Objektif.id
Beranda INTERPRETASI Opini Berkarya dengan Bahagia Ala Seniman Kampus

Berkarya dengan Bahagia Ala Seniman Kampus

Malam sejuta seni. Foto: Ai

Kemerdekaan adalah hak semua bangsa ungkapan ini merupakan salahsatu redaksi yang terdapat dalam UUD Negara RI 1945. Saya kira itu cukup keren dalam membakar semangat perjuangan pada waktu itu. Tetapi tidak sekeren para penikmat malam yang menghabiskan waktunya hanya bercermin dengan layar kaca handponenya, benar mereka adalah mahasiswa kebanggaan Negara yang rutinitasnya hanya menghabiskan waktunya bermain game online menghabiskan uang orang tuanya untuk membeli paket internet. Hobynya tidur subuh bangun sore sungguh sosok teladan yang membanggakan.

Tapi terserahlah asal kau bahagia seperti judul lagu band armada. Ia bahagia, saya kira bahagia juga itu kemerdekaan seperti halnya yang saya tulis ini sebagai wujud ekspresi kebahagian saya. Bahagia itu penting bahkan Buya Hamka pun dalam bukunya Tasawuf Modern itu membahas tentang kebahagiaan. Sederhananya bahagia itu bersyukur dan ikhlas dengan eksistensi diri tanpa harus terbebani oleh entitas lain.

Bagaimana malam minggu kalian? Semoga bahagia dan baik baik saja, tak semendung langit di sore hari. Seolah olah semesta sedang bersekongkol dengan para jomblo di seantero negeri.

Tapi ada yang menarik di malam minggu kali ini sebab ada beberapa mahasiswa kampus yang menggelegar pentas seni mereka menamakannya malam sejuta seni semoga saja mereka ini bukan para jomblo yang sedang bersekongkol dengan semesta yang sekedar untuk mengisi malam mingguanya agar terkesan produktif.

Mereka mengangkat tema berkarya dengan bahagia menarik sih ya. Walaupun kesan penampilannya seolah olah ada unsur gerakan pertobatan secara berjamaah. Sebagai mahasiwa yang cukup sesepuh di kampus yang juga tergabung dalam organisasi Seni tersebut cukup kagumlah dengan kreatifitas mahasiswa generasi sekarang trobosannya tidak bisa ditebak tetapi memang pada prinsipnya doktrin untuk berkarya itu penting sebab itu membentuk kemandirian dalam mengekspresikan diri,

Saya pernah membaca salah satu buku yang membahas tentang seniman tapi lupa sih judul bukunya apa yang jelasnya di dalam buku tersebut ia membahas bahwa seniman itu sama dengan tuhan memang terkesan lumayan ekstrim sih ia menjelaskan bahwa seniman dan tuhan itu kesamaanya sama sama mampu melahirkan ralitasnya sendiri. Ya dalam hal ini saya sepakat tetapi pada kadar yang berbeda, saya tidak mau membahas terkait kesamaan antara seniman dan tuhan teralu jauh karena kajiannya berat coy, serius!! bahkan beratnya melebihi menyelesaikan skripsi.

Salahsatu senior pernah mengatakan bahwa seni adalah sebagai media perlawanan terhadap realitas sosial ia menceritakan pada pertengahan abad ke 19 masehi ada seseorang yang berkebangsaan belanda namanya Eduar Dawes Deker menulis sebuah buku novel yang berjudul Max Havelaar buku tersebut berisi tentang penyelewengan bupati dan kepala residen pada system taman paksa yang berlaku di Hindia Belanda dan kritik tersebut mengunggah hati para kaum humanis di Belanda untuk melakukan protes terhadap kerajaan belanda dan 10 tahun setelah novel itu terbit Belanda menghapuskan system kerja paksa di Indonesia.

Kemudian kita kenal juga R.A Kartini dengan bukunya Habis Gelap Terbitlah Terang yang berisi tentang kumpulan surat Kartini dengan sahabat penanya yang belakangan diketahui adalah seseorang yang berkebangsaan Belanda. Di dalam surat tersebut berisi terkait gagasannya tentang kekangan system feodalisme dan kolonialisme yang tentunya menghabat kemajuan bangsa pribumi. Ia juga mencantumkan gagasannya bagaimana seharusnya peran perempuan dalam kehidupan tatanan sosial yang kita kenal sampai hari ini dengan istilah emansipasi wanita.

Ada juga Ismail Marzuki yang mewujudkan integrasi melalui seni dan sastra di usianya yang baru beranjak 17 tahun ia telah berhasil menciptakan lagu pertamanya yang berjudul “O Sarinah” pada tahun 1936″. Ia adalah sosok yang menjauhkan diri dari lagu lagu barat dan kemudian fokus menciptakan lagu lagunya sendiri dan lagu – lagu yang ia ciptakan sangat di warnai oleh semangat kecintaanya terhadap tanah air.

Dan yang terakhir senior itu juga menceritakan kisah perjuangan Wiji Thukul, ia menceritakan bahwa Wiji Thukul bukan hanya seorang aktivis tetapi juga sebagai penulis puisi perjuangan. Yang khas dari sosok Wiji Thukul bahwa ia bukannya menulis puisi tentang protes, melainkan sosoknya menjadi represntasi akan protes itu sendiri. Karena itu jangan heran kalau puisinya gampang melebur dalam setiap aksi momen pergolakan dan berbagai aksi protes.

Nahasnya pada tahun 1998 Wiji Thukul menghilang dan hilangnya secara resmi di umumkan secara resmi oleh Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) pada tahun 2000.

Kontras mengatakan bahwa hilangnya Wiji Thukul sekitan tahun 1998 karena di duga oleh aktivitas politik yang di lakukukan Wiji Thukul sendiri dan saat itu bertepatan dengan operasi represif Rezim Orde Baru dalam rangka upaya pembersihan aktifitas politik yang bertentangan dengan Rezim Orde Baru. Dan sejak saat di nyatakan hilang saat ini keberadaan Wiji Thukul masih misteri apakah ia masih hidup atau sudah tiada.

Sebagai mahasiswa yang mengangumi coretan tanganya saya sangat terkesimah ketika pertama kali membaca tulisannya di dalam buku Bangkitlah Gerakan Mahasiswa yang di tulis oleh Eko Prasetyo. Di dalam buku tersebut terdapat satu puisi yang berjudul “Ucapkan Kata – katamu” pada bait terakhir berbunyi “Jika kau menghaba pada ketakutan kita akan memperpanjang barisan perbudakan” yang kemudia puisi tersebut mengsugesti saya tentang bagaimana cara saya bersikap dan bertindak.

Sehingga pada prinsipnya secara historis seni memiliki peran yang saya nilai cukup besar dalam proses perjuangan pada masa masa perjuangan bangsa kita, dan Berkarya dengan Bahagia adalah wujud perjuangan.

Berkarya dengan Bahagia adalah wujud kemerdekaan diri. Ia! seperti kamu! Kamu juga wujud karya yang katanya ayah pidi baiq kita adalah karya kedua orang tua kita yang di selundupkan dari surga di kamar pengantin. Ya tanpa harus di jelaskan saya kira kamu sudah paham maksud dari itu.

Berkarya dengan Bahagia adalah wujud perlawanan. Ia! Perlawanan terhadap penindasan diri pada sikap yang tidak produktif sebab sikap yang pasif adalah wujud penjajahan diri.

Berkarya dengan Bahagia adalah wujud ekspresi diri. Ia! ekspresi tentang keberanian dalam mengambil sikap atas fenomena sosial.

Berkarya dengan Bahagia, Bahagia dengan Berkarya, dan Teruslah Berkarya!.

Penulis: M.S

admin

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan