasiswa terbaik dalam Wisuda ke-XIII Program Sarjana dan Magister, Rabu, 16 Oktober 2024, di Aula Ballroom Multimedia IAIN Kendari.

Wisuda ini menjadi momen penting bagi ratusan mahasiswa yang akhirnya berhasil menyelesaikan pendidikannya, dan salah satu nama yang mencuri perhatian publik adalah Andriani.

Sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), Andriani bukan hanya sekadar lulus, tetapi berhasil menorehkan prestasi yang luar biasa.

Dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,95, Andriani menyelesaikan studinya hanya dalam waktu 3 tahun 6 bulan. Capaian ini menjadikannya sebagai salah satu lulusan terbaik dalam wisuda kali ini.

Dalam wawancara eksklusif dengan Objektif.id, Andriani mengaku bahwa sejak awal masa kuliahnya, ia tidak pernah menargetkan untuk menjadi mahasiswa terbaik.

Baginya, proses belajar itu sendiri sudah menjadi kepuasan. Andriani menekankan bahwa ia lebih menikmati setiap pelajaran yang ia dapatkan, tanpa merasa harus menjadi yang terbaik di antara banyak mahasiswa.

“Saya tidak pernah berniat menjadi mahasiswa terbaik. Saya hanya suka belajar dan membaca buku. Menurut saya, jika kita tekun, hasilnya akan datang sendiri tanpa harus terlalu berharap,” ujarnya dengan rendah hati setelah prosesi wisuda.

Rupanya, upaya konstruktif Andriani dalam mengorientasikan dirinya pada pengembangan intelektual yang tidak hanya fokus pada ruang akademik perkuliahan ternyata telah membuahkan hasil yang tidak sia-sia.

Karena selain prestasi akademiknya yang gemilang, Andriani juga dikenal sebagai mahasiswa yang aktif dalam berbagai organisasi. Sejak 2020, ia telah menjadi bagian dari kader Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pers, sebuah organisasi yang fokus pada pengembangan kemampuan jurnalistik mahasiswa.

Tidak hanya itu, Andriani juga pernah berkontribusi dalam Senat Mahasiswa (Sema) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema), sebuah organisasi Lembaga Kemahasiswaan Politik di lingkungan IAIN Kendari.

Dengan mencelupkan diri dalam organisasi-organisasi tersebut, Andriani tidak hanya mendapatkan pengalaman berharga di luar kelas, tetapi juga membantu dirinya dalam merajut jejaring sosial yang luas.

Disamping kepadatan jadwal akademik dan organisasi yang menyibukkan, Andriani tetap berupaya menjaga keseimbangan antara tanggung jawab akademik dan non-akademiknya. Bahkan, ia juga merupakan penghuni Ma’had, asrama mahasiswa yang mengharuskan penghuninya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan secara rutin.

“Semua kegiatan ini memang menambah kesibukan, tapi saya justru merasa terbantu karena dengan berorganisasi, saya belajar bagaimana memanajemen waktu dan menentukan skala prioritas. Ini sangat membantu saya untuk tetap fokus dalam studi sekaligus aktif dalam organisasi,” ucap Andriani yang disusul dengan senyumannya.

Dalam wawancara tersebut, Andriani juga tidak lupa membagikan tips suksesnya kepada mahasiswa lain Yang menurutnya penting. Dia menganggap bahwa yang mesti menjadi perhatian mahasiswa adalah rajin membaca buku, diskusi, dan menulis, serta mengikuti perkembangan zaman, sebagaimana tradisi kemahasiswaan yang tidak boleh mati.

“Rajin-rajinlah membaca buku, diskusi, menulis, dan selalu ikuti perkembangan berita. Dengan itu, kita akan terus memperkaya pengetahuan dan tidak ketinggalan informasi”, saran Andriani yang percaya bahwa tradisi kemahasiswaan itu adalah ruang-ruang ilmu pengetahuan yang tak terbatas dan penting bagi setiap mahasiswa.

Meski telah meraih prestasi yang membanggakan di jenjang sarjana, Andriani tidak berhenti di situ. Dia akan terus melenting mengembangkan potensi dirinya.

Salah satunya, dia sementara mempersiapkan langkah berikutnya untuk melanjutkan studi ke jenjang S2 di UIN Alauddin Makassar dengan fokus pada bidang yang sama, yaitu Ekonomi Syariah.

Baginya, pendidikan merupakan jalan panjang yang harus terus dilalui, terlebih dengan impiannya untuk menjadi seorang dosen. “Saya ingin menjadi dosen, dan untuk itu saya akan terus belajar,” tegas Andriani dengan penuh optimisme.

Andriani, melihat profesi dosen merupakan jalan ninjanya untuk terus berkiprah dalam berbagi ilmu dan menjadi bagian dari pengembangan generasi muda di Indonesia, khususnya dalam bidang Ekonomi Syariah yang menurutnya memiliki potensi besar dalam pembangunan ekonomi berbasis nilai-nilai keislaman.

Bahwa apa yang diyakini Andriani dalam menempa dirinya didunia pendidikan itu sejalan dengan apa yang dikatakan Imam Syafi’i, ” jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus menahan perihnya kebodohan”.

Dengan prestasi akademik dan keterlibatannya dalam berbagai kegiatan organisasi menjadi kombinasi yang memperkuat posisinya sebagai role model di kampus.

Sehingga Andriani, adalah salah satu contoh nyata dari sekian banyak mahasiswa bahwa kesuksesan tidak selalu harus dikejar dengan ambisi besar, melainkan dengan dedikasi, disiplin, dan kecintaan terhadap proses belajar itu sendiri.

Sebagai lulusan terbaik, Andriani kini telah menorehkan namanya dalam sejarah IAIN Kendari. Namun, lebih dari itu, ia juga telah memberikan pelajaran berharga bagi mahasiswa tentang pentingnya menempa diri dalam banyak kegiatan kemahasiswaan, yang tidak hanya fokus pada ruang perkuliahan saja akan tetapi dalam proses berorganisasi.

Reporter: Alisa Tri Julela (Anggota Muda)
Editor: Andi Tendri

Presiden Mahasiswa Diduga Sabotase Peran Sekjen DEMA IAIN Kendari

Kendari, Objektif.id – Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari tengah menjadi sorotan terkait dugaan pelanggaran administrasi dan internal organisasi.

Presiden Mahasiswa (Presma) IAIN Kendari Ibnu Qoyyim, diduga mengambil alih peran dan tugas Sekretaris Jenderal (Sekjen) DEMA tanpa prosedur yang sesuai, sehingga memicu ketegangan dalam tubuh organisasi.

DEMA, yang bertugas sebagai penyalur aspirasi mahasiswa dan koordinator kegiatan kemahasiswaan di tingkat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), seharusnya dijalankan oleh struktur organisasi yang jelas.

Namun, baru-baru ini, muncul isu bahwa dalam pengelolaan administrasi, Presma sering kali tidak melibatkan Sekjen DEMA, Muhammad Arya Saputra, yang seharusnya memiliki otoritas dalam pengeluaran surat resmi.

Saat dikonfirmasi oleh tim Objektif.id, Arya Saputra membenarkan adanya pelanggaran tersebut. Ia menyatakan bahwa sering kali terjadi pengeluaran surat tanpa sepengetahuannya sebagai Sekjen, sebuah tindakan yang dianggap menyalahi prosedur.

“Tugas dan wewenang saya sebagai Sekjen sering diambil alih oleh Presma tanpa adanya konfirmasi. Seharusnya saya yang bertanggung jawab untuk hal tersebut, namun Presma justru langsung mengambil keputusan sepihak,” ungkap Arya pada Sabtu (12/10/2024).

Selain pelanggaran administratif, Arya juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap tindakan Presma yang ia sebut sebagai sabotase terhadap tugas dan fungsinya sebagai Sekjen. Ia merasa perannya dirampas tanpa ada alasan yang jelas, yang berujung pada menurunnya efektivitas kinerja DEMA IAIN Kendari secara keseluruhan.

“Ini bukan hanya tentang saya, tetapi juga tentang etika dan profesionalisme dalam menjalankan organisasi. Seharusnya setiap keputusan diambil secara kolektif, bukan berdasarkan keinginan satu orang saja,” tegas Arya.

Ketegangan semakin memuncak setelah Arya dikeluarkan dari grup komunikasi internal DEMA oleh Presma, tanpa ada penjelasan atau diskusi terlebih dahulu. Arya mengaku telah mencoba menghubungi Presma untuk meminta klarifikasi, namun tidak mendapatkan tanggapan.

“Saya dikeluarkan dari grup DEMA secara sepihak, tanpa konfirmasi. Ketika saya meminta penjelasan, justru saya disuruh menghadap Presma tanpa ada penjelasan aturan apa yang saya langgar,” ungkap Arya dengan nada kecewa.

Menurut Arya, tindakan sepihak ini juga melanggar kesepakatan koalisi yang telah dibuat sebelumnya. Koalisi yang seharusnya mengedepankan komunikasi dan kerja sama justru terabaikan, menciptakan ketidakpercayaan di antara pengurus DEMA.

“Ini jelas melanggar kesepakatan koalisi. Saya dikeluarkan dari grup tanpa alasan yang jelas, dan tindakan ini tidak hanya menyangkut saya pribadi, tetapi juga integritas organisasi,” tutup Arya.

Hingga berita ini diterbitkan, tim Objektif.id masih berusaha menghubungi Presma IAIN Kendari Ibnu Qoyyim, untuk mendapatkan klarifikasi lebih lanjut, namun belum ada tanggapan resmi yang diberikan.

 

Reporter: Indra Rajid  (Anggota Muda) 

Editor: Redaksi

 

Seminar Kewirausahaan, UKM KWU IAIN Kendari Berhasil Gaet Peserta Lebihi Kuota

Kendari, Objektif.id – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kewirausahaan IAIN Kendari sukses menggelar Seminar Kewirausahaan bertema Skin Beauty dan Demo Make Up, Jumat (11/10/2024).

Acara ini awalnya dibatasi untuk 100 peserta, namun antusiasme tinggi dari mahasiswa membuat lebih dari 100 orang hadir.

Seminar ini bertujuan mendorong semangat kewirausahaan di kalangan mahasiswa, terutama dengan mengedepankan potensi bisnis di industri kecantikan yang sedang berkembang pesat. Tren skin beauty dan makeup menjadi sorotan utama dalam diskusi ini.

Bidang kecantikan dinilai sangat menjanjikan sebagai peluang usaha, seiring dengan meningkatnya minat kaum muda, khususnya perempuan, terhadap produk dan layanan kecantikan. Seminar ini membuka wawasan tentang bagaimana tren tersebut dapat dimanfaatkan dalam berbisnis.

Meskipun mayoritas peserta seminar adalah perempuan, sejumlah pria juga turut hadir, menunjukkan bahwa minat terhadap wirausaha di bidang kecantikan semakin meluas.

“Kami sangat bersyukur, meskipun kuota peserta kami batasi hingga 100 orang, jumlah yang hadir justru melampaui ekspektasi. Ini menunjukkan besarnya minat masyarakat, khususnya mahasiswa dalam menekuni bisnis kecantikan”, ujar Ketua Umum UKM Kewirausahaan, Andi Lailatul Qoderia, saat diwawancarai oleh tim Objektif.id.

Kegiatan seminar ini awalnya merencanakan untuk melibatkan empat instansi dari luar kampus, namun karena beberapa acara lain yang berlangsung bersamaan, hanya satu instansi yang akhirnya bisa berpartisipasi. Meskipun demikian, hal ini tidak mengurangi semangat dan antusiasme para peserta maupun penyelenggara.

Selain itu, acara ini didukung oleh tiga perusahaan sponsor, yaitu Saraskin, Wardah, dan PT Selaras Satu Saudara (SBB), yang memberikan kontribusi penting terhadap keberhasilan seminar. Dukungan ini juga diperkuat oleh empat media partner, yaitu Objektif.id, Kabar Konawe, Sultra News, dan Hijau News.

“Dukungan ini menunjukkan besarnya perhatian dari berbagai pihak terhadap upaya pengembangan bisnis di kalangan mahasiswa”, sambung Qoderia.

Sementara itu, salah satu mahasiswi Program Studi Manajemen Bisnis Syariah semester 5 dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Kendari, Ulfa Nur Fadilah, menyampaikan harapannya agar kegiatan ini tidak hanya memberikan wawasan baru tentang bisnis kecantikan, tetapi juga menjadi ajang untuk menjalin jaringan yang bermanfaat dengan sesama peserta dan para narasumber.

“Saya juga berharap dapat menjalin jaringan yang bermanfaat dengan sesama peserta dan para narasumber sehingga kita dapat saling mendukung dalam berusaha dengan semangat kolaborasi dan inovasi ini, mari kita wujudkan impian kita menjadi pengusaha”, pungkasnya.

Penulis: Muh. Ardiansyah ( Anggota Muda)

Editor: Andi Tendri

Pimpinan IAIN Kendari Serahkan Inventaris Lembaga Kemahasiswaan Kepada UKM Pers dan UKK Menwa

Kendari, Objektif.id – Pimpinan IAIN Kendari melakukan serah terima inventaris kelembagaan secara resmi kepada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pers dan Unit Kegiatan Khusus (UKK) Resimen Mahasiswa yang berlangsung di Gedung Rektorat IAIN Kendari, Kamis (15/8/2024).

Penyerahan inventaris tersebut diserahkan langsung oleh Rektor IAIN Kendari, Prof. Dr. Husain Insawan dengan didampingi langsung oleh Wakil Rektor II, Dr. Nurdin, Wakil Rektor III, Dr. Sitti Fauziah M. Serta Kabag umum, Lukman Sani, Kepada pengurus lembaga UKM Pers dan UKK Menwa.

Dalam proses penyerahan inventaris tersebut, Husain Insawan, menyampaikan bahwa mereka akan selalu memberikan dukungan penuh terhadap lembaga kemahasiswaan dengan mensupport berbagai kebutuhan fasilitasnya, sehingga dia berharap apa yang diberikan dapat dipelihara dengan baik untuk dinikmati di masa mendatang.

“Kami tentunya akan hadir bersinergi membantu lembaga kemahasiswaan dengan harapan kalau fasilitas yang sudah diberikan ini bisa dipelihara, dirawat secara baik sehingga ini bisa menjadi barang inventaris di lembaga kemahasiswaan itu sendiri dan adik-adiknya yang akan datang belakangan itu juga bisa menggunakan alat-alat tersebut,” ujar Husain.

Adapun kendala dalam pengadaan alat, Husain mengatakan bahwa keterbatasan anggaran menjadi penghambat dalam memenuhi semua kebutuhan lembaga kemahasiswaan. Namun, ia dan timnya selalu berupaya untuk mencari solusi dalam mencari sumber dana tambahan agar dapat memenuhi kebutuhan lembaga kemahasiswaan.

“Walaupun dengan anggaran yang terbatas kita selalu berupaya untuk melengkapi kebutuhan lembaga kemahasiswaan agar bisa membelikan barang-barang yang dibutuhkan,” jelasnya.

Di tempat yang sama, Nurdin, menambahkan bahwa serah terima inventaris ini merupakan hasil realisasi dari usulan pengadaan alat kelembagaan UKM Pers dan UKK Menwa yang sudah diajukan beberapa bulan yang lalu.

“Insyaallah, setelah melakukan proses pengadaan dengan berbagai macam prosedur akhirnya anak-anak pengurus lembaga Pers dan Menwa sudah bisa memanfaatkan apa yang menjadi fasilitas yang kalian butuhkan, yang tidak terlepas supaya kalian lebih kreatif, produktif, dan paling utama Pers ini berperan di garda terdepan dalam membantu mensosialisasikan kampus tercinta kita,” ungkapnya.

Sementara itu Ketua Umum UKM Pers, Alfi Yorifal, mengungkapkan rasa senang atas terpenuhinya kebutuhan inventaris yang sudah lama dinantikan. Ia juga berharap dengan dukungan fasilitas yang memadai, anggota UKM Pers dapat lebih kreatif dalam mengembangkan lembaga dan menghasilkan karya-karya jurnalistik yang lebih berkualitas.

“saya sangat gembira hari ini dimana alat yang sudah lama dinantikan akhirnya diterima oleh kami UKM Pers, semoga dengan keberadaan alat baru tersebut dapat menunjang kinerja UKM Pers agar ebih baik dan produktif lagi dalam mengembangkan lembaga karena sudah di dukung dengan alat-alat yang cukup mumpuni” tutupnya.

 

Penulis: Rachma Alya Ramadhan
Editor: Harpan Pajar