Diduga Ada Persekongkolan Jahat, Mahasiswa Meminta Birokrasi Hentikan Pembangunan Laboratorium Multimedia IAIN Kendari

Kendari, Objektif.id – Sekelompok mahasiswa IAIN Kendari yang tergabung dalam Konglomerasi Mahasiswa Peduli Kampus (Ko Peka) menyikapi ketidaklayakan pembangunan Laboratorium Multimedia IAIN Kendari melalui aksi demonstrasi di depan gedung tersebut Pada Kamis, (14/12/2023).

Dalam aksi tersebut, mereka menuntut Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk transparansi dan mengevaluasi kinerja pengawas pada proyek pembangunan Laboratorium Multimedia IAIN Kendari.

Ketgam: Pondasi Tiang yang retak pada bangunan Laboratorium Multimedia IAIN Kendari. Foto: Izar/Objektif.id

Korlap, Muh. Adriansyah, mengatakan bahwa pihaknya menduga telah terjadi persekongkolan jahat antara PPK dengan Birokrasi kampus untuk meloloskan PT. Wirabaya Nusantara Permai sebagai kontraktor pelaksana yang dinilai tidak menjalankan tugasnya dengan maksimal.

“Kami menemukan bahwa, pada kontrak pembangunan Laboratorium Multimedia IAIN Kendari ini, terdapat proses kongkalikong yang mana terindikasi ada persekongkolan antara PPK dan Birokrasi kampus, apalagi kami tidak mendapatkan data-data pembangunan di LPSE Kemenag,” ungkapnya.

Dia juga, membeberkan pada bangunan Laboratorium Multimedia IAIN Kendari yang setengah jadi tersebut, sudah memiliki beberapa kerusakan yang mengkhawatirkan. Misalnya, keretakan pada dinding, plafon, tiang, ventilasi, serta papan outdoor yang mulai mengelupas. Oleh karena itu, mereka meminta PPK untuk mengontrol dengan ketat proses pengambilan bahan materialnya.

Lebih lanjut, Adriansyah, mengungkapkan akan mengambil tindakan tegas jika aksi mereka tidak diatensi oleh pihak kampus.

“Jika semisal tidak diatensi, kami harus menghentikan pembangunan ini. Sebab kalau masih dilanjutkan takutnya akan memakan korban, dan seperti yang kita lihat, para pekerjanya tidak dilengkapi dengan alat safety proyek,” pungkasnya.

Penulis: Tesa Ayu Sri Natari

Editor: Melvi Widya

Demo Dua Parpolma Akibatkan Pintu Rektorat IAIN Kendari Pecah

Kendari, Objektif.id – Anggota Partai Serikat Mahasiswa Islam (Pasmi) dan Partai Persatuan Lintas Mahasiswa (Pelita) yang tergabung dalam aliansi menggugat melakukan aksi demonstrasi di pelataran gedung rektorat IAIN Kendari.

Aksi yang berjalan sejak pagi hingga sore hari mengakibatkan pintu rektorat pecah yang disebabkan karena masa aksi mencoba memaksa masuk untuk menemui Rektor dan Wakil Rektor III. Senin, 29 mei 2023.

Demonstrasi yang kembali terjadi pada hari ini tidak lain ialah persoalan pemilma yang mereka anggap bahwa Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) IAIN Kendari sebagai penyelenggara gagal melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.

Namun seharusnya unjuk rasa yang digelar teman-teman mahasiswa musti tetap mengedepankan nilai-nilai moralitas dan tidak anarkis merusak fasilitas umum yang ada di dalam kampus.

Ketua Senat Mahasiswa (SEMA) IAIN Kendari, Wahyuddin Wahid mengecam perbuatan oknum-oknum tidak bertanggungjawab yang berujung pada pecahnya pintu rektorat.

“Birokrasi harus segera melakukan penyelidikan dan memberikan sanksi akademik kepada mahasiswa ataupun masa aksi yang terlibat terhadap pecahnya pintu rektorat,” Tegasnya.

Selain itu dia juga menyayangkan mengapa ada pihak luar yang bukan mahasiswa IAIN Kendari tetapi tergabung dalam aksi aliansi tersebut. Ia menduga jangan sampai gerakan yang dibangun memang sengaja dipersiapkan untuk merusak fasilitas karena sudah melibatkan mahasiswa luar kampus.

“Saya curiga aksi ini sengaja diskema untuk membuat kekacauan sehingga kondusifitas kampus terganggu. Dan tidak mungkin orang luar akan Langsung datang begitu saja, pasti ada yang mengajak atau memanggil untuk bergabung pada aksi tersebut,” Tambahnya.

Ditempat yang sama, birokrasi kampus melalui warek 2, Batmang, menyampaikan bahwa kerusakan pintu rektorat tetap akan diselidiki siapa-siapa yang terlibat dalam proses pengrusakan yang terjadi.

“Kasus pecahnya pintu rektorat tetap akan kami proses,” Katanya.

Sampai berita ini terbit pihak masa aksi dari dua partai politik mahasiswa yang melakukan aksi demonstrasi enggan dimintai keterangan.

Reporter: Hajar
Editor: Redaksi

Pemilma IAIN Kendari Tertunda, KPUM Kembali di Demo

Kendari, Objektif.id – Puluhan mahasiswa melakukan aksi demonstrasi buntut tertundanya Pemilihan mahasiswa (Pemilma) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari pada Kamis, (25/5/2023).

Para masa aksi mempertanyakan eksistensi dari Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) IAIN Kendari sebagai penyelenggara pemilma yang dimana mereka menganggap KPUM gagal melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya untuk menyukseskan pesta demokrasi yang diselenggarakan selama satu tahun sekali ini.

Unjuk rasa ini merupakan bentuk kekecewaan terhadap tahapan pemilma yang inkonsistensi, pasalnya pemilma seharusnya sudah terlaksana pada hari ini namun ternyata hal demikian tidak terjadi.

Koordinator Lapangan (Korlap) masa aksi, Ian Kastelo menyampaikan jika KPUM harus tetap melanjutkan semua tahapan meskipun ada kelompok-kelompok yang mencoba menganggu proses terselenggaranya pemilma.

“Seharusnya tetap jalan saja dengan schedule yang telah dibuat, tidak usah lagi pusingkan pihak yang mencoba merusak fokus kerja-kerja KPUM,” ucapnya.

Ia juga mengatakan kalau harus ada informasi pemilma yang pasti karena ketika jadwal pemilihan tidak jelas maka itu hanya akan semakin memperburuk situasi sehingga menciptakan konfrontasi antara peserta pemilma dan KPUM.

“Kami membutuhkan agenda pemilma yang konsisten, dan KPUM juga mesti punya pendirian jangan seperti orang kehilangan arah yang tidak tahu mau buat apa. Jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan ketika pemilma terus diundur” tambahnya.

Menanggapi tuntutan para demonstran, ketua KPUM IAIN Kendari, Al Izhar memberikan penjelasan bahwa batalnya pemilma hari ini itu disebabkan oleh sistem pemilihan yang belum selesai diuji coba atau simulasi.

“Kami memohon maaf jika hari ini belum terlaksana juga kegiatan pemilma namun perlu diketahui bahwa masih banyak mahasiswa yang belum bisa mengakses sistem pemilihan terutama mahasiswa se-angkatan 2022,” katanya.

KPUM masih berupaya agar semua mahasiswa bisa memilih sehingga semua mendapatkan hak pilihnya pada pemilihan yang akan dilaksanakan.

“Akan menjadi sia-sia tuntutan para demonstran yang memaksakan pemilihan tanpa memberikan kesempatan yang sama kepada mahasiswa lain untuk berpartisipasi dalam hajatan besar ini,” sambungnya.

Disamping itu KPUM telah menentukan waktu yang pasti untuk terlaksananya pemilma, karena hari ini sistem sudah selesai dalam proses simulasi setelah itu sudah bisa diadakan pemilihan.

“Insya Allah hari Senin, 29 Mei 2023 kita akan melaksanakan pemilihan dan saya berharap semoga semua berjalan lancar tanpa ada kendala apapun,” tutupnya.

Reporter: Hajar
Editor: Redaksi

Dampak Kericuhan Demonstrasi Terkait Pembangunan Asrama Mahasiswa, Kini Berujung Ke Kantor Polisi

Kendari, Objektif.id – Setelah aksi demonstrasi yang dilakukan oleh Aliansi Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari pada Rabu, 23 November lalu, kini berlanjut pada pelaporan di Polsek Baruga.

Presma IAIN Kendari, Hendra Setiawan mengatakan setelah kejadian tindak represif yang dilakukan keamanan kampus dan mengeluarkan perkataan yang tidak senonoh kepada para mahasiswa pada aksi tersebut yang mereka anggap sebagai penghinaan.

“Setelah kejadian tindak represif keamanan kampus dan juga mengeluarkan kata yang tak senonoh di kampus PTKIN satu-satunya di provinsi Sultra ini membuat teman-teman masa aksi dan saya sebagai pimpinan mahasiswa merasa keberatan dan kami laporkan sebagai penghinaan,” ungkapnya.

Dia juga mengatakan pihak kampus harus segera memutuskan kontrak dengan pihak penyedia jasa yakni PT. Satya Perkasa Mandiri, karena mereka menilai hal ini mencoreng nama baik IAIN Kendari.

“Saya selaku presiden mahasiswa meminta kepada Ibunda Rektor tercinta untuk sesegara mungkin memutuskan kontrak dengan pihak penyedia jasa yakni PT. Satya Perkasa Mandiri, karna mencoreng nama baik kampus” tuturnya

Hendra juga mengecam kepada oknum yang terlibat dalam proses pembangunan asrama mahasiswa IAIN Kendari untuk tidak bermain-main, dan meninjau kembali dokumen yang dinilai cacat administrasi, agar bisa sesuai dengan standar prosedural yang ada.

“Dan saya juga sangat mengecam seluruh oknum yang ingin bermain-main dalam proses pembangunan Rusunawa IAIN Kendari, karna seperti yang kita ketahui bahwa tidak adanya transparansi penggelolaan bahkan dokumen yang mahasiswa dapat itu kami anggap sangat cacat. Untuk itu saya mendesak suluruh stakeholder yang berkaitan dengan pembagunan Rusunawa untuk meninjau ulang kembali dokumen dan merelevankan apa yang terjadi dilapangan,” pungkasnya.

Dia menghimbau kepada seluruh mahasiswa dan juga masyarakat yang terdampak akibat pembangunan untuk sama-sama menyuarakan permasalahan tersebut.

“Saya juga menghimbau kepada seluruh Mahasiswa dan juga Masyarakat yang terdampak akibat pembangunan untuk sama-sama nantinya menyuarakan atas kekeliruan pembangunan tersebut.” imbaunya.

Dia juga meminta kepada pihak kontraktor pembangunan yang mereka anggap sudah mengetahui kejanggalan yang terjadi untuk segera menghentikan proses pembangunan asrama mahasiswa IAIN Kendari tersebut.

“Terkhusus kontraktor pembangunan yang telah mengetahui kejanggalan pembangunan tersebut akan tetapi tetap melakukan proses pembangunan, agar segera menghentikan proses pembangunan atau akan mendapatkan kosekuensinya tersendiri.” Tukasnya.

Reporter: Fitri
Editor : Slamet 

Kala Massa Beraksi, Security Pun Bertindak

Objektif.id – Dalam sebuah aksi demonstrasi sering adanya sebutan Massa Aksi dalam peristiwa tersebut. Massa aksi disini adalah sekelompok orang yang dibawah pemandu Koordinator Lapangan (Korlap) menyerukan seruan pergerakan terhadap sebuah birokrasi institusi tertinggi yang dinilai tidak kompeten atau hal-hal kritik lainnya.

Jika ada massa maka pasti ada Aparat Keamanan/Security yang bertugas mengamankan dan mengendalikan massa agar tidak melakukan aksi anarkisme atau pengrusakan terhadap fasilitas sarana dan prasarana negara. Namun beribu sayang, banyak dari sejumlah aparat keamanan ini tega melakukan tindakan aniaya/asusila terhadap sejumlah massa hingga memicu adanya korban dalam aksi demonstrasi tersebut.

Dilansir dari beberapa Media Massa, sudah banyak kasus sebut saja “Oknum-Oknum” aparat keamanan yang melakukan tindakan represif terkhususnya dalam lingkup kampus oleh Security kampus. Paling banyaknya tindakan yang dilakukan adalah aksi pemukulan yang sampai nyaris dibawa ke Rumah Sakit (RS), dan baru-baru ini yang sedang viral meneriakkan massa aksi dengan kata-kata tak pantas.

Adapun, alasan aparat keamanan ini melakukan tindakan tersebut adalah katanya untuk membubarkan Massa Aksi yang berkerumun. Bahkan paling seringnya pada saat Massa ini melakukan aksi bakar Ban. Aksi bakar Ban selain sebagai simbolik kemarahan Massa terhadap institusi tertinggi juga aksi ini sudah biasa ditemukan dalam setiap gerakan Demonstrasi, namun kenapa para Security ini malah menghalangi massa melakukan aksi bakar Ban tersebut? Bukankah sama saja mengatakan bahwa mereka tidak mengijinkan Massa ini untuk menyuarakan aspirasinya? Aksi bakar ban sendiri, bukanlah merupakan suatu tindakan anarkisme tetapi hanya sebuah simbolik semata dalam hal demonstrasi.

Semoga untuk kedepannya para Aparat Keamanan ini selain menjalankan tugasnya, yakni mengamankan serta mengendalikan situasi dan kondisi pada saat Demonstrasi juga perlunya adanya pemahaman terkait situasi dan kondisi pada saat Demonstrasi. Hal ini perlu dilakukan agar terhindarnya sikap represif yang berlebihan oleh Aparat Keamanan begitupun sebaliknya untuk mencegah tindakan anarkisme yang dilakukan massa aksi.

Penulis : Tesa ASN
Editor: Slamet

Kecewa Tuntutan Tidak Ada Kepastian, Ormawa IAIN Kendari Menginap Di Pelataran Rektorat 

Repoter : Ismail
Editor : Rizal  Saputra

Kendari, Objektif.id – Puluhan anggota organisasi kemahasiswaan (Ormawa) lingkup Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari menginap di pelataran Rektorat, Senin (3/10/2022) malam.

Pantauan Objektif.id, terlihat beberapa mahasiswa sudah membentang tarpal untuk dijadikan alas tidurnya, terlihat beberapa bahan makanan seperti, beras, ikan, sayur dan beberapa perlengkapan alat masak sudah dipersiapkan.

Ketua Umum UKK Mahiscita Wahyu mengatakan, keberadaan mahasiswa di Rektorat ini adalah tindak lanjut dari aksi demonstrasi yang di Keluarga Basar Mahasiswa (KBM) IAIN Kendari yang tuntutannya belum mendapat kepastian.

“Kita ambil beberapa poin sebagai tuntutan itu belum diterima inilah kebijakan yang diambil oleh lembaga mahasiswa sampai yang menjadi tuntutan kami itu bisa ditindaklanjuti oleh pihak birokrasi,” kata Wahyu saat ditemui awakedia dilokasi, Senin (3/10/2022).

Ia menuturkan, saat berlangsungnya hearing bersama Pimpinan IAIN Kendari yang diwakili oleh Wakil Rektor (Warek) I Husain Insawan, tidak memberikan kejelasan terhadap beberapa poin tuntutan masa aksi.

“Kami kecewa karena tuntutan kami hari ini belum sukses belum ada kebijakan yang jelas untuk jalan keluarnya,” bebernya.

Ditempat yang sama, Ketua Dewan UKK Racana Rizal mengatakan, keberadaan anggota UKK dan UKM adalah hasil kesepakatan rapat para Ketua-ketua lembaga kemahasiswaan saat mengelar demonstrasi di siang hari tadi.

“Bahwasannya sembari kita menunggu kedatangan bunda Rektor IAIN Kendari, kita sepakat untuk menunggu di gedung rektorat sebagai bukti bahwa mamang kita komitmen dengan tuntutannya kita,” kata Rizal.

Selaras dengan itu, Danang Saputra selaku jendral lapangan Mengatakan bahwa terlalu jauh pihak birokrasi mengintervensi lembaga kemahasiswaan.

“Tuntutan ketiga yaitu pihak birokrasi terlalu jauh intervensi terutama kasubag umum, poin yang ke empat apa bila tuntutan pada poin ketiga tidak indahkan maka aksi yang kami gelar tidak akan berhenti sampai disini”. Beberny.

Untuk diketahui, terdapat beberapa pion tuntutan saat KBM IAIN Kendari yaitu, Kenaikan Anggaran Lembaga Kemahasiswaan. Menagih janji Birokrasi IAIN Kendari untuk memberikan fasilitas UKK dan UKM, revisi kode etik pedoman kemahasiswaan tahun 2019, dan mencopot Kasubag Umum dari jabatannya.

Selaras dengan itu, Danang Saputra selaku jendral lapangan Mengatakan bahwa terlalu jauh pihak birokrasi mengintervensi lembaga kemahasiswaan.

“Tuntutan ketiga yaitu pihak birokrasi terlalu jauh intervensi terutama kasubag umum, poin yang ke empat apa bila tuntutan pada poin ketiga tidak indahkan maka aksi yang kami gelar tidak akan berhenti sampai disini,” tegasnya.