Janji Politik, Antara Harapan Atau Petaka

Objektif.id – Di tepi pemilu, janji manis berderai,, Dari bibir caleg, berlomba-lomba memikat hati. Mereka berjanji akan membawa perubahan, Namun, apakah ini hanya mimpi di siang bolong?

Janji-janji itu terdengar begitu indah,, Seperti lagu yang merdu, membius telinga. Namun, di balik nada-nada itu, Apakah ada kebenaran, atau hanya omong kosong?

Mereka berjanji akan membangun negeri,, Membuatnya lebih baik, lebih adil, dan lebih sejahtera. Namun, apakah mereka benar-benar peduli, Atau hanya ingin memperebutkan kursi?

Mereka berjanji akan memerangi korupsi,, Membuat sistem yang bersih dan transparan. Namun, apakah mereka benar-benar jujur, Atau hanya permainan retorika belaka?

Mereka berjanji akan memperjuangkan rakyat,, Membela hak-hak mereka, dan memberikan keadilan. Namun, apakah mereka benar-benar tulus, Atau hanya ingin mendapatkan suara?

Di tepi pemilu, janji manis berderai,, Seperti hujan yang turun, membasahi tanah. Namun, apakah hujan itu akan membawa kehidupan, Atau hanya akan membuat tanah menjadi licin?

Kita, sebagai rakyat, harus berpikir kritis,, Tidak terbuai oleh janji-janji manis. Kita harus memilih dengan bijaksana, Untuk masa depan negeri yang lebih baik.

Kita harus meminta bukti, bukan hanya janji,, Kita harus meminta tindakan, bukan hanya kata-kata. Kita harus meminta kejujuran, bukan hanya retorika, Untuk memastikan bahwa pemilu ini benar-benar adil.

Di tepi pemilu, janji manis berderai,, Namun, kita harus tetap waspada dan kritis. Karena, di balik janji-janji itu, Ada masa depan negeri yang sedang dipertaruhkan.

Jadi, mari kita dengarkan janji-janji itu,, Namun, jangan lupa untuk meminta bukti. Karena, di balik janji manis di tepi pemilu, Ada tanggung jawab yang harus kita pikul.

Jadi, mari kita pilih dengan bijaksana,, Siapa yang berhak menjadi pemimpin, Untuk memajukan tanah impian ini Bukan hanya omong kosong yang diungkapkan….

Penulis: Rachma Alya Ramadhan

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Aniaya Warganya Hingga Babak Belur, Oknum Kades di Konawe Selatan Dilaporkan ke Polisi

Kendari, Objektif.id – Diduga oknum Kepala Desa (Kades) Desa Tetesingi, Kecamatan Mowila, Kabupaten Konawe Selatan (KonSel) dengan inisial AY menganiaya warganya sendiri, inisial RV (17), hingga babak belur.

Sami (48), orang tua korban, mengatakan peristiwa itu terjadi pada Selasa (26/12/2023) sekitar pukul 17.30 WITA di rumah pelaku.

Sami mengaku sebelum terjadi pemukulan, awalnya kades tersebut meminta salah satu oknum aparat desa untuk memanggil korban RV datang menemuinya di rumahnya dengan alasan urusan tetangga.

Sami juga mengungkapkan, sempat memberi tawaran kepada utusan kades tersebut untuk menunda panggilan itu beberapa menit karena, dirinya mau melaksanakan ibadah sholat ashar.

Namun, oknum aparat desa tersebut meminta Sami dan anaknya (korban) untuk segera menemui AY dengan alasan panggilan ini hanya memakan waktu beberapa menit saja. Saat sampai di rumah kades, telah banyak warga yang berkerumun menanti kehadiran Sami serta anaknya.

Setelah itu, AY langsung bertanya kepada korban maksud dari pesan suara via WhatsApp dari korban yang dikirimkan kepada anaknya.

Tanpa berlama-lama, oknum kades itu langsung melancarkan pukulan sebanyak lima kali berturut-turut ke arah muka korban hingga menyebabkan luka-luka.

Meski sementara di pukul oleh AY, RV saat itu menjawab bahwa, anak kades tersebutlah dengan inisial SL, yang duluan memulai melontarkan bahasa kasar kepada orang korban.

“Luka di bibir, hidungnya mengeluarkan darah, serta rasa sakit di bagian kepala,” kata Sami saat dikonfirmasi wartawan objektif.id Selasa, (26/12/2023)

Disisi lain, oknum kades AY, mengakui bahwa dirinya telah melakukan penganiayaan terhadap salah satu warganya, yaitu inisial RV.

“Iya betul, tapi harus ada dasarnya. Tidak ada asap tidak ada api, tiba-tiba dia (RV) dia kata-katai saya,” ucapnya saat dikonfirmasi melalui via telepon.

Sementara itu, Kepala Seksi Umum (Kasium) Polsek Mowila, Bripka Ketut Suadi, akan mengusut peristiwa penganiayaan tersebut.

“Hari ini korban sudah melapor, besok korban akan dimintai keterangan oleh Kanit Reskrim,” ucapnya.

Penulis: Rizal Saputra 

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Persiapan Pameran Foto 1000 Wajah Kampus IAIN Kendari Capai 85%

Kendari, Objektif.id – Kali ini, UKM-Pers IAIN Kendari berkolaborasi dengan mahasiswa fotografer akan menggelar pameran foto dengan tema “1000 Wajah Kampus IAIN Kendari” yang dilaksanakan mulai 22-23 November 2023 dengan berbagai macam kegiatan mulai dari pameran foto, Workshop Fotografi, Camp Literasi, Hunting Foto, serta hiburan lainnya.

Kegiatan yang akan diselenggarakan dipelataran pusat kegiatan mahasiswa (PKM) IAIN Kendari ini, akan menghadirkan dua pemateri hebat yaitu Zabur karuru dan Haris Daeng dengan tamu undangan yang datang dari berbagai kampus se-Kota Kendari.

Ketua panitia, Farid Ahmad, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan wadah untuk mahasiswa mengekspresikan karyanya.

“kegiatan ini, sebagai wadah mahasiswa dalam menuangkan karya hasil foto mereka dan juga sebagai ajang memperkenalkan kampus IAIN yang sedang dalam transisi menuju UIN,” Kata Farid saat diwawancarai online pada Rabu, (20/12/2023).

Dia juga menambahkan, para tamu yang datang akan disediakan tenda untuk tempat mereka menginap. Selain itu, menanggapi perihal hujan yang datang untuk menanggulanginya, mereka akan memindahkan forum acara ke gedung PKM lt.2.

“Untuk tamu kami sediakan tempat camp dengan kita dirikan tenda camp yang berada di sekitar lokasi kegiatan,” sambungnya.

Sementara itu, Ketua Umum UKM-Pers IAIN Kendari, Andika berharap ajang pameran foto tersebut dapat memberikan manfaat yang berkelanjutan.

“Semoga kegiatan ini, dapat menjadi kegiatan tahunan serta bisa menginspirasi para mahasiswa yang hadir dalam kegiatan tersebut,” pungkasnya.

Diketahui, berdasarkan pantauan objektif.id kegiatan ini, menuju hari H telah berjalan 85%.

Penulis: Tesa Ayu Sri Natari

Editor: Melvi Widya

Tawa Pahit Kenangan Seseorang

Objektif.id 
Di balik tawa yang riang dan gembira, 
Ada seorang yang hatinya penuh luka. 
Dia tertawa, tapi matanya berbicara, 
Tentang rasa sakit yang tersembunyi di balik senyum.

Dia adalah penopang harapan, 
Tapi di balik senyumnya, ada duka yang mendalam. 
Dia berbagi tawa, tapi dia sendiri yang menangis, 
Menyembunyikan air mata di balik wajah yang riang.

Dia adalah mentor, guru, dan teman,
Tapi dia juga manusia, dengan hati yang bisa terluka. 
Dia berbagi pengetahuan, tapi dia sendiri belajar, 
Tentang kehidupan, cinta, dan rasa sakit yang tak terkira.

Dia adalah seseorang yang selalu ada, 
Tapi dia juga merindukan masa lalu yang telah pergi. 
Dia berbagi cerita, tapi dia sendiri merenung, 
Tentang kenangan yang telah lama berlalu.

Dia adalah pemandu, yang menunjukkan jalan, 
Tapi dia juga merasa tersesat di tengah hutan. 
Dia berbagi petunjuk, tapi dia sendiri mencari, 
Jalan pulang ke masa lalu yang telah hilang.

Dia adalah seseorang, yang selalu tersenyum, 
Tapi di balik senyumnya, ada rasa sakit yang mendalam. 
Dia berbagi tawa, tapi dia sendiri menangis, 
Menyembunyikan air mata di balik tawa yang manis.

Dia adalah pejuang, yang selalu berjuang, 
Tapi dia juga merasa lelah dan ingin beristirahat. 
Dia berbagi semangat, tapi dia sendiri merasa lemah, 
Menyembunyikan kelelahan di balik semangat yang teguh.

Dia adalah seseorang yang selalu berbagi, 
Tapi dia juga merindukan masa lalu yang telah pergi. 
Dia berbagi kenangan, tapi dia sendiri merenung, 
Tentang masa lalu yang telah lama berlalu.

Dia adalah seseorang, yang selalu memberi, 
Tapi dia juga merasa kehilangan dan ingin menerima. 
Dia berbagi kasih, tapi dia sendiri merasa sepi, 
Menyembunyikan kesepian di balik kasih yang tulus.

Penulis: Rachma Alya Ramadhan 
Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Di Balik Gerbang Kampus: Sebuah Awal Menanti

Objektif.id – Di balik gerbang kampus, sebuah awal menanti,,

Langkah pertama di tanah impian, hati berdebar kencang. Tak ada lagi seragam putih abu-abu,Kini warna-warni kehidupan kampus menghampiri…

Buku-buku tebal dan tugas yang tak pernah habis,,

Malam-malam panjang, diskusi tanpa henti. Tapi di sana juga, teman baru dan cerita,,Tawa dan tangis, suka dan duka, semua menjadi satu…

Di balik gerbang kampus, sebuah awal menanti,,

Mimpi-mimpi besar, harapan yang tak terhingga. Kini, aku bukan lagi siswa SMA, Aku adalah mahasiswa, penjelajah dunia baru…

Di balik gerbang kampus, sebuah awal menanti,,

Tantangan dan peluang, semua ada di sini. Aku siap, aku berani, aku akan maju, Karena di balik gerbang kampus, masa depanku menanti…

Di balik gerbang kampus, sebuah awal menanti,,

Aku belajar, aku tumbuh, aku bertransformasi, Dari seorang anak, menjadi seorang pemuda, Dengan semangat yang membara, dan tekad yang kuat…

Di balik gerbang kampus, sebuah awal menanti,,

Aku belajar tentang kehidupan, tentang cinta, dan tentang diri. Aku belajar untuk berjuang, untuk berkorban, dan untuk mencintai, Karena di balik gerbang kampus, aku menemukan diriku…

Di balik gerbang kampus, sebuah awal menanti,,

Aku belajar untuk berani, untuk berdiri, dan untuk berbicara. Aku belajar untuk berpikir, untuk merenung, dan untuk bertindak, Karena di balik gerbang kampus, aku menemukan suaraku…

Di balik gerbang kampus, sebuah awal menanti,,

Aku belajar untuk bermimpi, untuk berharap, dan untuk berdoa. Aku belajar untuk bersyukur, untuk berbagi, dan untuk berkasih sayang, Karena di balik gerbang kampus, aku menemukan hatiku…

Penulis: Rachma Alya Ramadhan

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Anak Durhaka 

Objektif.id – Aku adalah anak kandung dari bapak dan ibu yang bernama Feodalisme dan Patriarki, bahagia telah dilahirkan sekaligus bangga karena terlahir sehat dengan akal yang tidak cacat, walaupun keluar dari hasil silahturahim kelamin yang busuk penuh pengekangan. Halo anak-anak durhaka lainnya, saatnya merayakan kebebasan.

Terdidik dalam keluarga yang pongah, membiasakan kita tumbuh dibesarkan oleh tekanan. Akan tetapi, hal itu menjadi anugerah dari Tuhan yang memberkati agar supaya tangguh menjadi anak durhaka yang terlatih membangkang pada kebengisan. Saatnya membiarkan yang sehat akal bertumbuh untuk sebarkan sabda-sabda perubahan.

Tidak seperti yang lain, yang rupanya penuh dengan pura-pura. Menjadi anak durhaka adalah kejujuran serta pilihan yang tepat untuk membongkar bias-bias kesucian, yang manipulatif diperankan juga dipertontonkan melalui kultur keluarga feodalisme dan patriarki kepada anak-anak yang tolol. Bayangkan saja, jika agama dan cinta dijadikan sebagai alat penjinak yang mencengkram pikiran-pikiran abstraksi dan imajinasi radikal manusia untuk berkembang. Kita bukan hewan ternak.

Berbeda dari anak durhaka, anak-anak yang tolol tanpa melakukan perlawanan mereka dibesarkan penuh tekanan serta pengekangan jiwa dan pikiran yang pilihan-pilihan kemerdekaannya dibunuh atas nama kebahagiaan, yang dimakamkan dalam kubur kematian akal dengan bernisan hina bertulis “anak pembebek”. Suka duka cita-cita anak tolol, yang terluka mati dibunuh oleh keluarga yang feodal dan patriarki. Jahat paling serius, meniadakan eksistensi manusia atas dasar cinta yang ramai dosa-dosa sepi doa-doa. Rasakan, Siapa suruh menjadi tolol.

Memilih durhaka di zaman yang angkuh dan dirawat oleh keluarga tak beradab, tentu itu adalah spirit untuk melakukan jihad menolak pembungkaman terhadap keadaan sekitar yang sesak dipenuhi dengan moral Hazard. Lebih mulia menjadi durhaka daripada merelakan diri kita terjajah oleh tradisi feodalisme dan patriarki masyarakat yang buruk. Watak-watak anak durhaka beda dengan anak tolol. Perlawanan terang-terangan anak durhaka itu tidak mungkin diasuransikan dengan sopan santun palsu pada mereka yang tolol.

Bahkan sebagai anak durhaka kita harus merayakan kematian orang tua itu dengan penuh kegembiraan, bahwa itu menandakan api perjuangan tidak boleh padam untuk membakar warisan-warisan amoral yang menjajah anak-anak tolol. Saksikanlah, anak durhaka tidak akan pernah berhenti untuk terus bergerak melakukan perlawanan terhadap kultur yang bukan memanusiakan manusia. Mundur sejengkal pun adalah bentuk penghianatan.

Problem terbesar pada banyak anak adalah ketidakmampuan berbicara terhadap suatu hal untuk melakukan penolakan, anak-anak tolol sendiri yang sejatinya memproduksi secara terus-menerus kebiasaan yang merugikan diri mereka. Lupa Kah kita, bahwa diberbagai tempat bagaimana feodalisme dan patriarki membodohi, memperbudak, serta membunuh generasi yang sedang bertumbuh. Sehingga buta hati dan pecundang kita jika tidak berani durhaka, melawan kokohnya kezaliman yang berseliweran dimana-mana.

Anak durhaka menjerumuskan diri dalam pergolakan perlawan adalah demi kepentingan peradabannya, bahwa ada keharusan melakukan upaya konstruktif menentang kesewenang-wenangan sebuah sistem sosial yang terkontruksi secara rapi sedang menghina akal sehat banyak manusia. Menderita dan terpuruk kata Fahrudin Fais, adalah sikap melecehkan tuhan sebab manusia diciptakan untuk bahagia. Stop menjadi tolol.

Jika mayoritas dari kita mengungkapkan bahwa tidak masalah menjadi tolol yang terpenting masih bisa hidup. kalau seperti demikian, apa bedanya kita dengan binatang? Tidak ingatkah kalian bahwa revolusi bangsa kita di perjuangkan diatas dasar prinsip-prinsip yang amat diwarnai patriotisme. Haruskah harga yang di bayar oleh banyak orang atas ketidakpedulian anak tolol pada urusan publik, adalah dipimpin oleh orang jahat? Prinsip harus tetap ada. Jika salah dan keluar dari jalur kemanusiaan, maka bentuk perlawanan mesti kita gaungkan.

Kita tidak ingin seperti masyarakat yang dimaksud Goerge Orwell melalui karya termasyhurnya 1984, yang merupakan satire tajam tentang luluhnya kehidupan, yang didalamnya setiap gerak warga dipelajari, setiap kata yang terucap disadap, dan setiap pemikiran dikendalikan. Dengan demikian, jika tidak ada yang menjadi anak durhaka untuk melawan maka kita hanya akan memperpanjang barisan kebodohan.

Bahwa dalam dunia yang penuh dusta, berbicara jujur dan bersikap menentang adalah langkah patriotik anak durhaka agar tidak menjadi tolol seperti anak-anak yang lain. Anak durhaka ikhlas dibenci tetapi menolak kebodohan memperbudak kehidupan. Apa jeleknya jadi durhaka? Daripada jadi anak tolol? Kalau kata Soe Hoek Gie, lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan. Nilaimu tak lantas buruk, saat hidup orang tolol lebih baik. Feodalisme dan patriarki selalu nya berjanji membangun kebahagiaan, meski tidak ada cinta di sana.

Saatnya bekerja sama, yang tolol hanya perlu menggenggam tangan, memejamkan mata, dan percaya kalau anak durhaka bisa menyelamatkan dia dari peliknya dunia. Tanpa malu-malu, kita harus berani mengatakan bahwa mungkin feodalisme dan patriarki lolos dari siksaan sejarah. Akan tetapi yakinlah, dosa-dosa itu tidak lepas dari murka Tuhan. Seperti yang diungkapkan Muhammad Iqbal, Jika dunia tak selaras denganmu, bangkit dan tantang dia. Jangan canggung dihadapan dunia. Meskipun di dunia hari ini yang tua tak bisa menjadi bijak dan teladan, melainkan bersifat kekanak-kanakan, kalaupun tidak kekanak-kanakan pasti ingin di Tuhan Kan. Seperti itulah feodalisme dan patriarki bekerja. Bajingan.

Penulis: Hajar

Editor: Melvi Widya

Keindahan Alam Semesta

Objektif.id – Keindahan alam semesta begitu memukau,, Langit nan luas begitu bercahaya,, Bintang-bintang gemerlap di angkasa,, Menyaksikan semesta dalam jarak dekapan tangan….

Dari awan putih hingga hijau daun pepohonan,, Berpadu dalam warna keindahan,, Semesta mencurangi dunia dengan ketenangan,, Menyisakan hati yang lapang untuk meditasi….

Puncak gunung yang menelan jiwa,, Lautan biru yang tercipta oleh cinta,, Semua terungkap dalam tampilan ilahi,, Menjahit jalan bagi siapa saja untuk belajar….

Tak ada yang sama di bawah cakrawala,, Hanya keindahan yang menjaga kita bersama-sama,, Kita merasakan lembutnya embun pagi dan kebahagiaan,, Melalui sesuatu yang indah dan penuh rahasia….

Semesta menyaksikan betapa keindahan yang ada di dunia,, Melalui keajaiban yang terus diperlihatkan,, Kita menyadari bahwa kita hanya bagian kecil dari keindahan ini,, Yang berarti kita harus meresapi agar kita bisa mengapresiasi semesta….

Penulis: Nana

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Diduga Ada Persekongkolan Jahat, Mahasiswa Meminta Birokrasi Hentikan Pembangunan Laboratorium Multimedia IAIN Kendari

Kendari, Objektif.id – Sekelompok mahasiswa IAIN Kendari yang tergabung dalam Konglomerasi Mahasiswa Peduli Kampus (Ko Peka) menyikapi ketidaklayakan pembangunan Laboratorium Multimedia IAIN Kendari melalui aksi demonstrasi di depan gedung tersebut Pada Kamis, (14/12/2023).

Dalam aksi tersebut, mereka menuntut Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk transparansi dan mengevaluasi kinerja pengawas pada proyek pembangunan Laboratorium Multimedia IAIN Kendari.

Ketgam: Pondasi Tiang yang retak pada bangunan Laboratorium Multimedia IAIN Kendari. Foto: Izar/Objektif.id

Korlap, Muh. Adriansyah, mengatakan bahwa pihaknya menduga telah terjadi persekongkolan jahat antara PPK dengan Birokrasi kampus untuk meloloskan PT. Wirabaya Nusantara Permai sebagai kontraktor pelaksana yang dinilai tidak menjalankan tugasnya dengan maksimal.

“Kami menemukan bahwa, pada kontrak pembangunan Laboratorium Multimedia IAIN Kendari ini, terdapat proses kongkalikong yang mana terindikasi ada persekongkolan antara PPK dan Birokrasi kampus, apalagi kami tidak mendapatkan data-data pembangunan di LPSE Kemenag,” ungkapnya.

Dia juga, membeberkan pada bangunan Laboratorium Multimedia IAIN Kendari yang setengah jadi tersebut, sudah memiliki beberapa kerusakan yang mengkhawatirkan. Misalnya, keretakan pada dinding, plafon, tiang, ventilasi, serta papan outdoor yang mulai mengelupas. Oleh karena itu, mereka meminta PPK untuk mengontrol dengan ketat proses pengambilan bahan materialnya.

Lebih lanjut, Adriansyah, mengungkapkan akan mengambil tindakan tegas jika aksi mereka tidak diatensi oleh pihak kampus.

“Jika semisal tidak diatensi, kami harus menghentikan pembangunan ini. Sebab kalau masih dilanjutkan takutnya akan memakan korban, dan seperti yang kita lihat, para pekerjanya tidak dilengkapi dengan alat safety proyek,” pungkasnya.

Penulis: Tesa Ayu Sri Natari

Editor: Melvi Widya

6 Tips dan Trik Agar Masa Remaja Kamu Lebih Berkesan

Objektif.id – Remaja merupakan fase dimana kamu sudah tidak bersifat kekanak-kanakan lagi, pahit dan manisnya kehidupan sudah harus kamu rasakan. Kehidupan pada masa remaja juga adalah masa-masa dimana rasa ingin mengetahui dan menjelajahi banyak hal.

Masa muda harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk bisa menggali potensi diri dan tentunya agar masa remaja kamu lebih bermakna. Karena apa yang kamu lakukan hari ini, akan menentukan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Tapi, kira-kira dengan cara apa yah? Yuk, simak enam tips yang bisa kamu lakukan agar masa remaja kamu lebih bermakna!

1. Perbanyak Relasi

Sebagai makhluk sosial, tentunya kita saling membutuhkan satu sama lain untuk menjalani berbagai macam hal. Manusia tidak akan bisa jika hidup tanpa manusia lainnya. Maka dari itu, diperlukannya sosialisasi. Dengan bersosialisasi tentunya kamu akan memiliki banyak relasi pertemanan. Oleh karena itu, memiliki banyak teman dan sahabat tentunya akan membuat hari harimu terasa senang dan bahagia tentunya.

Dengan berteman, kamu juga bisa bertukar cerita dan bertukar pikiran, sehingga menjadi hal yang menyenangkan bukan? apalagi mempunyai banyak relasi pertemanan dan satu frekuensi. Namun, kita harus selektif dalam memilih teman. Bertemanlah dengan orang-orang yang membawamu ke hal-hal positif. Carilah teman yang baik dan terus mendukungmu untuk hal-hal yang baik.

2. Atur Waktu Sebaik Mungkin 

Di usia mudah sekarang agak cenderung lebih banyak memilih menghabiskan waktu luang. Maka dari itu, untuk mengisi waktu luang harus diisi dengan hal-hal yang positif dan bermanfaat yang nantinya akan berdampak baik bagi masa depan. Misalnya dengan belajar berjualan sambil kuliah, mengosongkan waktu luang untuk membaca buku, atau melakukan hal-hal positif lainnya.

3. Belajar Sebaik Mungkin 

Meskipun pada saat proses belajar kamu terasa membosankan, namun kamu harus terus menjalani pendidikan agar bisa menjadi seseorang yang akan sukses dimasa yang akan mendatang. Jadilah mahasiswa yang produktif, aktif, dan berprestasi di kampus dengan menaati aturan yang berlaku, serta belajar bersungguh-sungguh, rajin mengerjakan tugas, serta aktif dikelas maupun aktif dalam berorganisasi. Dengan melakukan hal tersebut, maka kabar baik akan menghampirimu.

4. Menabung

Menabung merupakan hal yang harus dimulai sedini mungkin. kita harus membiasakan diri agar dapat menyisihkan uang secara rutin, dengan cara menyisihkan uang kemudian ditabung untuk mengantisipasi kebutuhan yang terjadi dimasa yang akan datang. Dengan menabung, akan lebih menempatkan dirimu selangkah lebih maju untuk keamanan finansial.

5. Kembangkan Hobi

Hobi merupakan suatu kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu luang kamu loh, yang dapat memberikan kebahagiaan kepada setiap orang yang mendalaminya. Daripada waktu luang kamu terbuang sia-sia, maka gunakanlah hobi mu, maka itu akan memberikan pengalaman yang berkesan. Jenis-jenis hobi yang bisa kamu lakukan, misalnya menulis artikel, membaca majalah, menari, menggambar, dan masi banyak lainnya.

6. Berani Coba Hal Baru

Dengan kamu mencoba hal baru, kamu akan menjadi tahu tentang hal-hal apa yang bisa membawamu menuju kesuksesan. Maka dari itu, janganlah takut untuk mencoba, jika kamu gagal maka itu akan menjadi pengalaman dan pembelajaran. Karena pada dasarnya, menjadi orang yang sukses tidak segampang membalikkan telapak tangan, maka dari semangat lah untuk menggapai kesuksesan.

Maka dari itu, untuk para remaja manfaatkanlah masa muda mu dengan  mengisi hal-hal yang bernilai positif dan bermakna. Sehingga akan mengantarkan ke masa depan yang lebih cerah.

Penulis: Nurhawati

Editor: Melvi Widya

Beban Psikologis Modern, Penyebab Fenomena Bunuh Diri Akibat Stres

Objektif.id – Pada masa pertumbuhan pentingnya menjaga kesehatan mental adalah satu hal yang harus menjadi bahan perhatian. Mengapa?

Karena, lingkungan yang semakin kompleks dan penuh tekanan cenderung menggiring seseorang mengalami gangguan kesehatan mental atau akrab disebut sebagai stres. Penyebab stres bisa sangat beragam dan dapat menimpa siapapun mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Berbagai reaksi yang terjadi pada tubuh saat kita mengalami stres bisa bersifat jangka pendek dan jangka panjang. Keadaan ini, dapat kita kendalikan dengan menjaga mental kita tetap stabil.

Lantas apa sih sebenarnya stres itu? 

Stres adalah suatu bentuk tekanan fisik dan psikologis yang muncul saat menghadapi kondisi yang terasa berbahaya. Mudahnya, stres adalah cara tubuh memberikan tanggapan atas ancaman, tekanan, dan tuntutan yang muncul. Saat merasakan adanya ancaman, sistem saraf akan memberikan respons dengan cara merilis aliran hormon kortisol dan adrenalin. Kedua jenis hormon ini bisa memicu munculnya reaksi pada tubuh, misalnya jantung yang berdetak lebih cepat, otot tubuh terasa menegang, nafas memburu, dan tekanan darah yang mengalami peningkatan.

Istilah stress ini semakin akrab di kalangan masyarakat. Sebab, munculnya fenomena kasus bunuh diri terutama pada kalangan anak muda, karena mengalami gangguan kesehatan mental atau stres yang tidak mendapatkan penanganan dengan baik. Berikut ini faktor-faktor yang menyebabkan stres:

Tuntutan Pekerjaan 

Beban kerja yang berat dan deadline yang padat adalah salah satu penyebab munculnya stres. Sebab, tuntutan pekerjaan yang harus selesai tepat waktu menyebabkan seseorang kurang tidur atau insomnia. Kehilangan pekerjaan atau mengalami pemotongan gaji dapat mengganggu stabilitas tubuh, hal itulah kadangkala menimbulkan masalah psikis karena tidak memperhatikan kondisi fisik yang kelelahan sehingga menimbulkan gejala awal penyebab stres.

Masalah Finansial 

Di zaman modern seperti sekarang, kesulitan keuangan atau ketidakpastian ekonomi dapat menyebabkan tingkat stres yang tinggi. Sebab, kemajuan pertumbuhan ekonomi yang kian meningkat pesat, sehingga masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah terkadang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, tempat tinggal dan perawatan kesehatan.

Peningkatan harga barang dan layanan, dapat membuat biaya hidup meningkat dan menimbulkan finansial stres.

Hubungan Percintaan

Salah satu penyebab yang paling banyak adalah hubungan asmara yang dapat memicu masalah mental seperti stres. Sebab, di zaman sekarang hubungan asmara juga telah menjangkiti anak dibawah umur, yang mana mereka belum tau mana benar dan mana salah, sehingga berpotensi menyebabkan hubungan yang tidak sehat seperti, hubungan toxic, putus cinta, kekerasan, terjerat pergaulan seks bebas dan paling parah adalah munculnya keinginan untuk bunuh diri.

Tuntutan keluarga

Keluarga adalah rumah pertama yang seharusnya melindungi anak dari kejamnya dunia. Namun, seringkali tuntutan dan harapan keluarga yang menyebabkan gangguan mental pada anak karena mengharapkan kesuksesan karir, akademik bahkan pasangan sesuai dengan apa yang mereka mau, tanpa memahami keinginan dan pilihan apa yang mereka harapkan. Maka dari itu, pentingnya pendekatan orang tua dan anak membangun komunikasi yang sehat agar dapat mencegah stress yang disebabkan oleh tuntutan yang berlebihan.

Lingkungan sosial

Sebagai makhluk sosial, tentunya sebagian waktu kita akan habis untuk bersosialisasi. Namun, lingkungan yang kurang baik dapat meningkatkan resiko terjadinya stres. Kehidupan sosial yang relatif maju memicu adanya perbedaan strata sosial. Sehingga, orang bersikap hanya kepada kelompoknya masing-masing.

Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan kemampuannya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan positif dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan susah mengendalikan diri dan pada akhirnya bisa mengarah pada perilaku buruk. Kesehatan mental sangat penting karena akan mempengaruhi bagaimana kita berperilaku. Oleh karena itu, jagalah kesehatan mental karena dalam tubuh yang sehat terdapat Jiwa yang kuat.

Penulis: Wahida

Editor: Melvi Widya

Buku “Membunuh Hantu-Hantu Patriarki” Pandangan Feminisme Yang Independen

Objektif.id – “Membunuh Hantu-Hantu Patriarki” karya Dea Safira adalah sebuah publikasi yang menghadirkan pandangan unik dan menggambarkan sebuah perjalanan pribadi Dea Safira dalam menghadapi dan menghancurkan hantu-hantu patriarki. Sebagai seorang pemuda feminis dan aktivis sosial yang mengalami berbagai kesulitan dan ketakutan akibat norma patriarki yang dominan di masyarakat.

Dalam bukunya, Dea Safira memperlihatkan bagaimana hantu-hantu patriarki mempengaruhi dan menggantungkan wanita dalam masyarakat, seperti norma kecantikan, perkara seksual, dan peran sebagai ibu dan suami. Melalui aktivisme, pendidikan dan pengembangan diri, Dea Safira memaparkan perjuangannya melawan hantu-hantu patriarki tersebut.

Buku ini adalah sebuah karya yang menghadirkan pandangan feminis dan mencerminkan pemikiran Dea Safira tentang perempuan, politik, dan keluarga. Dea Safira menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya wajib menerima norma patriarki, tetapi juga memiliki kuasa untuk menghancurkannya dan membentuk identitas yang lebih independen.

Pandangan Dea Safira tentang hantu-hantu patriarki membuka ruang pertanyaan mengenai sistem politik dan keluarga yang dominan di Indonesia. Buku ini menggambarkan bagaimana norma kecantikan dan masalah seksual, yang seringkali dikendalikan oleh politisi dan pemimpin religius dapat mempengaruhi dan menggantungkan perempuan dalam masyarakat.

Dea Safira juga menunjukkan bagaimana aktivisme feminis dapat menjadi solusi untuk melawan hantu-hantu patriarki di Indonesia. “Membunuh Hantu-Hantu Patriarki” bukan hanya sekedar penyampaian cerita, tetapi juga menjadi pemicu untuk pembaca agar lebih memahami dan melawan hantu-hantu patriarki di Indonesia, serta menghadirkan pandangan feminis yang lebih independen dan berani.

Penulis: Melvi Widya

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Film “I Saw The Devil” (2010) Memperlihatkan Sisi Gelap Manusia 

Identitas Film

Judul: I Saw The Devil

Jenis film: Thriller, Horor, Drama, Psikologis

Sutradara: Kim Jae-Woon

Produksi: Peppermint & Company

Pemain: Lee Byung-hun (Kim Soo-hyun) dan Choi Min-sik (Jang Kyung-chul)

IMDb: 7,8/10

Objektif.id – “I Saw the Devil” adalah film thriller Korea Selatan yang dirilis pada tahun 2010. Film ini disutradarai oleh Kim Jae-woon dan dibintangi oleh Lee Byung-hun dan Choi Min-sik. Film ini, pertama kali tayang pada Bioskop Amerika Serikat.

Sinopsis Singkat

Berkisah tentang seorang agen rahasia bernama Kim Soo-hyun (diperankan oleh Lee Byung-hun) memulai misi balas dendam pribadinya setelah tunangannya terbunuh dengan kejam oleh seorang pembunuh berantai bernama Jang Kyung-chul (diperankan oleh Choi Min-sik). Ia adalah psikopat berkedok sopir bus sekolah yang selalu mengincar korban perempuan untuk ia lecehkan, kemudian dibunuh secara sadis. Dalam aksi balas dendamnya Soo-hyun memutuskan untuk menghancurkan Kyung-chul dengan cara yang tidak konvensional dan brutal. Hal ini, ia lakukan dengan tujuan membuat Kyung-chul merasakan penderitaan para korbannya.

Review

“I Saw the Devil” menawarkan pengalaman yang intens dan gelap. Film ini menggabungkan elemen thriller psikologis dengan adegan kekerasan yang eksploitatif. Oleh karena itu, film ini diberi label rating usia 18+ . Namun, kekerasan tersebut memiliki tujuan naratif yang jelas, yaitu menunjukkan betapa jahatnya Kyung-chul dan sejauh mana Soo-hyun akan pergi untuk membalas dendam.

Selain itu, film ini juga mengeksplorasi tema-tema seperti moralitas, keadilan, dan batas-batas kekerasan. Pertanyaan muncul tentang apakah balas dendam benar-benar membawa kepuasan atau hanya memperburuk situasi. Sedangkan, dari sisi psikologis penonton akan dibuat terperangah sepanjang film bagaimana balas dendam dapat mengubah seseorang menjadi monster.

Secara sinematik, film ini menampilkan pengambilan gambar yang indah, akting yang memukau dari pemeran utama, Lee Byung-hun dan Choi Min-sik, mereka berhasil menghidupkan karakter-karakter yang mereka perankan dengan intensitas yang luar biasa.

Sang sutradara, Kim Jae-Woon berhasil mengemas film dengan sangat apik yang mana sesuai dengan judulnya “I Saw The Devil” atau “aku melihat iblis” terdapat 4 perspektif tentang arti iblis dalam film tersebut. Pertama, korban yang melihat Kyung-chul sebagai iblis, kedua, Kyung-chul sendiri, ketiga, Soo-hyun yang menjadi iblis karena kesedihan dan kebencian terhadap Kyung-chul, lalu penonton yang melihat mereka berdua sebagai iblis sebenarnya.

Secara keseluruhan, “I Saw the Devil” adalah film yang menarik sekaligus menganggu seseorang yang tidak kuat dengan adegan kekerasannya. Film ini menghadirkan pertanyaan moral yang menarik dan mengeksplorasi sisi gelap manusia.

Penulis: Tesa Ayu Sri Natari

Editor: Melvi Widya

Kita, Takdir yang Mempertemukan

Objektif.id – Suasana kampus begitu ramai saat hari pertama perkuliahan. Di antara ribuan mahasiswa yang bergegas menuju gedung perkuliahan, ada dua mahasiswa yang tak sengaja bertabrakan di tengah jalan. Mereka saling meminta maaf dengan wajah yang canggung. Pandangan mereka bertemu, dan dalam detik itu pula takdir mempertemukan mereka.

Siapa sangka, mahasiswa laki-laki yang bertubuh tinggi dan berambut hitam lurus itu ternyata bernama Farhan. Sedangkan mahasiswi perempuan itu mendadak jantungnya berdebar tidak karuan yang bernama Aisyah. Mereka sama-sama mahasiswa baru yang memiliki impian besar untuk masa depan mereka.

Mereka memiliki jadwal perkuliahan yang serupa di beberapa mata kuliah. Karena itu, mereka mulai akrab satu sama lain. Mereka sering bertemu di ruang kuliah, perpustakaan, atau di antara anak tangga saat menuju kelas. Percakapan demi percakapan memperkuat rasa kebersamaan mereka.

Waktu berlalu begitu cepat, sudah satu tahun mereka menjadi teman sekaligus sahabat. Farhan dan Aisyah sudah saling mengenal satu sama lain begitu dalam. Mereka saling mendukung di saat sedang down, meraut senyum di saat sedang senang, dan menatap yakin di saat keduanya meragukan kemampuan mereka sendiri.

Namun, pada suatu malam yang hujan, takdir membawa mereka ke momen yang menentukan. Farhan pergi ke kafe tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama untuk belajar, dan Aisyah pun sudah menantinya di meja biasa mereka duduk. Namun, Farhan terlambat. Ia terjatuh dari sepedanya, dan mengalami patah tangan.

Aisyah yang merasa cemas tak bisa menahan diri dan segera berlari ke jalan untuk mencari keberadaan Farhan. Ia menemukan Farhan yang tergeletak di atas jalan.

Aisyah menangis dengan air mata campur hujan, ia memberinya harapan dan mengatakan, “Kau tidak perlu khawatir, Farhan. Aku di sini untukmu, kita bisa mengatasi ini bersama.”

Mereka tersenyum setelah melalui perjalanan panjang yang tak pernah mereka duga sebelumnya. Farhan bertanya kepada Aisyah, apakah ia telah menjadi kekasihnya selama ini.

Aisyah menatap Farhan dengan tegas dan menjawab, “Kita adalah takdir yang saling mempertemukan, Farhan. Lebih daripada sekadar kekasih, kita adalah sahabat sejati yang saling menguatkan dan memperjuangkan mimpi kita.”

Setelah perjalanan yang penuh liku dan ujian, Farhan dan Aisyah lulus dengan predikat terbaik dan meraih impian mereka masing-masing. Mereka mengikat janji untuk terus melangkah bersama, melewati setiap rintangan, dan meraih semua yang mereka impikan dengan tulus dan saling mendukung.

Cinta mereka tak sekadar tentang asmara, tetapi juga tentang ikatan yang kuat sebagai sahabat. Mereka percaya, takdir mempertemukan mereka untuk membantu satu sama lain tumbuh dan berkembang, serta menjadi sosok yang selalu ada di saat bahagia maupun duka. Kehadiran mereka saling melengkapi dan memberi semangat untuk melangkah maju.

Akhir kisah ini bukanlah tentang kesempurnaan hidup mereka, tetapi tentang ketulusan dalam berbagi dan mengasihi. Farhan dan Aisyah adalah bukti hidup bahwa persahabatan sejati bisa menjadi kekuatan yang tak tergoyahkan dalam menghadapi semua perjalanan hidupnya.

Penulis: Nana

Editor: Melvi Widya

Larikan Tanggung Jawab, 22 Anggota SEMA-I Dipecat 

Kendari, Objektif.id – Sebanyak 22 Anggota Senat Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Kendari secara resmi dicabut status keanggotaannya, setelah dianggap tidak mampu melaksanakan tugas sesuai dengan amanah yang diberikan. Keputusan ini tertuang dalam Surat Keputusan Nomor : 019/KPTS/SEMA-I/IAIN-KDI/XII/2023.

Adapun nama-nama yang di pecat dari delegasi Pelita yakni, Muh. Audi aqsa, Asri Ainun, Riski Hidayatullah, Alim, Riski Putri Wahdania, dan Silvi Anggraini. Dari partai pantas, terdapat M.Ikbal, Isnan, Rahma Afifah Abu, Fahrun. Pandawa Rahmatian. Sementara itu, dari partai PPM meliputi Azar, Alam jaya, Abdullah Nurrahmansya. Pasmi yaitu Wildan Wiqaldi. W, Erit Rudin, Muh Asgar, Rahmadin Nur, Aditya Rafly Ramadhan, Ahmad Fauzan. Sedangkan, Dari UKK-Menwa, Riska dan UKM-Kewirausahaan, Nurhijah.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Parpolma Pantas, Danang Saputra sepakat dengan apa yang dilakukan ketua SEMA-I sebagaimana aturan main organisasi. Serta hal tersebut akan menjadi bahan evaluasi mereka untuk menyiapkan delegasi yang berkualitas.

“Perihal langkah konkret yang dilakukan oleh Ketua SEMA Institut dalam mencabut status keanggotaannya sudah tepat mulai dari pemberian SP 1, SP 2 hingga kepada status keanggotaan yang sudah dicabut,” kata Danang saat diwawancarai via chat pada Sabtu,(09/12/2023).

Ketgam: Ketua Partai Politik Mahasiswa Pantas, Danang Saputra. Foto: Ist.

Dia juga memaparkan bahwa beberapa alasan delegasinya masuk dalam SK tersebut, dan demi mempertahankan nama baik partai, mereka akan kembali mengusulkan delegasinya yang lain untuk duduk di kursi SEMA-I.

“Ada beberapa alasan secara pribadi dari kader mungkin sudah dalam penyelesaian Studi dan ketidakaktifan sebagai Mahasiswa IAIN Kendari, sehingga langkah preventif yang saya lakukan yaitu dengan menyiapkan kader sebagai pengganti sesuai dengan porsi kursi yang terkena sanksi, dan itu sudah saya lakukan,” sambungnya.

Selaras dengan pandangan tersebut, Ketua Parpolma Pelita, Muhammad Hisbullah mengungkapkan langkah yang dilakukan ketua SEMA-I sudah tepat untuk menyelamatkan marwah lembaga. Meskipun begitu, mereka telah berupaya menjadikan delegasi aktif dalam kelembagaan, namun ternyata ada kesibukan dan tanggung jawab lain yang lebih di utamakan.

Ketgam: Ketua Partai Politik Mahasiswa Pelita, Muhammad Hisbullah. Foto: Ist.

“Barangkali ada kesibukan dan tanggung jawab lain yang lebih penting sehingga tugas sebagai senator tidak bisa mereka jalankan dengan maksimal,” pungkasnya.

Penulis: Novasari

Editor: Muh. Akmal Firdaus Ridwan

Jelang Pemilu 2024, Oasis Sultra Bekali Siswa SMA Negeri 1 Unaaha Tangkal Peredaran Hoax

Kendari, Objektif.id – Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 hampir di depan mata. Ujaran kebencian berbau suku, ras, agama, serta penyebaran hoax atau berita bohong dan propaganda di media sosial selama berlansungnya tahapan pemilu jadi ancaman di tanah air ini, salah satunya di Bumi Anoa Sulawesi Tenggra (Sultra).

Berita hoax sangat berbahaya karena bisa menyesatkan pikiran masyarakat, mahasiswa maupun para peserta didik dan hal tersebut akan memicu kerusuhan, sehingga hal itu mendapat perhatian dari berbagai pihak, salah satunya Organisasi Akademisi Mahasiswa Islam Sulawesi Tenggara (OASIS SULTRA).

Pada Kamis (7/12/2023) OASIS SULTRA menyelenggarakan kegiatan pelatihan sekolah kebangsaan Tular Nalar  di SMA Negeri 1 Unaaha. Kegiatan ini diprakarsai oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) dan di dukung oleh Google.org yang bertujuan untuk memberikan edukasi kepada para pemilih pemula terkait tahapan Pemilihan Umum, demokrasi penginderaan hoax dan sanksi dalam Pemilihan Umum.

Penanggung jawab kegiatan, Tasnur Tehangga, mengatakan bahwa pelatihan Sekolah Kebangsaan ditargetkan untuk pemilih pemula dengan tujuan mampu merubah paradigma para generasi Z agar mereka cenderung aktif dalam hal isu-isu nasional seperti perihal demokrasi dan tentang pemilihan umum.

“harapannya mereka dapat menjadi bagian pioner dan mengambil posisi yang sepatutnya, dalam hal pengembangan negara dan bangsa,” harapnya.

Kegiatan ini ditanggapi baik oleh Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) kesiswaan SMA Negeri 1 Unaaha, Waode Sinta Sardi menyampaikan, kegiatan ini sangat bermanfaat bagi seluruh siswa-siswi agar dapat membedakan yang baik dan buruk.

“Untuk kegiatan ini dari pihak sekolah pertama kali dilaksanakan sebagai wujud sosialisasi masalah tular nalar, kegiatan ini sangat bermanfaat bagi seluruh siswa karena dengan adanya kegiatan ini para siswa dapat membedakan berita yang baik dan berita yang tidak baik apalagi berita hoax,” tutur Sinta.

Sementara itu, salah satu peserta Sekolah Kebangsaan Tular Nalar, Edwin Kristianus mengungkapkan bahwa kegiatan ini patut diapresiasi, karena melalui kegiatan tersebut pemilih pemula dapat mengetahui tentang proses pemilihan umum, demokrasi, penanganan hoax, dan sanksi.

“Sebagai pemilih pemula Saya sendiri, mewakili teman-teman saya sangat senang dengan adanya kegiatan ini. Saya juga sangat mengapresiasi dari pelatihan yang diberikan oleh kakak-kakak, sehingga kami dapat mengetahui apa yang tidak kami ketahui,” tutup Edwin.

Penulis: Rahma, kusmawati
Editor: Melvi Widya